PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prevelensi KEK pada ibu hamil di Indonesia juga tergolong tinggi yaitu sebesar
17,3% (Kemenkes RI, 2018). Prevelensi anemia di Indonesia sebesar 37,1% pada
tahun 2016, dan meningkat pada tahun 2018 sebesar 48,9% (Kemenkes RI, 2018).
Ketika ibu hamil status gizinya kurang dan mengalami anemia maka akan
mempengaruhi pertumbuhan, pembentukan, dan perkembangan janin menjadi kurang
optimal. Hal ini akan berdampak cacat bawaan pada bayi dan kematian bayi karena
BBLR (Dewi, Pujiastuti dan Fajar, 2013). Salah satu dampak jangka panjangnya adalah
balita atau baduta yang dilahirkan akan mengalami stunting, dan memiliki tingkat
kecerdasan yang tidak optimal, menjadi lebih rentan terhadap penyakit serta dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi (Kemenkes RI, 2017). Kejadian stunting juga
disebabkan oleh ibu dengan status gizi kekurangan energi kronis (ibu hamil KEK)
(Ningrum (2017)).
Beberapa faktor yang mempengaruhi KEK pada ibu hamil adalah factor social
ekonomi, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, factor jarak kelahiran, factor paritas
(Suparyanto,2011). Selain itu faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil adalah umur,
aktivitas, suhu lingkungan, status kesehatan,juga kebiasaan dan pandangan wanitat
erhadap makanan (Paath, 2005). Pola makan yang tidak seimbang dan tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi individu menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan asupan zat
gizi yang masuk ke dalam tubuh sehingga kekurangan gizi dapat terjadi pada wanita
usia subur di masa kehamilannya. Kebiasaan pola makan yang tidak memenuhi
standar, jika berlangsung lama maka WUS akan berisiko mengalami KEK dibandingkan
individu dengan pola makan yang baik. Apabila ada WUS dengan kategori pola makan
baik namun mengalami KEK dapat diindikasikan bahwa asupan makanan yang
dikonsumsi oleh WUS tidak adekuat (Alam, et al.,2020).
Umur merupakan salah satu faktor penting dalam proses kehamilan hingga
persalinan, karena kehamilan pada ibu yang berumur muda menyebabkan terjadinya
kompetisi makanan antara janin dengan ibu yang masih dalam masa pertumbuhan
(Baliwati & Retnaningsih, 2004). Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu hamil yang
berumur kurang dari 20 tahun memiliki risiko KEK yang lebih tinggi, bahkan ibu hamil
yang umurnya terlalu muda dapat meningkatkan risiko KEK secara bermakna
(Mulyaningrum, 2009). Paritas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya KEK
pada ibu hamil. Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai paritas lebih dari 4 orang
lebih berisiko KEK dibandingkan dengan ibu yang mempunyai paritas kurang dari 4
orang (Mahirawati,2014).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sebaran masalah Bumil KEK di Indonesia
2. Apa tujuan umum dalam penyusunan program
3. Apa tujuan spesifik dalam penyusunan program
4. Bagaimana target yang akan di capai dalam penurunan angka kejadian Bumil
KEK
5. Langkah apa yang diambil dalam penyusunan program penurunan angka
kejadian Bumil KEK
6. Bagaimana implementasi program dalam menurunkan angka kejadian Bumil
KEK
7. Bagaimana evaluasi program penurunan angka kejadian bumil KEK
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk melihat besar masalah Bumil KEK di Indonesia
2. Untuk mengetahui tujuan Umum dalam penyusunan program
3. Untuk mengetahui tujuan spesifik dalam penyusunan program
4. Untuk menentukan target yang akan di capai dalam penurunan angka kejadian
Bumil KEK
5. Untuk Menyusun program penurunan angka kejadian Bumil KEK
6. Untuk melihat implementasi program dalam menurunkan angka kejadian Bumil
KEK
7. Untuk melihat evaluasi dari program penurunan angka kejadian bumil KEK