Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa menyusui adalah masa yang sangat penting dan berharga bagi seorang ibu
dan bayinya. Pada masa inilah hubungan emosional antara ibu dan anak akan terjalin
dengan periode yang cukup panjang masa menyusui sangat baik bagi perkembangan
mental dan psisikis anak. Ketika air susu mengalir dari payudara ibu, si anak akan
merasakan betapa besar curahan cinta, kasih saying, dan kehangatan yang diberikan
kepadanya (arifin, 2004).
Zat gizi menyusui sangat penting karena berhubungan dengan kesehatan ibu dan
anak selama menyusui. Ibu dianjurkan untuk meningkatkan asupan kalori, protein,
calcium, zat besi, asam folat, dan vitamin serta mineral lainnya untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi saat menyusui (Zalilah,2006). Agar ibu menghasilkan 1 liter ASI
diperlukan pula makanan tambahan, apabila ibu sedang menyusui bayinya tidak
mendapatkan tambahan makanan. Tentu akan berakibat terjadinya kemunduran dalam
pembuatan dan produksi ASI terlebih lagi jika masa kehamilan ibu juga mengalami
kekurangan gizi. Karena itu, tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui
mutlak diperlukan (mochtdi,1994).
Status gizi ibu menyusui disebabkan oleh banyak factor, salah satu diantaranya adalah
pola makan atau asupan zat gizi ibu. Pola makan yang baik adalah pola makan yang
seimbang, mememnuhi kebutuhan gizi ibu baik dari jenis maupun jumlah. Dalam
kehidupan sehari hari, tidak jarang ditemukan ibu menyusui mengalami kekurangan
asupan zat gizi akibat adanya pantangan makanan tertentu yang berkaitan dengan
masalah budaya. Asupan zat gizi seseorang ditentukan oleh kebiasaan makan dan
frekuensi makan.
Asupan zat gizi ibu ditentukan oleh ketersediaan makanan ditingkat keluarga.
Ketersediaan makanan atau ketahanan pangan tingkat keluarga atau rumah tangga sangat
ditentukan kemampuan daya beli atau pendapatan keluarga tersebut. Pada keluarga denga
tingkat pendapatan rendah akan sulit menyediakan makanan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan gizi anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga menjadi rawan masalah
gizi. Golongan ibu menyusui merupakan kelompok zat gizi rawan terhadap masalah
kekurangan gizi (Yuli, 2006).
Meskipun suatu keluarga memiliki pendapatan yang cukup atau kemapuan ekonomi yang
memadai, tidak serta merta akan menjamin pemenuhan kebutuhan gizi suatu keluarga.
Tidak sedikit masalah gizi ditemukan pada anggota keluarga yang mapan secara
ekonomi. Keluarga yang memiliki financial yang cukup tanpa dibarengi denga
pengetahuan gizi dan kesehatan yang memadai memiliki resiko untuk menderita masalah
gizi. Pengetahuan gizi yang dimiliki ibu menyusui memiliki peran yang penting dalam
praktek pemilihan, pengoalahan dan pengaturan makanan ibu sehari hari.
Berdasarkan data dipuskesmas pangi pangi jumlah ibu menyusui diwilayah tersebut
sebanyak 6 orang pada tahun 2012 (puskesmas pangi pangi 2012). Berdasarkan uraian
diatas maka telah dilakukan penelitina untuk mengetahui factor factor apa saja yang
berhubungan dengan status gizi ibu menyusui dipuskesmas pangi pangi tahun 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan status gizi
ibu menyusui dipuskesmas pangi pangi kabupaten kolaka tahun 2012. Untuk
mengetahui hubungan antar tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi ibu menyusui
dipuskesmas pangi pangi kabupaten kolaka tahun 2012.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah yaitu apakah faktor
determinan yang berhubungan dengan status gizi ibu menyusui?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor determinan yang berhubungan dengan status gizi ibu
menyusui
b. Tujuan khusus
Untuk menggambarkan status gizi ibu menyusui
Untuk mengetahui tabu yang ada pada ibu menyusui
Untuk mengetahui tingkat kecukupan asupan energi protein dan Fe .
Untuk mengetahui tentang pelayanan kesehatan ibu menyusui
Untuk menjelaskan pola makan ibu menyusui
Untuk menggambarkan tingkat pengetahuan ibu menyusui
Untuk menjelaskan tingkat pendapat keluarga ibu menyusui

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Determinan status gizi pada ibu menyusui


Berdasarkan model penyebab kurang gizi yang dikembangkan UNICEF 1998,
gizi salah ( malnutrition ) disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan
tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas; sedangkan secara tidak
langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak
yang kurang memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya
ketahanan pangan ditingkat rumah tangga ( Azwar, 2004 ). Apabila gizi kurang dan gizi
buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.
Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu,
bayi dan balit, serta rendahnya umur harapan hidup. Selain itu, dampak kekurangan gizi
terlihat juga pada rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya
pertumbuhan ekonomi ( BAPPENAS 2007).
Faktor ibu yang berperan nyata terhadap resiko kurang gizi adalah berat badan yang lebih
rendah, tinggi badan lebih rendah, dan index massa tubuh yang kurang, sedangkan yang
tidak berperan nyata adalah hemoglobin. Pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi
kurang berperan nyata dalam risiko gizi kurang. Pengetahuan yang berperan nyata hanya
pengetahuan tentang sumber vitamin dan mineral, sedangkan yang tidak berperan nyata
adalah tentang manfaat oralit, larutan gula garam, pengetahuan tentang sanitasi
lingkungan, pengetahuan gizi tentang sumber zat tenaga dan pembangun, pengetahuan
komposit tentang kesehatan (Sandjaja, 2001 ).
a. Kebutuhan gizi ibu menyusui
Nutisi ibu menyusui merupakan komposisi yang sangat komplek yang dibutuhkan
selama menyusui dan bahan-bahan ini merupakan bahan yang dibutuhkan dan harus
dikonsumsi setiap hari yaitu yang mengandung sumber energi, sumber protein,
sumber vitamin dan sumber mineral. (Moehji, 1988)
Pada waktu menyusui, ibu harus makan makanan yg cukup agar mampu
menghasilkan ASI bagi bayinya, memulihkan kesehatan setelah melahirkan dan
memenuhi kebutuhan gizi yg meningkat karena kegiatan sehari-hari yg bertambah.
(Depkes, 2005)
1. Pendapatan keluarga
Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari besarnya pendapatan atau
pengeluaran keluarga, baik pangan maupun non pangan selama satu tahun
terakhir. Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang
diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga tergantung dari
jenis pekerjaan kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya. Jika pendapatan
masih rendah maka kebutuhan pangan cenderung lebih dominan daripada
kebutuhan nonpangan. Sebaliknya, jika pendapatan meningkat maka pengeluaran
untuk non pangan akan semakin besar, mengingat kebutuhan pokok makanan
sudah terpenuhi ( Husaini et al 2000 ). Hal ini sesuai dengan Hukum Engel bahwa
semakin tinggi pendapatan maka persentase pendapatan yang dikeluarkan untuk
pangan semakin kecil ( Todaro & Smith 2009 ).
Kemiskinan dinilai sebagai penyebab penting masalah kurang gizi karena
keluarga miskin tidak dapat memenuhi asupan makanan yang cukup
dan berkualitas, dan keluarga miskin biasanya adalah tenaga kerja yang
berpendidikan rendah sehingga tingkat pengetahuan pangan dan pola asuh juga
kurang berkualitas. Selain itu, keluarga miskin cenderung mempunyai anggapan
bahwa anak adalah calon tenaga kerja yang dapat memberi tambahan
pendapatan keluarga. Padahal banyak anak justru semakin menjadi beban
karena anak yang tidak tumbuh kembang dengan baik akan lebih rentan
terhadap penyakit infeksi.
Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara pendapatan dan keadaan
status gizi. Rendahnya pendapatan menyebabkan daya beli ter hadap makanan
menjadi rendah dan konsumsi pangan keluarga akan berkurang. Kondisi ini
akhirnya akan mempengaruhi kesehatan dan status gizi keluarga( Riyadi et al
1990 ).
2. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah akses atau keterjangkauan anak dan keluarga
terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti
imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak,
penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti
posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter, rumah sakit, dan pesediaan air
bersih. Ketidakterjangkaunya pelayanan kesehatan karena hambatan ekonomi
maupun non ekonomi seperti jarak yang jauh, tidak mampu membayar, kurangnya
pendidikan dan pengetahuan merupakan masalah dan kendala masyarakat atau
keluarga dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang tersedia yang
pada akhirnya akan berakibat pada kondisi status gizi.
Pelayanan kesehatan dasar antara lain meliputi pemantauan pertumbuhan anak,
pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pemberian kapsul vitamin A, akses
dan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah merupakan faktor yang secara tidak
langsung mempengaruhi status gizi Ibu Menyusui ( UNICEF 1998 ).
3. Pengetahuan
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Djaeni S (2000) bahwa semakin tinggi
pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka penilaian terhadap makanan
semakin baik, artinya penilaian terhadap makanan tidak terpancang terhadap rasa
saja, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang lebih luas. Pengetahuan tentang gizi
memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola makan berdasarkan
prinsip ilmu gizi. Pada keluarga dengan tingkat pengetahuan yang rendah
seringkali anak harus puas dengan makan seadanya yang tidak memenuhi
kebutuhan gizi. Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu sangat bermanfaat bagi baita
apabila ibu berhasil mengaplikasikan pengetahuan gizi yang dimilikinya (Yayuk
Farida, 2004).
Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping pendidikan yang
pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media masa
juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan
gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. (Suhardjo, 2003) Tingkat
pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap dan perilaku
di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya akan berpengaruh pula pada
keadaan gizi individu yang bersangkutan. Keadaan gizi yang rendah disuatu
daerah akan menentukan tingginya angka kurang gizi secara nasional. ( Mulyati,
1990).
4. Tabu / pantangan
Foster dan Anderson (2006) mengemukakan, masalah gizi yang terjadi sebagian
besar dikarenakan adanya kepercayaan-kepercayaan yang keliru di mana-mana.
Ada hubungan antara makanan dan kesehatan dengan kepercayaan-kepercayaan,
pantangan-pantangan dan upacara-upacara, yang mencegah orang memanfaatkan
sebaik-baiknya makanan yang tersedia bagi mereka. Kekurangan gizi disebabkan
oleh kebiasaan-kebiasaan makanan yang buruk tersebut. Hal ini merupakan tugas
yang sangat sulit untuk diatasi, karena kebiasaan makanan menentang terhadap
perubahan yang dilakukan dibanding kebiasaan-kebiasaan lainnya. Hambatan-
hambatan budaya yang terjadi seperti di Haiti yaitu kepercayaan terhadap patologi
humoral, yang sangat membatasi makanan para ibu menyusui. Akibat kemiskinan,
makanan pokok yang tersedia bagi para wanita menjadi terbatas, sehingga adanya
pembatasan panas-dingin, suatu proporsi yang tinggi dari makanan pokok yang
biasanya dimakan menjadi pantang bagi para ibu menyusui.
Wilson di Desa RuMuda, di timur laut Malaysia, mengemukakan bahwa setelah
melahirkan wanita melayu mulai membatasi makanan dengan cara mengurangi
konsumsi sayur dan buah. Hal ini disebabkan wanita yang baru melahirkan
dianggap sangat peka terutama terhadap dingin yang berasal dari udara atau
makanan yang dingin. Sehingga semua makanan dingin dilarang selama 40 hari
pada periode pemanasan setelah melahirkan. Wanita yang baru melahirkan
dibatasi makanannya hanya pada telur, madu, gandum, tapioka, pisang yang
dimasak, ikan panggang, lada hitam dan kopi. Pada masa nifas ini, mereka
menolak mengonsumsi buah-buah dingin, sayuran dan ikan beracun, akan
dibuatkan resep atau menu khusus (Elroy, 1996). Sedangkan bagi wanita
Tamilnad, setelah melahirkan, selama 41 hari masa nifas, ada makananmakanan
yang harus dihindarkan, seperti : daging biasa, telur ayam, mentega, beras, cabe,
ayam, sarden, susu sapi, buah-buahan, kentang, ubi rambat dan kacang mete
(Fieldhouse, 1995)
Reddy (1990) mengemukakan, apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas
atau terlalu dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan
keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus mengonsumsi makanan
atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih dingin atau sebaliknya. Pada,
beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang
dalam keadaan dingin sehingga ia harus memakan makanan yang panas dan
menghindari makanan yang dingin.
Maas (2004) mengemukakan, di Indonesia, beberapa suku juga memberlakukan
larangan atau pantangan makanan yang dikonsumsi kepada ibu setelah
melahirkan. Diantaranya seperti pada masyarakat Kerinci provinsi Jambi, ibu
yang sedang menyusui pantang untuk mengonsumsi bayam, ikan laut atau sayur
nangka. Di beberapa daerah lain, ada juga yang memantangkan ibu yang
menyusui untuk memakan telur. Pada masyarakat Betawi berlaku pantangan
makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI
menjadi asin.
B. Kerangka teori dan kerangka konsep
a. Kerangka Teori

Status gizi ibu dan anak outcome

Konsumsi makanan Status infeksi Penyebab


langsung
Pola asuh pemberian ASI/MP-ASI pola Pelayanan kesehatan dan
Ketersediaan dan pola
asuh psikososial penyediaan MP-ASI kesehatan lingkungan
konsumsi Penyebab
kebersihan dan
tidak
langsung

Daya beli, akses panagan, akses informasi,dan akses pelayanan

Kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, pendidikan Akar masalah

Pembanguan ekonomi, politik, social, budaya Sumber : Unicel


1990
b. Kerangka konsep

STATUS GIZI IBU


MENYUSUI

TABU ASUPAN YANKES

PENGETAHUAN POLA MAKAN PENDAPATAN


GIZI

C. Matriks : Variabel, Indikator, Metode, dan sumber pustaka


VIM MATRIKX

Variable Indicator Metode Referensi


Status gizi IMT Antropometri Paramitha, 2010
Dessy, s. 2009
ibu menyusui
Tabu Pantangan mengkonsumsi Wawancara Harnani , 2006
makanan tertentu selama menggunakan
menyusui kuesioner
ada pantangan
jenis pantangan
pengganti pantangan
alasan
siapa / sumber
Asupan ibu Energi , Protein , Vit B1, zat besi Recall 2 x 24 Mudjajanto dan
menyusui jam sunandar, 2007
menggunakan siagian, 2010
kuesioner
Pelayanan pemberian kapsul Wawancara Notoadmojo , 2003
kesehatan vitamin A /kuesioner
Pola makan Frekuensi makan ibu menyusui Wawancara Supariasa 2002
FFQ
Pendapatan Pengeluaran pangan dan non Wawancara Suhardjo, 1996
pangan kuesioner

D. Definisi operasional
1. Status gizi
Status gizi ibu menyusui adalah keadaan tubuh ibu yang sedang menyusui sebagai
akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi. Status gizi ibu menyusui
diukur dengan menggunakan metode antropometri. Untuk penilaian status gizi ibu
menyusui dengan menggunakan metode antropometri yaitu dengan menggunakan
Indeks masa Tubuh (IMT) pengukuran IMT sebagai berikut :

IMT = Berat Badan (kg)/ Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m) dengan criteria
objektif

Normal : apabila IMT 18,5 25,0


Lebih : apabila IMT > 25,0

2. Tabu
Tabu adalah suatu larangan untukl mengkonsumsi jenis makanan tertentu selama
menyusui karena terdapat ancaman bahaya terhadap barang siapa yang melanggarnya
kriteria objektif
Ada : apabila terdapat bahan makanan yang dilarang dikonsumsi selama
menyusui
Tidak ada : apabila tidak terdapat bahan makanan yang dilarang dikonsumsi selama
menyusui
3. Asupan makanan
Asupan ibu menyusui adalah jumlah asupan Energi, Protein, bagi ibu menyusui
selama masa laktasi yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi ibu menyusui
sesuai dengan dan usia laktasi dengan criteria obyektif :
Baik : konsumsi gizi 90% AKG
Cukup : konsumsi gizi 89% AKG (WKPG, 2004)
4. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan ibu menyusui yang dimaksud adalah pemberian kapsil vitamin
A, yang diberikan setelah pasca persalinan.
kriteria obyektif :
baik : apabila ibu mendapatkan tablet vitamin A 2 kali
kurang : apabila ibu mendapatkan tablet vitamin A < 2 kali
5. Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi ibu merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh ibu menyusui yang
meliputi pengetahuan tentang pola makan dan pemberian ASI yang diukur dengan
menggunakan kuisioner dengan metode wawancara.
Kriteria obyektifnya yaitu
Cukup : jika nilai jawaban responden > 60% dari total jawaban yang benar
Kurang : jika nilai jawaban < 60% dari total jawaban benar
6. Pola makan
Pola makan adalah kebiasaan makan yang memberikan gambaran frekuensi makan
seseorang ibu menyusui. Pola makan diukur melalui dengan FFQ dan wawancara.
Adapun kriteria objektifnya adalah sebagai berikut :
Cukup : apabila total skor lebih dari median
Kurang : apabila total skor kurang dari median
7. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah total jumlah pengeluaran baik pengeluaran pangan
maupun non pangan.
Kriteria objektif
Cukup : 60% jumlah pengeluaran pangan
Kurang : > jumlah pengeluaran pangan

BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA

A. Desain pengumpulan data


Desain pengumpulan data : cross sectional
B. Waktu dan tempat

Pengumpulan data dasar di laksanakan selama 7 hari yaitu di mulai tanggal 20


November-26 november di Desa pangi - pangi Kecamatan poli - polia Kabupaten kolaka.
C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam survei ini adalah seluruh sasaran yang yang tinggal dan menetap di Desa
pangi - pangi yang mencakup ibu menyusui (n=6) sedangkan sampel adalah sebagian ibu
menyusui yang bertempat tinggal di desa pangi pangi kecamatan poli - polia.
D. Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis data :
Data primer : identitas responden , data tentang status gizi, tabu, asupan zat gizi,
pengetahuan, pelayanan kesehatan, serta pendapatan.
Data sekunder : data sekunder meliputi populasi dan keadaan umum lokasi
penelitian yang diperoleh dari camat atau kepala desa.

Cara pengumpulan data :


1. Status gizi
Cara pengumpulan data IMT dengan melakukan pengukuran antropometri
yaitu dengan mengukur tinggi badan responden dengan menggunakan
microtoice dan mengukur berat badan dengan menggunakan timbangan
injak.
2. Tabu, pelayanan kesehatan, pendapatan, dan pengetahuan serta pola makan.
Tabu , pelayanan kesehatan, pendapatan dan pengetahuan serta pola makan ibu
menyusui dikumpulkan dengan mengajikan beberapa pertanyaan (wawancara)
kepada responden menggunakan kuesioner.
3. Asupan gizi
Asupan zat gizi ibu menyusui diperoleh melalui recall 24 jam selama 2 hari.

E. Pengolahan dan analisis data (manajemen data)

1. Data konsumsi zat gizi ibu menyusui: hasil recall 24 jam..


2. Data status gizi ibu menyusui BB dan TB di jadikan sebagai indicator IMT ,
selanjutnya di golongkan menjadi 5 kategori berdasarkan Depkes (1994):
- Obesitas : > 27,0
- Overweight : 25,0-26,0
- Normal : 18,5-25,0
- Kurus : 17,0-18,5
- Sangat kurus :< 17,0
3. Data mengenai tingkat pengetahuan gizi dan tindakan dikelompokan berdasarkan
jawaban responden atas pertanyaan yang di berikan, dengan kategori:
- Cukup : nilai >60% dari total skor

- Kurang : nilai < 60% dari otal skor

1. Data tentang tingkat pendapatan di kelompokan dengan pendekatan pengeluaran,


selanjutnya dibagi dalam 2 kategori (Depkes, 2005) yaitu :
- Cukup : Rp 175.000,-/bln/kapita

- Kurang : < Rp 175.000,-/bln/kapita

5. Data tentang derajat kesehatan, pelayanan kesehatan, sanitasi lingkungan, pola


asuh dan kebiasaan makan diolah menggunakan software SPSS kemudian
dideskripsikan.
F. Penyajian data
1. Status gizi
Penyajian data dilakukan dengan menggunakan table distribusi frekuensi yang
dinarasi
2. Tabu
Data disajikan dalam bnetuk table distribusi

3. Pelayanan kesehatan
Data yang telah diolah disajikan secara deskriftif
4. Pengetahuan
Data yang diolah disajikan dalam table narasi
5. Pendapatan
Data dipresentasikan atau ditampilkan dengan cara dinarasikan dan menggunakan
table.
Contoh :
Penelitian menunjukkan bahwa sekian persen (%) sampel dari keluarga dengan
tingkat pendapatan keluarga kategori (cukup/ kurang).
6. Asupan gizi
Penyajian data dilakukan secar deskriptif dalam bentuk table dan narasi.
g. Etika
Dalam pengambilan data dasar ini, pertama-tama mahasiswa melakukan perkenalan dan
penyampaian tujuan dari pengambilan data tersebut. Kemudian meminta persetujuan
pada pihak responden untuk dijadikan sampel dengan tanda tangan responden sebagai
sebuah bukti bahwa responden tersebut bersedia untuk dijadikan sampel dalam penelitian
ini.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak geografis
Desa pangi pangi adalah salah satu desa yang berada di kecamatan poli - polia
Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa
- Sebelah Selatan : Desa poli - polia
- Sebelah Timur : Desa welala
- Sebelah Barat : Desa andoengga
b. Kependudukan
Berdasarkan data kependudukan didesa pangi pangi 2012 yaitu :
Table 1

Jenis kelamin N
Laki-laki
Perempuan
Jumlah 572

c. Mata pencaharian
Pekerjaan penduuduk desa pangi pangi sebagian besar adalah petani
perkebunan dan petani persawahan.

d. Sarana dan Prasarana Desa

Table 2

Jenis sarana dan prasarana Jumlah (Unit)


Kantor desa 1 unit
Balai desa
1 unit
Puskesdes
Posyandu Tidak ada
Kantor pkk
1 unit
Masjid
Sekolah dasar 1 unit
TK
1 unit
1 unit
1 unit

2. Gambaran umum sampel


1. Ibu menyusui
a. Umur ibu

Table 3

Distribusi sampel menurut umur ibu


Umur Ibu N %
22 3 50,0
32 1 16,7
34 1 16,7
48 tahun 1 16,7
Jumlah 6 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa pada umumnya ibu meyusui yang memiliki umur
kategori tidak beresiko 50,0 % dan yang memiliki umur beresiko yaitu 16,7%.

b. Pekerjaan suami dan istri

Table 4

Distribusi sampel menurut status pekerjaan

Status pekerjaan Ayah Ibu


N % N %
Tidak ada kerja 0 0 0 0
Ibu rumah tangga 0 0 6 100
Petani 6 100 0 0

Jumlah 6 100 6 100

c. Jumlah anggota keluarga

Table 5

Distribusi sampel menutur jumlah anggota keluarga

Jumlah Anggota N %
Keluarga

Jumlah
d. Pendidikan ayah dan ibu

Table 6

Distribusi menurut tingkat pendidikan

Suami Ibu
Tingkat Pendidikan
n % n %
Tidak sekolah 0 0 16,7
Tidak tamat SD 2 33,3 33,3
Tamat SD 3 50 33,3
Tamat SMP 1 16,7 16,7
Tamat SMA 0 0 0

Jumlah 6 100 6 100

e. Status gizi ibu menyusui

Tabel 7

Distribusi menurut tingkat ibu menyusui

Kategori n %

Normal 4 66,4
Lebih 2 33,6
Jumlah 6 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian 66,4% ibu menyusui memiliki status
gizi normal dan 33,6% ibu menyusui memiliki status gizi lebih.

f. Pengetahuan ibu menyusui

Hasil penelitian menunjukan bahwa 100% ibu menyusui memiliki tingkat


pengetahuan kurang.
g. Pelayanan kesehatan
1. Pemberian kapsul vitamin A

Table 8

Distribusi sampel menurut perolehan kapsul vitamin A

Kategori N %
Ya 3 50,0
Tidak 3 50,0
Jumlah 6 100

h. Tabu
1. Makanan pantangan

Tabel 9

Distribusi sampel menurut makanan pantanagn

Makanan Pantangan N %
Ya 6 100
Tidak 0 0
Jumlah 6 100
i. Tingakt pendapatan

Tablel 10

Distribusi sampel menurut tingkat pendapatan

Kategori N %
Cukup 3 50,0
Kurang 3 50,0
Jumlah 6 100

j. Tingkat konsumsi

Table 11

Distribusi sampel menurut tingkat konsumsi

Tingkat Energy Protein


N % N %
konsumsi
Cukup
Kurang
Jumlah

B. PEMBAHASAN
1. Ibu menyusui (determinan masalah gizi)
Dari hasil analisis data yang kami lakukan didapatkan bahwa di Desa pangi
pangi status gizi menurut IMT yaitu didapatkan status gizi normal 66% dan status
lebih 33%. Selain Asupan Faktor lain yang berhubungan dengan Status Gizi Ibu
Menyusui adalah Pengetahuan.
Berdasarkan hasil penelitian di Desa pangi pangi seluruh sampel ibu menyusui
memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi. Hal ini di karenakan tingkat
pendidikan responden sebagian besar hanya tamat SD, sehingga mereka tidak
mengetahui makanan apa saja yang baik untuk mereka konsumsi pada saat mereka
menyusui, sehingga terkadang ibu menyusui mengkonsumsi makanan seadanya saja
sesuai dengan kemampuan mereka. Menurut Arifin ( 2004) faktor penunjang status
gizi yang baik ibu menyusui sangat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu menyusui,
karena dengan pengetahuan yang cukup ibu menyusui dapat memberikan kontribusi
yang benar terhadap pemenuhan kebutuhan gizi selama ibu menyusui.
BAB V

ANALSIS MASALAH

A. Indentifikasi masalah
B. Prioritas masalah
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi rumusan masalah yaitu apakah faktor
determinan yang berhubungan dengan status gizi ibu menyusui
D. Penyebab masalah
BAB VI
RENCANA PROGRAM INTERVENSI GIZI
A. Rencana program intervensi gizi
B. Seleksi program intervensi gizi
BAB VII
RENCANA KERJA PROGRAM INTERVENSI GIZI
BAB VIII
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran( master table,foto kegiatan, dan dokumen penunjang lainnya)

Anda mungkin juga menyukai