Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PROMOSI KESEHATAN

SUMMARY DAN PROGRAM GIZI MASYAKARAT YANG ADA DI


INDONESIA

Dosen Pengampu :
Dr. Heni Hendriyani, SKM, MPH

Disusun Oleh :
Renata Olga Zaneti
P1337431220073
Reguler B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMETERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2023
1. Program Pemberiaan Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kurang Energi Kronik

a. Latar Belakang
Angka kejadian KEK di negaranegara berkembang seperti Bangladesh, India,
Indonesia, Myanmar, Nepal, Srilangka, dan Thailand adalah 15 – 47%. Negara yang
tertinggi adalah Bangladesh yaitu 47%, sedangkan Indonesia menjadi urutan ke-4
terbesar setelah India dengan Prevalensi 35,5% (Manik & Rindu, 2017). Angka
kejadian KEK pada ibu hamil di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 sebesar 24,2% atau sekitar 76 juta ibu hamil (Riskesdas, 2015).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil merupakan kondisi yang
dialami ibu hamil karena ketidakseimbangan asupan gizi energi dan protein, sehingga
zat yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Kurangnya asupan gizi pada ibu hamil
selain membahayakan kesehatan ibu, juga akan berdampak pada terlambatnya
pertumbuhan dan perkembangan janin. Kecukupan asupan nutrisi pada ibu hamil
dilihat dari status gizi ibu hamil salah satunya dapat digambarkan dengan ukuran
lingkar lengan atas (LILA) (Andriani, 2015). Risiko KEK dapat dicegah dengan
menjaga status gizi ibu hamil dengan LILA tidak kurang dari 23,5 cm (Azizah &
Adriani, 2018). Kejadian KEK pada ibu hamil memiliki risiko terjadinya abortus,
perdarahan, partus lama, infeksi, BBLR, prematur, lahir cacat, dan penyebab
kematian maternal secara tidak langsung (Andiyani & Susilawati, 2019).
Kejadian KEK pada ibu hamil dapat dicegah dengan pemberian makanan tambahan
(PMT). PMT dimaksudkan berbasis bahan makanan lokal dengan menu khas daerah
yang disesuaikan dengan kondisi setempat. PMT yang diberikan kepada ibu hamil
dalam hal ini hanya untuk sebagai tambahan makanan atau cemilan, disaat ibu hamil
tidak nafsu makan maka PMT menjadi alternatif untuk pemenuhan nutrisi ibu hamil,
pada trimester 1 PMT yang dikonsumsi yaitu 2 keping/hari, sedangkan pada trimester
II dan III PMT yang dikonsumsi 3 keping/hari (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
b. Tujuan
- Persentase makanan tambahan bagi ibu hamil KEK yang disediakan pusat yang
terdistribusi ke puskesmas sesuai dengan jumlah sasaran sebesar 80%
- Berkurangnya angka kejadian KEK pada ibu hamil di Indonesia

c. Hasil
Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase 13% 50% 65% 80% 95%
ibu hamil
KEK yang
mendapat
makanan
tambahan
Interpretasi : mengalami peningkatan setiap tahunnya
2. Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Ibu Hamil

a. Latar Belakang
Ketika seorang wanita hamil, akan terjadi perubahan dalam tubuh yang akan
berpengaruh pada kondisi kesehatan. Secara alami, tubuh ibu hamil akan membentuk
lebih banyak sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin.
Produksi sel darah merah dan hemoglobin membutuhkan berbagai komponen, seperti
zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Jika tubuh kekurangan salah satu zat ini, maka
dapat terjadi anemia (kekurangan sel darah merah). Anemia pada ibu hamil tidak
boleh diabaikan karena bisa membahayakan diri sendiri dan juga janin dalam
kandungan.
Micronutrient and Child Blindness Project and Food & Nutrition Technical
Assistance melaporkan bahwa sekitar 50% anemia disebabkan oleh defisiensi zat
besi. Ini dikarenakan pada ibu hamil terjadi dua kali lipat peningkatan kebutuhan zat
besi yang diakibatkan oleh peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma
yang digunakan untuk membantu ibu agar tidak kehilangan darah saat melahirkan dan
membantu dalam pertumbuhan janin (Susiloningtyas, 2012).
Angka kejadian anemia di dunia masih cukup tinggi dan terjadi hampir di seluruh
negara. Pada tahun 2012, prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 41,8% di dunia,
yaitu di Asia sebesar 48,2%, di Afrika 57,1%, di Amerika 24,1%, dan di Eropa 25,1%
(Deprika, 2017). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan bahwa
prevalensi kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1% (Fitri,
Briawan, Tanziha, & Amalia, 2015). Pada tahun 2018, prevalensi kejadian anemia
pada ibu hamil di Indonesia sebesar 48,9% yang 2 cenderung meningkat dari tahun
2013 yang sebesar 37,1% (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018).

b. Tujuan
- Ibu hamil mendapat Tablet yang mengandung Fe dan asam folat, baik yang
berasal dari program pemerintah maupun mandiri minimal 90 tablet selama masa
kehamilan.
- Berkurangnya prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di Indonesia

c. Hasil
Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase ibu 82% 85% 90% 95% 98%
hamil yang
mendapat Tablet
Tambah Darah
(TTD)
Interpretasi : Mengalami peningkatan setiap tahunnya
1. Program Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi Remaja

a. Latar Belakang
Remaja merupakan komunitas yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan, dari
aspek kuantitas, jumlah dan proporsi remaja Indonesia saat ini sangat besar. Hasil
Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, ditemukan tahun ini jumlah penduduk
remaja (usia 10-24 tahun) di Indonesia diproyeksikan mencapai 66,3 juta jiwa atau
sekitar 25,6 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Artinya, satu dari empat
orang Indonesia adalah remaja.
Permasalahan gizi yang dihadapi remaja salah satunya adalah masalah anemia.
Anemia pada remaja dapat menyebabkan dampak keterlambatan pertumbuhan fisik,
gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat memengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan dampak daya tahan tubuh
menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar
menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah
Masalah gizi pada remaja yang sering terjadi akibat pola makan adalah anemia
defisiensi besi. Remaja yang mengalami masalah gizi 40% diantaranya mengalami
anemia gizi besi (Triwinarni, 2017). Pada remaja putri risiko anemia lebih tinggi,
karena banyaknya zat besi yang hilang selama periode menstruasi. Hasil Riskesdas
tahun 2013 menunjukkan prevalensi anemia defisiensi besi banyak ditemukan pada
remaja perempuan sebesar 22.7%, sedangkan anemia defisiensi besi pada remaja laki-
laki sebesar 12.4% (Sya’Bani, 2016). Kebutuhan zat besi pada remaja putri yang
memasuki masa pubertas juga meningkat karena pada masa ini terjadi pertumbuhan
yang pesat terutama pada pematangan organ reproduksi (Mulugeta, 2015).

b. Tujuan
- Remaja perempuan mendapat Tablet yang mengandung Fe dan asam folat, baik
yang berasal dari program pemerintah maupun mandiri minimal 13 tablet selama
satu bulan.
- Berkurangnya prevalensi remaja yang mengalami anemia di Indonesia

c. Hasil
Indikator Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase 10% 15% 20% 25% 30%
remaja puteri
yang
mendapat
Tablet
Tambah
Darah (TTD)
Interpretasi : Mengalami peningkatan setiap tahunnya

Anda mungkin juga menyukai