1. Prevalensi Ibu anemia yang melahirkan Bayi BBLR?
Secara global, belum didapatkan data mengenai prevalensi BBLR yang
lahir pada ibu dengan anemia. Sebuah penelitian lain di negara Sudan menyebutkan bahwa prevalensi kelahiran BBLR pada ibu anemia yaitu 67% (Huang et al, 2015). Pada penelitian Pratiwi (2019) didapatkan prevalensi BBLR pada ibu dengan anemia adalah sebesar 23,5%. Putri (2015) Prevalensi kelahiran BBLR pada ibu anemia sebesar 68,75% Sedangkan penelitian di Sumatera Barat, Indonesia mendapatkan prevalensi BBLR yang lahir pada ibu dengan anemia secara umum yaitu sebesar 32,9% (Syfaurahmah, 2016)
Penelitian tentang hubungan anemia dengan BBLR telah dilakukan oleh
beberapa peneliti seperti yang dilakukan oleh Suryati (2014) di Puskesmas Air Dingin Kota Padang memperlihatkan terdapat pengaruh Anemia dan KEK pada waktu hamil dengan kejadian BBLR. Dan penelitian yang dilakukan oleh Estiningtyas (2020) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta mendapatkan bahwa terdapat 19 kasus ibu hamil dengan anemia, 15 ibu diantaranya melahirkan BBLR. Penelitian terhadap hubungan Anemia dengan kematian neonatal telah dilakukan oleh beberapa peneliti, seperti Hadiningsih (2021) menunjukkan ibu bersalin dengan anemia melahirkan bayi BBLR sebesar 24% selanjutnya Bhalerao (2021) menyatakan terjadi peningkatan risiko 3,2 kali lebih besar untuk terjadi kematian perinatal pada kelompok ibu hamil yang mengalami anemia. Pratiwi (2019) bahwa bu hamil dengan anemia mempunyai risiko 5,55 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR. Munifah (2021) sebanyak 12 ibu hamil (5,02%) mengalami anemia dan sebanyak 58% melahirkan BBLR.. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Novianti (2019) proporsi ibu hamil yang mengalami anemia adalah sebesar 40,7%., dimana diantaranya sebanyak 1,7% mengalami anemia berat (kadar Hb kurang dari 7gr%/dl) dan sebanyak 39% termasuk anemia sedang. Sebanyak 80% ibu hamil dengan anemia melahirkan bayi dengan BBLR. 2. Faktor yang menyebabkan anemia pada ibu Hamil
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
diantaranya paritas, usia kehamilan, umur ibu, jarak kehamilan, penyakit yang diderita dari sebelum kehamilan. Paritas merupakan salah satu faktor yang sangat mendominasi terjadinya anemia pada kehamilan karena pada kondisi ibu yang melahirkan lebih dari dua kali atau terlalu sering sangat mempengaruhi kondisi tubuh ibu baik dalam fisik maupun batin, pada saat ibu melahirkan anak lebih dari dua kali, kondisi fisik ibu masih membutuhkan zat besi lebih banyak, baik itu untuk pemulihan kondisi ibu sendiri maupun janin yang dikandungnya. Menurut Manuaba (2018) risiko tinggi anemia akan terjadi jika wanita sering mengalami kehamilan dan melahirkan karena kehilangan zat besi, karena selama kehamilan wanita menggunakan cadangan zat besi yang ada didalam tubuhnya. Pada usia kehamilan trimester pertama dua kali lebih berpotensi terjadi anemia dibandingkan dengan trimester kedua dan usia kehamilan trimester ketiga tiga kali lebih berpotensi mengalami anemia dibandingkan trimester kedua. Ibu yang berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan menderita anemia hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis (Hermawati dan Astuti, 2018).
Ramadhannanti dkk (2017) melakukan penelitian di Puskemas Tegal rejo,
Kota Yogyakarta Tahun 2017 mendapatkan hasil umur kehamilan,umur ibu hamil dan paritas merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian dari Majidah dkk (2017) yang melakukan penelitian pada ibu hamil trimester III di kota Yogyakarta mendapatkan hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Seorang ibu yang sering hamil mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Adapun seorang ibu yang hamil pertama kali berisiko pula karena belum memiliki pengalaman sehingga berdampak pada perilaku yang berkaitan dengan asupan nutrisi (Prawirohardjo, 2014). Tampubolon menyatakn factor yang meneybabkan anemia pada ibu hamil yaitu faktor, yaitu usia ibu hamil berkisar 20 –35 tahun (81%), berpendidikan SMA (71%), pekerjaan Ibu Rumah Tangga (84%). Pengetahuan ibu hamil cukup (81%). Kepatuhan ibu hamil mengonsumsi tablet Fe tidak patuh (74%). Sosial budaya dengan kategori mitos atau pantangan makan (68%), Riwayat kehamilan kategori usia kehamilan trimester II (77%), trimester III (23%), status paritas Primigravida (48%),.
3. Penatalaksanaan dan upaya pencegahan? Apakah sudah efektif?
Program penanggulangan anemia pada ibu hamil dengan memberikan 90 tablet Fe selama periode kehamilan sudah dilakukan pemerintah, tetapi angka kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi yakni 44,2% hal ini diakrenakan masih banyak ibu hamil yang tidak patuh mengonsumsi tablet Fe (Badan Pusat Statistik, 2020; WHO, 2021). Cakupan pemberian TTD pada ibu hamil di Indonesia tahun 2020 adalah 83,6%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 64% (Kemenkes RI, 2020) Cakupan pemberian TTD pada ibu hamil di Provinsi Banten tahun 2020 sebesar 32.11% angka ini menunjukkan provinsi dengan cakupan terendah dalam pencapaian cakupan TTD di Indonesia. Upaya pencegahan telah dilakukan dengan pemberian tablet besi selama kehamilan, akan tetapi hasilnya belum memuaskan. Pada Riskesdas tahun 2018 prresentase ibu hamil yang melaporkan minum tablet besi (Fe) adalah 73,2%, menurut jumlah tablet yang dikonsumsi, ibu hamil yang memperoleh tablet Fe >90 butir adalah sebanyak 38,1% dan yang mengkonsumsi tablet besi (Fe) (Riskesdas, 2018)
Di RS Sari Asih Karawaci dilakukan upaya pencegahan dengan cara
memberikan edukasi tentang pencegahan terhadap anemia merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap menjadi positif. Edukasi diberikan saat melakukan kunjungan ANC, dimana pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal enam kali kunjungan selama kehamilan. Sehingga pada akhirnya ibu hamil dapat melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya anemia diantaranya cukup istirahat, mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung FE, Pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali dan rutin mengkonsumsi tablet fe 90 tablet selama kehamilan, melakukan pemeriksaan Hb pada trimester I dan III, segera memeriksakan diri jika merasakan keluhan yang tidak biasa
Penatalaksanaan anemia kepada ibu hamil dalam menangani anemia dengan
memberikan makanan yang mengandung zat besi Sayuran berwarna hijau tua Buah- buahan Membiasakan konsumsi makanan yang mempermudah penyerapan Fe seperti vitamin C, air jeruk daging dan ikan Menghindari minuman yang menghambat penyerapan Fe seperti teh dan kopi. Kapsul Kelor juga bermanfaat untuk menyembuhkan Anemia.