Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization(WHO) (2000) dalam Respati, dkk (2019)

menyatakan setiap tahun diperkirakan 529.000 wanita di dunia meninggal sebagai

akibat komplikasi yang timbul dari kehamilan dan persalinan, sehingga

diperkirakan terdapat angka kematian ibu sebesar 400 per 100.000 kelahiran. Hal

ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia akan meninggal setiap

menitnya. Hampir semua kematian ibu (99%) terjadi di Negara berkembang.

Rasio kematian ibu di Negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per

100.000 kelahiran hidup dan di Negara maju yaitu 12 per 100.000 kelahiran.

Proverawati (2016) ; Meidila (2017) dalam Astapani, dkk (2020) kematian

ibu merupakan masalah kesehatan global yang menjadi indikator penting dalam

keberhasilan program kesehatan ibu sekaligus salah satu indikator dalam

menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. World Health

Organization(WHO) menyebutkan bahwa kematian ibu di Negara berkembang

disebabkan oleh anemia dalam kehamilan 40 %, eklampsia 34 %, karena penyakit

26 %, dan infeksi 12 %.

Data dari World Health Organization (WHO) (2015) dalam Hamzah, dkk

(2021) menyatakan bahwa lebih dari 30% penduduk di dunia mengalami anemia.

Kasus anemia pada negara maju menunjukkan persentase sebesar 4,3-20% dengan

anemia gizi besi. Data menunjukkan anemia 43% diderita anak-anak, 38% ibu

hamil, 29% wanita tidak hamil, dan sebesar 29% usia subur didiagnosa anemia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) dalam Hamzah, dkk (2021) anemia gizi

besi masih merupakan masalah yang serius di Indonesia, sampai saat ini masalah kekurangan zat

besi belum bisa teratasi baik yang terjadi pada ibu hamil ataupun pada remaja putri. Berdasarkan

data RISKESDAS tahun 2018 terjadi peningkatan anemia pada ibu hamil sebesar 11,8%

dibanding tahun 2013. Sebesar 37,1% ibu hamil menderita anemia pada tahun 2013 dan pada

tahun 2018 sebesar 48,9%. Hal ini terjadi karena tingginya prevalensi anemia pada remaja putri

yaitu sebesar 25% dan 17% pada wanita usia subur.

Pada tahun 2018 kejadian anemia pada ibu hamil di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 455

kasus (1,01%), meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu sebesar 339 kasus (0,74%)

(Prijanto, 2019). Pada tahun 2019 ibu hamil yang mengalami anemia di Kota Kotamobagu

sebanyak 432 orang, tahun 2020 sebanyak 20 orang, dan tahun 2021 sebanyak 32 orang (Dinkes

Kota Kotamobagu, 2022). Di RSUD Kota Kotamobagu jumlah ibu hamil pada tahun 2021

sebanyak 187 orang dan satu diantaranya mengalami anemia.

Huang, dkk (2015) dalam Fadli dan Fatmawati (2019) menyatakan kejadian anemia pada

kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan ibu, pendapatan, jarak

setelah nifas, paritas, kecukupan tablet Fe, dan status gizi. Prawiroharjo (2012) dalam Riyani,

dkk (2020) usia yang aman untuk kehamilan dikenal juga dengan istilah reproduksi sehat yaitu

antara 20 hingga 35 tahun, dikatakan aman karena kematian maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada rentang usia tersebut ternyata 2 sampai 5 kali lebih rendah dari pada kematian

maternal yang terjadi di rentang usia kurang dari 20 ataupun lebih dari 35.

Prawiroharjo (2010) dalam Astapani, dkk (2020) menyatakan bahwa anemia dalam

kehamilan berakibat terjadinya perdarahan. Perdarahan merupakan penyebab nomor 1 kematian

ibu bersalin. Anemia merupakan suatu kondisi jumlah dan ukuran sel darah merah atau

konsentrasi hemoglobin di bawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas

darah untuk mengangkut oksigen kesekitar tubuh. Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan

mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati, prematuritas,

dan berat bayi lahir rendah.

Tenaga kesehatan memiliki peran dalam memberikan promosi kesehatan melalui

pendidikan kesehatan yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia.

Teknik konseling sangat cocok dilakukan karena interaksi dalam dua arah dan dapat mengikuti

kebutuhan ibu hamil. Bentuk dari dukungan tenaga kesehatan bagi ibu hamil untuk mencegah
anemia adalah memberikan kesempatan pilihan pengaturan menu makanan, kesempatan

menyampaikan keluhan, keyakinan akan kemampuan ibu hamil, memberikan kesempatan

bertanya, dan mendengarkan cerita dari ibu hamil (Triharini, 2019).

Salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi sayuran yang berwarna hijau seperti bayam. Dalam hal ini di daerah Bolaang

Mongondow sayur bayam yang digemari masyarakat adalah bayam merah. Mengkonsumsi sayur

bayam secara rutin, baik itu di sayur maupun dijadikan jus berkhasiat mampu mengatasi

beberapa jenis penyakit salah satunya mencegah anemia karena bayam memiliki zat besi yang

tinggi. Setiap 100 gram bayam merah mengandung 2,2 gram protein, 6,3 gram karbohidrat, 7 mg

zat besi, 2,2 gram air, beta-karoten 7.325 mcg, 41 kalori energi, 80 mg fosfor, 60 mg kalium,

520 mg kalsium, 0,8 gram lemak, 20 mg natrium, 0,1 mg niasin, 0,1 mg riboflavin, 0,8 mg seng,

2,2 gram serat, 0,2 mg tembaga, 0,2 mg thiamin, dan 62 mg vitamin C (Kundaryanti dan

Widowati, 2019 ; Sari dkk, 2021 ; dalam Zuiatna, 2021).

Dukungan lingkungan seperti keluarga serta kelompok ibu hamil juga diperlukan pada

upaya penurunan kejadian anemia. Dukungan sosial dari keluarga akan mempengaruhi persepsi

dan keyakinan ibu hamil sehingga meningkatkan perilaku untuk mencegah anemia. Bentuk

dukungan keluarga pada ibu hamil untuk mencegah anemia seperti pemberian keyakinan

kemampuan ibu untuk minum tablet tambah darah secara teratur, mengingatkan untuk makan

makanan bergizi, mengingatkan minum tablet tambah darah secara teratur dan keluarga

memberikan contoh dengan makan makanan bergizi dan menjaga kebersihan diri (Triharini,

2019).

Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) dalam Septiyaningsih, dkk

(2020) menyatakan upaya pemerintah untuk mengurangi angka kejadian anemia dalam

kehamilan yaitu dengan menjalankan program pelayanan antenatal terpadu yang didalamnya

termasuk pelayanan konseling masalah gizi selama kehamilan, pemeriksaan kadar hemoglobin

minimal satu kali pada trimester 1 dan satu kali pada trimester 3, pemberian tablet Fe (60 mg)

dan asam folat (500-800 mcg) minimal 90 tablet selama kehamilan. Pemerintah menetapkan

kebijakan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan WUS dilakukan setiap

1 kali seminggu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 88 tahun 2014 dan Peraturan

Menteri Kesehatan nomor 51 tahun 2016. Pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan

WUS diberikan secara blanket approach(Kemenkes RI, 2018).


Menurut Khomsan dan Anwar (2008) dalam Septiyaningsih, dkk (2020) pengetahuan juga

dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Pengetahuan mempengaruhi ibu hamil dalam

memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan mengenai makanan yang

beraneka ragam maka ibu hamil akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan

yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan data di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia di RSUD

Kota Kotamobagu Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka permasalahan yang

dirumuskan dalam penelitian yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang

Anemia di RSUD Kota Kotamobagu Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diperoleh informasi bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia di

RSUD Kota Kotamobagu Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil

tentang Anemia di RSUD Kota Kotamobagu Kecamatan Kotamobagu Selatan

Kota Kotamobagu”

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan serta meningkatkan keterampilan yang berhubungan

dengan asuhan kebidanan pada kehamilan khususnya kehamilan

dengan resiko tinggi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan

asuhan kebidanan pada ibu hamil serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan

pada khususnya maupun tenaga kesehatan pada umumnya.

b. Bagi Lokasi Penelitian

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai

ibu hamil yang lebih beresiko mengalami anemia sehingga dapat mencegah anemia pada

kehamilan.

c. Bagi Responden

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk lebih

mendukung program-program yang telah dibuat oleh pemerintah dalam mencegah anemia.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut dengan

variabel yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai