PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diperkirakan terdapat angka kematian ibu sebesar 400 per 100.000 kelahiran. Hal
ini memiliki arti bahwa satu orang wanita di belahan dunia akan meninggal setiap
Rasio kematian ibu di Negara berkembang pada tahun 2015 adalah 239 per
100.000 kelahiran hidup dan di Negara maju yaitu 12 per 100.000 kelahiran.
ibu merupakan masalah kesehatan global yang menjadi indikator penting dalam
26 %, dan infeksi 12 %.
Data dari World Health Organization (WHO) (2015) dalam Hamzah, dkk
(2021) menyatakan bahwa lebih dari 30% penduduk di dunia mengalami anemia.
Kasus anemia pada negara maju menunjukkan persentase sebesar 4,3-20% dengan
anemia gizi besi. Data menunjukkan anemia 43% diderita anak-anak, 38% ibu
hamil, 29% wanita tidak hamil, dan sebesar 29% usia subur didiagnosa anemia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) dalam Hamzah, dkk (2021) anemia gizi
besi masih merupakan masalah yang serius di Indonesia, sampai saat ini masalah kekurangan zat
besi belum bisa teratasi baik yang terjadi pada ibu hamil ataupun pada remaja putri. Berdasarkan
data RISKESDAS tahun 2018 terjadi peningkatan anemia pada ibu hamil sebesar 11,8%
dibanding tahun 2013. Sebesar 37,1% ibu hamil menderita anemia pada tahun 2013 dan pada
tahun 2018 sebesar 48,9%. Hal ini terjadi karena tingginya prevalensi anemia pada remaja putri
Pada tahun 2018 kejadian anemia pada ibu hamil di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 455
kasus (1,01%), meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu sebesar 339 kasus (0,74%)
(Prijanto, 2019). Pada tahun 2019 ibu hamil yang mengalami anemia di Kota Kotamobagu
sebanyak 432 orang, tahun 2020 sebanyak 20 orang, dan tahun 2021 sebanyak 32 orang (Dinkes
Kota Kotamobagu, 2022). Di RSUD Kota Kotamobagu jumlah ibu hamil pada tahun 2021
Huang, dkk (2015) dalam Fadli dan Fatmawati (2019) menyatakan kejadian anemia pada
kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan ibu, pendapatan, jarak
setelah nifas, paritas, kecukupan tablet Fe, dan status gizi. Prawiroharjo (2012) dalam Riyani,
dkk (2020) usia yang aman untuk kehamilan dikenal juga dengan istilah reproduksi sehat yaitu
antara 20 hingga 35 tahun, dikatakan aman karena kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada rentang usia tersebut ternyata 2 sampai 5 kali lebih rendah dari pada kematian
maternal yang terjadi di rentang usia kurang dari 20 ataupun lebih dari 35.
Prawiroharjo (2010) dalam Astapani, dkk (2020) menyatakan bahwa anemia dalam
ibu bersalin. Anemia merupakan suatu kondisi jumlah dan ukuran sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di bawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu kapasitas
darah untuk mengangkut oksigen kesekitar tubuh. Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko keguguran, lahir mati, prematuritas,
pendidikan kesehatan yang tepat untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia.
Teknik konseling sangat cocok dilakukan karena interaksi dalam dua arah dan dapat mengikuti
kebutuhan ibu hamil. Bentuk dari dukungan tenaga kesehatan bagi ibu hamil untuk mencegah
anemia adalah memberikan kesempatan pilihan pengaturan menu makanan, kesempatan
Salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi sayuran yang berwarna hijau seperti bayam. Dalam hal ini di daerah Bolaang
Mongondow sayur bayam yang digemari masyarakat adalah bayam merah. Mengkonsumsi sayur
bayam secara rutin, baik itu di sayur maupun dijadikan jus berkhasiat mampu mengatasi
beberapa jenis penyakit salah satunya mencegah anemia karena bayam memiliki zat besi yang
tinggi. Setiap 100 gram bayam merah mengandung 2,2 gram protein, 6,3 gram karbohidrat, 7 mg
zat besi, 2,2 gram air, beta-karoten 7.325 mcg, 41 kalori energi, 80 mg fosfor, 60 mg kalium,
520 mg kalsium, 0,8 gram lemak, 20 mg natrium, 0,1 mg niasin, 0,1 mg riboflavin, 0,8 mg seng,
2,2 gram serat, 0,2 mg tembaga, 0,2 mg thiamin, dan 62 mg vitamin C (Kundaryanti dan
Dukungan lingkungan seperti keluarga serta kelompok ibu hamil juga diperlukan pada
upaya penurunan kejadian anemia. Dukungan sosial dari keluarga akan mempengaruhi persepsi
dan keyakinan ibu hamil sehingga meningkatkan perilaku untuk mencegah anemia. Bentuk
dukungan keluarga pada ibu hamil untuk mencegah anemia seperti pemberian keyakinan
kemampuan ibu untuk minum tablet tambah darah secara teratur, mengingatkan untuk makan
makanan bergizi, mengingatkan minum tablet tambah darah secara teratur dan keluarga
memberikan contoh dengan makan makanan bergizi dan menjaga kebersihan diri (Triharini,
2019).
(2020) menyatakan upaya pemerintah untuk mengurangi angka kejadian anemia dalam
kehamilan yaitu dengan menjalankan program pelayanan antenatal terpadu yang didalamnya
termasuk pelayanan konseling masalah gizi selama kehamilan, pemeriksaan kadar hemoglobin
minimal satu kali pada trimester 1 dan satu kali pada trimester 3, pemberian tablet Fe (60 mg)
dan asam folat (500-800 mcg) minimal 90 tablet selama kehamilan. Pemerintah menetapkan
kebijakan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan WUS dilakukan setiap
1 kali seminggu sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 88 tahun 2014 dan Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 51 tahun 2016. Pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri dan
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Pengetahuan mempengaruhi ibu hamil dalam
memilih dan mengonsumsi makanan. Semakin baik pengetahuan mengenai makanan yang
beraneka ragam maka ibu hamil akan semakin memperhatikan kualitas dan kuantitas pangan
yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan data di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia di RSUD
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian yaitu “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tentang Anemia di RSUD Kota Kotamobagu Kecamatan Kotamobagu Selatan
Kota Kotamobagu”
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
asuhan kebidanan pada ibu hamil serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan
ibu hamil yang lebih beresiko mengalami anemia sehingga dapat mencegah anemia pada
kehamilan.
c. Bagi Responden
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil untuk lebih
mendukung program-program yang telah dibuat oleh pemerintah dalam mencegah anemia.
Sebagai bahan referensi dan peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut dengan