Anda di halaman 1dari 6

1.

Komplikasi Tindakan Sectio Caesarea

Menurut Hartati (2021) komplikasi pada persalinan sectio caesarea, antara lain di

uraikan di bawah ini:

a. Menguraikan bahwa komplikasi utama persalinan sectio caesareaadalah kerusakan

organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilakukan operasi dan komplikasi

yang berhubungan dengan anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian

ibu lebih besar pada persalinan Sectio Caesarea dibandingkan persalinan pervaginam.

b. Resiko komplikasi akibat tindakan sectio caesareaadalah vena trombosis, karena

berbagai faktor seperti trombophilia, American Collage of Obstetricians and

Gynecologisis (ACOG) membuat kategori pasien pasca operasi sectio caesareamenjadi

dua yakni risiko rendah sampai risiko tinggi.

c. Komplikasi pasca sectio caesareapada insisi segmen bawah rahim dapat terjadi:

1) Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus hingga berisiko mengalami rupture

membrane.

2) Ileus dan peritonitis.

3) Pasca operasi obstruksi.

4) Masalah infeksi karena masuknya mikroorganisme selama pasca operasi.

d. Komplikasi pada ibu yang dilakukan sectio caesareayaitu:

1) Terjadinya aspirasi.

2) Emboli pulmonal.

3) Perdarahan.

4) Infeksi urinaria.

5) Injuri pada bladder.


6) Trombophlebitis.

7) Infeksi pada luka operasi.

8) Komplikasi yang berhubungan dengan efek anestesi serta terjadinya injury.

9) Masalah respirasi pada fetal.

7. Proses Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas

Menurut Sutanto (2021) berikut ini 3 tahapan penyesuaian psikologi ibu dalam masa

postpartum.

a. Fase taking in

Setelah melahirkan sampai hari ke-2. Ciri-ciri sebagai berikut:

1) Perasaan ibu berfokus kepada dirinya.

2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.

4) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan.

5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke

kondisi normal.

6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.

7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak

berlangsung normal.

8) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ibu adalah sebagai

berikut:

a) Kekecewaan kerena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya.

Misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit dan sebagainya.


b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu. Misalnya,

rasa mules akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan

sebagainya.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan

cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akanmerasa tidak nyaman karena

sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung

jawab bersama.

b. Fase taking hold

Hari ke-3 sampai 10. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1) Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih

(baby blues).

2) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan

tanggung jawab akan bayinya.

3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAB, BAK dan daya

tahan tubuh.

4) Ibu berusaha menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui,

memandikan, dan mengganti popok.

5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.

6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu

membesarkan bayinya.
Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung,

dan cenderung menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran. Dianjurkan untuk

berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.

a. Fase leting go

Hari ke-10 sampai akhir masa nifas. Ciri-cirinya sebagai berikut:

1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke

rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.

2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami

kebutuhan bayi.

Fase penyesuaian psikologi ibu dalam masa pueprperium sebagaimana dijelaskan

diatas. Fase itu meliputi beberapa keadaan tergantung situasi dan kondisi yang

dialami oleh masing-masing pribadi ibu.

8. Involusi Uterus

Nurjannah, dkk (2020) menyatakan bahwaInvolusio atau pengerutan uterus

merupakan suatu proses yang menyebabkan uterus kembali pada sisi semula seperti

sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai

proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi

uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometrium dan pengelupasan

lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta

perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea. Proses involusi uterus adalah sebagai

berikut:

a. Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot

uterin.Enzym proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula selama hamil atau dapat juga

dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal

yang disebabkan karena penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.

b. Terdapat polymorp phagolitik dan macrophages didalam cardiovaskuler dan sistem

limphatik.

c. Efek Oksitosin (cara bekerjanya oksitosin)

Penyebab kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan mengompres pembulu darah

yang menyebabkan kurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk

mengurangi situs atau implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

TFU Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1.000 gr

1 minggu Pertengahan pusat simpisis 750 gr

2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 500 gr

6 minggu Normal 50 gr

8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gr

Tabel 1. Perbandingan Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus dimasa Involusi.

Berdasarkan hasil penelitian Kustini (2018) tentang perbedaan penurunan TFU

pada ibu nifas fisiologis dan ibu nifas post sectio caesaraea di ruang melati RSUD

Dr.Soegiri Kabupaten Lamongan, terdapat 104 ibu nifas, 71 ibu nifas merupakan nifas

fisiologis yang hampir seluruhnya (81,3%) yang penurunan Tfu sesuai dengan waktu

yang ditentukan, dan sebagian kecil (18,3%) yang penurunan TFU-nya tidak sesuai
dengan waktu yang ditentukan, sedangkan pada 33 ibu nifas Post sectio

caesareasebagian besar (60,6%) penurunan TFU-nya tidak sesuai dengan waktu yang

ditentukan, dan hampir sebagian (39,4%) yang sesuai dengan penurunan TFU-nya ibu

nifas Post sectio caesareamengalami keterlambatan penurunan TFU. Hal ini disebabkan

pada ibu Post sectio caesarea kurang melakukan mobilisasi dini karena rasa nyeri yang

timbul pada luka jahitan pada abdomen.

Anda mungkin juga menyukai