Tinjauan Teori
Post Partum Dengan Sectio Caesarea Indikasi PROM dan Persalinan Premature
1.1 Post Partum/ Masa Nifas
A. Definisi
Periode postpartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2004). Serupa dengan (Hadijono, 2008) berpendapat masa nifas atau
puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu
B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama 6-8 minggu
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Waktu
yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan
ataupun tahunan.
C. Gejala Klinis (Fisiologi Nifas)
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat-alat/organ
reproduksi yaitu :
1. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri
(TFU) post partum menurut masa involusi :
Tabel 1. TFU menurut masa involusi
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 1
INVOLUSI
TFU
BERAT UTERUS
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Placenta
lahir
1000 gram
1 minggu
500 gram
2 minggu
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50-60 gram
(Bobak, 2004:493)
Page 2
makanan dua kali dari jumlah biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan
yang sering ditemukan.
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
c) Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan
buang air yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali
normal.
4. Sistem Perkemihan
a) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah
kecil hemoragi.
5. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
D. Perubahan Psikologis Post Partum
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
berikut ini:
1. Fase taking ini yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus
pertahatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalamanselama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu
menjadi pasif terhadap lingkungan.
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 3
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
malahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik
untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya
sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya
ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini
disebut baby blues.
Jika keadaan seperti diatas terjadi, disarankan untuk
a.
minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat
untuk menghilangkan kelelahan;
b.
memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu rasakan serta
meminta dukungan dan pertolongannya;
c.
d.
E. Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
Page 4
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
1.2 Sectio caesarea
A. Definisi
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru S, 2012 dalam
Amin HN, 2013).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 1998)
B. Jenis-jenis Operasi Sectio Caesarea
1. Sectio caesarea abdomen
Sectio caerarea transperitonealis
2. Sectio caesarea vaginalis
Menurut arah sayatan pada rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) Sayatan memanjang longitudinal menurut Kronig
b) Sayatan melintang ( transversal) menurut Kerr
c) Sayatan huruf T ( T-Incision)
3. Sectio caesarea Klasik (Corporal)
Dilkaukan dengan mebuat sayatan memanjang pada corpus uteri kira-kira
sepanjang 10 cm, tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan karena memiliki
banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi berulang yang
memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat dipertimbangkan
4.Sectio caesarea Ismika (Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim (low servikal transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm
C. Etiologi
Page 5
Menurut Amin Huda Nurarif, 2013 bahwa penyebab atau indikasi dilakukan
Sectio caesarea antara lain :
1. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida denga kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvic (disproporsi janin/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II,
komplikasi kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan ( kista, ovarium, mioma uteri, dan sebagainya)
2. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan
janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi.
D. Komplikasi
1. Pada ibu infeksi puerperal (Nifas)
a)
b)
Sedang : Kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
kembung
c)
2. Pada Janin
a)
b)
E. Penatalaksanaan Medis
Pada pasien yang sudah dilakukan operasi biasanya diberikan obat
antibiotik, analgesik dan anti inflamasi
Berikan anti kembung
Luka operasi biasanya dibersihkan dan diganti 1x setiap hari.
Pertimbangan yang perlu dilakukan menurunkan morbilitas dan mortalitas
bayi pasca sectio caesarea adalah:
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 6
Waktu anestesi dan persalinan bayi sedapat mungkin dan yang paling
singkat
Sejak insisi dinding perut sampai persalinan sebaiknya dalam waktu 2 menit
1.3 Premature Rupture of the Membrane (PROM)/Ketuban Pecah Dini
A. Definisi
PROM adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono
Prawirohardjo, 2005)
B. Prinsip Dasar
1. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung
2. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan
dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma
sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan
menyebabkan infeksi ibu.
3. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor
tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi
yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
4. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda
persalinan. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
C. Etiologi
Penyebab dari PROM tidak/belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan,
kecuali usaha menekan infeksi.
1.
2.
3.
4.
Persalinan prematur
Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD
Malposisi atau malpresentasi janin
Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks
a) Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi
terapeutik, LEEP, dan sebagainya
b) Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama
kelahiran sebelumnya
c) Inkompeteni serviks
5. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 7
Page 8
Partus spontan
Ekstraksi vakum
Ekstraksi forsep
Embriotomi bila anak sudah meninggal
Seksiosesarea bila ada indikasi obstetrik
G.Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko
infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD premature
sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 9
korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat
terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm. Hipoplasia
paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm. Kejadiannya
mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 23 minggu.
a.
b.
c.
d.
Infeksi intrauterine
Tali pusat menumbung
Prematuritas
Distosia (Sujiyatini, 2009)
H. Penanganan
1. Konservatif
a. Rawat di RS
b. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritomisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <>
d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes
janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi ,
berikam tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
f. Jika usia kehamilan 32-37, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi interauterin ).
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingiomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametaon IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, induksi dengan oksitosin,
bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan
diakhiri :
Bila skor pelvic <>
Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan
Page 10
Page 11
3
4
5
6
Kontraksi uterus yang tidak normal (sakit atau tidak) terasa lebih sering dari
pada setiap 10 menit untuk 1 jam atau lebih dan tidak sembuh dengan
berbaring.
Page 12
BAB II
Konsep Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea
Asuhan keperawatan pada klien post sectio caesarea menggunakan metode
proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Keseluruhan tahap ini
merupakan pengintegrasian ketrampilan, intelektual, hubungan pribadi dan teknik
seorang perawat.
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 13
2.1 Pengkajian
Menurut Doenges (2001), pengkajian pada klien post sectio caesarea meliputi :
a. Pengkajian data dasar primer
Tinjau ulang catatan pranatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk
kelahiran caesarea.
b. Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.
c. Integritas ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, sampai ketakutan,
marah atau menarik diri. Klien atau pasangan dapat memiliki pertanyaan atau
salah terima dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekspresikan
ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
d. Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urine jernih pucat, bising usus tidak ada,
amar, atau jelas.
e.
f.
Makanan atau cairan: abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.
Neurosensori: kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
Keamanan : Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.
Jalur parenteral bila digunakan paten, dan sisi bebas eritema, bengkak dan
nyeri tekan.
j.
k.
Pemeriksaan diagnostik
1)
Page 14
2)
g.
j.
Page 15
2.3. Perencanaan
Perencanaan untuk masing-masing diagnosa keperawatan menurut Doenges
(2001), adalah sebagai berikut:
a.
2)
3)
Beri kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaanperasaan yang negatif tentang diri mereka dan bayinya.
Rasional : Konflik tidak teratasi selama proses pengenalan awal orang tua
bayi dapat mempunyai efek yang negatif.
4)
5)
b.
Kaji dan tentukan lokasi, karakteristik nyeri, intensitas nyeri (0-10), serta
Page 16
relaksasi.
Rasional : Merilekskan otot-otot dan mengalihkan perhatian dan sensasi nyeri,
menurunkan ketidaknyamanan.
4)
kacangan, kol, minuman terlalu dingin atau terlalu panas atau penggunan
sedotan untuk minum.
Rasional : Menurunkan pembentukan gas dan meingkatkan peristaltik untuk
menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi gas yang pada hari ketiga
setelah kelahiran sectio caesarea.
6)
masase)
Rasional : Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan
emosional klien.
7)
obat analgetik
Rasional : Analgetik bersifat menghilangkan atau mengurangi nyeri.
c. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi ancaman pada konsep diri,
transmisi/kontak inter personal, kebutuhan tak terpenuhi.
Tujuan : Kesadaranakan perasaan ansietas, klien rileks dapat
mengindentifikasi cara untuk menurunkan atau menghilangkan
ansietas.
Intervensi :
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 17
Page 18
Page 19
Intervensi :
1) Auskultasi terhadap adanya bising usus.
Rasional : Mnentukan kesiapan terhadap pemberian makan per oral dan
kemungkinan terjadinya komplikasi.
2) Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan.
Rasional : Menandakan pembentukan gas dan akumulasi atau
kemungkinan ileus paralitik.
3) Anjurkan cairan oral yang adekuat (6-8 gelas/hari) bila masukan oral
sudah diberikan, banyak makanan berserat tinggi.
Rasional : Makanan berserat tinggi dapat merangsang eliminasi dan
mencegah komplikasi.
4) Berikan pelunak faeces.
Rasional : Merangsang peristaltik usus.
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) B Universitas Brawijaya Malang
Page 20
Page 21
Page 22
2.5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2001) evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah tercapai. Tujuan evaluasi adalah melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan kilen berdasarkan respon klein terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan.
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu :
1.
Evaluasi proses atau formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus
Page 23
Evaluasi hasil atau sumatif adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
Hasil evaluasi :
a.
b.
c.
Tujuan tidak tercapai, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali, dan bahkan timbul masalah baru.
Daftar Pustaka
Page 24
Huda AN. 2013. Aplikasi NANDA, NIC, NOC. Yogyakarta: Midiaction Publish
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Morgan G . 2009. Obsteri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta: EGC
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktek. Jakarta:
Salemba Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: FKUI
Sujiyati . 2008. Asuhan Patologi Kebidanan. Jakarta: Numed.
Page 25