TINJAUAN TEORI
2.1.7 Kunjungan
Menurut Hana dkk (2010), Asuhan kebidanan pada kunjungan ulang sesuai
dengan kebijakan pemerintah untuk kunjungan ANC bidan harus
melakukan “14 T” :
1. Timbang BB ibu
2. Tekanan Darah
3. Tinggi Fundus Uteri
4. Tetanus toxoid lengkap
5. Tablet Zat besi, min 90 tablet selama Hamil
6. Tes PMS
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
8. Terapi kebugaran
9. Tes VDRL (tes Untuk Sifilis)
10. Tes reduksi urine
11. Tes protein urine
12. Tes HB
13. Tes lodium
14. Tes malaria
Pada kunjungan ulang atau setiap kunjungan bidan harus melakukan hal hal
berikut :
a. Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil.
b. Memeriksa urine untuk tes protein dan glukosa urine atas indikasi. Bila
ada kelainan, ibu di rujuk.
c. Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak
bertambah atau jika LILAnya kurang menunjukkan kurang gizi. Beri
penyuluhan tentang gizi.
d. Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan bantal. Letakkan tensimeter yang sejajar dengan jantungnya.
Jika tekanan darah diatas 140/90 mmHg, atau peningkatan diastole 10
mmHg/ lebih sebelum kehailan 16 minggu atau paling sedikit pada
pengukuran dua kali berturut - turut dengan selisih waktu 1 jam berarti
ada selisih yang nyata dan ibu perlu dirujuk.
e. Periksa Hb pada kunjungn pertama dan pada kehailan 28-30 minggu
atau lebih untuk mengetahui tanda anemia.
f. Berikan tablet besi minimal 90 tablet selama hamil dan di minum sehari
sekali dengan air putih.
g. Menanyakan adanya tanda gejala PMS.
h. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap, termasuk payudara untuk persiapan
menyusui.
i. Ukur TFU dalam centimeter. TFU sesudah 24 minggu sama dengan
umur kehamilan dalam cm.
j. Mendengarkan denyut jantung dan tanyakan pergerakan janin.
k. Beri nasehat tentang cara perawatan diri selama kehamilan.
l. Dengarkan keluhan dan bicarakan rencana persalinan.
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan
colostrum.
R/Colostrum diproduksi untuk persiapan
menyusui bayi yang akan dilahirkan.
Abdomen :
Leopold I :Normal ukuran TFU pada
kehamilan trimester III yaitu pada usia
kehamilan 27-32 minggu TFU 32 cm, pada
usia kehamilan 33 minggu-36 minggu TFU
36 cm, pada usia kehamilan 37 minggu-40
minggu TFU 40 cm dan pada bagian fundus
teraba bulat, besar tidak melenting (bokong
janin).
Leopold II:Normalnya letak janin
membujur.
Leopold III : Normalnya pada bagian bawa
perut ibu teraba keras,
melenting, besar (kepala
janin).
Leopold IV : Normalnya kepala janin sudah
turun dan sudah teraba 2/5
atau 3/5 bagian.
TBJ :Terdengar bunyi Denyut Jantung Janin
dan normal frekuensinya 120 – 160
kali/menit, serta terdengar jelas.
(TFU – 11) × 155 bila sudah masuk PAP.
R/Pemeriksaan abdomen dapat mengetahui
perkembangan janin, serta kesejahteraan
janin. Pada usia kehamilan 28 minggu-30
minggu kira-kira 800-1175 gram, pada usia
kehamilan 31 minggu samapai 35 minggu
kira-kira 1350-2001 gram, pada usia
kehamilan 36 minggu-40 minggu kira-kira
2160-3001 gram.
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan
bunyi wheezing.
R/ Pernafasan ibu sebagai screening, untuk
mengetahui penyakit yang diderita oleh
ibu misalnya pada ibu yang memiliki
penyakit asma, dan tidak boleh
melahirkan secara normal karena, radang
kronis yang terjadi pada obstruksi
reversible dari spasme, edema.
Abdomen : Normalnya terdengar bunyi Denyut Jantung
Janin dan normal frekuensinya 120 – 160
kali/menit, serta terdengar jelas.
R/ Detak Jantung Janin dapat diketahui,
guna mengidentifikasi kesejahteraan
janin.
d. Perkusi
Ekstrimitas bawah : Respon reflek patella harus ada
(++) Jika reflek patella negative
kemungkinan ibu mengalami
kekurangan vitamin B1 dan juga
menunjukkan ada masalah di
saraf tulang belakang pasien atau
tulang perifer, reflek patella (+)
menunjukkan sistem saraf di
daerah ekstermitas bawah itu
mengalami hipoaktif, reflek
patella (+++/+++) menunjukkan
sistem saraf di daerah
ekstermitas bawah mengalami
hiperaktif, jika ditemukan
keadaan seperti itu maka harus
segera dikonsulkan kepada
dokter.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb : Hb trimester III (11gr/14gr/dl),
pemeriksaan Hb dilakukan minimal 1
kali pada trimester 1 dan 1 kali pada
trimester III, karena pada trimester 1
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
terutama untuk proses tumbuh kembang
janin, sedangkan pada trimester III untuk
persiapan proses persalinan.
Protein urine : 1. Ada kekeruhan ringan tanpa butir-
butir : + (protein 0.01-0,05%).
2. Kekeruhan mudah terlihat dengan
butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%).
3. Kekeruhan jelas dan berkeping-keping
: +++ (protein 0,2-0,5%).
4. Sangat keruh, berkeping besar atau
bergumpal : ++++ (protein >0,5%).
Glukosa Urine : 1. Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit
kehijau-hijauan.
2. Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan
dan keruh (0,5-1% glukosa).
3. Positif (++) : Kuning keruh(1-1,5%
glukosa).
4. Positif (+++) : Jingga atau warna
lumpur keruh (2-3,5% glukosa).
5. Positif (++++) : Merah keruh (> dari
3,5% glukosa.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg) tekanan
darah pada ibu inpartu kala I akan
meningkat selama kontraksi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg
diastol rata-rata 5-10 mmHg, nyeri, rasa
takut, dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit) Frekuensi
denyut nadi diantara kontraksi sedikit
lebih tinggi dibanding selama priode
menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi selama persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Suhu : Normal (36,5–37,2oC), Peningkatan suhu
tidak lebih dari 0,5-1oC dianggap normal,
nilai tersebut mencerminkan peningkatan
metabolisme selama persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali/menit) Sedikit
peningkatan frekuensi pernafasan
dianggap normal selama persalinan karena
meningkatnya metabolisme, hiperventilasi
yang memanjang adalah hal yg abnormal
yg dapat menyebabkan alkolisis.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
BB bulan lalu : Ditanyakan untuk mengetahui
perbedaannya dengan BB sekarang
BB sekarang : Selama kehamilan TM II dan III
pertumbuhan BB 0,5 kg perminggu.
Pertambahan > 0,5 kg perminggu pada
TMII harus di waspadai mengalami preekl
amsia. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal sekitar 9 -
13,5 Kg.
TB : <145 cm, ibu hamil dengan TB kurang
dari 145 cm kemungkinan panggulnya
sempit.
LILA : >23,5 cm, bila kurang merupakan
indikasi kuat untuk status gizi ibu yang
kurang baik/buruk. Sehingga 12 beresiko
untuk melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu hamil wajah tidak
oedema, tidak pucat, terdapat cloasma
gravidarum.
Mata : Normalnya pada ibu hamil sklera putih,
konjungtiva merah muda, karena kalau
pucat dicurigakan ibunya anemis.
Mulut : Normalnya merah muda, lidah tampak
bersih, tidak ada caries pada gigi.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang,
hipergmentasi areola memae, putting susu
tampak menonjol.
Abdomen : Normalnya abdomen tampak striae
livida, tampak linea nigra, tampak bekas
luka operasi tidak (berkaitan dengan
persalinan normal).
Genetalia : Genetalia pada ibu yang inpartu tampak
pengeluaran lendir bercampur darah yg
disebabkan oleh adanya his persalinan
sehingga terjadi penipisan dan pembukaan
serviks, pembukaan serviks menyebabkan
selaput lendir pd kanalis servikalis
terlepas dan perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Ekstremitas
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan
bebas, tidak oedema, (pergerakan kaku
dikhawatirkan ibu tidak bisa persalinan
normal, oedema bisa dicurigakn ibu
mengalami preeklamsia ringan).
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan
bebas, tidak oedema, (pergerakan kaku
dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan
normal, oedema bisa dicurigakn ibu
mengalami preeklamsia ringan).
b. Palpasi
Dada :Normalnya payudara sudah
mengeluarkan colostrum.
Abdomen :
Leopold I :Normal ukuran TFU pada usia kehamilan
40 minggu 26-28cm dan pada bagian
fundus teraba bulat, besar tidak melenting
(bokong janin)
Leopold II :Normalnya letak janin membujur.
Leopold III:Normalnya pada bagian bawa perut ibu
teraba keras, melenting, besar (kepala
janin).
Leopold IV:Normalnya pada kala I persalinan kepala
janin sudah turun dan masuk kedalam
rongga panggul atau sudah teraba 2/5-3/5
bagian. Bila ternyata kepala memang tidak
dapat turun, kemungkinan bagian
terbawah janin (kepala) terlalu besar
dibandingkan dengan diameter pintu atas
panggul sehingga patut dicurigai CPD.
TBJ :Normalnya pada usia kehamilan 40 minggu
kira- kira 3001 gram
His :Normalnya tidak boleh <20 detik dan>45
detik, lamanya 10 menit frekuensinya 1- 5
kali
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi
dan bunyi wheezing
Abdomen :Normalnya terdengar bunyi Denyut
Jantung Janin dan normal frekuensinya
120 – 160 kali/menit, serta terdengar jelas.
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
e. Pemeriksaan penunjang
i. Pemeriksaan laboratorium
Hb normal untuk ibu hamil 10,5gr/dl-11,5gr/dl, tidak ada
albumin dan reduksi urine, HIV/AIDS negatif.
ii. Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-4 cm
Fase Aktif 4-6 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : normalnya utuh
Bagian terendah :Normalnya kepala
Bagian terdahulu :UUK (ubun-ubun kecil
Hodge :I – III
Moulage :Tulang kepala memberikan petunjuk
tulang panggul (0), (1), (2), (3),
normalnya tidak ada atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif
dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx :G....P…. Ab….Usia Kehamilan 39-40Minggu janin...
dengan inpartu kala I fase...
DS :Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan,
keluhan yang ibu rasakan, HPHT, dan kehamilan yang
keberapa
DO :Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
BB :Normal pertambahan BB sampai
akhir kehamilan sekitar 9 -13,5 Kg.)
Palpasi Abdomen:
Leopold I :Normal ukuran TFU pada usia
kehamilan 39-40 minggu 26-28cm
dan pada bagian fundus teraba bulat,
besar tidak melenting (bokong
janin)
Leopold II :Normalnya letak janin membujur.
Leopold III :Normalnya pada bagian bawa perut
ibu teraba keras, melenting, besar
(kepala janin).
Leopold IV :Normalnya kepala janin sudah
turun dan sudah teraba 2/5-3/5
bagian.His :normlanya tidak boleh <20
detik dan>45 detik, lamanya 10 menit
frekuensinya 1- 5 kali.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-4 cm
Fase Aktif 4-6 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu : Normalnya UUK (ubun-ubun
kecil)
Hodge : I – III
Moulage : Tulang kepala memberikan
petunjuk tulang panggul (0), (1),
(2), (3), normalnya tidak ada (0)
VI. Implementasi
Tanggal :
Jam :
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan.
VI.Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan
c. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplay darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
(Vivian, 2011).
2. Involusi tempat Plasenta
Segera Setelah plasena lahit, dengan cepat luka mengecil,pada akhir
minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
3. Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala.
Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain:
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak
uterus menjadi retrofleksi, ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor.
4. Perubahan Serviks
Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek, kendor, terkulai
dan berbentuk corong.
5. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal
(Damai, 2011).
Tabel 2.3 Macam-macam Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari desidua,
kehitaman verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum
dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur
bercampur lender
Merah
Serosa 7-14 Kekuningan Lebih sedikit darah dan
hari /kecoklatan lebih banyak serum,juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan.
(Sondakh, 2013)
b. Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta
petugas kesehatan baik atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang
merugikan termasuk pantang makanan, minum jamu dan
kebiasaan berobat jika sakit, berhubungan dengan
kesehatan bayi .
d. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama
yang diyakininya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : normal (baik)
Kesadaran : normal(composmentis)
PB : normal (48 – 52 x/menit)
BBL : normal (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : normal (32 cm)
OF : normal (34 cm)
MO : normal (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : normal (40 – 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5oC)
Nadi : normal (100 – 160 x/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Normalnya bersih, tidak tampak benjolan
abnormal, tidak ada cepal hematoma, tidak,
ada caput succedaneum.
Wajah : Normalnya tidak pucat.
Mata : Normalnya simteris, sclera putih tidak
kuning, conjungtiva merah muda.
Hidung : Normalnya simtris, bersih, tidak ada secret.
Telinga : Normalnya bersih, tidak ada serumen
Mulut : Normalnya bibir lembab, tidak ada labio
skizis atau labiopalatoskiziz
Leher : Normalnya tidak tampak pembesaran
kelenjar tyroid, tidak tampak vena jugularis,
dan tidak tampak kelenjar limfe.
Dada : Normal simetris, tidak tampak retraksi dada.
Abdomen :Normalnya tidak tampak benjolan abnormal,
tali pusat masih basah, dan masih terbungkus
kasa steril.
Genetalia :
Perempuan : Normalnya bersih, labia mayorasudah
menutupi labia minora.
Laki-laki :Normalnya testis sudah turun di
skrotum
Ekstremitas:
Atas : Normalnya pergerakan aktif, tidak ada
sindaktil atau polidaktil, kuku tidak pucat.
Bawah : Normalnya pergerakan aktif, tidak ada
sindaktil atau polidaktil, kuku tidak pucat.
b. Palpasi
Kepala : Normalnya tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Normalnya tidak teraba pembesaran kelenjar
tyroid, vena jugularis, dan kelenjar limfe.
Dada : Normalnya tidak teraba benjolan abnormal
Abdomen : Normalnya tidak teraba benjolan anormal,
tidak ada pembesaran hepar.
c. Auskultasi
Dada Normalnya tidak terdengar suara wheezing
dan ronchi.
d. Perkusi
Abdomen Perut tidak kembung.
e. Reflek
Moro : Normalnya+
Rooting : Normalnya +
Reflek menelan : Normalnya+
Reflek menggenggam : Normalnya+
Reflek menghisap : Normlanya+
Tonic neck reflek : Normalnya +
Babinsky : Normalnya+
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Dx : By. Ny. “...“Umur …hari dengan Bayi Baru Lahir Normal
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa
Do :
Keadaan umum : (baik)
Kesadaran : (composmentis)
PB : (48 – 52 x/menit)
BBL : (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : (32 cm)
OF : (34 cm)
MO : (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : (40 – 60 x / menit)
Suhu : (36,5 – 37,5oC)
Nadi : (100 – 160 x/menit)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang mungkin terjadi yaitu di lihat dari kondisi
bayi.
(Sondakh, 2013)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan
pada masalah potensial yang terjadi .
V. Intervensi
Dx :By. Ny.““Umur ...hari dengan Bayi Baru Lahir
Normal
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir diharapkan tidak terjadi komplikasi.
Intervensi :
1. Bungkus bayi dengan selimut dan lakukan rawat gabung.
R/ Mengurangi terjadinya penguapan pada suhu tubuh untuk
mengurangi terjadinya hipotermi.
2. Ganti segera pakaian yang basah dengan pakaian yang kering
dan bersih.
R/ Mencegah terjadinya penguapan cairan pada kulit bayi.
3. Observasi suhu tubuh bayi dan tanda-tanda vital.
R/ Sebagai parameter untuk mendeteksi adanya
kegawatdaruratan.
4. Pantau intake dan output.
R/Meningkatkan kebutuhan nutrisi, sehingga tidak terjadi
penurunan berat badan bayi.
5. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi sesering
mungkin.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
6. Beri KIE ibu tentang cara menyusii yang baik dan benar.
R/ Menyusui yang baik dan benar dapat membuat bayi
merasanyaman
VI. Implementasi
Pelaksanaa tindakan dilakukan berdasarkan intevensi dan kondisi
bayi (sondakh,2013)
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
(sondakh,2013).
2. Kontrasepsi Hormonal
Pemakaian kontrasepsi hormonal di pilih yang berisi progestin
saja, sehingga dapat digunakan untuk wanita masa laktasi
karena tidak mengganggu produksi ASI serta tumbuh kembang
bayi. Metode ini bekerja dengan cara menghambat ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma, menghalangi implantasi ovum pada endometrium dan
menurunkan kecepatan transportasi ovum di tuba.
b) Mekanisme Kerja
AKDR mengubah transportasi tubal dan rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan
tidak terjadi.
c) Efek Samping
Efek sampung pemasangan AKDR termasuk diantara :
Rasa tidak enak di perut, perdarahan per vaginam atau
spotting, dan infeksi. Efek samping dari penggunaan
AKDR termasuk : perdarahan yang banyak, kram, infeksi,
kemandulan dan kebocoran rahim.
2). KB Implan
a. Keuntungan
1. Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun
2. Bebas dari pengaruh estrogen
3. Tidak mengganggu hubungan saat senggama
4. Tidak mengganggu produksi ASI.
5. Dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan.
b. Kekurangan
1. Implant harus di pasang dan dilepas oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
2. Sering mengubah pola haid
2) Jenis-jenis PKPK dan cara pemakaiannya :
Ada 2 jenis PKPK yaitu :
a) Pil KB biasa yang berisi kombinasi antara estrogen
(ethynilestradiol) dan progestin (levonorgestrel atau dl-
norgestrel).
b) Pil yang berisi progestin saja, termasuk disini adalah pil
yang khusus di buat sebagai kontrasepsi darurat (dedicated
product, postinor -2 untuk Indonesia)
1. Kemanjuran (efficacy)
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kemanjuran PKPK :
a) Jarak antara waktu minum dosis yang pertama
dengan terjadinya hubungan seksual tanpa
perlindungan.
b) Hubungan seksual berlangsung pada periode amanan
dari siklus menstruasi perempuan.
2. Keamanan
Kehamilan menjadi kontraindikasi bukan karena
adanya bahaya bagi orang hamil jika minum PKPK
namun lebih karena PKPK tidak akan efektif jika
kehamilan sudah terjadi.
3. Efek Samping dan Cara Penanganannya.
a. Mual : terjadi pada sekitar 50 % pasien yang
memakai pil kontrasepsi kombinasi, namun tidak
berlangsung lebih dari 24 jam.
Cara penanganan : pil diminum bersamaan dengan
makanan atau pada saat akan tidur dapat mengurangi
mual.
b. Muntah : efek samping muntah dapat terjadi pada
sekitar 20% perempuan yang memakai pil pil
kombinasi dan hanya 5% pada pemakaian pil hanya-
progestin
Cara penannganan : jika pasien muntah dalam waktu
2 jam setelah minum pil ini, pasien harus minum pil
lagi. Tetapi pasien tidak boleh minum pil lebih dari
dosis yang di anjurkan, karena kelebihan dosis
membuat metode ini tidak akan efektif, malah
menimbulkan rasa mual.
c. Perdarahan pervaginam yang tidak teratur :
Beberapa perempuan mungkin mengalami bercak
darah (spotting) setelah minum pil ini. Kebanyakan
perempuan akan mendapatkan menstruasi
berikutnya tepat waku atau sedikit lebih cepat.
Cara penanganan : jika menstruasi terlambat 1
minggu, perlu dilakukan tes kehamilan.
a. Tujuan
Untuk mengetahui masa subur atau ovulasi.
b. Manfaat
1) Metode suhu basal bermanfaat bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan.
2) Serta bermanfaat bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan.
3. Metode Ovulasi Billing
Merupakan metode keluarga berencana alami dengan cara
mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lender serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari ovulasi.
Manfaat
Untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantangan
senggama pada masa subur selain itu metode ini juga
bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
Keuntungan
Mudah digunakan tidak memerlukan biaya
Kekurangan
a) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya
dikombinasi dengan metode kontrasepsi lain.
b) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai
menyentuh alat kelaminnya.
c) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi.
d) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir
2.5.5.5 Metode Barier
Kondom
Merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan
diantaranya karet (lateks) plastic (viniel) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung
sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan
seksual.
2.5.5.6 Pil
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon
progesterone dalam dosis rendah.
1. Keuntungan
a. Cocok sebagai alat kontrasepsi bagi perempuan yang
sedang menyusui.
b. Sangat efektif untuk masa laktasi.
c. Dosis gestagen rendah tidak menurunkan produksi ASI.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual
e. Kesuburan cepat kembali.
f. Tidak memberikan efek samping estrogen
g. Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit
kardiovaskuler, resiko tromboeboli vena dan resiko
hipertensi.
h. Cocok untuk perempuan yang mederita diabetes mellitus
dan yang tidak biasa mengkonsumsi estrogen serta sdapat
mengurangi dismenorhea
2. Kerugian
a. Memerlukan biaya
b. Harus selalu tersedia
c. Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
d. Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkolosis
atau epilipsi akan menggakibatkan efektifitas menjadi
rendah
e. Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang
sama.
f. Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan
konsisten
g. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk
HBV dan HIV/AIDS/
h. Tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi
wanita yang perna mengalami kehamilan ektopik.
2.5.5.7 Kontrasepsi Suntik
1. KB Suntik 1 Bulan
KB suntik 1 bulan Adalah metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan dengan cara penyuntikan secara IM
sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormone
pregesteron dan estrogen pada wanita usia subur.
a. Jenis suntikan 1 bulan
Suntikan kombinasi adalah 25 mg depo
medroksiprogesteron asektat dan 5 mg estra diol.sipionat
yang di berikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem) dan
50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang
di berika injeksi IM sebulan sekali.
2. KB suntik 3 bulan
a. Keuntungan
1) Efektifitas tinggi
2) Sederhana pemakaiannya
3) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan
ektopik serta beberapa penyakit akibat radang panggul.
b. Kerugian
1. Terdapat gangguan haid seperti amenore
2. Pusing dan sakit kepala
2.5.5.8 Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tersebut tidak akan mendapat keturunan
lagi.
a) Manfaat
a. Tidak mempengaruhi proses menyusui
b. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan
anastesi local.
c. Tidak ada perubahan dengan fungsi seksual
b) Keterbatasan
a. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
b. Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/ AIDS
2. Vasektomi
a. Kelebihan
1) Komplikasi yang dijsumpai sediki dan ringan
2) Lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari
sterilisasi tubulus
3) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menikmati hubungan seksual
b. Kekurangan
1) Cara ini tidak langsung efektif perlu menunggu
beberapa waktu setelah benar-benar sperma idak
ditemukan berdasarkan analisa sperma
2) Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa
hari setelah operasi
3) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS
termasuk HIV/AIDS.
2.2.5.5.9 IUD Pasca Plasenta
A. Pengertian
IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10
menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam
(EngenderHealth, 2008).
Pemasangan AKDR berdasarkan waktu pemasangan dapat dibagi
menjadi 3
1. Immediate postplacental insertion (IPP) yaitu AKDR dipasang
dalam waktu 10 menit setelah plasenta dilahirkan.
2. Early postpartum insertion (EP) yaitu AKDR dipasang antara 10
menit sampai dengan 72 jam postpartum.
3. Interval insertion (INT) yaitu AKDR dipasang setelah 6 minggu
postpartum.
Pemasangan AKDR dalam 10 menit setelah plasenta lahir dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Dipasang dengan tangan secara langsung
Setelah plasenta dilahirkan dan sebelum perineorafi, pemasang
melakukan kembali toilet vulva dan mengganti sarung tangan
dengan yang baru. Pemasang memegang AKDR dengan jari
telunjuk dan jari tengah kemudian dipasang secara perlahan-
lahan melalui vagina dan servik sementara itu tangan yang lain
melakukan penekanan pada abdomen bagian bawah dan
mencengkeram uterus untuk memastikan AKDR dipasang di
tengah-tengah yaitu di fundus uterus. Tangan pemasang
dikeluarkan perlahan-lahan dari vagina. Jika AKDR ikut tertarik
keluar saat tangan pemasang dikeluarkan dari vagina atau
AKDR belum terpasang di tempat yang seharusnya, segera
dilakukan perbaikan posisi AKDR.
2. Dipasang dengan ring forceps
sama dengan pemasangan dengan menggunakan tangan
secara langsung akan tetapi AKDR diposisikan dengan
menggunakan ring forceps, bukan dengan tangan.
B. Jenis
Ada 3 macam IUD yang biasanya digunakan yaitu Copper T
380A, Multiload Copper 375, dan IUD dengan levonorgestrel. IUD
jenis Copper T 380A sangat banyak tersedia dan pada program
pilihan KB Pascapersalinan, jenis IUD Copper T 380A ini paling
banyak digunakan karena selain karakteristiknya yang baik, harga
IUD jenis ini juga lebih terjangkau dibanding dengan jenis IUD
yang lain. IUD dengan levonorgestrel (misal Mirena) belum terlalu
banyak tersedia dan jika tersedia harganya mahal, dan IUD jenis
ini biasanya tidak direkomendasikan sebagai IUD post partum.
C. Cara Kerja
IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan
berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus menstruasi. Pada
pemasangan IUD post plasenta, umumnya digunakan jenis IUD
yang mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya
perubahan kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat membuahi
sel telur.
D. Efektivitas
Efektivitas sangat tinggi. Tiap tahunnya 3-8 wanita mengalami
kehamilan dari 1000 wanita yang menggunakan IUD jenis Copper
T 380A. Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada pasca insersi
IUD post plasenta sebanyak 2.0 - 2.8 per 100 akseptor pada 24
bulan setelah pemasangan. Setelah 1 tahun, penelitian menemukan
angka kegagalan IUD post plasenta 0.8 %, dibandingkan dengan
pemasangan setelahnya. Sesuai dengan kesepakatan WHO, IUD
dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada kemasan tercantum
efektifitasnya hanya 4 tahun (BKKBN, 2010).
E. Keuntungan
1) Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan
kesehatan
2) Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
3) Aman untuk wanita yang positif menderita HIV
4) Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
5) Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
6) Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari
jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita
7) Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
8) Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu
menstruasi.
F. Kerugian
Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga
kesehatan yang memasang, dan teknik pemasangannya. Waktu
pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta memungkinkan
angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan ketersediaan tenaga
kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan sampai
ke fundus juga dapat meminimalisir kegagalan pemasangan.
G. Efek Samping dan Komplikasi
1) Ekspulsi
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita pada tahun
pertama setelah pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah post partum
juga tinggi, pada insersi setelah plasenta lepas kejadian ekspulsi lebih
rendah daripada pada insersi yang dilakukan setelahnya. Gejala ekspulsi
antara lain kram, pengeluaran per vagina,spotting atau perdarahan, dan
dispareni.
2) Kehamilan
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta terjadi
antara 2.0-2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan. Setelah 1 tahun, studi
menyatakan angka kegagalannya 0,8 % dibandingkan dengan pemesangan
IUD saat menstruasi.
3) Infeksi
Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai 1,1 %.
4) Perforasi
Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi
1150 sampai 3800 wanita.
Teknik ini hanya digunakan dalam waktu 10 menit setelah kelahiran plasenta
VI. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman.realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh
bidan,pasien,dan anggota keluarga yang lain.jika bidan
melakukannya sendiri,ia tetapi memikul tanggung jawab atas
terlaksananya seluruh perencanaan.pada situasi dimana ia harus
berkolaborasi dengan dokter ,misalkan karena pasien mengalami
komplikasi,bidan masih tetap bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut.manajemen yang
efisein akan menyingkir waktu.
VII. Evaluasi
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kefektifan dan
keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu
pada kriteria.