Anda di halaman 1dari 81

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR KEHAMILAN


2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlngsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional.Kehamilan adalah serangkaian proses uang diawali dari
konsepsi atau pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan
dengan fertilisasi, nidasi, dan implantasi.
(Sulistyawati,2011)
2.1.2 Pengertian Kehamilan Trimester III
Kehamilan trimester III adalah periode kehamilan bulan
terakhir/sepertiga masa kehamilan terakhir. Kehamilan trimester ketiga
dimulai pada minggu ke-27 sampai kehamilan dinilai cukup bulan (38
sampai 40 minggu) (Fauziah, 2012).

2.1.3 Perubahan Anatomis Dan Adapatasi Fisiologis Pada Ibu Hamil


Trimester III
Menurut Romauli (2011), Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis pada
ibu TM III yaitu:
1. Sistem Reproduksi
a. Vagina dan Vulva
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan
dengan meningkatkannya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.
b. Serviks Uteri
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih
lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara
nyata dari keadaan yang relatife dilusi dalam keadaan menyebar
(depresi) proses perbaikan serviks terjadi setelah pesalinan
sehingga siklus kehamilan yang berikut akan berulang.
c. Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga
pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan menyentuh
dinding abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas, terus
tumbuh hingga menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan
berotasi kearah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya
rektosigmoid di daerah kiri pelvis.
d. Ovarium
Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi
karena telah digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.
2. Sistem Payudara
Pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran payudara semakin
meningkat. Dari yang kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan
yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak mengandung
lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
3. Sistem Endokrin
Kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan vaskuarisasi
4. Sistem Perkemihan
Kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan sering kencing
akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali
5. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone yang
meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ
dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas
lateral
6. Sistem Musculoskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh
secara bertahan ada peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur
dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat tanggul miring kedepan, penurunan tonus otot
dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian ulang. Pusat gravitasi wanita bergeser kedepan.
7. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit dan secara bersamaan
limfosit dan monosit
8. Sistem Integument
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai payudara,
paha, juga akan terlihat perubahan pigmentasi yang berlebihan. Tapi
akan hilang pasca melahirkan
9. Sistem Metabolisme
Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi. BMR
meningkat hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan akhir.
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk
pertumbuhan janin dan persiapan menyusui.Keseimbangan asam basa
mengalami penurunan dari 155 mEq/liter menjadi 145 mEq/liter karena
hemodulasi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
Kebutuhan protein makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, dalam makanan diperlukan protein tinggi ½ gr/kg BB atau sebutir
telur ayam sehari.Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan
protein. Kebutuhan zat mineral meliputi 15 gr/hr, 30-40 gr untuk
pembentukan tulang janin. Fosfor 2 gr/hari, zat besi 800 mgr atau 30-50
mgr sehari.
10. Sistem Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh
Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg dan sampai akhir kehamilan 11-12
kg. Cara yang dipakai untuk menuntukan berat badan menurut tinggi
badan adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh yaitu dengan
rumus berat badan dibagi tinggi badan pangkat 2.
11. Sistem Darah dan Pembekuan Darah
a. Sistem Darah
Volume darah secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekitar 55%nya
adalah cairan sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah, susunan
darah terdiri dari air 91,0%, protein 8,0% dan mineral 0,9%.
b. Pembekuan Darah
Adalah proses yang majemuk dan berbagai faktor yang diperlukan
untuk melaksanakan pembekuan darah. Trombokinase adalah zat
penggerakan yang dilepaskan kedaerah ditempat yang luka.
Trombokinase terbentuk karena terjadi kerusakan pada trombosit,
yang selama ada garam kalsium dalam darah, akan mengubah
protombin menjadi thrombin sehingga terjadi pembekuan darah.
12. Sistem Persyarafan
a. Kompresi saraf panggul akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori ditungkai bawah
b. Lordosis dosolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan pada
syaraf atau kompresi akar syaraf.
c. Oedema yang melibatkan syaraf perifer dapat menyebabkan carpal
tunnel syndrome selama trimester akhir kehamilan
d. Akroestesia (gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang
membungkuk
e. Nyeri kepala akibat ketegangan umum timbul pada saat ibu merasa
cemas tentang kehamilannya.
f. Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan dan bahkan pingsan karena
ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural atau hipoglikemi.
g. Hipokalsenia dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuscular,
seperti kram otot atau tetani
13. Sistem Pernapasan
Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus yang membesar
kearah diagfragma sehinggga kurang leluasa bergerak mengakibatkan
wanita hamil derajad kesulit bernafas.

2.1.4 Kebutuhan Psikologi Trimester III


Menurut Pantiawati (2012), Selama hamil kebanyakan perempuan
mengalami perubahan psiokologi dan emosional. Tidak jarang ada
perempuan yang merasa kalau selalu terjadi masalah dalam kehamilannya,
beberapa kebutuhan psikologi ibu hamil trimester ke III diantaranya
sebagai berikut:
1. Dukungan Keluarga
Dukungan dari keluarga dan suami dapat memberikan keterangan
tentang persalinan, memberikan perhatian dan semangat pada ibu
selama menunggu persalinan serta bersama-sama memetangkan
persiapan persalinan dengan tetap waspadai komplikasi yang mungkin
terjadi.
2. Dukungan dari Tenaga Kesehatan
Dukungan dari tenaga kesehatan dapat berupa penjelasan bahwa apa
yang dirasakan ibu hamil merupakan hal yang normal, menenangkan
ibu, membicarkan kembali tentang bagaimana tanda-tanda persalinan
yang sebenarnya serta meyakinkan bahwa kita sebagai petugas
kesehatan selalu berada bersama ibu untuk membantu melahirkan
bayinya
3. Rasa Aman dan Nyaman Selama Persalinan
Untuk menciptakan rasa nyaman dapat ditempuh dengan senam untuk
memperkuat otot-otot, mengatur posisi duduk untuk mengatasi nyeri
punggung, akibat janin, melatih sikap santai untuk menenangkan
fikiran, dan menenangkan tubuh, melakukan relasasi sentuhan, teknik
pemijatan.
4. Persiapan Menjadi Orang Tua
Berdiskusi dengan pasangan tentang apa yang akan dilakukan untuk
menghadapi status sebagai orang tua seperti akomodasi bagi calon bayi
menyiapakan tambahan penghasilan, apa saja yang deperlukan untuk
merawat bayi.
5. Persiapan Sibling
Untuk mempersiapkan sang kakak dalam menerima kehadiran adiknya
dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan calon adiknya yang
sesuai dengan usia dan kemampuannya untuk memahami, biarkan dia
merasakan gerakan bayi, gunakan gambar-garmbar mengenai cara
perawatan bayi dll.

2.1.5 Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III


Menurut Asrinah (2010), Beberapa tanda bahaya dalam kehamilan
Trimester III yang harus diwaspadai diantaranya:
1. Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala yang menunjukan adanya masalh yang serius adalah sakit
kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat
kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu merasakan
pandangan menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat
dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklamsi.
2. Penglihatan Kabur
Apabila masalah penglihatan ini terjadi secara mendadak ataupun tiba-
tiba, perlu diwaspadai karena mengaju pada tanda bahaya dalam
kehamilan.
3. Bengkak pada Wajah dan Jari-Jari Tangan
Bengkak biasanya menunjukan adanya masalah serius apabila muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai
keluhan fisik lain.
4. Keluar Cairan pada Pervaginam
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah keluar cairan ketuban
sebelum persalinan yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin, oleh kedua faktor
tersebut. Juga karena adanya infeksi yang bisa berasal dari vagina
ataupun serviks, dan penilaian dilakukan dengan adanya cairan ketuban
divagina.
5. Gerakan Janin Tidak Terasa
Ibu mulai bisa merasakan gerakan bayinya saat mulai bulan ke-5 atau
ke-6, jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak
paling sedikit 3 kali dalam satu jam jika ibu berbaring atau beristirahat,
dan apabila ibu makan dan minum dengan baik.
6. Nyeri Perut yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang
setelah beristirahat.

2.1.6 Penyulit Kehamilan Trimester III


Menurut Ika (2010), Penyulit kehamilan pada trimester III yaitu :
1. Persalinan Prematuritas
Persalinan Prematuritas (Prematur) adalah persalinan yang terjadi
diantara umur kehamilan 29-36 minggu. hal-hal yang menyebabkan
Persalinan Prematuritas adalah sebagai berikut :
a. hamil dengan kendaraan atau kehamilan ganda
b. kehamilan disertai komplikasi (pre-eklamsia dan eklamsi)
c. kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperti hipertensi,
ginjal, jantung.
2. Kehamilan Ganda (Kembar)
3. kehamilan dengan pendarahan
pendarahan yang dapat membahayakan dan berhubungan dengan
trimester III adalah pendarahan karena plasenta previa dan solutio
plasenta.
4. kehamilan dengan ketuban pecah dini
pecahnya selaput janin memberikan peluang dan membuka terjadinya
infeksi langsung pada janin.
5. kehamilan dengan kematian janin dalam Rahim
6. kehamilan lewat waktu persalinan (senotinus).
7. kehamilan dengan preklamsia dan eklamsia.

2.1.7 Kunjungan
Menurut Hana dkk (2010), Asuhan kebidanan pada kunjungan ulang sesuai
dengan kebijakan pemerintah untuk kunjungan ANC bidan harus
melakukan “14 T” :
1. Timbang BB ibu
2. Tekanan Darah
3. Tinggi Fundus Uteri
4. Tetanus toxoid lengkap
5. Tablet Zat besi, min 90 tablet selama Hamil
6. Tes PMS
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
8. Terapi kebugaran
9. Tes VDRL (tes Untuk Sifilis)
10. Tes reduksi urine
11. Tes protein urine
12. Tes HB
13. Tes lodium
14. Tes malaria
Pada kunjungan ulang atau setiap kunjungan bidan harus melakukan hal hal
berikut :
a. Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil.
b. Memeriksa urine untuk tes protein dan glukosa urine atas indikasi. Bila
ada kelainan, ibu di rujuk.
c. Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak
bertambah atau jika LILAnya kurang menunjukkan kurang gizi. Beri
penyuluhan tentang gizi.
d. Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau berbaring
dengan bantal. Letakkan tensimeter yang sejajar dengan jantungnya.
Jika tekanan darah diatas 140/90 mmHg, atau peningkatan diastole 10
mmHg/ lebih sebelum kehailan 16 minggu atau paling sedikit pada
pengukuran dua kali berturut - turut dengan selisih waktu 1 jam berarti
ada selisih yang nyata dan ibu perlu dirujuk.
e. Periksa Hb pada kunjungn pertama dan pada kehailan 28-30 minggu
atau lebih untuk mengetahui tanda anemia.
f. Berikan tablet besi minimal 90 tablet selama hamil dan di minum sehari
sekali dengan air putih.
g. Menanyakan adanya tanda gejala PMS.
h. Lakukan pemeriksaan fisik lengkap, termasuk payudara untuk persiapan
menyusui.
i. Ukur TFU dalam centimeter. TFU sesudah 24 minggu sama dengan
umur kehamilan dalam cm.
j. Mendengarkan denyut jantung dan tanyakan pergerakan janin.
k. Beri nasehat tentang cara perawatan diri selama kehamilan.
l. Dengarkan keluhan dan bicarakan rencana persalinan.

2.1.8 Score Puji Rohjati


Untuk melakukan screening atau deteksi dini ibu beresiko tinggi dapat
digunakan Score Puji Rohjati. Dimana dengan Score Puji Rohjati ini kita
dapat merencanakan persalinan ibu pada kehamilan sekarang. Score Puji
Rochjati dikaji sekali dalam kehamilan kecuali perkembangan kehamilan
menjadi patologis sehingga dikaji ulang Score Puji Rochjati.
Keterangan jumlah skor:
a. Skor 2 : kehamilan resiko rendah, perawatan oleh bidan, tidak
dirujuk.
b. Skor 6 - 10 : kehamilan resiko tinggi, perawatan oleh bidan dan
dokter, rujukan di bidan dan puskesmas.
c. Skor > 12 : kehamilan resiko sanggat tinggi, perawatan oleh
dokter, rujukan di rumah sakit.
( lembaran Score Puji Rohjati terlampir)
(PoedjiRochjati. 2014)
2.1.9 Pemeriksaaan Lab pada Ibu Hamil
Saat kehamilan perlu dilakukan serangkai pemeriksaan laboratorium untuk
mencegah hal-hal buruk yang bisa mengancam janin. Hal ini bertujuan untuk
skrining/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu dilakukan pengobatan atau
tindakan lebih lanjut.

2.1.9.1 Pemeriksaan laboratorium selama kehamilan dan manfaatnya,


1. Hematologi Lengkap
Pemeriksaan hematologi lengkap merupakan tes yang digunakan untuk
mendeteksi adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Hematologi lengkap dapat
dilakukan selama kehamilan pada trimester pertama, trimester kedua dan saat
persalinan.
Kelainan yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium selama
kehamilan antara lain anemia (hemoglobin rendah) yang umum terjadi pada ibu
hamil, kekurangan zat besi, kekurangan asam folat dan bahkan thalassemia
yang merupakan kelainan produksi hemoglobin yang bersifat genetik.
Tujuannya yaitu :
 Hemoglobin (Hb) bertujuan untuk mendeteksi anemia - Hb kurang dari
11 g/dl.
 Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) dapat menggambarkan ukuran
dan warna sel darah merah sehingga dapat diketahui penyebab anemia
apakah karena defisiensi besi atau defisiensi asam folat.
 Leukosit dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyebabnya yang
disebabkan oleh bakteri atau virus, dan dapat melihat kekebalan tubuh
serta potensi alergi. Kadar abnormal leukosit jika lebih dari 15.000/ul.
 Retikulosit dapat memberi informasi lebih dini sebagai prediksi
anemia dan respons sumsum tulang terhadap suplementasi besi.
 Golongan darah A-B-O diperlukan untuk dibandingkan dengan
golongan darah bayi saat lahir apakah ada kemungkinan
inkompatibilitas gol darah A-B-O yang memerlukan tindakan pada
bayi. Golongan darah juga perlu diketahui bila diperlukan transfusi
pada ibu. Dilakukan pada trimester pertama kehamilan.
 Faktor rhesus (positif atau negatif ). Perlu perhatian khusus bila rhesus
istri negatif sedangkan rhesus suami positif. Terdapat kemungkinan
rhesus janin positif, sehingga dapat terjadi sensitisasi pada darah ibu
yang akan menimbulkan antibodi terhadap rhesus positif. Hal ini dapat
membahayakan janin pada kehamilan berikutnya. Untuk itu ibu
hamildengan rhesus negatif harus diberi suntikan pada kehamilan 28
minggu untuk mengikat antibodi terhadap rhesus positif, serta dalam
72 jam setelah melahirkan apabila bayinya rhesus positif.
 Tes penunjang hematologi lengkap lainnya adalah ferritin yang dapat
menggambarkan cadangan zat besi sebagai salah satu penyebab
anemia. Ferritin dilakukan pada trimester pertama.
2. Glukosa
Pemeriksaan laboratoium selama kehamilan ini untuk mengetahui kadar
glukosa (gula) dalam darah:
 Glukosa puasa (glukosa dalam keadaan puasa 10-12 jam).
 Tes Toleransi Glukosa Oral (glukosa 2 jam setelah minum glukosa 75
gram). HbA1c (Glycosylated hemoglobin) untuk mengetahui kadar
glukosa darah rata-rata selama 3 bulan terakhir.
Tujuannya untuk mengetahui apakah terjadi DMG (diabetes mellitus
gestasional)/kencing manis dalam kehamilan. Glukosa puasa dan tes toleransi
glukosa oral dilakukan bila terdapat risiko DMG pada trimester pertama atau
saat pertama terdiagnosis hamil, atau pada usia 24-28 minggu bila tidak ada
risiko DMG.
3. Virus Hepatitis
Virus hepatitis sangat potensial untuk ditularkan kepada janin di dalam
kandungan, maka pemeriksaan laboratorium penting dilakukan selama
kehamilan.
 HBsAg (antigen hepatitis B), untuk mendeteksi adanya virus Hepatitis
B.
 Anti HBs (antibodi hepatitis B), untuk mendeteksi apakah sudah
memiliki antibodi terhadap hepatitis B.
 Anti HCV Total (antigen hepatitis C), untuk mendeteksi adanya virus
Hepatitis C.
4. Serologi
Pemeriksaan marker infeksi VDRL dan TPHA untuk mendeteksi adanya
sifilis - jika terinfeksi dapat menyebabkan cacat pada janin. Jika terdeteksi
maka segera dilakukan terapi.
 VDRL (Venereal Disease Research Laboratory) yaitu skrining untuk
penyakit sifilis.
 TPHA (Treponema Pallidum Hemagglutination Assay), pemeriksaan
lanjutan untuk konfirmasi penyakit sifilis.
5. Anti HIV
Anti HIV (Antigen Human Immunodeficiency Virus) bertujuan mendeteksi
adanya infeksi virus HIV yang berpotensi menular pada janin. Jika ibu hamil
terinfeksi HIV harus segera diterapi dengan antivirus dan persalinannya
dilakukan secara bedah sesar untuk mencegah bayi tertular virus HIV.Tes
HBsAg, Anti HCV, TORCH, VDRL, TPHA, anti HIV dilakukan pada
trimester pertama kehamilan.
6. Urine (Urinalisa)
Tujuan dari pemeriksaan laboratorium ini yaitu untuk mendeteksi infeksi
saluran kemih dan kelainan lain di saluran kemih serta kelainan sistemik yang
bermanifestasi di urine/air seni. Jika infeksi di saluran kemih tidak diobati,
dapat menyebabkan kontraksi dan kelahiran prematur atau ketuban pecah
dini. Tes ini dilakukan pada trimester pertama atau kedua kehamilan.
7. Hormon Kehamilan
Tes ini dilakukan pada trimester pertama, yang terdiri daripemeriksaan
laboratorium :
 Hormon bHCG darah, yaitu hormon kehamilan dalam darah untuk
mendeteksi kehamilan di trimester awal yang meragukan karena belum
tampak pada USG.
 Hormon Progesteron: Hormon yang mensupport kehamilan, untuk
mendeteksi apakah hormon ini cukup kadarnya atau perlu suplemen
progesteron dari luar.
 Hormon Estradiol: hormon yang mensupport kehamilan, untuk
mendeteksi apakah kadarnya normal atau tidak.
8. Virus TORCH
Pemeriksaan laboratorium yang penting selama kehamilan lainnya yaitu
pemeriksaan TORCH. TORCH adalah penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan kelainan bawaan/cacat pada janin bila ibu hamil mengidap
penyakit tersebut. Pemeriksaan TORCH terdiri dari toksoplasma, rubella,
CMV dan herpes. Infeksi TORCH dapat terdeteksi dari adanya antibodi yang
muncul sebagai reaksi terhadap infeksi. terdiri dari:
 Toxoplasma IgG dan IgM: antibodi terhadap parasit toxoplasma gondii
yaitu untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi Toxoplasma.
 Rubella IgG dan IgM: antibodi terhadap virus campak Jerman, untuk
mendeteksi apakah terinfeksi virus tersebut atau tidak.
 Cytomegalovirus (CMV) IgG dan IgM: antibodi terhadap virus
Citomegalo, untuk mendeteksi apakah terinfeksi virus CMV atau tidak.
 Herpes Simplex Virus 1 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes
simplex 1, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV1.
 Herpes Simplex Virus 2 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes
simplex 2, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV2.
Idealnya tes dilakukan pada trimester pertama begitu positif hamil. Tujuannya
untuk mengenali status kesehatan ibu hamil dan infeksi yang ada bisa segera
mendapat terapi.
Pada awal trimester ketiga sebaiknya beberapa pemeriksaan dicek ulang
seperti hematologi, tes glukosa darah dan urinalisa. Hal ini untuk
mengevaluasi ulang karena pada trimester ketiga beberapa penyakit bisa
muncul seperti diabetes dan preeklamsia. Selain itu kondisi anemia bisa
muncul kembali akibat hemodilusi pada tubuhibu hamil.
Jika saatpemeriksaan laboratorium selama kehamilan ditemukan adanya
kelainan seperti pembawa thalassemia, maka harus dilakukan pemeriksan
apakah suami juga pembawa thalassemia sehingga berisiko janin penderita
thalassemia. Jika terdapat anemia saat persalinan juga dapat diantisipasi
dengan menyediakan darah untuk transfusi. (Permenkes, 2014).

2.1.10Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester III


I. Pengkajian
1. Tanggal/Jam :
Dicantumkan untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian
pada klien.
A. Data subyektif
1) Biodata
a. Nama
Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
b. Umur
Umur ibu ditanyakan untuk mengatahui apakah ibu termasuk
dalam kategori beresiko dalam kehamilan, persalian dan masa
nifas. Ibu yg memiliki resiko tinggi adalah ibu yg berumur ≤ 18
tahun disebut primi muda gravid beresiko terjadi abortus, BBLR,
serta kesulitan waktu melahirkan seperti CPD. Dan ibu yg
berumur ≥ 35 tahun disebut primitua gravida beresiko terjadi
hipertensi, per-eklamsia, KPD, persalinanmacet, perdarahan
setelah bayi lahir, BBLR (Sulistyawati, 2014).
c. Agama
Ditanyakan sebagai dasar dalam memberikan dukungan mental
dan spiritual terhadap pasien saat memberikan asuhan.
d. Suku
Mengetahui suku ibu bisa memudahkan dalam memberikan
komunikasi antara petugas kesehatan dgn ibu dan untuk
mengetahui apakah ada kebiasaan adat istiadat yg merugikan
kesehatan ibu dan bayi. (Sulistyawati, 2014).
e. Pendidikan
Sebagai dasar petugas kesehatan dalam menentukan metode yg
tepat dalam menyampaikan informasi. Tingkat pendidikan ini
akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien
terhadap intruksi yg diberikan petugas saat melakukan asuhan.
f. Pekerjaan ibu
Untuk mengetahui bagaimana tarafhidupdan sosial ekonomi klien
dan apakah pekerjaan ibu atau suami dapat mempengaruhi
kesehatan klien atautidak. Seorang wanita hamil boleh
mengerjakan pekerjaan sehari-hari asal hal tersebut tidak
Memberikan gangguan rasa tidak enak.
g. Penghasilan
Status ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan
fisik dan psikologi ibu, status ekonomi yg baik otomatis akan
mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologi yg baik pula status
gizipun akan meningkat karena nutrisi didapat berkualitas, selain
itu ibu tidak akan terbebani secara psikologi mengenai biaya
bersalin dan pemenuhan kebutuhan bayi.
h. Alamat
Lingkungan tempat tinggal klien perlu diketahui untuk menilai
apakah lingkungan cukup aman bagi kesehatannya serta
mempermudah untuk melakukan kunjungan ulang.
2) Alasan Datang
Ibu datang kerumah sakit/puskesmas/BPS dirujuk atau datang sendiri
dengan alasan-alasan tertentu dan untuk menegakkan diagnosa serta
tindakan yang seharusnya dilakukan.
3) Keluhan Utama
Pada ibu hamil trimester III keluhan normal yang dirasakan adalah sering
BAK, sakit pinggang, cemas menghadap proses
persalinan,konstipasi,gangguan tidur, kram dan nyeri pada kaki, kelelahan,
gangguan pernapasan.
(Hj.Saminem)
4) Riwayat Kesehatan yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu
sebelumnya seperti
a. Penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, IMS, penyakit menular
ini dapat berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan dan nifas
ibu, serta dapat menyebabkan kerusakan pada janin akibat infeksi
virus.
b. Penyakit keturan seperti jantung, tekanan darah tinggi, ginjal,
kencing manis dll. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan
pre-eklamsi sampai eklamsi pd kehamilan ibu, pada saat proses
persalinan dapat menyebabkan bayi besar yg menulitkan proses
persalinan, pada masa nifas dapat menyebabkan perarahan post
partum serta pada BBL dapat menyebabkan hipoglikemi.
c. Penyakit menahun seperti asma, malaria, dll penyakit menahun
tersebut harus diwaspadai karena bisa saja terjadi pada saat ibu
hamil, saat proses persalinan dan nifas.
5) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang sedang diderita ibu
seperti
a. Penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, IMS, penyakit
menular ini (HIV/AIDS, Hepatitis) dapat menyebabkan kerusakan
pada janin akibat infeksi virus yg ditransfer melalui plasenta, pada
saat persalinan petugas memerlukan perawatan khusus saat
menolong, pada masa nifas ibu tidak dapat memberikan ASI pada
bayinya yg dapat menyebabkan pembengkakan pada payudara
ibu, serta bila ibu menderita penyakit IMS ibu tidak bisa
menggunakan KB IUD.
b. Penyakit keturan seperti jantung, tekanan darah tinggi, ginjal,
kencing manis dll. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan
pre-eklamsi sampai eklamsi pd kehamilan ibu, pd saat proses
persalinan dapat menyebabkan bayi besar yg menulitkan proses
persalinan, pada masa nifas dapat menyebabkan perarahan post
partum , pada BBL dapat menyebabkan hipoglikemi serta
merupakan kontraindikasi penggunaan KB hormonal bila ibu
menderita hipertensi.
c. Penyakit menahun seperti asma, malaria, dll penyakit menahun
tersebut harus diwaspadai karena bisa saja terjadi pada saat ibu
hamil, saat proses persalinan, nifas dan pada saat ibu
menggunakan KB.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui latar belakang penyakit keluarga yang
dapat berpengaruh terhadap kehamilan, persalian dan nifas ibu seperti:
a. Anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, PMS.
b. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis,
kelainan pembuluh darah, asma
c. Riwayat kehamilan kembar, faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan umur
wanita dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu. (Manuaba, 2010).
7) Riwayat Haid
Data ini memang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan,
persalian dan nifas ibu, namun dari data yg diperoleh membuat
petugas memiliki gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksi ibu yg sangat membantu saat merencanakan menggunakan
alat kontrasepsi.
a. Menarche adalah haid pertama kali, pada umumnya terjadi pada
usia pubertas yaitu sekitar 12 – 16 tahun.
b. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama, normalnya adalah 28
hari tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai
3 hari. Panjang siklus haid normalnya adalah 25 – 32 hari.
c. Lamanya haid pada setiap wanita tidak sama, biasanya 2 – 5 hari,
ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang
sampai 7 – 8 hari pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
d. Flour albus/keputihan normalnya berwarna bening, lendir, dan
tidak berbau.
e. Keluhan yang dirasakan oleh wanita normalnya adalah sakit
pinggang.
f. HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) merupakan hari pertama
keluarnya haid pd haid yg terakhir yg merupakan salah satu
indikator untuk menghitung usia kehamilan dan tafsiran
persalinan
g. TP (Tapsiran Persalinan) merupakan waktu yang di tafsirkan telah
atermnya janin 40 minggu di hitung dari HPHT (Sulistyawati,
2014)
8) Riwayat Perkawinan
Ditanyakan tentang : Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama
kali menikah.
a. Jika ibu pernah menikah lebih dari satu kali ditakutkan ibu
mengalami penyakit menular akibat berganti-ganti pasangan.
a. Jika lama menikah≥ 5 tahun tetapi belum hamil bisa
menyebabkan masalah pada kehamilannya seperti preeklampsia,
persalinan tidak lancar.
b. Umur pertama kali menikah < 18 tahun dan tidak menunda
kehamilannya atau langsung hamil pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya serta organ reproduksi yang belm matang dapat
menyebabkan kehamilan yg beresiko seperti abortus, serta
kesulitan waktu melahirkan seperti CPD.
c. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, per-
eklamsia, KPD (Ketuban pecah dini), persalinan tidak
lancar/macet, perdarahan setelah bayi lahir, BBLR (Bayi berat
lahir rendah).
9) Riwayat kehamilan , persalinan, nifas yang lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang
terdahulu apakah pernah ada komplikasi/penyulit sehingga dapat
memperkirakan adanya kelainan yang dapat mempengaruhi
kehamilan, persalinan, nifas selanjutnnya.
a. Kehamilan : Apakah saat kehamilan yang lalu ibu sering
memeriksakan kehamilannya, apakah pernah mengalami
komlikasi seperti keguguran, pre eklamsi dll.
b. Persalinan : Siapa penolong persalinan, apakah persalinan yang
lalu secara normal, atau dengan bantuan, dan apakah ada
komplikasi seperti partus macet dll.
c. Nifas : Apakah selama masa nifas berjalan dengan normal, ibu
rutin memeriksakan diri dan bayinya, ibu dapat menyusui dengan
baik, atau ibu pernah mengalami tanda bahaya masa nifas seperti
infeksi masa nifas.
10) Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui :
a. Berapa kali memeriksakan kehamilannya dan oleh siapa.
b. Bagaimana gerakan janin dalam 24 jam terakhir.
c. Apakah ibu pernah mengalami tanda bahaya kehamilan trimester
III seperti perdarahan, tidak ada gerakan janin, KPD, Preeklamsi
dll
d. Apakah telah mendapatkan imunisasi TT (Tetanus toksoid)
apabila ibu belum maka diberikan2 kali injeksi selama kehamilan
(pertama saat kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat
minggu setelah kunjungan pertama).
e. Apakah ibu telah mendapatkan vitamin tambah darah (Fe)
sebanyak 90 tamblet yang diberikan 1 kali/hari selama kehamilan.
(Sulistyawati,2014 )
11) Riwayat KB
Untuk mengetahui
a. Apakan ibu mengikuti KB, dan jenis KB yg digunakan.
b. Lama pemakain dan keluhan.
c. Kapan melepas atau berhenti menggunakan KB.
d. Rencana KB selanjutnya.
e. Memberikan gambaran macam-macam dan kegunaan KB jika ibu
belum mengetahui tentang KB
12) Pola Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Ini penting untuk di ketahui agar petugas mendapat gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil.
beberapa hal yang perlu ditanyakan pada ibu hamil barkaitan
dengan pola makan adalah sebagai berikut
b. Menu
Di tanyakan barkaitan dengan pola diet seimbang bagi ibu hamil,
jika pengaturan menu makan klien kurang seimbang sehingga
beberapa komponen gizi kurang terpenuhi.
c. Frekuensi
Data ini akan memeri petunjuk tentang seberapa banyak asupan
makanan yang di konsumsi ibu.
d. Jumlah per hari
Data ini memberikan seberapa banyak makanan yang ibu makan
dalam satu kali makan.
e. Pantangan
Data ini di kaji karena ada kemungkinan pasein berpantangan
makanan justru pada makanan yang sangat mendukung
pemulihan fisiknya.
f. Nutrisi ibu hamil
Dalam masa kehamilan,kebutuhan zat gizi meningkat untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin,pemeliharaan dan kesehatan ibu, serta persediaan untuk
laktasi baik untuk janin maupun untuk ibu(
misalnya:kalori,protein,lemak,mineral,zat besi dan vitmanin).
g. Pola istirahat
Istirahat sangat di perlukan oleh ibu hamil. Oleh karena itu
petugas kesahatan perlu menggali pola istirahat ibu supaya
mengetahui hambatan yang mungkin muncul. Pola istirahat ibu
hamil : Istirahat siang normalnya 1-2 jam dan istirahat malam
normalnya 6-8 jam.
h. Pola aktifitas
Perlu dikaji karena data ini memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktifitas yang sering di lakukan ibu.jika kegiatan
ibu terlalu berat di khawatirkan dapat menimbulkan penyulit pada
masa kehamilan.
i. Personal hygine
Data ini perlu di kaji karena sangat mempengaruhi kesehatan
pasien. Beberapa cara perawatan kebersihan diri.
a) Mandi
Menanyakan kepada pasien berapa kali ia mandi sehari
(normalnya sehari mandi 2 kali).
b) Keramas
Minimal seminggu 3 kali.
c) Mengganti baju dan celana dalam
Ganti baju minimal 1 kali sehari dan mengganti celana dalam
minimal 2 kali sehari dan bila sewaktu-waktu celana dalam
kotor harus di ganti tanpa harus menunggu waktu untuk
mengganti.
j. Aktifitas seksual
Data ini perlu dikaji walaupun ini menyangkut dengan privasi
pasien karena kemungkinan ada beberapa keluhan dalam
aktivitas seksual yg menganggu klien. Beberapa hal yang
perlu ditanyakan :
1) Frekuensi
Ditanyakan berapa kali melakukan hubungan seksual
dalam seminggu.
2) Gangguan
Ditanyakan apakah klien mengalami keluhan selama
berhubungan seksual. Misanya nyeri pada saat
berhubungan, adanya ketidak puasan suami, kurangnya
keinginan untuk berhubungan. Koitus harus dilakukan
dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir
kehamilan karena berpotensi terjadinya ketuban pecah.
( Sulistiawati, 2014)
k. Riwayat Psikososial dan budaya
a) Riwayat psikososial untuk mengetahui hubungan klien
dengan keluarga dan tetangga,bagaimana kehamilannya
saat ini (diharapkan atau tidak).
b) Riwayat Budaya ditanyakan untuk mengetahui adakah
dari kebudayaan dan adat istiadat ibu yang dapat
berbahaya bagi kehamilan, persalinan, nifas, perawatan
bayi baru lahir dan pada saat ibu menggunaan alat
kontrasepsi. ( Sulistiawati, 2014)
c. Data Obyektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg.
Nadi : 60 – 100 kali/menit.
Suhu : 36,5 – 37,2oC.
Pernafasan : 16 – 24 kali / menit.
BB bulan lalu : Ditanyakan untuk mengetahui
perbedaannya dengan BB sekarang.
BB sekarang : Selama kehamilan TM II dan III
pertumbuhan BB  0,5 kg
perminggu. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal sekitar
13 – 15 Kg.
Tinggi Badan : Tinggi badan berkaitan dengan
penghitungan indeks masa tubuh.
Lila : Diukur pada lengan atas pada tangan
yg jarang digunakan beraktiftas lila
normal ≥ 23,5 cm, bila kurang
merupakan indikasi kuat untuk
status gizi ibu yang kurang
baik/buruk. Sehingga beresiko
untuk melahirkan bayi dengan
BBLR.
(Sulistyawati, 2014)
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu hamil wajah tidak
terdapat oedema, tidak pucat serta terdapat
cloasma gravidarum.
R/Oedema pada wajah juga dapat
digunakan sebagai indicator ibu
mengalami peningkatan protein dalam
urin, cloasma gravidarum disebabkan
karena meningkatnya hormon melanosit.
Mata : Normalnya sklera berwarna putih,
conjungtiva merah muda.
R/Sklera yang pucat serta conjungtiva
merah muda kemungkinan dapat
diidentifikasikan banhwaibu menderita
anemia.
Mulut : Normalnya merah muda, lidah tampak
bersih, tidak ada caries pada gigi.
R/ Kebersihan dan kesehatan pada bagian
mulut juga dapat digunakan sebagai
indikator, kebutuhan vitamin C yang
berfungsi untuk menjaga daya tahan
tubuh.
Leher : Normalnya tidak tampak pembesaran
kelenjar tyroid, tidak tampak pembesaran
kelenjar limfe, tidak tampak pembesaran
vena jugularis.
R/Kelejar tyroid dan kelenjar limfe juga
berfungsi sebagai ketahanan tubuh ibu
hamil, untuk mencegah hipertiroid, agar
ibu tidak mengalami lemas, cems,
badan hamngat.
Payudara : Normalnya Payudara tampak tegang,
hipergmentasi arela mamae, putting susu
tampak menonjol.
R/Payudara yang tegang dan membesar
guna menyiapkan produksi ASI untuk
meyusui.
Abdomen : Normalnya abdomen tampak striae livida,
tampak linea nigra, tampak bekas luka
operasi tidak (berkaitan dengan persalinan
normal).
R/Tuba uterin tempak agak terdorong
kedalam di atas bagian tengah uterus.
Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot
segmen atas rahim semakin meningkat.
Oleh karena itu, segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang
radial.
Genetalia : Normal genetalia tampak bersih, tidak
tampak varises, tidak tampak oedema, tidak
ada flouralbus dan tidak tampak condilomata.
R/ Pemeriksaan kebersihan dan penyakit yang
terdapat pada genetalia dapat ditentukan
untuk mengetahui terjadinya infeksi pada
bayi dan penyakit menular seksual yang
telah diderita ibu.
Anus : Normalnya anus tidak tampak hemoroid.
R/Peningkatan hormone progesterone yang
menyebabkan relaksasi otot sehingga usus
kurang efisien, konstipasi juga
dipengaruhi karena perubahan uterus yang
semakin membesar, sehingga uterus
menekan daerah perut, dan penyebab lain
konstipasi atau sembelit.
Ekstremitas : Normalnya tampak simetris, pergerakan
bebas, tidak oedema, (pergerakan kaku
dikhawatrikan ibu tidak bisa persalinan
normal, oedema bisa dicurigakn ibu
mengalami preeklamsia ringan).
R/ Edema pada kaki timbul akibat gangguan
sirkulasi vena dan peningkatan tekanan
vena pada ekstremitas bagian bawah.

b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan
colostrum.
R/Colostrum diproduksi untuk persiapan
menyusui bayi yang akan dilahirkan.

Abdomen :
Leopold I :Normal ukuran TFU pada
kehamilan trimester III yaitu pada usia
kehamilan 27-32 minggu TFU 32 cm, pada
usia kehamilan 33 minggu-36 minggu TFU
36 cm, pada usia kehamilan 37 minggu-40
minggu TFU 40 cm dan pada bagian fundus
teraba bulat, besar tidak melenting (bokong
janin).
Leopold II:Normalnya letak janin
membujur.
Leopold III : Normalnya pada bagian bawa
perut ibu teraba keras,
melenting, besar (kepala
janin).
Leopold IV : Normalnya kepala janin sudah
turun dan sudah teraba 2/5
atau 3/5 bagian.
TBJ :Terdengar bunyi Denyut Jantung Janin
dan normal frekuensinya 120 – 160
kali/menit, serta terdengar jelas.
(TFU – 11) × 155 bila sudah masuk PAP.
R/Pemeriksaan abdomen dapat mengetahui
perkembangan janin, serta kesejahteraan
janin. Pada usia kehamilan 28 minggu-30
minggu kira-kira 800-1175 gram, pada usia
kehamilan 31 minggu samapai 35 minggu
kira-kira 1350-2001 gram, pada usia
kehamilan 36 minggu-40 minggu kira-kira
2160-3001 gram.

c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan
bunyi wheezing.
R/ Pernafasan ibu sebagai screening, untuk
mengetahui penyakit yang diderita oleh
ibu misalnya pada ibu yang memiliki
penyakit asma, dan tidak boleh
melahirkan secara normal karena, radang
kronis yang terjadi pada obstruksi
reversible dari spasme, edema.
Abdomen : Normalnya terdengar bunyi Denyut Jantung
Janin dan normal frekuensinya 120 – 160
kali/menit, serta terdengar jelas.
R/ Detak Jantung Janin dapat diketahui,
guna mengidentifikasi kesejahteraan
janin.

d. Perkusi
Ekstrimitas bawah : Respon reflek patella harus ada
(++) Jika reflek patella negative
kemungkinan ibu mengalami
kekurangan vitamin B1 dan juga
menunjukkan ada masalah di
saraf tulang belakang pasien atau
tulang perifer, reflek patella (+)
menunjukkan sistem saraf di
daerah ekstermitas bawah itu
mengalami hipoaktif, reflek
patella (+++/+++) menunjukkan
sistem saraf di daerah
ekstermitas bawah mengalami
hiperaktif, jika ditemukan
keadaan seperti itu maka harus
segera dikonsulkan kepada
dokter.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb : Hb trimester III (11gr/14gr/dl),
pemeriksaan Hb dilakukan minimal 1
kali pada trimester 1 dan 1 kali pada
trimester III, karena pada trimester 1
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
terutama untuk proses tumbuh kembang
janin, sedangkan pada trimester III untuk
persiapan proses persalinan.
Protein urine : 1. Ada kekeruhan ringan tanpa butir-
butir : + (protein 0.01-0,05%).
2. Kekeruhan mudah terlihat dengan
butir-butir : ++ (protein 0,05-0,2%).
3. Kekeruhan jelas dan berkeping-keping
: +++ (protein 0,2-0,5%).
4. Sangat keruh, berkeping besar atau
bergumpal : ++++ (protein >0,5%).
Glukosa Urine : 1. Negatif (-) : Tetap biru atau sedikit
kehijau-hijauan.
2. Positif (+) : Hijau kekuning-kuningan
dan keruh (0,5-1% glukosa).
3. Positif (++) : Kuning keruh(1-1,5%
glukosa).
4. Positif (+++) : Jingga atau warna
lumpur keruh (2-3,5% glukosa).
5. Positif (++++) : Merah keruh (> dari
3,5% glukosa.

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : G… P... Ab... Usia Kehamilan 37-38 minggu Janin T/H/I dengan
kehamilan resiko rendah.
Keterangan :
G : Gravida keberapa atau hamil keberapa
P : Para aterm (lahir cukup bulan berapa kali), premature (bayi lahir
usia kehamilan 28 -36 minggu), imatur (bayi lahir usia kehamilan
kurang dari 28 minggu), hidup ( lahir hidup atau anak hidup berapa)
Ab : Abortus (pernah keguguran berapa kali), mola hidatidosa (hamil
anggur), kehamilan ektopik terganggu(hamil di luar kandungan )
DS : Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan, keluhan yang
ibu rasakan, HPHT, dan kehamilan yang keberapa.
DO : Keadaan Umum : Normal (baik).
Kesadaran : Normal (composmentis).
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg).
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit).
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC).
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali/menit).
IMT : Normal 19,8-26,6.
Palpasi Abdomen

Leopold I : Ukuran TFU pada kehamilan trimester


III yaitu pada usia kehamilan 27 minggu-
32 minggu TFU 32 cm, pada usia
kehamilan 33 minggu-36 minggu TFU
36 cm, pada usia kehamilan 37 minggu-
40 minggu TFU 40 cm dan pada bagian
fundus teraba bulat, besar tidak
melenting (bokong janin).
Leopold II : Letak janin membujur.
Leopold III : Pada bagian bawa perut ibu teraba keras,
melenting, besar (kepala janin).
Leopold IV : Pada kehamilan primigravida, masuknya
kepala janin kedalam PAP biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan, sedangkan pada multi baru
terjadi pada saat permulaan persalinan.
DJJ : Normal 120-160x/menit teratur serta
terdengar jelas.
TBJ : (TFU – 11) × 155 bila sudah masuk PAP.

III. Antisipasi Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau dignosa potensial lain
berdasarkan keluhan pasien. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus mengamati kondisi
klien.
(Sulistyawati, 2009)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya hanya
dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan dalam
kehamilannya.
V. Intervensi
DX : G… P... Ab... Usia Kehamilan 37-38 minggu Janin T/H/I dengan
kehamilan Resiko Rendah.
Tujuan: ibu mendapatkan pelayanan kehamilan sesuai dengan kebutuhan
dan keluhan ibu hamil
Intervensi:
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ mengurangi rasa kecemasan ibu,memberikan keyakinan bahwa
kondisi ibu dan bayi saat ini dalam keadaan baik
2. Jelaskan tentang ketidaknyamanan pada kehamilan
R/ ibu lebih paham tentang perubahan yang dialami ibu pada trimester
III
3. Jelaskan pada ibu tentang bahaya pada kehamilan
R/ ibu dapat mendeteksi dini adanya resiko kehamilan
4. Berikan KIE tentang nutrisi seimbang
R/ pola nutrisi yang seimbang dapat membantu pertumbuhan janin.
5. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan
R/ Agar ibu bisa langsung datang ketenaga kesehatan bila sudah ada
tanda-tanda persalinan.
6. Berikan konseling tentang persalinan yaitu tenaga persalinan yang
akan menolong persalinan,tempat yang diinginkan,persiapan dana dan
transportasi serta persiapan donor darah.
R/ dengan mempersiapkan persalinan,ibu ataupun keluarga tidak
bingung memilih tempat persalinan jika waktunya ibu akan
melahirkan.
7. Berikan KIE tentang personal hygene
R/ yang baik dapat menghindari ibu dari bahaya infeksi.
8. Berikan KIE tentang persiapan lakatasi
R/ agar ibu pada waktu pertama kali melakukan IMD lebih rileks dan
memberikan bounding attacement.
9. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang sesuai jadwal (usia kehamilan
>36 minggu)pada 1 minggu atau sewaktu-waktu jika ada keluhan
R/ ibu mengetahui kapan harus ke petugas kesehatan
10. Dokumentasi tindakan dan asuhan yang diberikan .
R/ sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan tanggung gugat
dari berbagai permasalahan yang berkaitan dengan asuhan yang
diberikan.
(Roumali, 2011)
VI. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.realisasi dari
perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, dan anggota keluarga
yang lain. Jika bidan melakukannya sendiri, ia tetapi memikul tanggung
jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan.pada situasi dimana ia harus
berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena pasien mengalami
komplikasi,bidan masih tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang efisein akan
menyingkir waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan (Sulistyawati,
2012).
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan
dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.

2.2 KONSEP DASAR PERSALINAN


2.2.1 Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm (bukan prematur dan postmatur), mempunyai onset yang spontan,
selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan
partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan
presentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis,
terlaksana tanpa bantuan seperti vorsep, tidak mencangkup komplikasi
(seperti perdarahan hebat), dan mencangkup pelahiran plasenta yang
normal.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik, dari janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang
dimulai secara spontan, beresiko rndah pada awal persalinan dan tetap
demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam
presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42
minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada di dalam
kondisi sehat.
(Eka P.S, 2014)

2.2.2 Tanda-Tanda Persalinan


Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan telah disebutlan bahwa tanda-tanda persalinan dibagi menjadi
dua fase, yaitu tanda bahwa persalinan sudah dekat dan tanda timbulnya
persalinan (inpartu).
2.2.2.1 Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke 36 minggu kehamilan, tanda pada
primigavida adalah terjadinya penurunan fundua uteri karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan:
kontraksi braxton hiks, ketegangan dinding perut, ketegangan
ligamentum rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah
bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu
merasakan :
 Ringan di bagian atas perut, dan rasa sesaknya berkurang.
 Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal.
 Kesulitan berjalan.
 Sering buang air kecil
Gambaran lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
normal antara ketiga faktor yaitu power, passage, dan pasanger.
Sedangkan pada multipara gambarannya tidak begitu jelas, karena
kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.
b. Terjadinya HIS permulaan
Sejak trimester pertama kehamilan uterus mengalami kontraksi
ringan. Pada trimester II dapat dideteksi dengan pemeriksaan
bimanual. Fenomena ini telah dikemukakan perta,a kali oleh
braxton hicks pada tahun 1872 sehingga disebut sebagai kontraksi
braxton hicks. Sampai bulan terakhir kontraksi jarang dan akan
meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan.
Kontraksi ini terjadi karena adanya perubahan keseimbangan
esterogen dan progesteron sehingga terjadi peningkatan jumlah
reseptor oksitosin dan gap junction diatara sel-sel miometrium.
Semakin tuanya kehamilan, pengeluaran esterogen dan progesteron
semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering, yang dikenal dengan HIS palsu,
dengan sifat sebagai berikut :
 Rasa nyeri ringan dibagian bawah
 Datangnya tidak teratur
 Tidak ada perubahan pada servick atau pembawa tanda.
 Durasinya pendek.
 Tidak bertambah bila beraktivitas.

2.2.2.2 Tanda-Tanda Timbulnya Persalinan (inpartu)


Pada fase ini sudah memasuki tanda-tanda inpartu
a. Terjadinya HIS
HIS adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan servick
kontraksi rahim yang dimulai pada 2 face Maker yang letaknya di
dekat cornu uteri. HIS yang menimbulkan pembukaan servick
dengan kecepatan tertentu disebut HIS efektif. HIS efektif
mempunyai sifat adanya dominan kontraski uterus pada fundus
uteri, kondisi berlangsung secara sinkron dan harmonis, adanya
intensitas kontraksi yang maksimal antara dua kontraksi, irama
teratur dan frekuensi yang sering, lama his berkisar 45-60 detik.
His persalinan memiliki sifat sebagai berikut :
 Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan.
 Teratur dengan interval yang mungkin pendek dan
kekuatannya makin besar.
 Mempunyai pengaruh terhadap perubahan servick
 Penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut
semakin meningkat.
b. Keluarnya lendir bercampur darah (show)
Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan
pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah
waktu serviks membuka.
c. Terkadang disertai ketuban pecah
Sebagian ibu hamil megeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah,
maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.
Akan tetapi, apabila persalinan tidak tercapai maka persalinan
harus diakhiri dengan tindakan tertentu misalnya akstraksi vakum
atau sectio caesarea.
d. Dilatasi dan Effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalh pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm
menjadi hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang
tipis seperti kertas.
(Eka P.S, 2014)

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


2.2.2.1 Power /tenaga
Power atau tenaga untuk mendorong anak dibagi menjadi dua yakni :
1. His.
His adalah kontraksi pada otot-otot rahim pada persalinan
menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks.his terdiri dari his
pembukaan, his pengeluaran dan his pelepasan uri.
2. Tenaga Mengejan
Tenaga mengejan terjadi karena adanya kontraksi otot-otot dinding
perut dan juga karena kepala yang sudah berada pada dasar
panggul, mengejan paling bagus dilakukan saat ada ontraksi atau
his.
2.2.2.2 Passage/Panggul/jalan lahir
Faktor paling penting dalam menentukan proses persalinan salah
satunya adalah pelvis minor yang tersusun dari tulang-tulang yang
kokoh dan kemudian dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat
yang kuat. Pelvik minor dibagi menjadi 3 bagian yakni :
a. Pintu Atas Panggul/PAP
Anterior : Crista dan spina pubica
Lateral : Linea illiopectinea pada os coxae
Posterior : Tepi anterior assis sacri dan prootorium
b. Cavum Pelvis
Cavum pelvis merupakan bagian terluas dan bentuknya hampir
seperti lingkaran. Batasannya yakni :
Anterior : titik tengah permukaan belakang os pubis
Lateral : 1/3 bagian atas dan tengah foramen obsturatorium
Posterior : Hubungan antara vertebra sacralis kedua dan
ketiga. ukuran depan belakang 12,75 cm dan ukuran melintangnya
12.5 cm
c. Bidang sempit panggul
Bidang sempit panggul merupakan bidang yang membentang
melalui tepi bawah sympisis menuju ke spina isciadika dan
memotong ujung atas sacrum.
d. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari dua buah segitiga yang
mempunyai basis bersama dan merupakan bagian
terbawah.diameter pintu bawah panggul antara lain :
1) Anterior posterior anatomis mulai dari margo inferiorn
sympisis pubis ke ujung os coccygis yakni 9,5 cm
2) Antero posterior obstetrik mulai dari margo inferior pubis ke
articulatio sacrococcygealis yakni 11,5 cm
3) Transfersa yakni jarak antara permukaan dalam tuber
isciadikum kanan dan kiri yakni 11 cm
4) Sagitalis posterior yakni mulai dari pertengahan diameter
transfersa ke artikulasio sacro coccygelis yakni 9cm
5) Sagitalis anterior mulai dari pertengahan diameter transfersa ke
angulus subpubicus 6 cm.
2.2.2.3 Passager/fetus
Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan dengan besar dan juga
karena posisi janin atau bagian janin yang terletak pada bagian depan
jalan lahir. Adapula faktor kelainan genetik dan juga kebiasaan ibu
yang buruk dapat menjadikan pertumbuhan menjadi tidak normal
misalnya
1. Kelainan bentuk dan besar janin (ansefalus, hidrosefalus dann
janin makrosomia)
2. Kelainan pada letak kepala dan juga letak janin misalnya
sungsang, melintang dan lain-lain.
3. Psikologis Ibu
Keadaan psikologis adalah keadaan baik secara emosional, jiwa,
pengalaman, adat istiadat, dan dukungan dari orang-orang tertentu
yang dapat mempengaruhi proses persalinan. Kondisi psikologis
ibu melibatkan emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi
sebelumnya dan dyukungan orang terdekat. Keadaan stres dan
cemas dan depresi dapat mempengaruhi persalinan karena dapat
mempengaruhi kontraksi yang dapat mempengaruhi proses
persalinan, untuk itu sangat penting bagi bidan dalam
mempersiapkan mental ibu menghadapi proses persalinan.
2.2.2.4 Penolong
Penolong persalinan bertugas mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin dan proses
persalinan sangat tergantung dari kemampuan,keterampilan,dan
kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.
Seorang bidan harus bekerja sesuai dengan standar yang telah
ditentukan dan untuk pertolongan persalinan ditetapkan stadar asuhan
persalinan normal (APN) yang terdiri dari 58 langkah dengan tetap
memperhatikan 5 aspek benang merah asuhan persalinan normal yakni
Membuat keputusan klinik,asuhan sayang ibu dan sayang
bayi,pencegahan infeksi, pencatatan atau rekamedik asuhan persalinan
dan rujukan.
(Liliyana, 2011)

2.2.3 Perubahan Fisiologis persalinan


2.2.3.1 Perubahan sistem reproduksi.
1. Segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Dalam persalinan segmen atas rahim sangat berperan aktif karena
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan dan mendorong anak keluar. Sebaliknya segmen bawah
rahim memegang peranan pasif makin tipis dengan majunya
persalinan karena meregang sebagai persiapan jalan untuk dilalui
bayi.
2. Bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjng
sedangkan ukuran melintang berkurang. Hal ini mengakibatkan
tulang punggung menjadi lebih lurus sehingga bagian atas janin
tertekan pada fundus dan bagian bawah janin masuk ke PAP dan
juga otot-otot memanjang diregang dan menarik pada SBR dan
serviks.
3. Vagina dan dasar panggul
Dalam kala I ketuban kut meregangkan bagian atas vagina yang
sejak awal mengalami perubahan sehingga dapat dilalui
bayi.perubahan pada dasar panggul terjadi bila kepala bayi sudah
maju yang menyebabkan adanya penipisan.
4. Perubahan Serviks
Perubahan serviks yang terjadi adalah adanya pendataran atau
pemendekan dari kanalis servikalis yang semula panjang namu
sekarang menjadi satu lubang saja dengan tepi yang tipis.
Perubahan ini juga ditandai dengan adanya pembukaan yang
disebabkan oleh pembesaran ostiumeksternum yang dipersiapkan
untuk menjadi jalan lahir bayi.
5. Kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat karena adanya kontraksi uterus yakni
sistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg.
6. Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan meningkat secara terus menerus karena kecemasan
serta kegiatan otot tubuh.kenaikan metabolisme tercermin dengan
kenaikan suhu badan, denyut jantung, pernafasan, curah antung
dan kehilangan cairan.
7. Ginjal
Selama persalian terjadi peningkatan produksi urin karena
peingkatan filtrasi glomerulus serta aliran plasma ginjal.
8. Gastrointestinal
Gerakan lambung dan penyerapan makanan berkurang selama
persalinan. Terjadi peningkatan asam lambung menyebabkan
aktivitas pencernaan hampir berhenti dan juga pengosongan
lambung menjadi sangat lamban.
9. Hematologi
Selama persalinan terjadi peningkatan hemoglobin 1,2 mg/100ml
dan sel darah putih sebesar 5000-15000, dan gula drah akan
berkurang semua ini dikarenakan ada peningkatan kontraksi uterus
dan otot-otot tubuh.
10. Endokrin
Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan karena terjadi
penurunan kadar progesterone dan peningkatan estrogen,
prostaglandin dan oksitosin.

2.2.3.2 Perubahan psikologis


Perubahan psikologis yang terjadi, antara lain:
1. Banyak wanita normal merasakan kegairahan dan kegembiraan saat
merasa kesakitan untuk kelahiran anaknya. Mereka seolah-olah
pada saat itu mendapoatkan kepastian bahwa kehamilan yang
semula dianggap sebagai suatu keadaan yang belum pasti kini
benar-benar akan terjadi dan kongkret.
2. Seorang wanita dalam proses kelahiran bayi merasa tidak sabar
mengikuti irama naluriah dan mulai merasa tegang, cemas dan
takut saat kesakitan pertama kali menjelang kelahiran.
3. Lingkungan yang baru menyebabkan ibu merasa seperti orang
asing dan juga lingkungan yang tidak nyaman menyebabkan wanita
merasa lebih tidak realistis sehingga mereka merasa gagal dan
kecewa
4. Pada ibu multigravida ia lebih cenderung khawatir pada anak yang
ditinggal dirumah oleh sebab itu dukungan dari suami dan juga
bidan sangat dibutuhkan agar ibu bisa melewati persalinan dengan
lancar tanpa ada kekuatiran dan sebagainya.

2.2.4 Mekanisme persalinan


2.2.4.1 Penurunan
Pada primipara kepala janin turun ke rongga panggul/masuk ke
PAP pada ahkir minggu 36 kehamilan, sedangkan pada multipara
terjadi saat mulainya persalinan. Masuknya kepala janin melintasi
PAP dapat dalam keadaaan sinklitismus atau asinklitismus,dapat
juga dalam keadaan melintang, Penurunan kepala janin terjadi
selama persalinan karena daya dorong dari kontraksi dan posisi serta
peneranan(selama kala II) oleh ibu.
Sinklitimus adalah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus
dengan bidang PAP (sutura sagitalis berada ditengah tengah jalan
lahir atau PAP) asinklitismus adalah bila arah sumbu kepala janin
miring dengan bidang PAP (sutura sagitalis mendekati
promontorium atau simfisi pubis.
2.2.4.2 Fleksi
Semakin turun ke rongga panggul, kepala kepala janin semakin
fleksi, sehingga mencapai fleksi maksimal (biasanya di Hodge III)
dengan ukuran diameter kepala janin yang terkecil, yaitu diameter
suboksibregmatika (9,5 cm).
2.2.4.3 Putar paksi dalam
Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas kearah depan. Akibat kombinasi elasitas
diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang disebabkan oleh his
yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi/putaran pppaksi
dalam yaitu UUKI memutar kea rah depan(UUK berada di bawah
simfisis)
2.2.4.4 Ekstensi
Sesudah kepala janinsampai didasar panggul dan UUK berada di
bawah simfisis sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan
defleksi/ekstensi untuk dapat dilahirkan, maka lahirlah berturut-
turut UUB,dahi, muka, dan ahkrirnya dagu.
2.2.4.5 Putar paksi luar
Setelah kepala lahiir, kepala segera mengadakan rotasi (putaran
paksi luar), yaitu gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung
anak.
2.2.4.6 Eksplusi
Setelah kepala lahir, bahu akan berada dalam posisi depan
belakang. Selanjutnya bahu depan dilahirkan terlebih dahulu
barukemudian bahu belakaang. Menyusul trokhanter depan terlebih
dahulu, kemudian trokhanter belakan. Maka lahirlah bayi seluruhnya
(eksplusi).
(Lailiyana, 2011)

2.2.5 Tahapan persalinan (kala Persalinan)


Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
2.2.5.1 Kala I (pembukaan)
Merupakan waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm. Inpartu (partus mulai) ditandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks
mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (efficcement). Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis
karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala
pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :
a. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif
Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
1) Periode dilatasi maksimal (steady)
Selama 2 jam pembukaan beerlangsung cepat menjadi 9 cm.
2) Periode deselerasi
berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm atau lengkap. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan
meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10
menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari
pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan rata-rata 1 cm per jam 9 (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Terjadinya penurunan bagian terbawah janin.
2.2.5.2 Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Merupakan kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan
kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar
hingga lahir. Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat,
cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah
turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-
otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau
buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka dan peerinium meregang.
Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti
oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ jam – 2 jam, pada
multi ½ jam – 1 jam.
2.2.5.3 Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhirnya dengan lahirnya
plasenta dan selaput janin.
a) Tujuan manajemen aktif kala III. Untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif, sehingga dapat memperpendek waktu
kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah di
bandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
b) Keuntungan manajemen aktif kala III
1) Kala III persalinan lebih singkat
2) Mengurangi jumlah kehilangan darah
3) Mengurangi kejadian retensio plasenta
c) Manajemen aktif kala III
1) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
2) Tanda-tanda lepasnya plasenta :
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba-tiba
3) Pemijatan fundus uteri (Masase)
Segera lakukan massase pada fundus uteri minimal 15 kali
dalam 15 detik setelah plasenta lahir
(Lailiyana, 2011)

2.2.6 Manajemen Varney Presalinan


2.2.6.1 Manajemen Varney Kala 1
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Alasan Datang
Ibu datang kerumah sakit/puskesmas/BPS dirujuk atau datang
sendiri dengan alasan-alasan tertentu dan untuk menegakkan
diagnosa serta tindakan yang seharusnya dilakukan.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus persalinan, informasi
yang harus didapat dari pasien adalah kapan mulai terasa kencang-
kencang dip perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya, apakah
ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih,
apakah sudah ada pengeluaran lendir yang disertai darah serta
pergerakan janin untuk memastikan kesejahteraannya.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.
a. Lama persalinan sebelumnya merupakan indikasi yang baik
untuk memperkirakan lama persalinan kali ini.
b. Komplikasi kelahiran sebelumnya untuk mengidentifikasi
masalah potensial pada kelahiran dan postpartum.
c. Ukuran bayi terbesar yang dilahirkan pervaginam
memastikan keadekuatan panggul untuk kelahian saat ini.

Kehamilan Persalinan Anak Nifas K


Su Hamil Umur Peno C Pen S B H/ Hidup H Men et
am Ke Kehami long ar yuli e B P/I/ Umur ar yusu
i lan a t x L A i i

4. Riwayat kehamilan sekarang


a. Berapa kali periksa dan dimana, standar untuk
pemeriksaan ANC minimal 4 x dan harus di tenaga
kesehatan.
b. Gerakan janin normalnya 10 kali dalam setiap 10 jam.
5. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola makan
Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan
gambaran bagaiman pasien mencukupi asupan gizinya
selama hamil sampai dengan masa awal persalinan. Data
fokus mengenai asupan makanan pasien adalah sebagai
berikut:
1) Kapan atau jam berapa terakhir kali makan
2) Makanan yang dimakan
3) Jumlah makanan yang dimakan
4) Seandainya saat ini ingin makan, apa yang diinginkan
sebelum masuk pada fase persalinan dimana ia tidak
ingin lagi untuk makan
b. Pola minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat
penting karena akan menentukan kecendrungan terjadinya
dehidrasi. Data yang perlu kita tanyakan berkaitan dengan
intake cairan adalah sebagai berikut
1) Kapan terakhir kali minum
2) Berapa banyak yang diminum
3) Apa yang diminum
4) Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien
akan sangat memebutuhkan cairan, bukan makanan.
Disamping pasien sudah tidak berselera lagi untuk
makan karena rasa sakit akibat his, juga karena
pengeluaran keringat yang bertambah sehingga
memebutuhkan pemasukan cairan lebih banyak.
c. Pola istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk
memepersiapkan energi menghadapi proses persalinannya,
hal ini akan lebih penting lagi jika proses persalinannya
mengalami pemanjangan waktu pada kala I.
Data yang perlu ditanyakan yang berhubungan dengan
istirahat pasien:
1) Kapan terakhir tidur
2) Berapa lama
3) Aktivitas sehari- hari
Perlu mengkaji aktivitas sehari- hari pasien karena data
ini memberikan gambaran kita tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah. Jika
diakhir kehamilannya pasien melakukan aktivitas yang
terlalu berat dikhawatirkan pasien akan merasa kelelahan
sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa
bersalin.
d. Personal hygiene
Data ini perlu digali karena akan sangat berkaitan dengan
kenyamanan pasien dalam menjalani proses persalinannya.
Beberapa pertanyaan yang perlu diajukan berhubungan
dengan perawatan kebersihan diri pasien
1) Kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi
2) Kapan terakhir ganti baju dan pakayan dalam

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg) tekanan
darah pada ibu inpartu kala I akan
meningkat selama kontraksi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg
diastol rata-rata 5-10 mmHg, nyeri, rasa
takut, dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit) Frekuensi
denyut nadi diantara kontraksi sedikit
lebih tinggi dibanding selama priode
menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme
yang terjadi selama persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Suhu : Normal (36,5–37,2oC), Peningkatan suhu
tidak lebih dari 0,5-1oC dianggap normal,
nilai tersebut mencerminkan peningkatan
metabolisme selama persalinan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali/menit) Sedikit
peningkatan frekuensi pernafasan
dianggap normal selama persalinan karena
meningkatnya metabolisme, hiperventilasi
yang memanjang adalah hal yg abnormal
yg dapat menyebabkan alkolisis.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
BB bulan lalu : Ditanyakan untuk mengetahui
perbedaannya dengan BB sekarang
BB sekarang : Selama kehamilan TM II dan III
pertumbuhan BB  0,5 kg perminggu.
Pertambahan > 0,5 kg perminggu pada
TMII harus di waspadai mengalami preekl
amsia. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal sekitar 9 -
13,5 Kg.
TB : <145 cm, ibu hamil dengan TB kurang
dari 145 cm kemungkinan panggulnya
sempit.
LILA : >23,5 cm, bila kurang merupakan
indikasi kuat untuk status gizi ibu yang
kurang baik/buruk. Sehingga 12 beresiko
untuk melahirkan BBLR.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu hamil wajah tidak
oedema, tidak pucat, terdapat cloasma
gravidarum.
Mata : Normalnya pada ibu hamil sklera putih,
konjungtiva merah muda, karena kalau
pucat dicurigakan ibunya anemis.
Mulut : Normalnya merah muda, lidah tampak
bersih, tidak ada caries pada gigi.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang,
hipergmentasi areola memae, putting susu
tampak menonjol.
Abdomen : Normalnya abdomen tampak striae
livida, tampak linea nigra, tampak bekas
luka operasi tidak (berkaitan dengan
persalinan normal).
Genetalia : Genetalia pada ibu yang inpartu tampak
pengeluaran lendir bercampur darah yg
disebabkan oleh adanya his persalinan
sehingga terjadi penipisan dan pembukaan
serviks, pembukaan serviks menyebabkan
selaput lendir pd kanalis servikalis
terlepas dan perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)
Ekstremitas
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan
bebas, tidak oedema, (pergerakan kaku
dikhawatirkan ibu tidak bisa persalinan
normal, oedema bisa dicurigakn ibu
mengalami preeklamsia ringan).
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan
bebas, tidak oedema, (pergerakan kaku
dikwatrikan ibu tidak bisa persalinan
normal, oedema bisa dicurigakn ibu
mengalami preeklamsia ringan).
b. Palpasi
Dada :Normalnya payudara sudah
mengeluarkan colostrum.
Abdomen :
Leopold I :Normal ukuran TFU pada usia kehamilan
40 minggu 26-28cm dan pada bagian
fundus teraba bulat, besar tidak melenting
(bokong janin)
Leopold II :Normalnya letak janin membujur.
Leopold III:Normalnya pada bagian bawa perut ibu
teraba keras, melenting, besar (kepala
janin).
Leopold IV:Normalnya pada kala I persalinan kepala
janin sudah turun dan masuk kedalam
rongga panggul atau sudah teraba 2/5-3/5
bagian. Bila ternyata kepala memang tidak
dapat turun, kemungkinan bagian
terbawah janin (kepala) terlalu besar
dibandingkan dengan diameter pintu atas
panggul sehingga patut dicurigai CPD.
TBJ :Normalnya pada usia kehamilan 40 minggu
kira- kira 3001 gram
His :Normalnya tidak boleh <20 detik dan>45
detik, lamanya 10 menit frekuensinya 1- 5
kali
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi
dan bunyi wheezing
Abdomen :Normalnya terdengar bunyi Denyut
Jantung Janin dan normal frekuensinya
120 – 160 kali/menit, serta terdengar jelas.
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
e. Pemeriksaan penunjang
i. Pemeriksaan laboratorium
Hb normal untuk ibu hamil 10,5gr/dl-11,5gr/dl, tidak ada
albumin dan reduksi urine, HIV/AIDS negatif.
ii. Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-4 cm
Fase Aktif 4-6 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : normalnya utuh
Bagian terendah :Normalnya kepala
Bagian terdahulu :UUK (ubun-ubun kecil
Hodge :I – III
Moulage :Tulang kepala memberikan petunjuk
tulang panggul (0), (1), (2), (3),
normalnya tidak ada atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif
dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx :G....P…. Ab….Usia Kehamilan 39-40Minggu janin...
dengan inpartu kala I fase...
DS :Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan,
keluhan yang ibu rasakan, HPHT, dan kehamilan yang
keberapa
DO :Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
BB :Normal pertambahan BB sampai
akhir kehamilan sekitar 9 -13,5 Kg.)
Palpasi Abdomen:
Leopold I :Normal ukuran TFU pada usia
kehamilan 39-40 minggu 26-28cm
dan pada bagian fundus teraba bulat,
besar tidak melenting (bokong
janin)
Leopold II :Normalnya letak janin membujur.
Leopold III :Normalnya pada bagian bawa perut
ibu teraba keras, melenting, besar
(kepala janin).
Leopold IV :Normalnya kepala janin sudah
turun dan sudah teraba 2/5-3/5
bagian.His :normlanya tidak boleh <20
detik dan>45 detik, lamanya 10 menit
frekuensinya 1- 5 kali.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks
Fase Laten 1-4 cm
Fase Aktif 4-6 cm
Effacement : 25 % - 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu : Normalnya UUK (ubun-ubun
kecil)
Hodge : I – III
Moulage : Tulang kepala memberikan
petunjuk tulang panggul (0), (1),
(2), (3), normalnya tidak ada (0)

III. Antisipasi Masalah Potensial


Merupakan bentuk antisipasi masalah kehamilan yang bisa
dialami ibu dalam kehamilannya (Keluhan yang dialami ibu).
(Sulistyawati, 2009)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera, biasanya
hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami kegawatdaruratan
dalam kehamilannya.
V. Intervensi
Dx : G…. P…. Ab… Usia Kehamilan 39-40 Minggu janin...
dengan inpartu kala I fase...
Tujuan : kala I berlangsung normal
Kriteria hasil :
Kemajuan pembukaan 2 cm setiap 1 jam
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada
kenaikan sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥ 15
mmHg dicurigai adanya PER.
RR : Normal 16 – 24 x/ menit >24 x/menit potensial
terjadi cyanosis
Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi
shock
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC > 37,5 ºC potensial terjadi
infeksi
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/menit
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan.
R/ ibu dan keluarga dapat mengerti dan lebih kooperatif.
2. Anjuran ibu untuk tidak menahan kencing.
R/ kandung kemih yang penuh akan memperlambat
penurunan bagian terbawah janin.
3. Lakukan observasi DJJ, HIS, dan TTV.
R/ deteksi dini perubahan yang terjadi sesuai dengan
parameter.
4. Ajarkan teknik bernafas saat timbul nyeri.
R/ dengan teknik yang benar maka otot akan berelaksasi dan
O2 dari ibu ke janin tetap baik.
5. Anjurkan ibu untuk miring kiri.
R/ mempercepat penurunan bagian bawah janin dan tidak
menekan vena cava inferior ibu sehingga aliran darah dari ibu
ke janin tetap baik.
6. Beri cukup minum dan nutrisi.
R/ pemenuhan kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
7. Ajari ibu posisi yang benar dalam meneran.
R/ Posisi ibu dalam meneran mempengaruhi proses
persalinan. Meningkatkan perfusi plasenta, dan mencegah
sindrom hipotesif telentang. Penelitian menunjukkan posisi
ini dapat memperpendek fase persalinan tanpa meningkatkan
ketidaknyamanan atau menimbulkan efek merugikan pada
kesejahteraan janin.
8. Observasi tanda-tanda kala II
R/ Pemutaran anal ke arah luar dan penonjolan perineal
terjadi saat verteks janin turun, menandakan untuk kebutuhan
untuk persiapan kelahiran.
9. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk persiapan
persalinan
R/ Persalinan dapat berjalan dengan lancar.

VI. Implementasi
Tanggal :
Jam :
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan.

2.2.6.2 Manajemen Varney Kala II


I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1) Alasan Datang
Ibu datang kerumah sakit/puskesmas/BPS dirujuk atau
datang sendiri dengan alasan-alasan tertentu dan untuk
menegakkan diagnosa serta tindakan yang seharusnya
dilakukan.
2) Keluhan Utama
Pada ibu inpartu kala II keluhan normal yang dirasakan ibu
adalah kenceng-kenceng pada perut semakin sering, dorongan
ingin meneran semakin kuat dan terasa tekanan pada anus.
3) Riwayat Kehamilan , Persalinan, Nifas Yang Lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui penyulit kehamilan yang lalu
di kwatirkan akan terjadi lagi di kehamilan yang sekarang.

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Su Ha Umur Pe S B H/ Hidup Ha Men K
Peno Car
am mil Kehami ny e B P/I/ Umur ri yusu et
long a
i Ke lan ulit x L A i

4) Riwayat Persalinan Sekarang


a. Pengeluaran dari jalan lahir :
Normalnya lendir bercampur darah
b. Rasa mules:
Normalnya ada dengan frekuensi minimal 3x dalam
10 menit, jika tidak ada rasa mules dikwatirkan
persalinannya tidak tidak maju.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal(100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Genetalia : Normal genetalia tampak keluar lenddir
darah, vulva vagina membuka, tidak
tampak varises, tidak tampak oedema,
tidak adaflour albus dan kondiloma.
Anus : Normalnya anus tidak tampak
hemoroid, perinium menonjol
Ekstremitas
Atas : Normalnya tampak simetris,
pergerakan bebas, tidak oedema,
(pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak
bisa persalinan normal, oedema bisa
dicurigakan ibu mengalami preeklamsia
ringan)
Bawah : Normalnya tampak simetris,
pergerakan bebas, tidak oedema,
(pergerakan kaku dikwatrikan ibu tidak
bisa persalinan normal, oedema bisa
dicurigakn ibu mengalami preeklamsia
ringan)
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah
mengeluarkan kolostrum.
Abdomen
Leopold I : Normal ukuran TFU pada usia
kehamilan 40 minggu 26-28 cm dan
pada bagian fundus teraba bulat, besar
tidak melenting (bokong janin).
Leopold II : Normalnya letak janin membujur
Leopold III : Normalnya pada bagian bawa perut
ibu teraba keras, melenting, besar
(kepala janin).
Leopold IV : Normalnya kepala janin sudah turun
dan sudah teraba 0/5-1/5 bagian.
TBJ : Normalnya pada usia kehamilan 40
minggu kira-kira 3000 gram
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/menit
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi
ronchi dan bunyi wheezing.
Abdomen : Normalnya terdengar bunyi Denyut
Jantung Janin dan normal frekuensinya
120–160 kali/menit, serta terdengar
jelas.
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood show
Pembukaan : 10cm
Effacement : 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu : UUK (ubun-ubun kecil
Hodge : III-IV
Moulage : Tulang kepala memberikan
petunjuk tulang panggul (0),
(1),(2), (3), normalnya tidak ada
atau (0).
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data
subyektif dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : G....P…. Ab…. Usia Kehamilan39-40Minggu
dengan Inpartu kala II
DS : diambil dari alasan datang ibu ke petugas
kesehatan, keluhan yang ibu rasakan, HPHT, dan
kehamilan yang keberapa
DO :
Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali /menit)
Palpasi Abdomen:
Leopold I : Normal ukuran TFU pada usia kehamilan 40
minggu 26-28cm dan pada bagian fundus
teraba bulat, besar tidak melenting (bokong
janin)
Leopold II : Normalnya letak janin membujur.
Leopold III : Normalnya pada bagian bawa perut ibu
teraba keras, melenting, besar (kepala janin).
Leopold IV : Normalnya kepala janin sudah turun dan
sudah teraba 0/5 1/5 bagian.
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/meniT
Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)
Vulva/vagina : Pengeluaran blood slym.
Pembukaan : 10cm
Effacement : 100 %
Ketuban : Normalnya utuh
Bagian terendah : Normalnya kepala
Bagian terdahulu : Normalnya UUK (ubun-ubun kecil)
Hodge : III-IV
Moulage : Tulang kepala memberikan petunjuk tulang
panggul (0), (1), (2), (3), normalnya tidak
ada (0)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah kehamilan yang bisa
dialami ibu dalam kehamilannya yang dibuat dari diagnosa.
(Sulistyawati, 2009)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera,
biasanya hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami
kegawatdaruratan dalam kehamilannya
V. Intervensi
DX : G…. P…. Ab… Usia Kehamilan 39-40Minggu
dengan inpartu kala II
Tujuan : kala II berlangsung normal
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada kenaikan
sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥ 15 mmHg dicurigai
adanya PER.
RR : Normal 16 – 24 x/ menit >24 x/menit potensial terjadi
cyanosis.
Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi shock.
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC >37,5 ºC potensial terjadi
infeksi
His kuat, teratur 4-5 .10’.40-50’’
DJJ 120 – 160 x/menit
Intervensi :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
R/Mempersiapkan pertolongan persalinan.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul dan memasukkan alat suntik
sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah partus set.
R/Persalinan berjalan lancar.
3. Memakai APD.
R/Mencegah terjadinya infeksi/penularan.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
R/Agar pada saat menolong persalinan tidak mersa
terganggu.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
R/Perlindungan diri.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung
tangan, isi dengan oksitosin 10 IU dan letakkan kembali
kedalam wadah partus set.
R/Persiapan untuk kala III.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah
dengan gerakan dari vulva ke perineum.
R/Mencegah terjadi infeksi pada bayi.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah
lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
R/Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% dan membuka sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
R/Mencegah terjadinya infeksi .
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus
selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
R/Dikhawatirkan terjadinya gawat janin.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila
ibu sudah merasa ingin meneran.
R/Ibu lebih mempersiapkan dirinya dan lebih kooperatif.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
R/Keluarga ikut kooperatif dalam persalinan.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan kuat untuk meneran.
R/Memaju proses persalinan.
14. Mencari posisi yang nyaman kembali.
R/Agar ibu nyaman dalam proses persalinan.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm.
R/Mencegah terjadinya hipotermi.
16. Meletakkan underped 1/3 bagian bawah bokong ibu.
R/Menahan kepala bayi.
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
R/Melakukanpertolongan persalinan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
R/Perlindungan diri dan mencegah terjadinya infeksi.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-
6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi
pada perut ibu.
R/Mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin (tidak
ada lilitan).
R/Mencegah bayi akan mengalami hipoksia.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar
paksi luar secara spontan
R/Bayi dalam keadaan normal.
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi, dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk
melakukan bahu belakang.
R/Bayi dalam keadaan normal.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah
kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan
dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
R/Bayi dalam keadaan normal.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung ke arah bokong dandan tungkai bawah janin
untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk
tangan kiri diantara lutut janin).
R/Melindungi bayi.
25. Melakukan penilaian sepintas (APGAR).
R/Mengetahui keadaan umum bayi.
26. Meletakkan bayi diperut ibu dan mengeringkan tubuh bayi.
R/Mencegah terjadinya hipotermi.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus.
R/Jika tidak ada diteruskan penyuntikan oksitosin.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin.
R/Agar uterus berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosi
n 10 unit IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
R/Merangsang plasenta keluar.
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2
cm distal dari klem pertama.
R/Memotong tali pusat dengan benar.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
di antara dua klem tersebut.
R/Tidak salah dam pengguntingan tali pusat.
32. Menjepit tali pusat dengan jepit kusus (navel klem).
R/Mencegah terjadinya infeksi .
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
memasang topi di kepala bayi
R/Mencegah terjadinya hipotermi dan terjadinya kontak
antara kulit ibu dan kulit bayi
VI. Implementasi
Tanggal :
Jam :
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan.

2.2.6.3 Manajemen Varney Kala III


I.Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal
yang ibu rasakan, kelelahan, capeh, tetapi perasaan
sangat senang karena bayinya sudah lahir walaupun
plasenta belum lahir.
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu setelah
melahirkan wajah tidak oedema,
tidak pucat.
Mata : Normalnya pada ibu setelah
melahirkan sklera putih,
konjungtiva merah muda.
Dada : Normalnya payudara tampak
tegang, ASI sudah keluar
Abdomen :Normalnya uterus globuler.
Genetalia : Normalnya tampak semburan darah
tiba-tiba, tali pusat memanjang,
perdarahan kurang lebih 250 cc.
Ekstremitas :
Atas : Normalnya tampak simetris,
pergerakan bebas, tidak oedema
Bawah : Normalnya tampak simetris,
pergerakan bebas, tidak oedema
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah
mengeluarkan ASI.
Abdomen :TFU setinggi pusat, kontarksi uterus
baik/keras, kandung kemih kosong
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi
ronchi dan bunyi wheezing
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data
subyektif dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa /
masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala III
DS : diambil dari keluhan yang ibu rasakan, persalinan
ke berapa.
DO :
Keadaan Umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah :Normal (100/70-130/90
mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100
kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali /
menit)
III. Antisispasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah setelah persalinan
yang bisa dialami ibu post partum . (Sulistyawati, 2009)
IV.Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera,
biasanya hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami
kegawatdaruratan post partum.
V. Intervensi
DX: P…. Ab… dengan kala III
Tujuan : kala III berlangsung normal
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD : Normal 90/60–130/90 mmHg. Apabila ada
kenaikan sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥
15 mmHg dicurigai adanya PER.
RR : Normal 1 –24 x/ menit >24 x/menit
potensial terjadi cyanosis.
Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial
terjadi shock
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC > 37,5 ºC potensial
terjadi infeksi.
Intervensi
1. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10
cm dari vulva.
R/Melakukan peregangan tali pusat.
2. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu,
di tepi simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
meregangkan tali pusat
R/Melepas plasenta dari rahim.
3. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat
dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan
uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial.
R/Mengeluarkan plasenta.
4. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial
hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan
kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorsokranial).
R/Plasenta lahir dengan lengkap.
5. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan
melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa
ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
R/plasenta lahir dengan spontan.
6. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada
fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara
sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus uterus teraba keras).
R/Agar kontraksi uterus tetap baik/keras.
7. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan
tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh
kortiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap. Dan
masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
R/Memastikan apakah plasenta lahir lengkap.
8. Evaluasi kemungkinanan laserasi pada vagina dan
perinium. Melakukan penjahitan bila laserasi pada
vagina menyebabkan perdarahan.
R/Agar tidak terjadinya perdarahan.
9. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam aktif.
R/Mencegah terjadinya perdarahan post partum.
10. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit
di dada ibu paling sedikit 1 jam.
R/Agat terjadinya bounding attachment antara ibu dan
bayi.
11. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1
mg intramuskular di paha kiri anterolateral.
R/Mencegah terjadinya perdarahan.
12. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan
imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
R/Untuk kekebalan tubuh bayi.
13. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam aktif.
R/Mencegah terjadinya perdarahan.

VI.Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan

2.2.6.4 Manajemen Varney Kala IV


I. Pengkajian
a. Data Subyektif.
1) Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang
ibu rasakan, kelelahan, capeh, tetapi perasaan sangat
senang karena bayinya sudah lahir dan ari-ari lahir
lengkap.
b. Data Obyektif
1 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Normal (baik)
Kesadaran :Normal (Composmentis)
Tanda-Tanda Vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90
mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100
kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali /
menit)
2 Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu setelah
melahirkan wajah tidak oedema,
tidak pucat.
Mata : Normalnya pada ibu setelah
melahirkan sklera putih, konjungtiva
merah muda.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang,
ASI sudah keluar
Abdomen : Normalnya pembesaran perut sesaui
dengan TFU.
Genetalia : Normalnya 50cc
Ekstremitas :
Atas : Normalnya tampak simetris,
pergerakan bebas, tidak oedema.
Bawah : Normalnya tampak simetris,
pergerakan bebas, tidak oedema.
b. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah
mengeluarkan ASI
Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat, kontarksi
uterus baik/keras, kandung kemih
kosong.
c. Auskultasi
Dada : Normalnya tidak terdengar bunyi
ronchi dan bunyi wheezing
d. Perkusi
Normalnya reflek patella harus ada (+)
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data
subyektif dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa /
masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala IV Post Partum Normal
DS : diambil dari keluhan yang ibu rasakan.
DO :
Keadaan Umum : normal (baik)
Kesadaran :normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)

III. Antisipasi Masalah Potensial


Merupakan bentuk antisipasi masalah setelah persalinan
yang bisa dialami ibu post partum .
(Sulistyawati, 2009)

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera,
biasanya hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami
kegawatdaruratan post partum.
V. Intervensi
DX : P…. Ab… dengan kala IV Post Partum Normal
Tujuan :kala IV berlangsung normal
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
TTV dalam batas normal
TD : Normal 90/60 – 130/90 mmHg. Apabila ada
kenaikan sistole ≥ 30 mmHg dan diastole ≥ 15
mmHg dicurigai adanya PER
RR : Normal 16 – 24 x/ menit >24 x/menit potensial
terjadi cyanosis
Nadi : Normal 60 – 90 x / menit > 90 potensial terjadi
shock
Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC >37,5 ºC potensial terjadi
infeksi
Intervensi :
1. Mengajarkan ibu cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
R/Ibu mengetahui kapan uterus itu lembek.
2. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
R/Mengetahui berapa cc perdarahan yang keluar.
3. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan.
R/Mengetahui keadaa ibu selam 2 jam post partum.
4. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik
R/Bayi dalam keadaan baik-baik saja.
5. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
R/Pencegahan infeksi
6. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai.
R/Pencegahan infeksi.
7. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.Mem
bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu menggunakan celana dalam + pembalut
dan jarik.
R/Agar ibu merasa nyaman.
8. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga
untuk membantu apabila ibu ingin minum.
R/Kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.
9. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5%.
R/Pencegahan infeksi.
10. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin
0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
R/Pencegahan infeksi.
11. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
R/Pencegahan ainfeksi.
12. Melengkapi partograf dan melanjutkan pemantauan kala
IV.
R/Sebagai dokumentasi.
VI. Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi.
VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan impel
ementsi terhadap klien yang di berikan asuhan.
2.3 Konsep Dasar Masa Nifas
2.3.1 Pengertian
MasaNifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas yaitu 6 – 8 minggu (Setyo, 2011).
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaaan sebelum hamil yang berlangsung kira- kira 6 minggu (Marmi,
2012).
2.3.2 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :
1. Puerperium Dini.
Puerpeium dini merupakan masa kepulihan dimana ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan, serta menjalankan
aktivitas layaknya wanita normal lainnya. Dalam agama islam,
dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermediate.
Puerperium intermediatemerupakan masa kepulihan menyeluruh lat-
alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. RemotePuerperium.
Remote Puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama apabila ibu selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
dapat berlangsung selama berminggu – minggu, bulanan, bahkan
tahunan.
(Sulistyawati, 2010).
2.3.3 Tanda – Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3. Demam lebih dari dua hari
4. Bengkak di muka, tangan dan kaki mungkin dengan sakit kepala
dan kejang – kejang
5. Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit
6. Mengalami gangguan jiwa
(sumber : Protap untuk kebidanan buku 1, 2013)
2.3.4 Kebutuhan Masa Nifas
1. Fisik.
Istirahat, makan-makanan bergizi, personal hygiene, udara segar,
lingkungan yang bersih
2. Psikologi.
Distres saat persalinan segera distabilkan dengan sikap bidan atau
keluarga yang menunjukan rasa nyaman, mengakui dan menghargai
3. Sosial.
Kebutuhan akan rasa sayang, memerlukan perhatian dan hiburan serta
menanggapi bila membutuhkan sesuatu
4. Pendidikan atau KIE.
KIE terutama ditunjukan pada ibu-ibu yang belum berpengalaman
mempunyai anak atau merawat anak.
2.3.5 Perubahan Fisiologi Masa Nifas
A. Perubahan Sistem Reproduksi (Uterus,Vagina, dan Perineum)
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun ekstterna kembali seperti
sebelum hamil disebut involusi.
1. Involusi Uterus
Merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil. Proses involusi uterus antara lain: iskemia
miometrium, atrofi jaringan, autolysis, efek oksitosin.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum
hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perubahan Normal Pada Uterus
Involusi TFU Berat Uterus Diameter
Uteri Uterus
Plasenta Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm
Lahir
7hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm
(minggu 1) pusat dan
simpisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
(minggu 2)
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
(Sumber: Setyo, 2011).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus – menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus
relative anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi didalam otot uterus.

c. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplay darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan.
(Vivian, 2011).
2. Involusi tempat Plasenta
Segera Setelah plasena lahit, dengan cepat luka mengecil,pada akhir
minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
3. Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala.
Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain:
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak
uterus menjadi retrofleksi, ligamen, fasia, jaringan penunjang alat
genetalia menjadi agak kendor.
4. Perubahan Serviks
Segera setelah melahirkan serviks menjadi lembek, kendor, terkulai
dan berbentuk corong.
5. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang
lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal
(Damai, 2011).
Tabel 2.3 Macam-macam Lochea
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari desidua,
kehitaman verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum
dan sisa darah
Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur
bercampur lender
Merah
Serosa 7-14 Kekuningan Lebih sedikit darah dan
hari /kecoklatan lebih banyak serum,juga
terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta

Alba Lebih Putih Mengandung leukosit,


dari 14 selaput lendir serviks dan
hari serabut jaringan yang
mati

6. Perubahan Vulva, vagina dan Perineum


Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini
kembali dalam keadaan kendor. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Perubahan
pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan baik secara spontan maupun dilakukan episiotomi
dengan indikasi tertentu (Damai, 2011).
B. Perubahan Sistem Pencernaan
Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan,
antara lain:
1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan
untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan
waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan
lahir (Damai, 2011).
C. Perubahan Sistem Urinarius
Pada pasca persalinan kadar steroid menurun sehingga
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Urin dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
1. Hemostatis Internal
2. Keseimbangan Asam Basa Tubuh
3. Pengeluaran sisa Metabolisme
Hal yang menyebabkan kesulitan Buang Air Kecil pada ibu post partum,
antara lain:
a. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
b. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang
teretensi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari seelah melahirkan
c. Depresi dan Sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi (Damai, 2011).
D. Perubahan Sistem Endokrin
Hormon-hormon yang berperan pada proses ini adalah :
1. Hormon Plasenta
Hormon ini menurun secara cepat pasca persalinan yang
menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai
onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2. Hormon Pituitary
Hormon ini terdiri dari hormon prolaktin, FSH,dan LH. Hormon
Prolaktin darah meningkat dengan cepat,pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon ini berpran dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
3. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
yang menyusui maupun yang tidak menyusui.
4. Hormon Oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Bekerja terhadap
otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga
dapat membantu involusi uteri.
5. Hormon Estrogen dan Progesteron
Hormon Estrogen yang tinggi, memperbesar hormon anti diuretik
yang dapat meningkat volume darah. Sedangkan hormon progesteron
mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangangan dan
peningkatan pembuluh darah (Damai, 2011).
E. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah persalinan. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta
dilahirkan.
Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu (Nurul Janah, 2011).

F. Perubahan Tanda-tanda Vital


1. Suhu Badan
Dalam 24 jam postpartum suhu badan akan meningkat sedikit (37,50c-
380c) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan, dan kelelahan.
2. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit. Denyut nadi ibu
postpartum biasanya akan lebih cepat.
3. Tekanan Darah
Tekanan Darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan akan lebih
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan atau yang lainnya.
4. Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran cerna
(Nurul Janah, 2011).

G. Perubahan Sistem Kardiovaskuler


1. Denyut jantung, volume secukupnya, dan curah jantung meningkat
selama hamil.
2. Segera Setelah melahirkan, keadaan tersebut akan meningkat lebih
tinggi lagi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkulasi utero / plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
3. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium 2-3
minggu setelah melahirkan curah jantung berada pada tingkat sebelum
hamil (Nurul Janah, 2011).

H. Perubahan Sistem Hematologi


1. Leukosit normal selama kehamilan rata-rata 12.000/mm3. Selama 10-
12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 15.000-
20.000/mm3 merupakan hal umum.
2. Kadar hemoglobin dan hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi pada
saat awal masa postpartum sebagai akibat volume darah, plasenta, dan
tingkat volume darah yang berubah-ubah.
3. Perubahan komponen darah terjadi saat masa nifas, misalnya jumlah
sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah
berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca-persalinan, biasanya
semua akan kembali ke keadaan semula (Nurul Janah, 2011).
2.3.6 Asuhan Manajemen Varney
I. Pengkajian
Tanggal/Jam: Dicantumkan untuk mengetahui kapanmulai dilakukan
pengkajian pada klien
A. Data subyektif
1. Keluhan Utama
Pada ibu nifas keluhan normal yang ibu rasakan adalah terasa nyeri
pada jalan lahir jika ada jahitan laserasi, pada ibu primigravida kadang
belum bisa merawat bayinya sendiri.
B. Data obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 60 – 100 kali/menit)
Suhu : 36,5 – 37,2oC
Pernafasan : 16 – 24 kali / menit
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Wajah : pada ibu nifas wajah tidak oedema, tidak
pucat.
Mata :pada ibu nifas sklera putih, konjungtiva
merah
muda.
Dada : payudara simetris hiperpigmentasi areola
mamae, puting susu menonjol, ASI ( + )
Abdomen : abdomen tampak striae livida, tampak linea
nigra.
Genetalia :genetalia tampak pengeluaran darah, nifas
hari 1-3 (lochea rubra) nifas minggu
pertama-minggu kedua (lochea sanguilenta),
nifas setelah minggu kedua-minggu keempat
(lochea serosa), nifas setelah minggu-sampai
minggu keenam (lochea alba).
Ekstremitas
Atas : tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema.
Bawah : tampak simetris, pergerakan bebas, tidak
oedema.
b. Palpasi
Dada : payudara mengeluarkan ASI yang lancar
Abdomen : tidak teraba nyeri tekan, nifas hari
pertama-hari ketiga TFU 2 jari di bawah
pusat, nifas hari ketujuh TFU pertengahan
antar pusat dan sympisis, 2 minggu TFU
tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti
sebelum hamil dan Kandung kemih :
teraba kosong
c. Auskultasi
Dada : tidak terdengar bunyi ronchi atauwheezing
d. Perkusi : reflek patella ada (+/+)

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data
subyektif dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx :P Ab nifas hari ke dengan Post Partum Normal
DS:Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan,
keluhan yang ibu rasakan, kelahiran anak keberapa.
DO :
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Normal (composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
Abdomen : Normalnya tidak teraba nyeri tekan, nifas
hari pertama-hari ketiga TFU 2 jari di bawah
pusat, nifa hari ketujuh TFU pertengahan
antar pusat dan sympisis, 2 minggu TFU
tidak teraba, 6 minggu TFU normal seperti
sebelum hamil.
Genetalia : Normal genetalia tampak bersih, nifas hari
1-3 (lochea rubra) nifas minggu pertama-
minggu kedua (lochea sanguilenta), nifas
setelah minggu kedua-minggu keempat
(lochea serosa), nifas setelah minggu-sampai
minggu keenam (lochea alba).

III. Antisipasi Masalah Potensial


Merupakan bentuk antisipasi masalah masa nifas yang biasa
dialami ibu nifas (keluhan dari ibu nifas)
(Varney, 2007)

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera,
biasanya hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami
kegawatdaruratan dalam masa nifasnya.
V. Intervensi
DX : P…. Ab… nifas hari ke...dengan Masa Nifas Normal
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan masa
nifas berjalan normal tanpa disertai komplikasi.
Kriteria hasil :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 60 – 100 kali/menit
Suhu : 36,5 – 37,2oC
Pernafasan : 16 – 24 kali /menit
Abdomen : Tidak teraba nyeri tekan, nifas hari pertama-hari
ketiga TFU 2 jari di bawah pusat, nifa hari ketujuh
TFU pertengahan antar pusat dan sympisis, 2
minggu TFU tidak teraba, 6 minggu TFU normal
seperti sebelum hamil.
Genetalia : Genetalia tampak pengeluaran darah, nifas hari 1-3
(lochea rubra) nifas minggu pertama-minggu kedua
(lochea sanguilenta), nifas setelah minggu kedua-
minggu keempat (lochea serosa), nifas setelah
minggu-sampai minggu keenam (lochea alba).
Intervensi :
1. Jelaskan pada ibu tentang hasil pemerikasan.
R/ agar ibu mengerti tentang keadaan dirinya dan bisa lebih
kooperatif.
2. Lakukan observasi TTV.
R/Tanda-tanda vital merupakan parameter bagi tubuh ibu jika
terdapat suatu kelainan pada tubuh ibu .
3. Observasi TFU, Kontraksi uterus dan pengeluaran lochea.
R/Untuk mengevaluasi apa melihat apakah ada perdarahan / tidak.
4. Anjurkan ibu untuk mobilisasi.
R/Dengan mobilisasi otot-otot dapat diperkuat termasuk otot
uterus sehingga proses involusi dan pengeluaran lochea
berjalan normal .
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
R/ Istirahat yang cukup dapat membantu dalam pemulihan tenaga.
6. Anjurkan ibu makan makanan bergizi terutama tinggi kalori
dan tinggi protein.
R/Dengan diet TKTP dapat membantu pemulihan tenaga ibu
dan mempercepat penyembuhan luka.
7. Anjurkan ibu untuk mobilisasi ditempat tidur atau jalan-jalan
disekitar.
R/ menguatkan otot-otot tubuh terutama panggul agar cepat
pulih
8. Mengajarkan pada ibu cara meneteki yang benar.
R/Ibu mengerti cara meneteki yang benar dan ibu/bayi ketika
menyusui merasa nyaman.
9. Berikan KIE tentang personal hygiene.
R/Personal hygiene yang buruk dapat memungkinkan
masuknya bakteri/kuman kedalam tubuh yang memungkinkan
terjadinya infeksi.
VI. Implementasi
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi

VII. Evaluasi
Merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan
impelementasi terhadap klien yang di berikan asuhan.

2.4 KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR NORMAL


2.4.1 Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi berat badan 2500 gram
sampai dengan masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42
minggu. Bayi baru lahir dengan 0-7 hari disebut dengan neonatal
sedangkan 0-28 hari disebut dengan neonatal lanjut.
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4
minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur
0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus
dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalahbayi
berusia 7-28 hari.
(Muslihatun, 2010)

2.4.2 Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal


Walaupun sebagian besar persalinan berfokus pada ibu,
tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil
kehamilan maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan
berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga dalam
kondisi yang optimal.

Beberapa tujuan asuhan bayi baru lahir antara lain :


1. Mengetahui sedini mungkin kelahiran pada bayi.
2. Menghindari risiko terbesar kematian BBL, terjadi pada 24
jam pertama kehidupan.
3. Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi
masalah kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

2.4.3 Lingkungan Adaptasi Bayi Baru Lahir


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian
neonatus dai kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan
adaptasi fungsional neonatus kehidupan didalam uterus ke
kehidupan di luar uterus disebut dengan hemostasis.
Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran adalah:
a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula tali pusat akan
menurun, energi tmabahan yang diperlukan neonatus ada jam
pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolosme asam
lemak sehingga kadar gula darah mencapai 120 mg/100. Bila
ada gangguan metabolisme akan lemah. Sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan neonatus
akan mederita hipoglikemia.

2. Perubahan Suhu Tubuh


Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang
lebih rendah dari suhu yang ada di rahim.Apabila bayi
dibiarkan disuhu ruangan, bayi akan mengalami kehilangan
suhu melalui konveksi.Evaporasi sebanyak 200
kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi yang dihasilkan tubuh
bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini menyebabkan penurunan
suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat suhu
yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan
O2 pun meningkat.
3. Perubahan pernapasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui
paru-paru bayi. Rangsangan gas melalui paru-paru untuk
gerakan pernapasan pertama.
Adapun awal terjadinya napas :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan di luar rahim yang merangsang pusat
pernapasan otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang etrjadi karena
kompresi paru selama persalinan, merangsang
masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.

4. Perubahan Peredaran Darah


Bayi baru lahir setelah terjadi kelahiran harus melewati paru
untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
melaluitubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Te
sirkulasi yang baik pada bayrjadi dua perubahan besar yang
membuat sirkulasi yang baik pada baru lahir diluar rahim :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan
aorta.
Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan teanaa di seluruh
sistem pembulh tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem
pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atu
eningkatkan resistnsinya, sehingga mengubah aliran darah.
Ada duakanan dalam sist peristiwa yang mengubah tekanan
dalam sistem pembuluh darah yaitu :
a. Pada saat tali pusat di potong, resistensi pembuluh
sistemik dan tekanan atrium kanan menurun.
b. Pernapasan pertama menurunkan resistensi
pembuluh darah paru dan meningkatkan tekanan
atrium kanan.
5. Perubahan neurologik
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil,
kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan tremor pada
ekstremitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi
tumbuh, perilaku yang lebih kompleks. Reflek bayi baru lahir
merupakan indikator penting perkembangan normal.

(Sondakh, 2013)

6. Perubahan yang lain


Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain mulai
berfungsi.Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
1. Penilaian
Nilai kondisi bayi :
a. Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan bebas/lemas?
c. Apakah kulit bayi merah muda, pucat/ biru?
Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna
melanjutkan pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya, meliputi
membersihkan jalan nafas dan penghisapan lendir
Tanda-tanda bayi lahir sehat menurut Buku Panduan Kesehatan
BBL Kemenkes RI adalah :
a. Berat badan bayi 2500-4000 gram
b. Umur kehamilan 37-40 mg
c. Bayi segera menangis
d. Bergerak aktif, kulit kemerahan
e. Mengisap ASI dengan baik
f. Tidak ada cacat bawaan
2. Pencegahan infeksi
3. Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara
memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan
panas tidak segera dicegah. Cara mencegah kehilangan panas
yaitu:
a. Keringkan bayi secara seksama
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, dan
hangat
c. Tutup bagian kepala bayi
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
4. Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali
pusat.
5. Inisiasi menyusu dini
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir. Jika mungin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba
untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan
dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
6. Pencegahan infeksi pada mata
Pencegahan onfeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir
antara lain dengan :
a. Memberika obat tetes mata/salep
Diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu tetrasiklin 1%
b. Pemberian imunisasi awal

7. Pemberian imunisasi awal


Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata
dan imunisasi Hepatitis (HB0) harus dilakukan. Pemberian
layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD
sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin
oleh dokter, bidan/ perawat.
Semua BBL harus diberikan penyuntikan vitamin K1 1 mg IM di
paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialamai sebagian BBL. Salep mata
diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Imunisasi Hepatitis B
diberikan 1-2 jam di pha kanan setelah penyuntikan vitamin K1
yang bertujuan untuk mencegah penularan hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati.
2.4.4 Tatalaksana Bayi Baru Lahir
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam :
Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir,
dan diletakkan di dekat ibunya dlam ruangan yang sama.
2. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu
ruangan dengan ibunya atau ruangan khusus.
3. Pada proses persalinan, ibu dpat didampingi suami.
4. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari
Pemeriksaan neonatus pada periode ini dilaksanakan di
puskesmas/pustu/polindes/poskesdes dan/atau melalui kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan
di dekat ibu, bayi didampingi ibu dan keluarga pada saat diperiksa
atau diberikan pelayanan kesehtaan.
Pemantauan bayi pada jam pertama setelah lahir yang dinilai
meliputi kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi tampak
aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau biru, yang menjadi
penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang
memerlukan tindakan lanjut, diantaranya :
a. Pemantauan 2 jam pertama meliputi, kemampuan
menghisap, bayi tampak aktif/lunglai, bayi
kemerahan/biru.
b. Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan
pemeriksaan dan penilaian ada tidaknya masalah
kesehatan meliputi, bayi kecil masa kehamilan/ kurang
bulan, gangguan pernapasan, hipotermia, infeksi, cacat
bawaan/trauma lahir.
c. KIE pada orang tua.
(Sari, E.P, 2014)
2.4.5 Pencegahan Infeksi
Pada bayi baru lahir terjadi infeksi yang besar, ini disebabkan
karena bayi belum memiliki kemampuan yang sempurna. Maka
perlindungan dari orang lain disekitarnya sangat diperlukan. Usaha
yang dapat dilakukan meliputi peningkatan upaya hyigene yang
maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi. Bayi
baru lahir beresiko tinggi terinfeksi apabila ditemukan : ibu menderita
eklampsia, diabetes milletus, ibu mempunyai penyakit bawaan,
kemngkinan bayi terkena infeksi yang berkaitan erat dengan :
1. Riwayat kelahiran : persalinan lama, persalinan dengan tindakan
(ekstraksi cunam/vacum, SC), ketuban pecah dini, air ketuban hijau
kental.
2. Riwayat bayi baru lahir : trauma lahir, lahir kurang bulan, bayi
kurang mendapat cairan dan kalori, hipotermia pada bayi.

2.4.6 Bounding Attachment


Bounding aattachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih
sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Hal ini
merupakan proses dimana hasil dari interaksi terus-menerus antara
bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan
keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Caranya untuk melakukan bounding adalah inisiani dini,
pemberian ASI Eklusif, Rawat gabung, Kontak mata, Suara, Aroma,
Entrainment. Bioritme.
(Rukiyah, 2012)

2.4.7 Asuhan Manajemen Varney


I.Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
a. Biodata Bayi
Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi
bahwa bayi tersebut adalah benar-
benar anak dari orang tuanya.
Jenis kelamin : untuk perbedaan jenis/gender
Tanggal lahir : untuk mengetahui umur bayi
Anak ke berapa:untuk mengetahui bayi tersebut anak
keberapa
b. Biodata Orang Tua
Nama ayah/ibu : untuk mengetahui menyamakan
identitas dengan bayi
2. Keluhan Utama
Pada bayi baru lahir normal, tidak ada keluhan
3. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi (normalnya diberi
ASI setiap 2 jam sekali), eliminasi (normalnya BAK 4-5 kali,
BAB 2-3 kali, istirahat (sebagian besar waktunya digunakan
untuk tidur), aktivitas (normal gerakannya aktif,personal
hygiene (mandi, ganti popok setiap kali basah dan kotor,
perawatan tali pusat denga kasa kering dan bersih).
4. Riwayat Psikologi dan Budaya
a. Psikologi
Bagaimana respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran
anaknya

b. Sosial
Apakah hubungan ibu dengan suami, keluarga serta
petugas kesehatan baik atau tidak.
c. Budaya
Untuk mengetahui tradisi yang dianut keluarga yang
merugikan termasuk pantang makanan, minum jamu dan
kebiasaan berobat jika sakit, berhubungan dengan
kesehatan bayi .
d. Data Spiritual
Untuk mengetahui bagaimana sikap ibu terhadap agama
yang diyakininya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : normal (baik)
Kesadaran : normal(composmentis)
PB : normal (48 – 52 x/menit)
BBL : normal (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : normal (32 cm)
OF : normal (34 cm)
MO : normal (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : normal (40 – 60 x / menit)
Suhu : normal (36,5 – 37,5oC)
Nadi : normal (100 – 160 x/menit)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Normalnya bersih, tidak tampak benjolan
abnormal, tidak ada cepal hematoma, tidak,
ada caput succedaneum.
Wajah : Normalnya tidak pucat.
Mata : Normalnya simteris, sclera putih tidak
kuning, conjungtiva merah muda.
Hidung : Normalnya simtris, bersih, tidak ada secret.
Telinga : Normalnya bersih, tidak ada serumen
Mulut : Normalnya bibir lembab, tidak ada labio
skizis atau labiopalatoskiziz
Leher : Normalnya tidak tampak pembesaran
kelenjar tyroid, tidak tampak vena jugularis,
dan tidak tampak kelenjar limfe.
Dada : Normal simetris, tidak tampak retraksi dada.
Abdomen :Normalnya tidak tampak benjolan abnormal,
tali pusat masih basah, dan masih terbungkus
kasa steril.
Genetalia :
Perempuan : Normalnya bersih, labia mayorasudah
menutupi labia minora.
Laki-laki :Normalnya testis sudah turun di
skrotum
Ekstremitas:
Atas : Normalnya pergerakan aktif, tidak ada
sindaktil atau polidaktil, kuku tidak pucat.
Bawah : Normalnya pergerakan aktif, tidak ada
sindaktil atau polidaktil, kuku tidak pucat.
b. Palpasi
Kepala : Normalnya tidak teraba benjolan abnormal.
Leher : Normalnya tidak teraba pembesaran kelenjar
tyroid, vena jugularis, dan kelenjar limfe.
Dada : Normalnya tidak teraba benjolan abnormal
Abdomen : Normalnya tidak teraba benjolan anormal,
tidak ada pembesaran hepar.
c. Auskultasi
Dada Normalnya tidak terdengar suara wheezing
dan ronchi.
d. Perkusi
Abdomen Perut tidak kembung.
e. Reflek
Moro : Normalnya+
Rooting : Normalnya +
Reflek menelan : Normalnya+
Reflek menggenggam : Normalnya+
Reflek menghisap : Normlanya+
Tonic neck reflek : Normalnya +
Babinsky : Normalnya+
II. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Dx : By. Ny. “...“Umur …hari dengan Bayi Baru Lahir Normal
Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa
Do :
Keadaan umum : (baik)
Kesadaran : (composmentis)
PB : (48 – 52 x/menit)
BBL : (2500 – 4000 gram)
LIKA : SOB : (32 cm)
OF : (34 cm)
MO : (35 cm)
Tanda-tanda vital:
Pernafasan : (40 – 60 x / menit)
Suhu : (36,5 – 37,5oC)
Nadi : (100 – 160 x/menit)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang mungkin terjadi yaitu di lihat dari kondisi
bayi.
(Sondakh, 2013)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Menentukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan
pada masalah potensial yang terjadi .

V. Intervensi
Dx :By. Ny.““Umur ...hari dengan Bayi Baru Lahir
Normal
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir diharapkan tidak terjadi komplikasi.
Intervensi :
1. Bungkus bayi dengan selimut dan lakukan rawat gabung.
R/ Mengurangi terjadinya penguapan pada suhu tubuh untuk
mengurangi terjadinya hipotermi.
2. Ganti segera pakaian yang basah dengan pakaian yang kering
dan bersih.
R/ Mencegah terjadinya penguapan cairan pada kulit bayi.
3. Observasi suhu tubuh bayi dan tanda-tanda vital.
R/ Sebagai parameter untuk mendeteksi adanya
kegawatdaruratan.
4. Pantau intake dan output.
R/Meningkatkan kebutuhan nutrisi, sehingga tidak terjadi
penurunan berat badan bayi.
5. Anjurkan pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi sesering
mungkin.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
6. Beri KIE ibu tentang cara menyusii yang baik dan benar.
R/ Menyusui yang baik dan benar dapat membuat bayi
merasanyaman
VI. Implementasi
Pelaksanaa tindakan dilakukan berdasarkan intevensi dan kondisi
bayi (sondakh,2013)
VII. Evaluasi
Dilakukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keberhasilan dari
asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil.
(sondakh,2013).

2.5 Konsep Keluarga Berencana


2.5.1 Pengertian
Keluarga Berencana adalah
1. Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera (UU No.10/1992).
2. Suatu usaha menjarakkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.
2.5.2 Tujuan Program KB
1. Tujuan Umum : membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga,dengan cara pengaturan kelahiran anak agar
diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2. Tujuan lain : meliputi pengaturan kelahiran,pendewasaan usia
perkawinan,peningkatan ketahanan dan kesejahtraan keluarga (Ari
Sulistiawati, 2011).

2.5.3 Sasaran program KB


Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 sebagai
berikut.
2.5.3.1 Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi
1,14 % /tahun
2.5.3.2 Menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 /
perempuan.
2.5.3.3 Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak dan ingin
menjarangkan kelahiran berikutnya,tetapi tidak memakai
alat/cara kontrasepsi(unmet need) menjadi 6 %.
2.5.3.4 Meningkatnya peserta KB laki-lakimenjadi 4,5%.
2.5.3.5 Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional,
efektif ,dan efisien.
2.5.3.6 Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan
menjadi 21 tahun.
2.5.3.7 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh
kembang anak.
2.5.3.8 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtra dan keluarga
sejahtra 1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
2.5.3.9 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam
penyelenggaraan program KB Nasional

2.5.4 Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut :
2.5.4.1 Ibu.
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran.adapun
manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
a. Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang terlalu pendek,sehingga kesehatan ibu dapat
terpelihara terutama kesehatan organ reproduksi.
b. Meningkatkan kesehatan mental dan social yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk
mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena
kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
2.5.4.2 Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan
hal berikut:
1. Memperbaiki kesehatan fisik
2. Mengurangi beban ekonomikeluarga yang ditanggungnya.
2.5.4.3 Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan
fisik, mental dan social setiap anggota keluarga dan bagi anak
dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal
pendidikan serta kasih saying orang tuannya.
2.5.4.4 Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut.
2.5.4.5 Keluarga berencana
2.5.4.6 Kesehatan reproduksi remaja
2.5.4.7 Kesehatan dan pemberdayaan keluarga
2.5.4.8 Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
2.5.4.9 Keserasian kebijakan pendudukan.
2.5.5 Macam-macam Kontrasepsi
2.5.5.1 Kontrasepsi Pasca Persalinan
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang bersifat sementara dan bersifat permanen. Pada wanita pasca
persalinan kemungkinan untuk hamil kembali akan menjadi lebih
kecil jika mereka terus menyusui setelah melahirkan.meskipun
laktasi dapat membantu mencegah kehamilan, akan tetapi suatu
saat ovulasi tetap akan terjadi. Ovulasi dapat mendahului
menstruasi pertama pasca persalinan dan pembuahan pun akan
dapat terjadi. Selain metode laktasi ada beberapa metode yang
bias di gunakan yaitu:
1. Kontrasepsi Non Hormonal
Metode kontrasepsi non hormonal yang ada meliputi: metode
laktasi amenorhea (LAM / lactational amenorrhea method),
kondom, spermisid, diafragma, alat kontrasepsi dalam rahim
atau IUD, pantang berkala, dan kontrasepsi mantap (tubektomi
atau vasektomi). Pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR atau IUD) dapat dilakukan segera setelah proses
persalinan atau dalam waktu 48 jam pasca persalinan. Jika
lewat dari waktu tersebut, maka pemakaian AKDR akan di
tunda hingga 6-8 minggu.

2. Kontrasepsi Hormonal
Pemakaian kontrasepsi hormonal di pilih yang berisi progestin
saja, sehingga dapat digunakan untuk wanita masa laktasi
karena tidak mengganggu produksi ASI serta tumbuh kembang
bayi. Metode ini bekerja dengan cara menghambat ovulasi,
mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma, menghalangi implantasi ovum pada endometrium dan
menurunkan kecepatan transportasi ovum di tuba.

2.5.5.2 Kontrasepsi Darurat


Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dipakai setelah
senggama oleh wanita yang tidak hamil untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan.
1) Indikasi kontrasepsi darurat
Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, bila terjadi
kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:
a. Kondom bocor, lepas atau salah menggunakannya.
b. Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat.
c. Kegagalan senggama, terputus misalnya ejakulasi di vagina
atau pada genetalia eksterna.
d. Salah hitung masa subur.
e. Lupa minum pil KB
f. Tidak menggunakan kontrasepsi.
g. Kontraindikasi kontrasepsi darurat.
h. Hamil atau diduga hamil.
i. Kelebihan kontrasepsi darurat:
j. Tidak menyebabkan keguguran, dapat mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan
k. Mencegah aborsi
l. Tidak menimbulkan cacat bawaan, bila diketahui ibu hamil
m. Efektif bekerja dengan cepat, mudah, relative murah untuk
pemakaian jangka pendek.
n. Kekurangan kontrasepsi darurat.
o. Tidak dapat dipakai secara permanen
p. Tidak efektif setelah 3x 24 jam
Macam-macam Alat kontrasepsi Darurat
1) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/AKDR
a) Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR (IUD)
sebagai kontrasepsi darurat selain dengan memakai pil
(baik dedicated pils atau pil KB biasa ), metode
kontrasepsi darurat lain yang juga bias dilakukan adalah
dengan pemasangan AKDR jenis Copper-T dalam waktu
lima hari setelah terjadinya hubungan seksual tanpa
perlindungan.

b) Mekanisme Kerja
AKDR mengubah transportasi tubal dan rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan
tidak terjadi.
c) Efek Samping
Efek sampung pemasangan AKDR termasuk diantara :
Rasa tidak enak di perut, perdarahan per vaginam atau
spotting, dan infeksi. Efek samping dari penggunaan
AKDR termasuk : perdarahan yang banyak, kram, infeksi,
kemandulan dan kebocoran rahim.
2). KB Implan
a. Keuntungan
1. Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun
2. Bebas dari pengaruh estrogen
3. Tidak mengganggu hubungan saat senggama
4. Tidak mengganggu produksi ASI.
5. Dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan.
b. Kekurangan
1. Implant harus di pasang dan dilepas oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
2. Sering mengubah pola haid
2) Jenis-jenis PKPK dan cara pemakaiannya :
Ada 2 jenis PKPK yaitu :
a) Pil KB biasa yang berisi kombinasi antara estrogen
(ethynilestradiol) dan progestin (levonorgestrel atau dl-
norgestrel).
b) Pil yang berisi progestin saja, termasuk disini adalah pil
yang khusus di buat sebagai kontrasepsi darurat (dedicated
product, postinor -2 untuk Indonesia)
1. Kemanjuran (efficacy)
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kemanjuran PKPK :
a) Jarak antara waktu minum dosis yang pertama
dengan terjadinya hubungan seksual tanpa
perlindungan.
b) Hubungan seksual berlangsung pada periode amanan
dari siklus menstruasi perempuan.
2. Keamanan
Kehamilan menjadi kontraindikasi bukan karena
adanya bahaya bagi orang hamil jika minum PKPK
namun lebih karena PKPK tidak akan efektif jika
kehamilan sudah terjadi.
3. Efek Samping dan Cara Penanganannya.
a. Mual : terjadi pada sekitar 50 % pasien yang
memakai pil kontrasepsi kombinasi, namun tidak
berlangsung lebih dari 24 jam.
Cara penanganan : pil diminum bersamaan dengan
makanan atau pada saat akan tidur dapat mengurangi
mual.
b. Muntah : efek samping muntah dapat terjadi pada
sekitar 20% perempuan yang memakai pil pil
kombinasi dan hanya 5% pada pemakaian pil hanya-
progestin
Cara penannganan : jika pasien muntah dalam waktu
2 jam setelah minum pil ini, pasien harus minum pil
lagi. Tetapi pasien tidak boleh minum pil lebih dari
dosis yang di anjurkan, karena kelebihan dosis
membuat metode ini tidak akan efektif, malah
menimbulkan rasa mual.
c. Perdarahan pervaginam yang tidak teratur :
Beberapa perempuan mungkin mengalami bercak
darah (spotting) setelah minum pil ini. Kebanyakan
perempuan akan mendapatkan menstruasi
berikutnya tepat waku atau sedikit lebih cepat.
Cara penanganan : jika menstruasi terlambat 1
minggu, perlu dilakukan tes kehamilan.

2.5.5.3 Metode Amenore Laktasi (MAL)


Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya ASI
hanya diberikan kepada bayinya tanpa makanan atau minuman
tambahan hingga usia 6 bulan.
Cara kerja penundaan atau penekanan ovulasi
1. Keuntungan kontrasepsi
a. Efektifitas tinggi (tingkat keberhasilan 98% pada enam
bulan pasca persalinan )
b. Tidak mengganggu saat berhubungan seksual.
c. Segera efektif bila digunakan secara benar.
d. Tidak ada efek samping secara sistemik
e. Tidak perlu pangawasan medis
f. Tidak perlu alat atau obat dan biaya yang murah.
2. Keuntungan non kontrasepsi
a. Untuk bayi
1) Mendapatkan kekebalan pasif
2) Merupakan asupan gizi terbaik
b. Untuk ibu
1) Dapat mengurangi perdarahan pasca persalinan
2) Dapat mengurangi resiko anemia
3) Dapat meningkatkan kasih saying antara ibu dan bayi.
3. Kelemahan metode MAL
a. Perlu persiapan dan perawatan sejak awal kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.
b. Sulit dilakukan karena kondisi social.
c. Efektifitas tinggi hingga hanya sampai kembalinya haid
atau sampai dengan 6 bulan.
d. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk HIV/AIDS dan
Virus Hepatitis B.
4. Ibu yang dapat menggunakan MAL
a. Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding),dan lebih
efektif bila pemberian ≥8x sehari.
b. Ibu yang belum haid sejak pascapersalinan.
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan.
d. Harus di anjurkan dengan pemakaian metode kontrasepsi
lainnya bila ibu sudah mendapat menstruasi.
5. Ibu yang seharusnya tidak memakai MAL
a. Sudah mendapatkan haid setelah melahirkan
b. Tidak menyusui bayinya secara eksklusif
c. Usia bayi sudah lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam serta
tidak memberikan ASI perah.
6. Hal–hal yang perlu diketahui oleh ibu yang menggunakan
metode MAL, antara lain :
a. Seberapa sering seorang ibu harus memberikan ASInya
kepada bayi.
b. Waku antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4
jam.ibu tetap memberikan ASInya pada malam hari karena
menyusui pada malam hari membantu mempertahankan
kecukupan pemberian ASI.
c. Biarkan bayi mengisap sampai bayi sendiri yang
melepasnya
ASI dapat disimpan dalam freezer.

2.5.5.4 Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


1. Metode kalender pantang berkala adalah metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa
subur atau ovulasi.
Manfaat
a. Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat
sebagai kontrasepsi maupun konsepsi
b. Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah
kehamilan.
c. Dapat di gunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan
bayi dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur
atau ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bias hamil.
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutukan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual
e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi
f. Tidak memerlukan biaya
g. Tidak membutukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami dan istri
b. Harus ada motifasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur.
e. Harus mengamati siklus menstruasi minimal 6 kali siklus.
f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.
2. Metode Suhu Basal
Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat.

a. Tujuan
Untuk mengetahui masa subur atau ovulasi.
b. Manfaat
1) Metode suhu basal bermanfaat bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan.
2) Serta bermanfaat bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan.
3. Metode Ovulasi Billing
Merupakan metode keluarga berencana alami dengan cara
mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lender serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari ovulasi.
Manfaat
Untuk mencegah kehamilan yaitu dengan berpantangan
senggama pada masa subur selain itu metode ini juga
bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
Keuntungan
Mudah digunakan tidak memerlukan biaya
Kekurangan
a) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya
dikombinasi dengan metode kontrasepsi lain.
b) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai
menyentuh alat kelaminnya.
c) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi.
d) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir
2.5.5.5 Metode Barier
Kondom
Merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan
diantaranya karet (lateks) plastic (viniel) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis untuk menampung
sperma ketika seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan
seksual.
2.5.5.6 Pil
Mini pil adalah pil KB yang hanya mengandung hormon
progesterone dalam dosis rendah.

1. Keuntungan
a. Cocok sebagai alat kontrasepsi bagi perempuan yang
sedang menyusui.
b. Sangat efektif untuk masa laktasi.
c. Dosis gestagen rendah tidak menurunkan produksi ASI.
d. Tidak mengganggu hubungan seksual
e. Kesuburan cepat kembali.
f. Tidak memberikan efek samping estrogen
g. Tidak ada bukti peningkatan resiko penyakit
kardiovaskuler, resiko tromboeboli vena dan resiko
hipertensi.
h. Cocok untuk perempuan yang mederita diabetes mellitus
dan yang tidak biasa mengkonsumsi estrogen serta sdapat
mengurangi dismenorhea
2. Kerugian
a. Memerlukan biaya
b. Harus selalu tersedia
c. Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang.
d. Penggunaan mini pil bersamaan dengan obat tuberkolosis
atau epilipsi akan menggakibatkan efektifitas menjadi
rendah
e. Mini pil harus diminum setiap hari dan pada waktu yang
sama.
f. Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar dan
konsisten
g. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk
HBV dan HIV/AIDS/
h. Tidak menjamin akan melindungi dari kista ovarium bagi
wanita yang perna mengalami kehamilan ektopik.
2.5.5.7 Kontrasepsi Suntik
1. KB Suntik 1 Bulan
KB suntik 1 bulan Adalah metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan dengan cara penyuntikan secara IM
sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormone
pregesteron dan estrogen pada wanita usia subur.
a. Jenis suntikan 1 bulan
Suntikan kombinasi adalah 25 mg depo
medroksiprogesteron asektat dan 5 mg estra diol.sipionat
yang di berikan injeksi IM sebulan sekali (cyclofem) dan
50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang
di berika injeksi IM sebulan sekali.

b. Keuntungan kontrasepsi KB suntik 1 bulan :


1. Risiko terhadap kesehatan kecil.
2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
3. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
4. Jangka panjang
5. Efek samping sangat kecil.
6. Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik.
7. Pemberian aman, efekif dan relatif mudah.
c. Keuntungan non kontrasepsi
1. Mengurangi jumlah perdarahan
2. Mengurangi nyeri saat haid.
3. Mencegah anemia
4. Mencegah kanker ovarium dan kanker miometrium.
5. Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium
6. Mencegah kehamilan ektopik.
7. Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan
usia perimenopous.
d. Kerugian KB 1 bulan
1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak atau spotting, perdarahan sela
sampai sepuluh hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntik kedua atau ketiga.
3) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan,
karena pasien harus kembali setiap 30 hari unuk
kunjungan ulang.
4) Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila di gunakan
dengan bersamaan dengan obat obatan epilepsi
5) Dapat terjadi perubahan berat badan
6) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS,
HIV/AIDS
e. Ibu yang boleh menggunakan KB suntik 1 bulan
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak atau belum memiliki anak
3) Menyusui ASI paskapersalinan > 6 bulan
f. Ibu yang tidak boleh menggunakan KB suntik 1 bulan
1) Hamil atau diduga hamil
2) Menyusui ASI < 6 minggu pasca persalinan.
3) Ibu mempunyai riwayat penyakit jantung, struk, atau
hipertensi.

2. KB suntik 3 bulan
a. Keuntungan
1) Efektifitas tinggi
2) Sederhana pemakaiannya
3) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan
ektopik serta beberapa penyakit akibat radang panggul.

b. Kerugian
1. Terdapat gangguan haid seperti amenore
2. Pusing dan sakit kepala
2.5.5.8 Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tersebut tidak akan mendapat keturunan
lagi.
a) Manfaat
a. Tidak mempengaruhi proses menyusui
b. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan
anastesi local.
c. Tidak ada perubahan dengan fungsi seksual

b) Keterbatasan
a. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
b. Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/ AIDS
2. Vasektomi
a. Kelebihan
1) Komplikasi yang dijsumpai sediki dan ringan
2) Lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari
sterilisasi tubulus
3) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menikmati hubungan seksual
b. Kekurangan
1) Cara ini tidak langsung efektif perlu menunggu
beberapa waktu setelah benar-benar sperma idak
ditemukan berdasarkan analisa sperma
2) Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa
hari setelah operasi
3) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS
termasuk HIV/AIDS.
2.2.5.5.9 IUD Pasca Plasenta

A. Pengertian
IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10
menit setelah lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam
(EngenderHealth, 2008).
Pemasangan AKDR berdasarkan waktu pemasangan dapat dibagi
menjadi 3
1. Immediate postplacental insertion (IPP) yaitu AKDR dipasang
dalam waktu 10 menit setelah plasenta dilahirkan.
2. Early postpartum insertion (EP) yaitu AKDR dipasang antara 10
menit sampai dengan 72 jam postpartum.
3. Interval insertion (INT) yaitu AKDR dipasang setelah 6 minggu
postpartum.
Pemasangan AKDR dalam 10 menit setelah plasenta lahir dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Dipasang dengan tangan secara langsung
Setelah plasenta dilahirkan dan sebelum perineorafi, pemasang
melakukan kembali toilet vulva dan mengganti sarung tangan
dengan yang baru. Pemasang memegang AKDR dengan jari
telunjuk dan jari tengah kemudian dipasang secara perlahan-
lahan melalui vagina dan servik sementara itu tangan yang lain
melakukan penekanan pada abdomen bagian bawah dan
mencengkeram uterus untuk memastikan AKDR dipasang di
tengah-tengah yaitu di fundus uterus. Tangan pemasang
dikeluarkan perlahan-lahan dari vagina. Jika AKDR ikut tertarik
keluar saat tangan pemasang dikeluarkan dari vagina atau
AKDR belum terpasang di tempat yang seharusnya, segera
dilakukan perbaikan posisi AKDR.
2. Dipasang dengan ring forceps
sama dengan pemasangan dengan menggunakan tangan
secara langsung akan tetapi AKDR diposisikan dengan
menggunakan ring forceps, bukan dengan tangan.
B. Jenis
Ada 3 macam IUD yang biasanya digunakan yaitu Copper T
380A, Multiload Copper 375, dan IUD dengan levonorgestrel. IUD
jenis Copper T 380A sangat banyak tersedia dan pada program
pilihan KB Pascapersalinan, jenis IUD Copper T 380A ini paling
banyak digunakan karena selain karakteristiknya yang baik, harga
IUD jenis ini juga lebih terjangkau dibanding dengan jenis IUD
yang lain. IUD dengan levonorgestrel (misal Mirena) belum terlalu
banyak tersedia dan jika tersedia harganya mahal, dan IUD jenis
ini biasanya tidak direkomendasikan sebagai IUD post partum.
C. Cara Kerja
IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan
berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus menstruasi. Pada
pemasangan IUD post plasenta, umumnya digunakan jenis IUD
yang mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya
perubahan kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat membuahi
sel telur.
D. Efektivitas
Efektivitas sangat tinggi. Tiap tahunnya 3-8 wanita mengalami
kehamilan dari 1000 wanita yang menggunakan IUD jenis Copper
T 380A. Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada pasca insersi
IUD post plasenta sebanyak 2.0 - 2.8 per 100 akseptor pada 24
bulan setelah pemasangan. Setelah 1 tahun, penelitian menemukan
angka kegagalan IUD post plasenta 0.8 %, dibandingkan dengan
pemasangan setelahnya. Sesuai dengan kesepakatan WHO, IUD
dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada kemasan tercantum
efektifitasnya hanya 4 tahun (BKKBN, 2010).
E. Keuntungan
1) Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan
kesehatan
2) Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
3) Aman untuk wanita yang positif menderita HIV
4) Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
5) Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
6) Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari
jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita
7) Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
8) Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu
menstruasi.
F. Kerugian
Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga
kesehatan yang memasang, dan teknik pemasangannya. Waktu
pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta memungkinkan
angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan ketersediaan tenaga
kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan sampai
ke fundus juga dapat meminimalisir kegagalan pemasangan.
G. Efek Samping dan Komplikasi
1) Ekspulsi
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita pada tahun
pertama setelah pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah post partum
juga tinggi, pada insersi setelah plasenta lepas kejadian ekspulsi lebih
rendah daripada pada insersi yang dilakukan setelahnya. Gejala ekspulsi
antara lain kram, pengeluaran per vagina,spotting atau perdarahan, dan
dispareni.
2) Kehamilan
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta terjadi
antara 2.0-2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan. Setelah 1 tahun, studi
menyatakan angka kegagalannya 0,8 % dibandingkan dengan pemesangan
IUD saat menstruasi.
3) Infeksi
Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai 1,1 %.
4) Perforasi
Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi
1150 sampai 3800 wanita.

H. Petunjuk Bagi Klien


a) Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu setelah
pemasangan AKDR
b) Selama bulan pertama menggunakan AKDR,periksalah benang
AKDR secara rutin tertutama setelah haid
c) Setelah bulan pertama pemasangan,hanya perlu memeriksa
keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :
1. Kram/kejang di perut bagian bawah
2. Perdarahan (spooting) di antara haid atau setelah senggama
3. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami
tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.
d) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan,tetapi
dapat dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
e) Kembali ke klinik apabila :
1. Tidak dapat meraba benang AKDR
2. Merasakan bagian yang keras dari AKDR
3. AKDR terlepas
4. Siklus terganggu/meleset
5. Terjadinya pengeluaran cairan dari vagina yang
mencurigakan
6. Adanya infeksi.
(BKKBN, 2010).

J. Teknik Pemasangan Manual (Pascaplasenta)

Teknik ini hanya digunakan dalam waktu 10 menit setelah kelahiran plasenta

1) Gunakan sarung tangan panjang (hingga siku lengan) yang steril


ATAU sarung tangan standar yang steril dengan baju kedap air
steril.
2) Gunakan tangan untuk memasukkan AKDR.
3) Pegang AKDR dengan menggenggam lengan vertikal antara jari
telunjuk dan jari tengah tangan yang dominan.
4) Secara perlahan, dengan arah tegak lurus terhadap bidang
punggung ibu, masukkan tangan yang memegang AKDR ke dalam
vagina dan melalui serviks masuk ke dalam uterus.
5) Lepaskan forsep yang menjepit serviks dan tempatkan tangan yang
nondominan pada abdomen untuk menahan uterus dengan mantap.
Stabilisasi uterus dengan penekanan ke bawah untuk
mencegahnya bergerak ke atas ketika memasukkan tangan yang
memegang AKDR; hal ini juga membantu pemasang
untuk mengetahui ke arah mana tangan yang memegang AKDR
diarahkan serta memastikan tangan telah mencapai fundus.
6) Setelah mencapai fundus, putar tangan yang memegang AKDR 45
derajat ke arah kanan untuk menempatkan AKDR secara
horizontal pada fundus.
7) Keluarkan tangan secara perlahan, merapat ke dinding lateral
uterus.
8) Perhatikan jangan sampai AKDR tergeser ketika mengeluarkan
tangan.

2.5.6 KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY


I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat kita
mengkaji seperti perdarahan, menstruaasi yang tidak teratur
ataupun tidak ada keluhan apapun.
2. Riwayat Haid
Untuk mengetahui usia berapa ibu pertama kali haid dan keluhan
yang dirasakan, seperti banyaknya darah haid yang keluar, flour
albus, keluhan seperti haid yang terus menerus, sehingga
diketahui keadaan alat reproduksi ibu normal atau tidak.
3. Riwayat KB
Untuk mengetahui KB yang pernah digunakan ibu
dan lama pemakaian serta keluhan yang dirasakan selama
pemakaian KB.
4. Data Psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikologis dan apakah keluarga
setuju dengan metode kontrasepsi yang digunakan ibu.
5. Data Spiritual
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam beribadah dan untuk
mempermudah petugas dalam melakukan pendekatan.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70-130/90mmHg
Suhu : 36,5-37,5°C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik.

Wajah : Normalnya tidak pucat.


R/ Apabila ibu pucat maka dimungkinkan ibu
mengalami anemia.
Normalnya pandangan sklera tidak berwarna
Mata : kuning.
R/ Apabila sklera ibu berwarna kuning dicurigai
ibu mengalami penyakit hepar, dan
merupakan salah satu kontraindikasi
pemasangan kontrasepsi.
Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid maupun pembesaran kelenjar limfe.
R/ Kelejar tyroid dan kelenjar limfe juga
Leher :
berfungsi sebagai ketahanan tubuh ibu hamil,
untuk mencegah hipertiroid, agar ibu tidak
mengalami lemas, cems, badan hangat.
R/ Payudara yang tidak simetris dimungkinkan ibu mengalami
Payudara :
tumor.
Normalnya tidak terdapat massa maupun nyeri
tekan.
Abdomen : R/ Nyeri tekan pada rahim dimungkinkan ibu
mengalami infeksi maupun peradangan.

Labia Mayora dan minora normalnya


mengeluarkan cairan bening.
R/ Keputihan juga sebagai indikator bahwa pada
derah portio maupun uterus mengalami lesi,
serta infeksi dan itu merupakn kontraindikasi
Genetalia Luar :
pemasangan AKDR.
Kelenjar skene normalnya tidak ada
pembengkakan.
R/Kelenjar skene berfungsi sebagai pelindung
daripada organ lainnya yang berada dalam
endometrium.
Serviks normalnya terdapat cairan normal, tidak
terdapat pengeluaran darah, tidak terdapat lesi.
R/ Darah yang keluar dari vagina dimungkinkan
terdapt luka yang dapat menyebabkan infeksi
apabila ibu tidak dapat menanganinya lebih
Pemeriksaan lanjut.
Inspekulo : Dinding Vagina normalnya tidak mengeluarkan
cairan maupun darah, tidak terdapat luka.
R/ Darah yang keluar dari vagina dimungkinkan
terdapt luka yang dapat menyebabkan infeksi
apabila ibu tidak dapat menanganinya lebih
lanjut.
Normalnya serviks berbentuk antefleksi maupun
retrofleksi, tidak terdapat nyeri tekan,
Pemeriksaan pergerakan bebas.
Bimanual : R/ Nyeri tekan dapat simungkinkan bahwa ibu
sedang mengalami peradangan yang
berlanjut dapat menyebabkan infeksi.
Uterus berukuran normal.
R/ Ukuran uterus juga menentukan sebagai
indikasi pada pemasangan kontrasepsi ini.
Normalnya besar uterus mudah sekali untuk
ditemukan.
R/ Besar uterus dapat digunakan untuk
mengukur panjang uterus, dan dapat
ditemukannya dinding endometrium.
Pemeriksaan Normalnya tidak terdapat tumor pada kavum
Rektovaginal: douglasi.

R/ Tumor pada kavum douglasi dapat


disebabkan karena suatu penyakit karsinoma
dan dapat terjadi pengendapan darah serta
mudah sekali menyebabkan infeksi.

II. IdentifikasiMasalah Diagnosa


Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data
subyektifdan obyektif sehingga diperoleh kesimpulan atau
diagnosa sehingga diperoleh kesimpulan atau diagnosa.
DX : Ny..Usia…tahun P…Ab…dengan Calon Akseptor ...
DS : Diambil dari data subyektif (alasan datang, keluhan utama, riwayat
persalinan yang lalu).
DO: Keadan Umum : normal (baik)
Kesadaran : normal (composmentis)

Tanda – tanda Vital


Tekanan Darah : normal (100/70-130/90mmHg)
Suhu : normal (36.5-37,5°C)
Nadi : normal (60-80x/mnt)
RR : normal (16-24x/mnt)
III. Antisipasi Masalah Potensial
Masalah yang mungkin terjadi pada ibu akibat dari kontrasepsi
yang digunakannya.
(Varney, 2007)
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Menentukan tindakan yang harus segera dilakukan jika terjadi
masalah potensial.
V. Intervensi
Dx :Ny…. Usia…P…Ab…Dengan Akseptor Baru ..
Tujuan:
a. Ibu mendapatkan KB yang diinginkannya
b. Ibu menjadi aseptor KB yang aktif
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal
Tekanan darah : 90/60 – 130/90 mmHg
Suhu : 36,5 – 37,5 °C
Nadi : 60 – 100 x/mnt
RR : 16 – 24 x/mnt
Intervensi : sesuai dengan kontrasepsi yang digunakan
klien.

VI. Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman.realisasi dari perencanaan sebagian dilakukan oleh
bidan,pasien,dan anggota keluarga yang lain.jika bidan
melakukannya sendiri,ia tetapi memikul tanggung jawab atas
terlaksananya seluruh perencanaan.pada situasi dimana ia harus
berkolaborasi dengan dokter ,misalkan karena pasien mengalami
komplikasi,bidan masih tetap bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut.manajemen yang
efisein akan menyingkir waktu.

VII. Evaluasi
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kefektifan dan
keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu
pada kriteria.

Anda mungkin juga menyukai