Anda di halaman 1dari 147

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perinatal

Periode perinatal: periode ini mencakup semua kelahiran dengan berat 500 g

atau lebih dan berakhir pada 28 hari setelah lahir. Apabila angka perinatal

didasarkan pada usia gestasi, dan bukan pada berat lahir, dianjurkan bahwa

definisi periode perinatal dimulai pada minggu ke-20.

(cunningham. dkk, 2006: 4)

2.2 Konsep Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan sebuah

sperma, yang menandai awal suatu peristiwa yang terpisah,tetapi ada suatu

rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah

pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur),

penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika peristiwa ini

berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai.

(Bobak, 2005:74).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan dibagi

menjadi tiga trimester yaitu :

a. Trimester pertama selama 12 minggu

b. Trimester kedua selama 15 minggu (minggu 13 hingga minggu 27)


7

c. Trimester ketiga selama 13 minggu (minggu 28 hingga minggu 40)

(Prawirohardjo, 2009 : 213)

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai

sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

(Manuaba, 2007 : 4)

2.2.1 Perubahan fisiologis kehamilan

1) Sistem Reproduksi

a) Vagina dan vulva

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan

persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan

dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan

ikat, dan hipertropi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan

bertambah panjangnya dinding vagina.

b) Serviks uteri

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut

dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari

keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan menyebar (dispersi)

c) Uterus

Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga pelvis

dan seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding

abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh hingga

menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah


8

kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di

daerah kiri pelvis.

d) Ovarium

Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi karena

telah digantikan oleh palsenta yang telah terbentuk.

2) Sistem Payudara

Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran

payudara semakin menigkat. Pada kehamilan 32 minggu warna cairan

agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32

minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih kental, berwarna

kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.

3) Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami perbesaran hingga 15 ml pada saat

persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan

vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat

dengan magnesium, fosfat, hormon pada tiroid, vitamin D, dan

kalsium. Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan

menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma

hormon pada tiroid akan menurun pada trimester pertama dan

kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi penting dari hormon

paratiroid ini adalah untuk memasuk janin dengan kalsium yang

adekuat.

4) Sistem Perkemihan
9

Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan

sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai

tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan

ureter lebih berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus

yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan

ureter mampu menampung urin dalam volume yang besar

5) Sistem Pencernaan

Biasanya terjadi konstipasi karena berpengaruh hormon progesteron

yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya

tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak

organ-organ dalam perut.

6) Sistem Muskuloskeletal

Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan tubuh

secara bertahan dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan

postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok. Peningkatan

distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan

tonus otot dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan

mempbutuhkan penyesuaian ulang.

7) Sistem Kardiovaskuler

Selama kehamilan jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar

antara 5000-12000 dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan

masa nifas berkisar 14000-16000. Penyebab peningkatan ini belum


10

diketahui. Respon yang sama diketahui terjadi selama dan setelah

melakukan latihan yang berat.

8) Sistem Integument

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah

payudara dan paha perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.

Pada multipara selain stirae kemerahan sering kali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae

sebelumnya. Pada kebanyakan perempuan kulit di garis pertengahan

perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut linea nigra.

Kadang-kadang muncul dalam ukuran yang variasi pada wajah dan

leher yang disebut dengan chloasma gravidarum, selain itu pada areola

dan daerah genetalia juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan.

9) Sistem Metabolisme

Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR)meninggi. BMR

meningkat hingga 15-20 % yang umumnya terjadi pada trimester III.

Akan tetapi apabila dibutuhkan dipakailah lemak ibu untuk

mendapatkan kalorai dalam pekerjaan sehari-hari. BMR kembali

setelah hari ke-5 atau ke -6 pasca partum. Peningkatan BMR

mencerminkan kebutuhan oksigen pada janin, plasenta, uterus serta

peningkatan konsumsi oksigen akibat peningkatan kerja jantung ibu.

10) Sistem Persyarafan


11

Perubahan fungsi sistem neurologi selama masa hamil, selain

perubahan-perubahan neurohormonal hipotalamus-hipofisis.

Perubahan fisiologik spesifik akibat kehamilan dapat terjadi timbulnya

gejala neurologi dan neuromuscular berikut :

a) Kompersi saraf panggul atau statis vascular akibat pembesaran

uterus dapat menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah.

b) Lordosis dorsolumbal dapat menyebabkan nyeri akibat tarikan

pada saraf atau kompresi akar saraf.

c) Nyeri kepala ringan, rasa ingin pingsan, dan bahkan pingsan

sering terjadi pada awal kehamilan. Ketidakstabilan vasomotor,

hipotensi postural atau hipoglikemi mungkin keadaan yang

bertanggungjawab atas keadaan ini.

d) Hipokalsemia dapat menyebabkan timbulnya masalah

neuromuscular, seperti kram otot atau tetani.

11) Sistem Pernafasan

Pada usia kehamilan 32 minggu ke atas karena usus-usus tertekan

uterus yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang

leluasa bergerak mengakibatkan wanita hamil kesulitan bernafas.

(Varney 2007)

2.2.2 Perubahan Dan Adaptasi Psikilogi Kehamilan

Pada Trimester III

a. Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena

perubaham postur tubuh atau terjadi gangguan body image


12

b. Merasa tidak feminim menyebabkan perasaan takut perhatian suami

berpaling atau tidak menyenangi kondisinya

c. 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin

meningkatmerasa cemas dengan kondisi bayi dan dirinya

d. Adanya perasaan tidak nyaman

e. Sukar tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap

persalinan

f. Menyibukkan diri dalam persiapan meghadapi persalinan

(Indrayani.2011:130-134)

2.2.3 Ketidaknyamanan Wanita Hamil Trimester III

1. Nyeri punggung bagian bawah

Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan pada

kehamilan lanjut karena titik berat badan berpindah kedepan

disebabkan perut yang membesar. Ini diimbangi dengan lordosis yang

berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus

Cara penanganan :

Istirahat cukup, menggunakan penyokong abdomen eksternal

2. Hiperventilasi dan sesak nafas

Peningkatan jumlah progesteron selama kehamilan mempengaruhi

pusat pernapasan untuk menurunkan kadar karbondioksida dan

meningkatkan kadar oksigen. Peningkatan aktivitas metabolis yang

terjadi selama kehamilan akan meningkatkan karbondioksida.

Hiperventilasi akan menurunkan karbon dioksida. Sesak nafas terjadi


13

pada trimester III karena pembesaran uterus yang menekan diafragma.

Cara penanganan :

a.Menjelaskan dasar fisiologis masalah tersebut

b. Mendorong wanita untuk secara sadar mengatur kecepan

dan kedalaman pernafasannya saat sedang mengalami

hiperventilasi

c.Anjurkan wanita berdiri dan mereganggan tangannya diatas

kepalanya secara berkala dan mengambil nafas dalam

d. Instruksikan melakukan peregangan yang sama ditempat

tidur seperti saat sedang berdiri.

3. Edema Dependen

Terjadi karena gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena

pada ekstrimitas bawah karena tekanan uterus membesar pada vena

panggul pada saat duduk/ berdiri dan pada vena cava inferior saat

tidur terlentang. Edema pada kaki yang menggantung terlihat pada

pergelangan kaki dan harus dibedakan dengan edema karena

preeklamsi.

Cara penanganan :

a.Hindari menggunakan pakaian ketat

b. Elevasi kaki secara teratur setiap hari

c.Posisi menghadap kesamping saat berbaring

d. Penggunaan korset pada abdomen yang dapat

melonggarkan tekanan vena-vena panggul


14

4. Peningkatan frekuensi berkemih

Terjadi karena peningkatan berat uterus yang akhirnya menekan

kandung kencing. Pada primigravida utamanya hal ini disebabkan

karena penurunan kepala janin sehingga menekan kandung kencing

Cara penanganan :

a.Menjelaskan mengapa hal itu terjadi

b. Mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam

5. Nyeri ulu hati

Ketidaknyamanan ini mulai timbul menjelang akhir trimester II dan

bertahan hingga trimester III.

Penyebab :

a. Relaksasi sfingter jantung pada lambung akibat pengaruh yang

ditimbulkan peningkatan jumlah progesteron.

b. Penurunan motilitas gastrointestinal yang terjadi akibat relaksasi

otot halus yang kemungkinan disebabkan peningkatan jumlah

progesteron dan tekanan uterus

c. Tidak ada ruang fungsional untuk lambung akibat perubahan

tempat dan penekanan oleh uterus yang membesar

Cara penanganan :

1. Makan dalam porsi kecil tetapi sering untuk menghindari

lambung menjadi terlalu penuh

2. Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang

lebih besar bagi lambung untuk menjalankan fungsinya


15

3. Hindari makanan berlemak, karena lemak mengurangi

motilitas usus dan sekresi asam lambung yang dibutuhkan

untuk pencernaan.

4. Hindari makanan pedas atau makanan lain yang dapat

menyebabkan gangguan pencernaan.

6. Konstipasi

Terjadi akibat penurunan peristaltik yang disebabkan relaksasi otot

polos usus besar ketika terjadi peningkatan progesteron

Cara penanganan :

a.Asupan cairan yang adekuat

b. Istirahat cukup

c.Minum air hangat ( air putih, teh ) saat bangkit dari tempat tidur

untuk menstimulasi peristaltik

d. Makan makanan berserat dan mengandung serat alami

e.Miliki pola defekasi yang baik dan teratur

f. Lakukan latihan secara umum, berjalan tiap hari, pertahankan

postur tubuh yang bai, mekanisme tubuh yang baik, kontraksi otot

abdomen bagian bawah secara teratur

7. Kram tungkai

Terjadi karena asupan kalsium tidak adekuat, atau ketidakseimbangan

rasio dan fosfor.selain itu uterus yang membesar memberi tekanan

pembulu darah panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada


16

saraf yang melewati foramen doturator dalam perjalanan menuju

ekstrimitas bawah.

Cara penanganan :

a.Minta wanita meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya

( dorsofleksikan kakinya )

b. Dorong wanita untuk melakukan latihan umum dan

memiliki kebiasaan mekanisme tubuh yang baik guna

meningkatkan sirkulasi darah

c.Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari

d. Anjurkan diet mengandung kalsium dan fosfor

8. Insomnia

Disebabkan karena adanya ketidaknyamanan akibat uterus yang

membesar, pergerakan janin dan karena adanya kekhawatiran dan

kecemasan

Cara penanganan :

a. Mandi air hangat

b. Minum air hangat ( susu, teh tanpa kafein dicampur susu )

sebelum tidur

c. Lakukan aktifitas yang tidak menimbulkan stimulus sebelum tidur

d. Ambil posisi relaksasi

e. Gunakan teknik relaksasi progesif

9. Kesemutan dan baal pada jari


17

Perubahan pusat gravitasi menyebabkan wanita mengambil postur

dengan posisi bahu terlalu jauh kebelakang sehingga menyebabkan

penekanan pada saraf median dan aliran lengan yang akan

menyebabkan kesemutan dan baal pada jari-jari

Cara penanganan :

a. Menjelaskan penyebab dari kesemutan dan baal jari-jari

b. Berbaring rileks(Varney, 2007 : 536-543 )

2.2.4 Standar pelayanan antenatal

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.

b. Ukur tekanan darah

c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

d. Ukur tinggi fundus uteri.

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan

g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

h. Test laboratorium (rutin dan khusus)

i. Tatalaksana kasus

j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

(Dinkes Jawa Timur, 2012: 8)


18

2.3 Persalinan

Konsep Dasar Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar

( Prawiroharjdo, 2006: 180)

Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya

kehidupan di luar rahim.

(Bobak, 2005: 235)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir

atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan

sendiri.

(Manuaba, 2009 : 164).

2.3.1 Etiologi

Menurut Manuaba dkk (2010:167-168) terjadinya persalinan belum

dapat diketahui. Besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama

sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Teori kemungkinan

terjadinya persalinan , antara lain :

a. Teori Keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.Setelah melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat mulai.

b. Teori Penurunan Progesteron


19

Proses penuaan plasenta terjadi pada saat kehamilan 28 minggu

karena terjadi penimbunan jaringan ikat. Pembuluh darah

mengalami penyempitan dan buntu.Produksi progesteron

mengalami penurunan sehigga otot rahim lebih sensitif terhadap

oksitosin. Akibatnya,otot rahim mulai berkontraksi setelah

mencapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori Oksitosin Internal

Oksitosin dikeluarkan oleh hypofisis posterior.Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah

sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton

Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya

kehamilan, maka oksitosin dapat meningkat aktivitas

d. Teori Prostalglandin

Konsentrasi prostalglandin meningkat sejak usia kehamilan 15

minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostalglandin

saat hamil menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.

2.3.2 Mekanisme Persalinan

a.Kala I (Kala Pembukaan)

Kala pembukaan dibagi dalam 2 fase :

1. Fase laten

Dimana pembukaan serviks berlangsung 8 jam, serviks membuka

sampai 3 cm.
20

2. Fase aktif

Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10

cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:

a. Periode akselerasi berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

b. Periode dilatasi maximal berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung sampai 9 cm.

c. Periode deseleasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm/ lengkap.

Proses di atas terjadi pada primigravida dan multigravida,

tetapi pada multigravida memilki jangka waktu yang lebih

pendek. Pada primigravida, kala I berlangsung ± 12 jam,

sedangkan pada multigravida ± 8 jam.

(Prawirohardjo dalam Sondakh, 2013)

b. Kala II

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih

lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang

panggul sehingga terjadilah tekanan-tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflektonis menimbulkan rasa mengedan, karena

tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus

membuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka dan perineum menegang. Dengan his mengedan yang


21

terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan bayi. Pada

kala II primi : 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba

keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang

menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri.

Dalam waktu 1-2 menit seluruh plasenta terlepas terdorong ke vagina

dan lahir spontan/ dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau

fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah

bayi lahir. Kala III terdiri dari 2 fase, yaitu :

a) Fase pelepasan plasenta

Beberapa cara pelepasan plasenta, antara lain :

a.Schultze

Proses terlepasnya plasenta seperti menutup paying. Cara ini

merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang

lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi

retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula-mula

bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,

perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan

berjumlah banyak setelah plasenta lahir.

b. Duncan
22

Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta

mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara

selaput ketuban. Pengeluarannya serempak dari tengah dan

pinggir plasenta.

(Schultze & Matthews Duncan dalam Sondakh 2013)

b) Fase pengeluaran plasenta perasat-perasat untuk mengetahui

lepasnya plasenta adalah

1. Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis,

tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti

belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas.

2. Klein

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat

kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas.

(Cara ini tidak digunakan lagi)

3. Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat

bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti

sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim

menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim

bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.

(Manuaba dalamSondakh 2013)


23

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-

kira 100-200 cc.

d. Kala IV (Observasi)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Darah yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya.

Kehilangan darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada

saat pelepasan plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-

rata jumlah peradarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc,

biasanya 100-300 cc. Jika peradarahan lebih dari 500 cc, maka sudah

dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari penyebabnya.

Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta

lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa

ulang terlebih dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut :

a) Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan

palpasi. Jika perlu lakukan masase dan berikan uterotonika,

seperti methergin atau ermetrin dan oksitosin.

b) Perdarahan ada atau tidak serta banyak atau biasa.

c) Kandung kemih harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan

berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.

d) Luka jahitan baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.


24

f) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah

lain.

g) Bayi dalam keadaan baik.

(Manuaba dalam Sondakh, 2013)

2.3.3 Standar Pelayanan Kebidanan Pertolongan persalinan

a.    Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala 1

Pernyataan Standar :

Menilai secara tepat bahwa persalianan sudah dimulai,memberi aduhan

dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan

klien selama proses persalinan berlangsung.

b. Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman

Pernyataan Standar :

Melakukan pertolongan persalinan yang aman,dengan sikap sopan dan

penghargaan kepada klien sereta memperhatikan tradisi setempat.

c. Standar 11  :  Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

Pernyataan Standar :

Melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.

d. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui

Episiotomi

Pernyataan Standar :
25

Mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama

dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar

persalinan,diikuti dengan penjahitan perineum.

2.4 Konsep Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta lahir dan

berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,

berlangsung kira – kira 6 minggu.

(Moegni,2013:50)

Periode pasca persalinan (post partum) ialah masa waktu antara kelahiran

plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intrapartum

sampai waktu  menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut ke

kondisi tidak hamil.

(Varney 2007)

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah

kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran

reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal (Cunningham

2006)

2.4.1 Tahapan Masa Nifas

a.Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia

uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan


26

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan

suhu.

b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

c.Periode Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB. (Siti Saleha,2009:4)

2.4.2 Perubahan Fisiologis masa nifas

a. Perubahan Pada Sistem Reproduksi

1. Uterus

Pada uterus terjadi involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah

melahirkan.Pada masa post partum penurunan kadar hormon

estrogen dan progesteron menyebabkan terjadinya autolysis,

perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel

– sel tambahan yang terbentuk selama hamil menetap. Hal inilah

yang menjadi penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah

hamil. Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada

keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang plaing sering

adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.


27

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

(a)Autolysis

Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot

uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot

yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari

semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan atau

dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung

jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena

penurunan hormone estrogen dan progesterone.

(b) Atrofi Jaringan

Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam

jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi

terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai

pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot – otot

uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas

dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi

menjadi endometrium yang baru.

(c)Efek Oksitosin (Kontraksi)

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi tempat implantasi plasenta serta

mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat


28

itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun

keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis.

Tabel 2.1

Perubahan Uterus Masa Nifas

Involusi Uteri Tinggi Berat Diamete Palpasi

Fundus Uterus r Uterus Cervik

Uteri

Plasenta Lahir Setinggi 1000 gr 12,5 cm Lembek

pusat / lunak

7 Hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm

( Minggu 1) antara pusat

dan

sympisis

14 Hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm

(Minggu 2)

6 Minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyem

pit

Sumber : Retna E. Ambarwati, 2010. Asuhan Kebidanan Nifas, Mitra Cendekia

Press, Yogyakarta, halaman 76

2. Lochea

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua


29

yang mati akan keluar bersama dengan cairan. Campuran antara

darah dan desidua tersebut dinamakan lochea. (Vivian

Nanny,2011:58) Lochea mengandung darah dan sisa jaringan

desidua yang nekrotik dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organism berkembang lebih cepat

daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.

Proses keluarnya lochea terdiri atas 4 tahapan :

a) Lochea Rubra / Merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa

post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi

darah segar, jaringan sisa – sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo, dan mekonium.

Lochea Sanguinolenta

Lochea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir

karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-

5 postpartum.

b) Lochea Serosa

Lochea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya

biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochea ini terdiri atas

lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas

leukosit dan robekan laserasi plasenta.


30

c) Lochea Alba

Lochea ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung

leukosit, selaput lender serviks dan serabut jaringan yang mati.

3. Cervik

Serviks mengalami involusi bersama – sama dengan uterus. Warna

serviks sendiri merah kehitam – hitaman karena penuh pembuluh

darah. Konsistensinya lunak, kadang – kadang terdapat laserasi /

perlukaan kecil. Muara serviks yang berdilatasi 10cm pada waktu

persalinan,menutup secara bertahap. Setelah bayi lahir, tangan

masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam postpartum dapat

dimasuki 2 – 3 jari, pada minggu ke 6 postpartum serviks menutup.

4. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara

bertahap dalam 6 – 8 minggu postpartum. Penurunan hormone

estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan mukosa

vagina dan hilangnya rugae.

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua samapai tiga

hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus

otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa

pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan atau dehidrasi.


31

Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dicapai kembali

setelah tonus usus kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan

seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit

untuk defekasi.

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses

melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Kombinasi

trauma akibat keelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih

setelah bayi lahir, dan efek anastesi menyebabkan keinginan untuk

berkemih menurun.

d. Perubahan Tanda-Tanda Vital

Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :

1) Suhu tubuh

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 oC. pasca

meelahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 0C dari

keadaan normal. Kenaikan suhu suhu badan in akibat dari kerja

keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.

Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan akan naik

lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI. Apabila

kenaikan suhu di atas 38 0


C, waspada terhadap infeksi

postpartum.

2) Nadi
32

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.

Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun

lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus

waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan

postpartum.

3) Tekanan darah

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120

mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus

normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan

tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat

disebabkan karena adanya perdarahan. Sedangkan tekanan darah

menjadi tinggi pada postpartum merupakan tanda terjadinya pre

eklamsia post partum.

4) Pernafasan

Frekuensi pernapasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 x/

menit. Pada ibu postpartum umumnya pernapasan lamabat atau

normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau

dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila pernafasan pada

masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-

tanda syok.
33

2.4.3 Adaptasi Psikologis Masa Postpartum

Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3

periode yaitu sebagai berikut:

a.Periode Taking In

1. Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan

2. Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu

menjaga komunikasi yang baik.

3. Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain,

mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang

lain.

4. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan

tubuhnya

5. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika

melahirkan secara berulang-ulang

6. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur

dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti

sediakala.

7. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan

nutrisi, dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan

proses pemulihan

b. Periode Taking Hold

1. Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan


34

2. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dalam merawat bayi

3. Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung.

Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-

orang terdekat

4. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima

berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan

begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya.

5. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan

fungsi tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar,

mulai belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta

belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya

c.Periode Letting Go

1. Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

2. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah

3. Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya

4. Keinginan untuk merawat bayi meningkat

5. Ada kalanya ibubmengalami perasaan sedih yang berkaitan

dengan bayinya, keadaan ini disebut baby blues

(Mansur, 2009 : 154-155)


35

2.4.4 Standar pelayanan Kebidanan Masa nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai

standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga

kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan

pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan

KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal

sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :

a. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari

setelah persalinan.

b. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari

ke-28 setelah persalinan.

c. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan

hari ke-42 setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan antara lain :

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali ,

pertama segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam

pemberian kapsul Vitamin A pertama.


36

f. Perawatan Tali pusat

g. Melaksanakan ASI Eksklusif

h. Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1

i. Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik

j. Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0

k. Pelayanan KB pasca salin

Dengan pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang mulai

menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan

(sampai dengan 42 hari sesudah melahirkan)

(Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2012 : 9-10)

2.5 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000

gram.

(Rochmah, 2012:1)

Neonatus ialah bayi yang baru melahirkan proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri kekehidupan  ekstrauteri

(Rukiyah, 2010 :2)

Masa neonatus merupakan masa terjadinya kehidupan baru di luar uterus

dimana terjadi adaptasi semua sistem organ tubuh, diawali dengan

aktivitas pernapasan pertama, penyesuaian denyut jantung janin,

pergerakan bayi, pengeluaran mekonium dan defekasi


37

(Wafi, 2010 :67)

2.5.1 Fisiologi BBL

Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologis yang cepat dan hebat.

Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan

karbondioksida yang cepat dan teratur. Agar pertukaran efisien, alveolus

paru yang semula berisi cairan harus terisi oleh udara, udara harus ditukar

oleh gerakan pernapasan yang adekuat, dan harus terbentuk mikrosirkulasi

yang lancar di sekitar alveolus. Dalam keadaan normal, neonatus mulai

bernapas dan menangis hampir segera setelah lahir yang menandakan

dimulainya pernapasan aktif.

(Kenneth, 2012:281)

2.5.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

a. Berat badan 2500-4000 gram

b. Panjang badan lahir 48-52 cm

c. Lingkar dada 30-38 cm

d. Lingkar kepala 33-35 cm

e. Frekuensi jantung 180 denyut/menit, kemudian menurun sampai 120-

140 denyut/menit

f. Pernapasan pada beberapa menit pertama cepat, kira-kira 80

kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit

g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

terbentuk dan diliputi verniks kaseosa


38

h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anakn

perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki)

k. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

l. Reflek moro sudah baik, jika terkejut bayi akan memperlihatkan

gerakan tangan seperti memeluk

m.Eliminasi, urin dan mekonium akan keluar dalam

24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan

dan lengket.

(Prawirohardjo dalam Sondakh 2013)

2.5.3 Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan

menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada menit

kelima dan kesepuluh. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi

menderita asfiksia atau tidak.


39

Tabel 2.2

Penilaian APGAR

0 1 2

Appearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh

(warna kulit) esktremitas biru kemerah-

merahan

Pulse rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih daro 100

(frekuensi

rangsang)

Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin

(reaksi mimik (grimace)

rangsang)

Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif

(tonus otot) dalam sedikit

fleksi

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis

(pernapasan) teratur

Sumber : Apgar, V. dalam Jenny Sondakh, 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir, Penerbit Erlangga , Jakarta, halaman 158

Setiap variable diberi nilai 0,1, atau 2 sehingga nilai tertinggi

adalah 10. Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa


40

bayi berada dalam kondisi baik. Nilai 4-6 menunjukkan adanya

depresi sedang dan membutuhkan beberapa jenis tindakan

resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi serius dan

membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan

ventilasi (Mead, 1996).

a. Mengkaji Nilai APGAR

Cara mengkaji nilai APGAR adalah sebagai berikut :

1. Observasi tampilan bayi, misalnya apakah seluruh tubuh

bayi berwarna merah muda(2); apakah tubuhnya merah

muda, tetapi ekstremitasnya biru (1); atau seluruh tubuh

bayi pucat atau biru (0).

2. Hitung frekuensi jantung dengan memalpasi umbilikus

atau meraba bagian atas dada, mmmmmmmm0076,, bayi

di bagian apeks 2 jari. Hitung denyut selama 6 detik,

kemudian dikalikan 10. Tentukan apakah frekuensi

jantung >100 (10 denyut atau lebih pada periode 6 detik

kedua) (2); <100 (<10 denyut dalam 6 detik) (1); atau

tidak ada denyut (0). Bayi yang berwarna merah muda,

aktif, dan bernapas cenderung memiliki frekuensi jantung

>100.

3. Respons bayi terhadap stimulasi juga harus diperiksa,

yaitu respons terhadap rasa haus atau sentuhan. Pada bayi

yang sedang diresusitasi, dapat berupa respons terhadap


41

penggunaan kateter oksigen atau pengisapan. Tentukan

apakah bayi menangis sebagai respons terhadap stimulus.

(2); apakah bayi mencoba untuk menangis tetapi hanya

dapat merintih (1); atau tidak ada respons sama sekali (0).

4. Observasi tonus otot bayi dengan mengobservasi jumlah

aktifitas dan tingkat fleksi ekstremitas. Adakah gerakan

aktif yang menggunakan fleksi ekstremitas yang baik (2);

adakah fleksi ekstremitas (1); atau apakah bayi lemas (0).

5. Observasi upaya pernapasan yang dilakukan bayi. Apakah

bik dan kuat, biasanya dilihat dari tangisan bayi (2);

apakah pernapasan bayi lambat dan tidak teratur (1); atau

tidak ada pernapasan sama sekali (0).

b. Prosedur Penilaian APGAR

1. Pastikan bahwa percahayaan baik, sehingga visualisasi

warna dapat dilakukan dengan baik, dan pastikan adanya

akses yang baik ke bayi.

2. Catat waktu kelahiran, tunggu 1 menit, kemudian lakukan

pengkajian pertama. Kali kelima variable dengan cepat

dan simultan, kemudian jumlahkan hasilnya.

3. Lakukan tindakan dengan cepat dan tepat sesuai dengan

hasilnya , misalnya bayi dengan nilai 0-3 memerlukan

tindakan resusitasi dengan segera.Ulangi pada menit

kelima. Skor harus naik bila nilai sebelum 8 atau kurang.


42

4. Ulangi lagi pada menit kesepuluh.

5. Dokumentasikan hasilnya dan lakukan tindakan yang

sesuai. (Apgar, V. dalam Sondakh, 2013 : 158-159)

2.5.4 Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatansesuai standar

yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompetenkepada neonatus

sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan28 hari setelah lahir,

baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjunganrumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48

Jam setelah lahir.

b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari

c. ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

d. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari

e. ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

(Dinkes Jawa Timur 2012 : 8)

Berikut pelayanan standar Bayi baru lahir :

a. Pencegahan infeksi (PI)

b. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

c. Pemotongan dan perawatan tali pusat

d. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

e. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,

kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
43

f. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal

di paha kiri

g. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan

h. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika

dosis tunggal

i. Pemeriksaan bayi baru lahir

j. Pemberian ASI eksklusif

(Kemenkes, 2010 : 20-21)

2.6 Konsep Dasar Keluarga Berencana

Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

(Sarwono Prawirohardjo, 2008 : 905)

Keluarga Berencana adalah metode medis dan teknis yang dicanangkan

oleh pemerintah untuk menurunkan angka kelahiran.

(Manuaba, 2010 : 432)

Keluarga Berencana (family planning planet parenthod) adalah suatu

usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kelahiran

dengan memakai kontrasepsi.

(Rustam, Mochtar, 2005 : 255)

Jadi keluarga berencana adalah metode yang membantu individu untuk

mendapatkan kelahiran yang diinginkan, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengatur jarak

kehamilan dan mengontrol waktu kelahiran.


44

2.6.1 Tujuan KB

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu

keluarga bahagia sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

(Rustam mochtar, 2005 : 255)

2.6.2 Manfaat KB

Menurut WHO expert committe 1970, manfaat KB yaitu membantu

individu/ pasangan suami istri untuk :

a. Mendapatkan obyektif-obyektif tertentu

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan

d. Mengatur interval diantara kehamilan

e. Mengontrol waktu saat-saat kelahiran dalam hubungan umur suami

istri

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

2.6.3 Macam-macam KB

a. Metode amenorrhea laktasi

Yaitu kontrasespi yang mengandalkan pemberian ASI (Air susu ibu)

1. Cara kerja

Penundaan atau penekanan evaluasi

Keterbatasan :

a) Perlu persiapan sejak peraatan kehamilan agar segera menyusui

30 menit pasca persalinan


45

b) Mungkin sulit diaksanakan karena kondisi social

c) Hanya digunakan sampai 6 bulan

d) Tidak melindungi dari IMS

b. Metode keluarga berencana alamiah

1. Cara kerja

Tidak melakukan senggama pada masa subur yaitu pada fase siklus

menstruasi dimana kemungkinan terjadi konsepsi atau kehamilan

2. Keterbatasan

a) Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan

untuk mengikuti intruksi

b) Perlu pelatih / guru NBA (bukan tenaga medis)

c) Perlu pencatatan setiap hari

d) Infeksi vagina membuat lendir servik sulit dinilai

c. Senggama terputus

1. Cara kerja

Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, dengan

demikian air mani sengaja ditumpahkan diluar liang senggama

untuk mencegah sel mani memasuki area fertilisasi.

2. Efek samping

Menyebabkan penyakit giekologi, neurologoy kejiwaan, keluhan

prostate, dll

d. Kondom

1. Cara kerja
46

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan ovum

dengan cara mengeas sperma diujung selubung karet yang

dipasang dipenis sehingga sperma tidak tercurah ke dalam salura

reproduksi wanita

2. Efek samping

Kondom tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu

menyebabkan wanita mengeluh keputihan dan infeksi ringan.

e. Diafragma

1. Cara kerja

Menaham sperma agar tida mendapatkan akses mencapai saluran

alat reproduksi bagian atas (uterus dan tubo fallopi) dan sebagai

alat tempat spermisida

2. Efek samping

Kadang akan bertambah banyaknya keputihan dan banyaknya

cairan yang keluar dari vagina

f. Spermisida

1. Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat

pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel

telur

2. Efek samping

Iritasi vagina, iritas penis dan tidak nyaman, ganguan rasa panas

divagina dan kegagalan tablet yang tidak bisa larut.


47

g. Pil Kontrasepsi

1. Cara kerja

a) Menekan ovulasi

b) Mencegah ovulasi

c) Lendir serbiks mengental, sehingga sulit dimasuki sperma

2. Cara pemakaian pil KB

a) Setiap saat selagi haid, untuk menyakinkan kalau perempuan

tersebut tidak hamil

b) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid

c) Setelah melahirkan :

1) Setelah 6 bulan pemberian ASI siklus

2) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui

3) Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)

3. Petunjuk pemakaian pil KB

a) Minumlah pil KB dengan teratur

b) Bila lupa, maka pil KB yang harus diminum menjadi 2 buah

c) Bila perdarahan, tidak memerlukan perhatian karena belum

beradaptasi

d) Gangguan ringan dalam berbentuk : mual, muntah, sebaiknya

diatasi

4. Keuntugan Pil KB

a) Bila diminum sesuai dengan aturan diamin berhasil 100 %

b) Dapat dipakai pengobatan beberapa masalah


48

1) Ketegangan menjelang menstruasi

2) Perdarahan menstruasi yang tidak teratur

3) Nyeri saat menstruasi

4) Pengobatan pasangan yang mandul

c) Pengobatan penyakit endometriosis

d) Dapat meningkatkan libido

5. Kerugian Pil KB

a) Harus minum pil secara teratur

b) Dalam waktu panjang menekan fungsi ovarium

c) Penyakit ringan

d) Berat badan bertambah

e) Rambut rontok

f) Tumbuh jerawat

g) Mual sampai muntah

h. Suntik KB

1. Cara kerja

a) Menekan ovulasi

b) Membuat lender serviks menjadi kental

c) Perubahan pada endometrium (atrofi)

d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

2. Jadwal waktu suntikan

a) Depoproevera : interval 12 minggu

b) Norigest : interval 8 minggu


49

c) Cyclopem : interval 4 minggu

3. Keuntungan

a) Pemberiannya sederhana setiap 8 – 12 minggu

b) Tingkat efektifitas sangat tinggi

c) Hubungan seks dengan suntikan KB bebas

d) Pada KB cyciofem KB akan mendapatkan menstruasi

4. Kerugian

a) Perdarahan yang tidak menentu

b) Terjadi amenorhea berkepanjangan

c) Terjadi kemungkinan hamil

5. Suntikan KB dapat diberikan :

a) Pasca persalinan : segera ketika dirumah sakit dan jadwal

suntikan berikutnya.

b) Pasca abortus : segera setelah perawatan dan jadwal waktu

suntikan diperhitungkan

c) Interval : hari kelima mensturasi dan jadwal waktu suntikan

diperhitungkan.

i. Susuk KB (norplant atau implant)

1. Cara kerja

a) Lendir serviks menjadi kental

b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

2. Jenis
50

a) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang

3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg

levonorgest sel dan lama kerjanya 5 tahun.

b) Implanon

Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira

40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 ,h3

ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun

c) Jadena dan indopion

Terdiri dari 2 barang yang diisi dengan 75 mg

Levenorgstrel dengan lama kerja 3 tahun

3. Keuntungan

a) Daya guna tinggi

b) Perlindungan jangka panjang

c) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

d) Bebas dari pengaruh estrogen

e) Tidak mengganggu kegiatan senggama

f) Tidak mengganggu ASI

g) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

4. Kerugian

a) Menyebabkan perubahan berupa perdarahan bercak (spoting)

hipermenorea

b) Meningkat jumlah darah haid serta amenorea


51

c) Ekspulsi

d) Infeksi pada daerah insersi

e) Berat badan naik / turun

5. Tempat pemasangan susuk KB

Susuk KB dipasang pada lengan kiri atas dan pemasangan seperti

kipas mekar dengan jumlah kapsul yang tersedia

j. AKDR / IUD

1. Cara kerja

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuban fallopi

b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai ovum

bertemu

c) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

2. Jenis

a) AKDR CUT-380A kecil, kerangka dari plastic yang fleksiber,

berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat

dari tembaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan terdapat dimana-

mana

b) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVAT

(Schering)

c) Selanjutnya yang akan dibahas adalah khusus CUT-380A

3. Keuntungan

a) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dan CUT-380 A

dan tidak perlu diganti)


52

b) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

d) Meningkat kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk

hamil

e) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

f) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi).

4. Kerugian

a) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan).

b) Haid lebih lama dan banyak.

c) Saat haid lebih sakit.

d) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang sering bergantian pasangan.

e) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 sampai 2

hari.

5. Waktu penggunaan

a) Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak

hamil.

b) Hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

c) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah

4 minggu pasca persalinan. Perlu diingat, angka ekspulsi


53

tinggi pada pemasangan segera atau selama 4 jam pasca

persalinan.

d) Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari).

Apabila tidak ada gejala infeksi.

e) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

6. Petunjuk bagi klien

a) Kembali memeriksakan diri setelah pemasangan AKDR.

b) Selama bulan pertama menggunakan AKDR, periksalah

benang AKDR secara rutin terutama setelah haid.

c) Setelah bulan pemasangan, hanya perlu memeriksa

keberadaan benang setelah haid apabila mengalami :

1) Kram atau kejang pada perut bawah.

2) Perdarahan (spotting) diantara haid atau setelah senggama.

3) Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami

tidak nyaman selama melakukan hubungan seksual.

d) Copper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan

tetapi dapat dilakukan lebih awal bila diperlukan.Kembali ke

klinik apabila :

a) Tidak dapat meraba benang AKDR

b) Merasakan bagian yang keras dari AKDR

c) AKDR terlepas

d) Siklus terganggu tau meleset

e) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan


54

f) Adanya infeksi

2.6.4 Standar Pelayanan Keluarga Berencana

a. Konseling

b. Persetujuan Tindakan medis

c. Perencanaan Keluarga

d. Penapisan Klien

e. Pencegahan Infeksi

2.7 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF

2.7.1 Kehamilan

A. Pengkajian

Tanggal : Waktu yang digunakan untuk pengkajian

Tempat : Tempat yang digunakan untuk pengkajian

Oleh : Orang yang melakukan pengkajian

a. Data Subjektif

1. Biodata

a) Nama Ibu dan Suami : Untuk mengenal, memanggil dan

menghindari terjadinya kekeliruan.

b) Umur Ibu dan Suami : umur ibu, terutama pada ibu hamil

yang pertama kali hamil. bila umur lebih dari 35 tahun disebut

primi tua gravida dan bila umur kurang dari 18 tahun disebut

primi muda gravida. Wanita kurang dari 18 tahun pinggulnya

belum cukup pertumbuhannya, sehingga menyebabkan


55

kesulitan untuk melahirkan. Wanita umurnya lebih dari 35

tahun, badannya mungkin bisa kecapaian dan kurang lentur.

Wanita sudah berumur 40 tahun, ada kemungkinan akan

kelambanan jiwanya.

c) Agama Ibu dan Suami : Ditanyakan untuk mengetahui

kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan

pasien / klien. Dengan diketahuinya agama pasien, akan

memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam

melaksanankan asuhan kebidanan.

d) Pendidikan Ibu dan Suami : Untuk memberi bimbingan sesuai

dengan tingkat pendidikannya.

e) Pekerjaan Ibu dan Suami : untuk mengetahui kegiatan ibu

selama hamil, pekerjaan yang mungkin dapat mempengaruhi

kehamilan. Misalnya bekerja di pemeriksaan radiologi atau

sebagai buruh yang terlalu berat pekerjaannya.

f) Penghasilan : Untuk mengetahui keadaan ekonomi ibu,

berpengaruh sewaktu-waktu apabila dirujuk.

2. Alasan Datang

Alasan ibu datang ke BPS/RS/Puskesmas, ingin memeriksa

kehamilannya. Atau karena adanya keluhan-keluhan yang

dirasakan oleh ibu.

3. Keluhan Utama
56

Keluhan yang sering terjadi pada saat kehamilan trimester III

yaitu:

a)Sering Kencing : Pada akhir kehamilan, turunnya bagian

presentasi janin, kandung kemih kembali mendapat tekanan.

Nokturia dapat terjadi sebagian karena wanita berada dalam

posisi rekumben dan kekuatan yang lebih kecil menekan vena

kava inferior, yang menambah aliran darah ke ginjal dan

meningkatkan kecepatan filtrasi glomerulus (Sinclair, 2010: 58).

b) Edema Ekstremitas Bawah : edema fisilogis memburuk seiring

penambahan usia kehamilan karena aliran balik vena terganggu

akibat berat uterus yang membesar (Sinclair, 2010: 38).

c)Nyeri ulu hati : suatu sensasi seperti terbakar di dalam esofagus,

yang dapat muncul akibat efek progesteron yang merelaksasi

sfingter kardiak di lambung, penurunan motilitas saluran cerna,

pergeseran lambung ke atas dan ke kanan, penurunan peristaltis

esofagus, peningkatan tekanan intragastrik atau penurunan

tekanan intraesofagus. Selama masa hamil, 30-50% wanita

mengalami nyeri ulu hati (Sinclair, 2010: 43).

d) Nyeri punggung : nyeri punggung kemungkinan disebabkan

banyak faktor. Nyeri punggung meningkat pada awal

kehamilan dan menurun selama minggu ke-24 (kecuali bagi

wanita yang sebelumnya akan mengalami peningkatan

ketidaknyamanan sampai pelahiran). Nyeri yang hanya terjadi


57

pada malam hari, yang tidak terkait dengan perubahan posisi

dapat diakibatkan oleh hipervolumia dan tekanan pada vena

kava inferior pada posisi telentang (Sinclair, 2010: 31).

e)Insomnia : Masalah emosional, gerakan janin, dan rasa tidak

nyaman lain dapat menyebabkan wanita hamil terbangun di

malam hari (Sinclair, 2010: 47).

f) Kram kaki : dapat disebabkan oleh diet rendah kalsium atau

melakukan aktivitas yang sama sekali baru. Tekanan pada uterus

mengganggu sirkulasi ke ekstremitas bawah dan dapat memberi

tekanan pada saraf yang berjalan melewati foramen obturator

(Sinclair, 2010: 48).

4. Riwayat Kehamilan Sekarang

a) Berapa Kali Periksa dan Dimana

Frekuensi dari pemeriksaan antenatal adalah:

1) Minimal 1 kali pada Trimester I

2) Minimal 1 kali pada Trimester II

3) Minimal 2 kali pada Trimester III

(Depkes RI. 1997)

Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan di

sarana kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu,

Bidan Praktek Swasta dan Dokter Praktek (Pantikawati, Ika.

dkk. 2010 : 9).


58

b) Gerakan Janin

Pada multigravida biasanya dirasakan pada usia 18 minggu,

sedangkan pada multigravida sekitar 16 minggu (Ummi, Hani.

2011: 81).

Pada umumnya 10 gerakan terjadi dalam jangka waktu 20

menit – 2 jam. Gerakan janin akan bertambah setelah makan,

gerakan ibu. Janin normal akan tidur ± 20 menit. Selama 2-3

hari sebelum lahir gerakan janin akan berkurang (Pantikawati,

Ika. dkk. 2010 : 104).

Cara menghitung gerakan janin: letakkan 10 uang logam

dalam mangkok, keluarkan dan letakkan di atas meja,

masukkan kembali uang logam ke dalam mangkok setiap kali

bayi bergerak (Yeyeh, Ai. dkk. 2009 : 153).

4) Tanda Bahaya dan Masalah

Pada Trimester III : Perdarahan pervaginam, Sakit kepala hebat

dan menetap, Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan

kabur, rabun senja), Pembengkakan pada wajah/ tangan, Nyeri

abdomen yang hebat, Bengkak pada muka atau tangan dan

Bayi kurang bergerak seperti biasa (Ummi, Hani. 2011: 116-

121).

5) Keluhan-keluhan Fisiologis yang Lazim pada Kehamilan atau

ketidaknyamanan pada Trimester III seperti : Nyeri punggung


59

bawah, Edema, Peningkatan frekuensi berkemih, Nyeri ulu

hati, Kram tungkai, dan Insomnia (Sinclair: 2010).

6) Pemberian Imunisasi TT

Tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin

dari Tetanus Neonatorum. Efek samping vaksin TT yaitu nyeri,

kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat

penyuntikan. Ini akan sembuh dan tidak perlu pengobatan

(Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 12).

7) Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)

Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan

Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan

kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin

(Depkes RI. 1997). Cara pemberian adalah satu tablet Fe per

hari, sesudah makan, selama masa kehamilan dan nifas

(Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 11).

5. Riwayat Kebidanan atau Obstetri yang lalu

a. Kehamilan

Informasi terinci mengenai riwayat obstetric sebelumnya,

apabila ada sangatlah penting karena banyak penyulit yang

terjadi pada kehamilan sebelumnya yang akan kambuh

pada kehamilan selanjutnya (Cunningham dkk, 2006 :246)

Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan

seperti hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat,


60

pandangan kabur, dan bengkak – bengkak ditangan dan

wajah.

b. Persalinan

Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur,

perdarahan dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada

kelahiran terdahulu melahirkan secara bedah sesar, untuk

kehamilan saat ini mungkin melahirkan pervaginam.

Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi di uterus, jika

insisi uterus berada dibagian bawah melintang, bukan

vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan

pervaginam.

c. Nifas

Adakah panas, perdarahan, kejang – kejang, dan laktasi.

Kesehatan fisik dan emosi ibu harus diperhatikan

(Romauli, 2011 : 165)

6. Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang lalu

Menurut Rochjati (Salmah 2006 : 134) Berikut adalah Riwayat

kesehatan yang mempengaruhi ibu hamil:

a) Anemia yang dapat menyebabkan kematian janin dalam

kandungan, persalinan premature, persalinan lama, dan

perdarahan postpartum

b) TBC Paru, janin akan tertular TBC setelah lahir. Bila TBC

berat, maka akan menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga dan


61

ASI berkurang, dapat terjadi abortus, bayi lahir lama, dan

perdarahan postpartum

c) Jantung yang bahanya adalah payah jantung bertambah berat

bahkan sampai gagal jantung, atau kelahiran prematur

d) Diabetes mellitus, yang akan menyebabkan persalinan

premature, hydramnion, kelainan bawaan, BBL besar, dan

kematian janin dalam kandungan

e) HIV/AIDS yang bisa tertular ke janin

f) Hipertensi dapat memburuk selama hamil, disertai

meningkatnya morbiditas ibu biasanya diikuti dengan pre

eklamsi atau eklamsi. Resiko pada janin dapat terjadi restriksi

pertumbuhan (IUGR), serta morbiditas dan mortalitas perinatal.

(Cunningham dkk, 2006 : 230)

g) Epilepsi berdampak pada kehamilan . Kejang selama hamil

akan menyebabkan penurunan aliran darah uterus dan

oksigenasi janin (Cunningham dkk, 2006:232)

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ditanyakan mengenai penyakit yang mungkin diderita oleh

keluarga, seperti penyakit menular (TBC, hepatitis) yang dapat

menular pada ibu dan janin atau bayi yang sudah

lahir.Ditanyakan mengenai penyakit yang menurun yang diderita

keluarga, faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan hamil

kembar adalah ras, keturunan, umur dan paritas.


62

(Manurung 2011 :195)

8. Riwayat Pernikahan

a) Umur pertama kali menikah

Untuk menentukan kesehatan organ reproduksi.

b) Berapa kali menikah

Batas ideal dan diikuti hamil setelah 2 tahun. Disebut

primigravida tua sekunder jika hamil stelah lima tahun

menikah. Kehamilan setelah 5 tahun dianggap hamil

dengan resiko tinggi karenanilai kehamilan yang tinggi.

c) Jumlah anak

Umur anak terkecil diatas 5 tahun, jumlah anak ideal

sampai kehamilan ketiga. Kehamilan kelima sudah

termasuk grande multipara, harus diwasapadai perdarahan

post partum (Manuaba, 2007).

d) Wanita hamil yang sudah lama menikah, nilai anak tentu

besar sekali dan ini perlu diperhitungkan dalam pimpinan

persalinan (anak mahal) (Ummi,Hani, dkk : 2010: 87 ).

9. Riwayat Haid

a) Menarche

Menstruasi perempuan yang umumnya terjadi pada usia

sekitar 13-15 tahun. Akibat arus informasi global, pancaindra

makin mudah menjadi matang sehingga umur menarke

semakin muda (Manuaba, 2007: 209).


63

b) Siklus

Interval dari hari pertama periode menstruasi sampai hari

pertama periode berikutnya normalnya 21 – 35 hari.

Menstruasi yang teratur menunjukkan bahwa aksis

hypothalamus-hipofisis-ovarian aksis dengan pancaindra telah

menunjukkan keharmonisan yang baik. Ini berarti bahwa

setiap menstruasi akan dilepaskan ovum sehingga dapat terjadi

kehamilan (Manuaba, 2007: 209).

c) Lama

Lama perdarahan yang normal adalah 5 hari dengan rentang

antara 3-7 hari. Perdarahan yang melebihi 7 hari (polimenorea,

metroragia).

Durasi menstruasi yang berlangsung hanya sekitar 2-3 hari

menunjukkan kurangnya rangsangan estrogen sehingga fase

proliferasi tidak normal kurang subur.

d) Banyaknya

Jumlah tampon atau pembalut yang digunakan setiap hari akan

bermanfaat hanya jika diketahui penyebab pembalut tersebut

harus diganti.kurang lebih 16 cc.

Durasi menstruasi normal, pembalut sekitar 2-3 buah penuh.

Durasi menstruasi yang kurang, pembalut sekitar 1-2 buah

sehari tidak penuh.


64

Durasi menstruasi yang banyak disertai gumpalan, pemakaian

pembalut lebih dari 3 buah/ hari sampai penuh (Manuaba,

2007).

e) Keluhan

Selama haid yaitu dismenorea (rasa nyeri saat haid sehingga

mengganggu aktifitas sehari hari)dan pusing serta leukorea

pada saat sebelum dan sesudah haid.

Disminorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram

dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat

terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat.

Keparahan disminorea berhubungan langsung dengan lama

dan jumlah darah haid (Sarwono. 2011 : 182).

f) HPHT

Keterlambatan menstruasi bagi wanita usia subur berarti

terdapat kemungkinan kehamilan, serta untuk menentukan

umur kehamilan dan tafsiran persalinan (Manuaba, 2007: 209)

10. Riwayat KB

Riwayat kontrasepsi diperlukan karena penggunaan metode lain

dapat membantu “menggali” kehamilan. Ketika seorang wanita

menghabiskan pil yang berisi hormon dalam kaplet kontrasepsi

oral, periode menstruasi selanjutnya akan dialami disebut

“withdrawal bleed”. Menstruasi ini bukan karena pengaruh

hormon alami wanita tersebut tetapi karena dukungan hormonal


65

terhadap endometrium yang disuplai oleh kontrasepsi yang

dihentikan. Menstruasi spontan mungkin tidak terjadi pada waktu

biasanya. Kurangnya menstruasi spontan disebut amenorea – post

– pil (Romauli, 2011: 164-165).

11. Pola Kebiasaan Sehari – hari

a) Nutrisi

Sebagai pengawasan, kecukupan gizi ibu hamil dan

pertumbuhan kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan

berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 10-12 kg.

Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu

turun setelah kehamilan triwulan kedua, haruslah menjadi

perhatian (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 90).

b) Istirahat

Waktu istirahat harus lebih lama ± 10-11 jam untuk wanita

hamil juga di anjurkan tidur siang (Christina. 2001 : 168).

Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan denngan baik

karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan

kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan

dan perkembangan janin (Manuaba. 1998 :140).

Cobalah untuk tidak berbaring telentang sewaktu tidur, karena

bisa menempatkan rahim di atas pembuluh darah yang penting

(vena cava inferior) yang berjalan ke bawah di bagian perut.


66

Belajarlah posisi tidur Kebersihan/ menyamping sejak awal

(Pantikawati, Ika. dkk. 2010 : 96-97).

c) Personal Hygiene

Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk

perawatan kulit karena pada ibu hamil fungsi ekskresi keringat

bertambah. Mandi minimal 2 kali sehari.

Puting harus dibersihkan, persiapan menyusui dengan perawatan

puting dan kebersihan payudara.

Celana dalam harus kering, jangan gunakan obat/ penyemprot

ke dalam vagina. Sesudah BAB/BAK dilap dengan lap khusus,

sebaiknya selama hamil tidak melakukan vaginal touching bisa

menyebabkan perdarahan atau embolus (Pantikawati, Ika. dkk.

2010 : 91-92).

Pakaian yang sebaiknya digunakan longgar, terbuat dari katun

sehingga dapat menyerap keringat dan sebaiknya hanya satu kali

pakai. Jika diperlukan, daerah lipatan badan dapat diberi bedak,

hal ini mencegaah kekeringan dan mengurangi dermatitis kontak

atau alergi (Manuaba, 2007: 192).

d) Eliminasi

Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas

panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena

kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga


67

terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar

(Pantikawati, Ika. dkk. 2010: 69).

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone

progesterone yang meningkat (Pantikawati, Ika. dkk. 2010: 67).

e) Aktifitas sehari-hari

Ibu hamil dapat melakukan aktivitas sehari-hari namun tidak

terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu

kehamilannya, ibu hamil utamanya trimester I dan II

membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

agar tidak terlalu lelah. Kelelahan dalam beraktifitas akan

banyak menyebabkan komplikasi pada setiap ibu hamil

misalnya perdarahan dan abortus.

Ibu yang merokok akan melahirkan bayi yang lebih kecil dan

sering mendapatkan masalah pernafasan saat lahir dan saat

tahun pertama, juga dapat meningkatkah otitis media serta

resiko asma pada bayi. Olah raga boleh dilakukan dalam batas

yang wajar sesuai dengan usia kehamilan. Olah raga yang

banyak dilakukan adalah jalan pagi untuk mendapatkan udara

segar dan ketenangan sambil bertukar pilihan dengan suami

(Manuaba, 2007:193).

f) Kebutuhan seksual

Trimester III : Hubungan seksual setelah usia kehamilan 30

minggu akan mengalami kesukaran teknik.


68

Hal ini dikarenakan perut yang sudah

membesar dan berat. Untuk dapat melakukan

hubungan seksual masih ada kemungkinan

dengan menggunakan teknik dari belakang

(Manuaba, 2007: 193).

Selain itu, hubungan seksual tidak boleh terlalu sering dan hati-

hati karena dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan

persalinan prematur.

12. Data Psikososial

Pada trimester III , ditandai dengan rasa tidak nyaman timbul

kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik; merasa

tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu; takut

akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,

khawatir akan keselamatannya; khawatir bayi akan dilahirkan

dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan

perhatian dan kekhawatirannya; merasa sedih karena akan terpisah

dari bayinya; merasa kehilangan perhatian; perasaan menjadi

sensitif. (Romauli, 2011:90)

b. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum

Kesadaran sangat penting dinilai dengan melakukan anamnesis

Penilaian pada glasgow coma scale:


69

a. Compos mentis : sadar penuh

b. Apatis : perhatian berkurang

c. Somnolen : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.

d. Spoor : dengan rangsangan kuat masih memberi respon

gerakan.

e. Soporo-comatus : hanya tinggal reflek corena (sentuhan

ujung kapas pada kornea akan menutup kornea mata).

f. Coma : tidak memberi respon sama sekali.

(Potter 2007)

2) Tanda-tanda vital

1) Suhu

Suhu tubuh yang normal adalah 36 – 37,5 oC. Suhu

tubuh lebih dari 37oC perlu diwaspadai adanya infeksi

(Romauli, 2011: 173).

2) Tekanan Darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90

mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30

mmHg atau lebih, dan atau diastolik 15 mmHg atau

lebih, kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre

eklampsia dan eklampsia kalau tidak ditangani dengan

tepat (Romauli, 2011: 173).

3) Nadi
70

Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60 – 80 x/

menit. Denyut nadi 100 x/ menit atau lebih dalam

keadaan santai merupakan pertanda buruk. Jika denyut

nadi ibu 100 x/ menit atau lebih, mungkin ibu

mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti tegang,

ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu,

perdarahan berat, anemia, demam, gangguan tiroid,

gangguan jantung (Romauli, 2011: 173)

4) Pernapasan

Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan.

Normalnya 16 – 24 x / menit (Romauli, 2011: 173).

3) Berat Badan

Berikut ini merupakan kenaikan berat badan yang dianjurkan

pada ibu hamil sesuai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 2.3

Penambahan Berat BadanBerdasarkan IMT

Kategori IMT Pertambahan BB (Kg)

Rendah <19,8 12,5 – 18

Normal 19,8-26 11,5 – 16

Tinggi 26-29 7 – 11,5

Obesitas >29 ≥7

Gemeli 16 – 20,5

Sumber : Manuaba 2007 halaman 664


71

4) TB

Ibu hamil dengan Tinggi Badan < 145 cm tergolong resiko

tinggi. Ibu hamil tersebut kemungkinan memiliki panggul

sempit yang sempit dan memiliki resiko yang lebih besar

mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang kecil

(Romauli 2011 : 108)

5) LILA

LILA < 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi ibu

yang kurang/buruk. Sehingg beresiko umtuk melahirkan BBLR.

(Mandriwati 2012 : 117)

6) Tafsiran persalinan (TP)

Rumus Naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir

(HPL, EDC= expected date of confinement). Rumus ini terutama

berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari, sehingga ovulasi

terjadi pada hari ke-14. Lama kehamilan rata-rata dihitung dari

hari pertama menstruasi terakhir (HPM) adalah 280 hari atau 40

minggu. Atas dasar ini tercipta rumus Naegele, yang

meramalkan HPL, yaitu tanggal HPM ditambah 7, bulan

dikurangi 3, tahun tetap atau ditambah 1 (Kusmiyati, 2011: 12).

2. Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

1) Waktu pasien berdiri : skoliosis/kifosis/lordosis

2) Waktu pasien berjalan : Pincang/Kaki O/ kaki X


72

3) Muka : pucat/tidak,ada kloasma gravidarum/tidak,

bengkak/tidak.

4) Mata ; sclera putih/kuning, conjungtiva merah muda/putih.

5) Leher : Kelenjar Gondok : pasien disuruh menengadah

kemudian disuruh menelan. Jika ada benjolan yang ikut

bergerak naik turun menandakan adanya pembesaran, ada

pembesaran vena jugularis/ tidak, kelenjar tyroid

membesar/tidak.

6) Payudara : Simetris/tidak, bersih atau tidak, puting susu

menonjol/mendatar/masuk,ada benjolan/tidak,

hiperpigmentasi areola mammae ,keluar kolostrum (hamil 4

bulan jernih, hamil 4-8 bulan encer sekali , hamil 8 bulan

keatas warna nya kuning seperti susu jolong). Dengan

pemeriksaan payudara, dapat memberikan petunjuk

khususnya pada kehamilan pertama. Pembuluh darah vena

tampak jelas. Adanya MSH dan hormon seks menyebabkan

pigmentasi areola mammae dan kelenjar makin tampak ke

permukaan. Selain itu, progesterone menimbulkan

vasodilatasi dan aliran darah yang lambat. Produksi

prolactin tinggi,menyebabkan pembentukan kolostrum

lebih awal. Terjadi perubahan keseimbangan antara

estrogen progesterone, oksitosin, dan prolactin


73

mengakibatkan dikeluarkannya kolostrum Pertanda bahwa

ASI akan banyak (Manuaba, 2007: 162 – 163).

7) Abdomen :

Pembesaran ke atas : Primigravida akibat otot dinding

abdomen masih tegang, Tingginya fundus uteri dapat

dipergunakan untuk mengukur: -umur kehamilan menurut

rumus Mc Donald hukum empat brathow-lomew, -berat

janin berdasarkan rumus Johnson.

a) Pigmentasi dinding abdomen : Linea alba karena

pigmentasi, Striae gravidarum livid saat hamil dan

striae gravidarun alba sebagai bekas kehamilan

sebelumnya.

b) Bekas luka operasi : Bekas seksio/operasi lainnya yang

dapat menjadi lokus minoris resistensi.

(Manuaba, 2007: 163)

8) Genetalia

a) Pengeluaran fluor : infeksi dengan diagnosis banding

trichomonas vaginalis atau candida albikans, infeksi

vaginosis bakterialis.

b) Kondiloma akuminata : infeksi virus, jika ukurannya

besar sebaiknya persalinan melalui SC.

c) Tanda chadwick : Sebagai akibat terjadinya

hipervaskularisasi, warna kebiruan pada vagina.


74

d) Luka perineum : tanda hamil tidak pasti, bekas

episiotomy.(Manuaba, 2007: 163)

9) Ekstermitas

Adanya oedema pada ekstermitas atas atau bawah dapat

dicurigai adanya hipertensi hingga preeklamsi, diabetes

mellitus, jantung, dan kekurangan albumin

(manuaba 2007 : 161)

b. Palpasi

1) Leher

Tidak ada bendungan atau pembesaran vena jugularis. Jika

ada hal ini berpengaruh saat persalinan terutama saat

meneran.Hal ini dapat menambah tekanan pada jantung dan

menambah kerja jantung, potensial terjadi gagal jantung.

Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, jika ada potensial

terjadi kelahiran prematur, lahir mati, lahir BBLR,

kretinisme dan keguguran.

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe (pembesaran kelenjar

limfe memungkinkan terjadi infeksi oleh berbagai penyakit

misalnya TBC, sifilis, radang akut, di kepala, faring dan

kulit

2) Payudara

Teraba atau tidak benjolan abnormal, kolostrum

keluar/belum(kolostrum mulai diproduksi pada usia


75

kehamilan 12 minggu tapi mulai keluar pada usia

kehamilan 20 minggu).

3) Perut

a) Leopold I

Normal tinggi fundus uteri sesuai dengan usia

kehamilan. Tujuannya adalah untuk mengetahui

tinggi fundus uteri dan bagian yang berada di fundus.

(Romaulli,2011:175)

Tinggi fundus yang tidak konsisten dengan usia

kehamilan dapat mengindikasikan Struktur anatomi

yang tidak reliable, seperti abdomen yang panjang,

tanggal yang tidak akurat, Janin lebih kecil atau lebih

besar dari yang seharusnya, Jumlah cairan amnion

lebih sedikit atau lebih banyak dari yang seharusnya,

kehamilan kembar, letak abnormal, ada massa di

uterus seperti kista atau tumor, Teknik yang salah,

IUGR

b) Leopold II

Normal teraba bagian panjang, keras seperti

papan(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sissi

lain teraba bagian kecil.


76

Tujuan nya adalah untuk mengetahui batas kiri /

kanan pada uterus ibu, yaitu : punggung pada letak

bujur atau kepala pada letak lintang.

(Romaulli,2011:175)

c) Leopold III

Normal pada bagian bawah janin teraba bagian yang

bulat, keras, melenting (kepala janin)

Tujuan : untuk mengetahui presentasi / bagian

terbawwah janin yang ada di simfisis ibu.

d) Leopold IV

Leopold IV tidak dilakukan jika kepala masih tinggi.

Palpasi secara Leopold lengkap ini baru dapat

dilakukan kalau janin sudah cukup besar kira – kira

dari VI ke atas. Sebelum bulan ke-IV biasanya bagian

– bagian anak belum jelas, jadi kepalla belum dapat

ditentukan begitu pula punggung anak


77

Tabel 2.4

Hubungan usia kehamilan dengan TFU

Akhir minggu ke- TFU

4 Belum teraba

8 Di belakang simfisis

12 3 jari di atas simfisis

16 Pertengahan simfisis pusat

20 3 jari di bawah pusat

24 Setinggi pusat

28 3 jari di atas pusat

32 Pertengahan pusat dan prosesus

Xypoideus

36 3 jari di bawah prosesus xypoideus

40 Pertengahan pusat Px tapi melebar

ke samping

Sumber : Rustam Mochtar 2005. Sinopsis Obstetri Jilid 1, EGC, Jakarta,

halaman 52

c. Auskultasi

1) DJJ : +/-

2) Frekuensi normal : 120-160 x/menit

3) Reguler / tidak : jika tidak, tidak terjadi

gawat janin
78

<120 x/menit = menjadi gawat janin

>160 x/ menit = menjadi gawat janin.

(Manuaba 2007 :170)

4) Dada : tidak ada ronchi, tidak ada wheezing,

menandakan pernah terganggu akibat penyakit

pernafasan.

d. Perkusi

Tungkai : Reflek Patella (+)

Reflek patella (- ) menandakan ibu kurang vitamin

B1 dan mengalami intoksikasi MgSO4

e. Pengukuran panggul luar

Alat yang dipakai adalah jangka panggul dari martin.

Caranya :

1) Distansia spinarum jarak antara spina illiaca anterior

superior kanan dan kiri, normal 23-26 cm.

2) Distansia cristarum jarak terjauh antara crista iliaca kanan

dan kiri yang letaknya kira-kira 5 cm di belakang spina

iliaca anterior superior dengan ukuran 26-29 cm.

3) Conjugata eksterna jarak antara tepi atas simphisis dan

prosesus spinasus lombal V dengan ukuran 18 cm.

4) Lingkar panggul yaitu dengan memakai pita diukur mulai

tepi atas simphisis, dikelilingkan ke belakang melalui

pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan


79

trochanter mayor kanan, ke ruas lumbal ke V (prosessus

spinasus lumbal ke V) terus kembali sepihak, ukuran 80-

90 cm.

(Manuaba 2007 :171)

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium :

1) Glukosa dalam urin : untuk memastikan adanya DM,

kemungkinan glukosuria yang terjadi segera setelah

makan, disebabkan intoleransi insulin, tetapi keadaan ini

cepat menjadi normal. Jika pada akhir kehamilan

mungkin terdapat laktosa sehingga tes reduksi mungkin

positif sebagai bentuk persiapan untuk gula ASI

(Manuaba, 2007: 161).

2) Protein urin : normal tetap ada protein tetapi jumlahnya

kecil. Jumlah yang makin meningkat terdapat pada

preeclampsia, penyakit jantung, nefritis (Manuaba, 2007:

162).

3) Kadar Hb : ibu hamil normal 10,5 – 15 gr/ dL

(Manuaba, 2007: 166).

B. Identifikasi Diagnosis dan Masalah

Dx : G . . . P . . . UK . . . minggu , T/H/I , letak . . . punggung . .

dengan kehamilan normal/resiko rendah

Ds : Ibu mengatakan hamil ke . . . dan UK . . . bulan


80

Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir . . .

Do : Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

TTV

a. Nadi : 70 -90 x / menit

b. TD : 110/70 – 130/90 mmHg

c. Suhu : 36,5o C- 37,5oC

d. RR : 16-24 x / menit

Palpasi

a. Leopold I : TFU sesuai dengan usia kehamilan,

teraba bokong

b. Leopold II : Pada bagian kanan teraba datar =

punggung (sebaliknya). Pada bagian kiri teraba =

bagian kecil janin (sebaliknya)

c. Leopold II : Teraba keras, bundar, melenting,

kepala bagian terendah, sudah masuk PAP atau

belum

d. Leopold IV : Untuk mengetahui seberapa jauh

kepala masuk PAP

C. Identifikasi Diagnosi dan Masalah Potensial

Tidak dilakukan pada asuhan kebidanan yang fisiologis.


81

D. Identifikasi Kebutuhan Segera

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien.

E. Intervensi

Dx : G . . . P . . . UK . . . minggu , T/H/I , letak . . . punggung . .

dengan kehamilan normal/resiko rendah.

Tujuan :

a. Ibu mengetahui dan mengerti keadaan kehamilannya.

b. Keadaan ibu dan janin sehat, kehamilan normal dan

bisa aterm.

c. Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin dalam

proses kehamilan dan persalinan.

Kriteria Hasil :

a. TTV dalam batas normal

b. TD : 110/70 – 130/90 mmHg

c. RR : 16 – 24 x/menit

d. Ibu dapat memahami perubahan-perubahan

yang terjadi pada trimester III.

e. Ibu dapat melakukan adaptasi perubahan yang

terjadi pada trimester III.

f. Ibu dapat mengenali tanda dan bahaya

kehamilan.
82

g. Ibu dapat mengambil keputusan apabila terjadi

tanda bahaya kehamilan.

h. Ibu dapat memahami tanda dan gejala

persalinan.

i. Ibu dapat mempresiapkan persalinan

Intervensi :

1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu.

R : Informasi membuat ibu lebih kooperatif dan mengurangi

kecemasan ibu terhadap kondisi kehamilan dan janinnya.

2. Komunikasikan dengan ibu tentang perubahan fisiologis dan

ketidaknyamanan umum yang terjadi pada masa kehamilan.

R : Adanya respon positif dari ibu terhadap perubahan-

perubahan yang terjadi dapatmengurangi kecemasan pada

klien. Klien lebih kooperatif dalam menerima asuhan.

3. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan

perubahan cara jalan. Anjurkan penggunaan sepatu hak rendah,

penggunaan kompres panas.

R : lordosis dan regangan otot disebabkan oleh pengaruh

hormon (relaktin, progesteron) pada sambungan pelvis dan

perpindahan pusat gravitasi sesuai dengan pembesaran

uterus (Doenges, 2001).

4. Perhatikan adanya kram kaki. Anjurkan klien untuk

meluruskan kaki dan mengangkat telapak kaki bagian dalam ke


83

posisi dorsofleksi, sering mengganti posisi, dan menghindari

berdiri/duduk lama.

R : menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan

perubahan kadar kalsium/ketidakseimbangan kalsium-fosfor

atau karena tekanan dari pembesaran uterus pada saraf yang

mensuplai ekstrimitas bawah (Doenges, 2001)..

5. Kaji adanya/frekuensi kontraksi Braxton Hicks dan berikan

informasi mengenai fisiologi aktivasi uterus.

R : kontraksi ini dapat menciptakan ketidaknyamanan pada

multigravida pada trimester kedua maupun ketiga.

Primigravida biasanya tidak mengalami ketidaknyamanan

ini sampai trimester akhir, saat efek perlindungan

progesteron pada aktivitas uterus menurun dan kadar

oksitosin meningkat (Doenges, 2001).

6. Kaji adanya konstipasi dan hemoroid.

R : peningkatan pemindahan posisi usus memperberat masalah

eliminasi (Doenges, 2001).

7. Diskusikan bahayanya penggunaan pencahar selama bulan

kesembilan dan anjurkan cara-cara lain untuk mengatasi

konstipasi, seperti diet tinggi serat.

R : penggunaan pencahar dapat merangsang awitan persalinan

awal (Doenges, 2001).

8. Kaji adanya pirosis (nyeri ulu hati). Tinjau pembatasan diet.


84

R : masalah sering terjadi pada trimester kedua dan dapat

berlanjut, khususya bila diet tidak dimodifikasi (Doenges,

2001).

9. Perhatikan adanya leukorea dan pruritus. Anjurkan klien untuk

sering mandi, menggunakan celana dalam katun, pakaian

longgar, dan menghindari duduk untuk waktu yang lama.

R : saat kadar estrogen tinggi, sekresi kelenjar servikal

menghasilkan media asam yang mendorong proliferasi

organisme (Doenges, 2001).

10. Sarankan pada ibu untuk istirahat cukup selama hamil.

R : Kesejahteraan janin ditunjang dari suplai O 2 yang cukup

pada ibu.

11. Bantu ibu untuk mengidentifikasi makanan yang memenuhi

kecukupan gizi seimbang sesuai dengan pola makan di rumah.

R : Pada masa kehamilan memerlukan asuhan nutrien yang

tinggi untuk proses perkembangan janin selanjutnya.

12. Diskusikan dengan ibu tentang tabulin dan rencana persalinan

yang normal.

R : Persiapan yang matang menambah kesiapan.

13. Jelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan seperti

sakit kepala hebat, perdarahan pervaginam.


85

R : Dengan mengetahui yang normal dan abnormal ibu dapat

segera mencari pertolongan yang tepat dan bahaya dapat segera

diatasi.

14. Jelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan.

15. Diskusikan dengan ibu dalam menentukan jadwal kunjungan

selanjutnya.

R : Pemantauan yang rutin dapat mendeteksi secara rutin

adanya kelainan pada kehamilan sehingga dapat dilakukan

tindakan segera.

F. Implementasi

Penerapan penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai

perencanaan yang ditetapkan

G. Evaluasi

Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan

diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk

keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir

maka perlu diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP

2.7.2 Persalinan

A. Pengkajian

Tanggal : Waktu yang digunakan untuk pengkajian

Tempat : Tempat yang digunakan untuk pengkajian

Oleh : Orang yang melakukan pengkajian


86

1. Data Subyektif

a. Alasan Datang

Klien datang dapat berupa keluar darah bercampur slem

(lendir), keluar ari – ari dari kemaluan dengan atau tanpa

kontraksi. Selain itu klien mengeluh nyeri perut, adanya his

yang makin sering, teratur, perasaan selalu ingin buang air

kecil, bila buang air kecil hanya sedikit – sedikit

(Manurung, 2011: 194).

b. Keluhan Utama

Keluhan atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit

ditentukan dengan wawancara. Keluhan utama dapat

berupa kantong airnya pecah dengan atau tanpa kontraksi.

Pada kasus ini, ia dating untuk pemeriksaan obstetric (atau

untuk diobservasi). Klien diminta untuk menjelaskan hal-

hal berikut : frekuensi dan lama kontraksi, lokasi dan

karakteristik rasa tidak nyaman karena akibat kontraksi

(misalnya sakit pinggang, rasa tidak enak pada supra

pubis), menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan

posisi saat ibu berjalan atau berbaring, keberadaan dan

karakter rabas atau show dari vagina, status membrane

amnion (misalnya semburan atau rembesan cairan apabila

diduga cairan amnion telah keluar, tanyakan tanggal dan


87

jam pertama kali cairan keluar, tanyakan juga warna

cairan). (Bobak, 2005 : 302-303)

c. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola Nutrisi

Kapan ibu terakhir kali makan, informasi ini diperlukan

untuk mengkaji cadangan energi dan status cairan

(Varney 2008:692)

2) Pola Eliminasi

Perlu ditanyakan kapan ibu terakhir BAK atau BAB

karena kandung kemih yang penuh dapat

mempengaruhikontraksi dan menghambat penurunan

kepala janin. Ibu yang menahan dorongan BAB akan

merasa tidak nyaman dan cenderung khawatir pada saat

persalinan mengeluarkan feses sehingga perlu

difasilitasi untuk BAB (Sulistyawati 2013 : 46)

3) Pola Istirahat

Istirahat sangat diperlukan pasien untuk mempersiapkan

energi menghadapi proses persalinannya, selain itu tidur

akan membuat rileks. Data yang perlu diketahui adalah

kapan terakhir tidur, berapa lama (Sulistyawati

2010 :224)

d. Data Psikososial
88

Perlu ditanyakan mengenai kebutuhan support sistem

(pendamping di kamar bersalin), kebutuhan praktek budaya

dalam menyambut kelahiran bayi, tingkat kecemasan,

penerimaan klien dan keluarga terhadap kelahiran bayi,

interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya, dan

kebutuhan informasi terhadap proses kelahiran (persalinan).

Rasionalnya, proses kelahiran adalah suatu hal yang

fisiologis, namun persalinan tersebut dapat menjadi faktor

stressor yang mengganggu proses persalinan.

(Manurung, 2011: 195 - 196)

2. Data Obyektif

a) Pemeriksaan umum

1) Keadaan umum

2) Kesadaran

Penilaian pada glasgow coma scale:

a.Compos mentis : sadar penuh

b. Apatis : perhatian berkurang

c.Somnolen : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.

d. Spoor : dengan rangsangan kuat masih memberi respon

gerakan.

e.Soporo-comatus : hanya tinggal reflek corena (sentuhan

ujung kapas pada kornea akan menutup kornea mata).

f. Coma : tidak memberi respon sama sekali.


89

(Potter 2007)

3) Tanda Tanda Vital

a. Suhu

Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama

dan segera setelah melahirkan. Peningkatan suhu yang

tidak lebih dari 0,5 – 10C dianggap normal, nilai tersebut

mencerminkan peningkatan metabolisme selama

persalinan (Sulistyawati & Esti, 2010: 67)

b. Tekanan Darah

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai

peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastol rata-

rata 5-10 mmHg. Pada waktu-waktu tertentu diantara

kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum

persalinan (Sulistyawati & Esti, 2010: 67).

c. Nadi

Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih

tinggi dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal

ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi

selama persalinan (Sulistyawati & Esti, 2010: 67). Nadi

diperiksa setiap 30 menit saat ibu berada pada kala I dan

dicatat di lembar partograf (Rohani dkk, 2011: 101).

d. Pernapasan
90

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal

selama persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan

metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh temuan

yang akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena sangat

dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan

penggunaan teknik pernafasan (Sulistyawati & Esti, 2010:

68).

b) Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

1) Kepala dan leher

a) edema kelopak mata/ wajah : adakah

kemungkinan menderita hipoalbuminemia,

tanda preeclampsia berat.

b) cloasma gravidarum : pigmentasi pipi yang

hampir simetris, seperti kupu – kupu, hal ini

karena pengaruh Melanocyte Stimulating

Hormone (MSH) yang diproduksi oleh hipofisis

dan hormon seks.

c) mata( warna sclera, konjungtiva) : adakah pucat

atau cukup merah sebagai gambaran tentang

anemianya (Kadar Hb) secara kasar.

d) mulut (rahang pucat/ tidak, kebersihan, keadaan

gigi(karies, karang, tonsil) : bisa didapatkan


91

adanya lidah kotor, gusi epulis karena akibat

mual muntah atau hipersalivasi.

e) Leher : (bendungan vena jugularis) ada/

tidaknya kemungkinan gangguan aliran darah

akibat penyakit jantung atau aneurisma vena.

(Pembesaran kelenjar tiroid) sedikit membesar

saat hamil, sehingga perlu evaluasi tentang

hipertiroid.(Pembengkakan Limfe) ada/ tidaknya

kemungkinan infeksi.

2) Payudara, bentuk, warna areola, kondisi putting,

stimulasi kolostrum.

Rasionalnya, produksi hormon prolaktin membantu

memproduksi ASI. Jika ekskresi prolaktin dari

hipofisis anterior telah berlangsung makan akan

terlihat dari pengeluaran kolostrum saat distimulus.

Pengaruh hormon estrogen dan progesterone, bentuk

payudara akan berubah dari segi ukuran, pigmentasi

(Manurung, 2011: 200).

3) Abdomen, meliputi adanya bekas luka,

hiperpigmentasi (linea nigra, strie gravidarum),

Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan tangan jika Usia

kehamilan lebih dari 12 minggu, dan dengan pita

ukuran jika usia kehamilan lebih dari 22 minggu.


92

Palpasi Abdomen untuk mengetahui letak,

presentasi, posisi (usia kehamilan lebih dari 28

minggu) penurunan kepala janin (usia kehamilan

lebih dari 36 minggu),DJJ janin dengan fetoskop

jika usia kehamilan lebih dari 18 minggu (Wafi Nur,

dkk. 2009 : 136).

a.Pembesaran ke atas : Primigravida akibat otot

dinding abdomen masih tegang, Tingginya

fundus uteri dapat dipergunakan untuk

mengukur: -umur kehamilan menurut rumus Mc

Donald hukum empat brathow-lomew, -berat

janin berdasarkan rumus Johnson.

b. Pigmentasi dinding abdomen : Linea alba

karena pigmentasi, Striae gravidarum livid saat

hamil dan striae gravidarun alba sebagai bekas

kehamilan sebelumnya.

c.Bekas luka operasi : Bekas seksio/operasi

lainnya yang dapat menjadi lokus minoris

resistensi

(Manuaba, 2007: 163)

b. Palpasi

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid

dan vena jugularis.


93

Payudara : colostrom keluar, tidak ada benjolan

Abdomen :

1) Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri dan

bagian janin dalam fundus

2) Leopold II : Menentukan batas samping rahim

kanan dan kiri dan Menentukan letak

punggung janin

3) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin

apakah bagian tersebut sudah masuk

atau goyang

4) Leopold IV :Menentukan bagian terbawah janin

apa dan seberapa jauh masuk pintu

atas panggul

(Mochtar, 2005:51)
94

Tabel 2.5

Penurunan Kepala Menurut WHO

Perlimaan Penurunan

5/5 Seluruh bagian terbawah janin teraba di atas simfisis

4/5 1/5 bagian terbawah sudah masuk PAP

3/5 2/5 bagian terbawah sudah masuk rongga panggul

2/5 3/5 bagian terbawah sudah melewati bidang tengah

rongga panggul

1/5 4/5 bagian terbawah sudah masuk rongga panggul

0/5 Bagian terbawah janin seluruhnya masuk rongga

panggul

Sumber : JNPKKR 2008 :44

His :Frekuensi, durasi, intensitas kontraksi harus

dikaji secara akurat untuk menentukan status

persalinan (Varney, 2008 : 693)

c. Auskultasi

DJJ : menilai frekuensi DJJ dalam satu menit, irama

(regular/ irregular) dan intensitasnya. Range normal

adalah 120 – 160x/ menit.

Rasionalnya, biasanya denyut jantung janin mengikuti

perubahan kontraksi uterus. Janin dikatakan sejahter


95

selama periode intranatal jika disaat kontraksi terjadi

relaksasi (peningkatan DJJ) tapi tidak melampaui batas

normal sehingga kita perlu mengobservasi sesering

mungkin.

(Manurung, 2011: 209)

c) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Dalam (VT)

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menilai :

a) Vagina (terutama dindingnya), apakah ada

bagian yang menyempit.

b) Keadaan serta pembukaan serviks.

c) kapasitas panggul.

d) ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir.

e) sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit,

misalnya bartholinitis.

f) pecah tidaknya selaput ketuban.

g) presentasi janin.

h) turunnya kepala dalam panggul.

i) penilaian besarnya kepala terhadap panggul.

j) apakah proses persalinan telah dimulai serta

kemajuan persalinan.
96

Pemeriksaan dalam kontraindikasi dilakukan jika terdapat

perdarahan pervagina, karena kemungkinan terjadi plasenta

previa dan solution plasenta.

(Sulistyawati,dkk. 2010: 73-74)

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Dx: Ny. “....” G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup,

intrauterine Inpartu Kala ... fase .... dengan keadaan ibu dan

janin baik.

Ds: ibu mengatakan hamil ke…UK…bulan, merasa kenceng –

kenceng sejak tanggal…jam…serta keluar darah lendir sejak

jam… keluar cairan dari kemaluan seperti kencing yang

tidak bisa ditahan sejak........ HPHT..........

Do:

a.TTV dalam batas normal

1. DJJ (120-160x/ menit )

2. Pemeriksaan Dalam:

a) Vulva dan vagina : ada lendir dan darah/tidak.

b) Pembukaan : sudah berapa cm

c) Effecement : sudah berapa %

d) Ketuban : masih utuh/tidak

e) Bagian terendah : teraba kepala/bokong


97

f) Bagian terdahulu : teraba ubun-ubun

kecil/besar dan sudah pada jam berapa

1) Gelungsur : Hodge berapa

2) Di sekitar bagian terdahulu teraba bagian

kecil janin/tidak

C. Diagnosa dan Masalah Potensial

Tidak dilakukan pada asuhan kebidanan yang fisiologis.

D. Kebutuhan segera

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

berdasarkan kondisi klien.

E. Intervensi/Perencanaan

Dx : Ny. “....” G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup,

intrauterine Inpartu Kala ... fase .... dengan keadaan ibu dan

janin baik.

Tujuan :

1. Kala I fase aktif berjalan lancar

2. Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin

3. Keadan ibu dan janin baik

Kriteria Hasil :

1. Fase laten tidak ≥ 6 jam

2. TD : 100/60 – 130/90 mmHg

3. RR : 16-24x/ menit
98

4. DJJ 120-160x/menit

5. His 3-4x. 10’. 40-50”

6. Pada primi tidak lebih dari 12 jam dan pada multi tidak

lebih dari 8 jam.

7. Ibu kooperatif tiap 2 jam berkemih.

8. Ibu dapat beradaptasi pada proses persalinan.

Intervensi :

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

R: Pengetahuan ibu bertambah dan ibu bisa kooperatif

2. Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga., hubungan saling

percaya dengan komunikasi terapeutik.

R.: Hubungan yang baik dengan ibu dan keluarga dapat

menimbulkan sifat kooperatif ibu dan ketenangan.

3. Jaga privasi ibu dalam melakukan setiap tindakan

R : Privasi merupakan salah satu hak manusia.

4. Anjurkan ibu untuk makan dan minum di saat tidak ada

kontraksi

R: Makan dan minum memenuhi kecukupan energi selam

proses persalinan. Dehidrasi dapat membuat ibu lelah dan

menurunkan kekuatan his.

5. Anjurkan dan bantu ibu BAK dan BAB bila menginginkan.


99

R :BAB dan BAK membantu memperlancar proses kemajuan

persalinan.

6. Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan distraksi.

R: Relaksasi mengurangi keregangan otot yang akan

mengurangu intensitas nyeri dan distraksi dapat

mengalihkan perhatian ibu dan nyeri yang dirasakan.

7. Berikan sentuhan /masase dengan menggosok-gosok punggung

ibu dan minta pendamping ibu untuk memperagakannya.

R: sentuhan/masase merupakan salah satu cara memblok

impuls nyeri dalam korteks serebri melalui respon kondisi

dan stimulasi cutan.

8. Anjurkan ibu untuk istirahat sewaktu his mereda

R : Istirahat yang cukup dapat menambah tenaga ibu pada

waktu meneran.

9. Observasi his, DJJ, nadi setiap 30 menit, dan TD, kandung

kemih kemajuan persalinan setiap 4 jam , dan cairan yang

keluar pervaginam lalu masukkan dalam partograf.

R:Tanda – tanda vital merupakan parameter adanya kelainan.

10. Sarankan pada Ibu untuk miring kiri

R:Untuk mencegah terjadinya sindroma vena cava inferior.

11. Ajarkan ibu cara meneran yang efektif

R:Meneran yang benar membantu mempercepat proses

persalinan dan mencegah kelelahan.


100

12. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan mental dan

spiritual.

R : Dukungan keluarga dapat membuat ibu lebih tenang.

13. Jelaskan pada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan.

R : Meningkatkan pengetahuan klien sehingga rasa cemas

klien berkurang ,membantu klien agar lebih kooperatif.

14. Beri kesempatan pada ibu untuk memilih posisi senyaman

mungkin.

R : Posisi nyaman membantu ibu untuk lebih rileks

mengahadapi persalinannya.

15. Hadirkan orang yang dianggap penting dapat memberikan

dukungan dan semangat bagi ibu.

R : Kehadiran orang yang dianggap penting dapat memberikan

semangat dan dukungan bagi ibu.

16. Ajari Ibu cara meneran yang benar dengan mengangkat kepala,

tempelkan dagu ke dada, tekanan dirasakan di perut dan jalan

lahir.

R: Cara meneran yang benar dapat mempercepat proses

persalinan.

17. Motivasi ibu untuk meneran jika ada dorongan.

R: Meneran jika ada dorongan, membantu ibu untuk

menghemat tenaga.

18. Lakukan pendokumentasian pada lembar partograf.


101

R : sebagai alat ukur apabila terdapat komplikasi.

19. Siapkan Partus set.

R: Persiapan kala II bersih dan aman

F. Implementasi

Penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan

perencanaan yang dirumuskan.

G. Evaluasi

Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan

diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk

keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir

maka perlu diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP

Catatan Perkembangan

- Kala II

1. Data Subjektif

a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

b. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada anus

dan atau vagina.

(Sondakh, 2013:133)

2. Data Objektif
102

a. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh yang

menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien

menghadapi kala II persalinan

b. Vulva dan anus membuka, perineum meninjol

c. Hasil pemantauan kontraksi

1) Durasi lebih dari 40 detik

2) Frekuensi lebih dari 4-5 kali dalam 10 menit

3) Intensitas kuat

d. Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa

pembukaan serviks sudah lengkap.

(Sondakh, 2013:133)

3. Analisa

G..P…Ab.. janin T/H/I dengan kala II presentasi kepala

dengan keadaan ibu dan janin baik.

4. Penatalaksanaan

a. Mempersiapkan penolong persalinan

b. Yang dilakukan untuk pencegahan infeksi adalah

mencuci tangan, memakai sarung tangan dan

perlengkapan perlindungan pribadi.

c. Menyiapkan tempat persalinan, peralatan, dan bahan.

Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan

tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk

perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit


103

laserasi atau luka episiotomi dan resusitasi bayi baru

lahir. Semua perlengkapan dan bahan-bahan dalam set

tersebut harus dalam keadaan DTT atau steril, pastikan

bahwa oksitosin satu ampul sudah disediakan dan

dimasukkan ke dalam spuit steril.

d. Menyiapkan tempat untuk kelahiran bayi. Pastikan

bahwa ruangan bersih, hangat ( minimal 25oC),

pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin

(matikan kipas angin atau pendingin).

e. Mempersiapkan ibu dan keluarga. Anjurkan ibu ikut

terlibat dalam asuhan diantaranya membantu ibu untuk

berganti posisi, melakukan rangsangan taktil,

memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan

memberikan dukungan dan semangat selama persalinan

dan melahirkan bayinya.

f. Membersihkan perineum ibu.

g. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.

Anjurkan ibu untuk dapat berkemih setiap 2 jam atau

lebih sering jika kandung kemh terasa penuh.

h. Melakukan amniotomi.

i. Melakukan pertolongan persalinan

Sesuai dengan kewewenangannya bidan melakukan

pertolongan persalinan normal sesuai dengan APN :


104

1. Pada saat ada HIS bombing ibu untuk meneran.

2. Saat kepala divulva dengan diameter 5-6 cm, pasang

handuk bersih di perut pasien untuk mengeringkan

tubuh bayi.

3. Buka partus set.

4. Mulai memakai sarung tangan pada kedua tangan.

5. Saat kepala turun, tangan kanan menahan perineum

dengan arah tahanan ke dalam dan kebawah,

sedangkan tangan kiri menahan kepala bayi agar

tidak terjadi defleksi maksimal.

6. Setelah bari lahir bersihkan hidung dan mulut bayi

menggunakan kasa steril, lalu periksalah leher bayi

apakah ada lilitan tali pusat atau tidak.

7. Tempatkan kedua tangan pada bitemporalis bayi

untuk melahirkan bahu dengan cara tarik kepala

kearah bawahuntuk melahirkan bahu depan dan tarik

kepala kea rah aras untuk melahirkan bahu belakang.

8. Pindahkan tangan dominan kebawah badan bayi

untuk menyangga kepala, leher, dan badan bayi

sedangkan tangan yang lain berada pada perineum

unutk menjepit keduan kaki saat seluruh badan bayi

telah lahir.
105

9. Lakukan penilaian sekilas pada bayi, kemudian

letakkan bayi diatas perut ibu dengan kepala bayi

lebih rendah, lalu keringkan badan bayi. Biarkan

bayi kontak kulit dengan ibu, kemudian tutup badan

bayi menggunakan handuk. Minta pasien untuk

memeluk bayinya, dan libatkan suami dalam proses

IMD

Kala III

1. Data subjektif

Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas.

(Sulistyawati dan Esty,2010:237)

2. Data objektif

a. Bayi lahir spontan pervaginam pada

tanggal….jam….jenis kelamin….normal/ada

kelainan, menangis spontan kuat, warna kulit

kemerahan

b. Plasenta belum lahir

c. Tidak teraba janin kedua

d. Teraba kontraksi uterus

(Sulistyawati dan Esty,2010:237)

3. Analisa

P…Ab… dengan kala III keadaan ibu dan bayi baik.

4. Penatalaksanaan
106

a. Mengiformasikan pada ibu bahwa ibu sudah

memasuki persalinan kala III.

b. Melakukan manajemen aktif kala III yaitu : Tidak

ada janin kedua lakukan manajemen aktif kala III

yaitu jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin,

menyuntikan oksitosin 10 IU secara IM, melakukan

peregangan tali pusat terkendali, melahirkan

plasenta. Apabila setelah 15 menit tidak ada

tanda-tanda pelepasan plasenta maka

disuntikkan oksitosin kedua 10 IU secara IM dan

melakukan peregangan tali pusat terkendali.

c. Melakukan massase uterus setelah plasenta lahir

selama 15 kali untuk mencegah perdarahan, dan

ajarkan ibu untuk melakukan massase sebanyak 15

kali atau selama 15 detik

Kala IV

1. Data suubjektif

a. Pasien mengatakan perutnya mulas

b. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia

(Sulistyawati dan Esty,2010:239)

2. Data objektif
107

a. Plasenta telah lahir spontan, lengkap, pada tanggal……

jam…….

b. TFU berapa jari diatas pusat

c. Kontraksi uterus baik / tidak

(Sulistyawati dan Esty,2010:239)

3. Analisa

P…..Ab…. dengan kala IV keadaan ibu dan bayi baik.

4. Penatalaksanaan

a. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa saat

ini ibu sudah melahirkan dengan selamat.

b. Melakukan evaluasi uterus, konsistensi dan atonia uteri.

c. Melakukan pemeriksaan serviks, vagina dan perineum.

d. Membersihkan ibu dari darah dan cairan ketuban dengan

air bersih dan membersihkantempat tidur, mengganti

pakaian ibu dengan yang bersih dan kering dan

memasang pemabalut agar ibu merasa nyaman.

e. Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan

minuman agar kondisi ibu cepat pulih dan ASI yang

ekluar banyak.

f. Melakukan dekontaminasi alat-alat partus dengan larutan

klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan 7 langkah.

Mengajarkan ibu cara masase uterus agar ibu mengetahui

apabila uterus tidak berkontraksi dengan baik.


108

g. Melakukan pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan

kala IV setiap 15 menit pada jam pertama, meliputi

tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi, kandung kemih,

dan perdarahan dan 30 menit pada jam kedua.

h. Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara

simultan. Jika uterus lembek, maka ibu bisa mengalami

perdarahan.

i. Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan

kandung kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh

mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus

berkontraksi sepenuhnya.

2.7.3 Nifas

A. Pengkajian

Tanggal : Waktu yang digunakan untuk pengkajian

Tempat : Tempat yang digunakan untuk pengkajian

Oleh : Orang yang melakukan pengkajian

a. Data Subyektif

1. Keluhan Utama

Menurut Sulityawati, (2009 : 111-112) keluhan utama

ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke

fasitas pelayanan kesehatan. Keluhan ibu yang biasanya

disampaikan oleh ibu nifas adalah :


109

1) Rasa mules akibat kontraksi uterus, biasanya 2 hari post

partum.

2) Keluarnya lochea tidak lancar.

3) Rasa nyeri jika ada jahitan perineum atau robekan pada

jalan lahir.

4) Adanya bendungan ASI.

5) Rasa takut BAB dan BAK akibat adanya luka jahitan.

6) Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang

benar.

7) Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara merawat bayi.

8) Keluar darah segar banyak,dll.

2. Pola kebiasaan sehari-hari

a) Istirahat

Istirahat/tidur sangat diperlukan untuk mengembalikan

kelelahan setelah proses persalinan. Kebutuhan

istirahat/tidur normal dalam sehari + 8 jam pada malam

hari dan 1 jam pada siang hari. (Depkes RI, 1998)

b) Aktivitas

Klien PP dengan ku balik tanpa kelainan sebaiknya

melakukan mobilsasi 2 jam PPsecara bertahap dimulai

miring kanan-kiri, duduk berdiri kemudian berjalan

(Hamilton, 1999).
110

Senam nifas baik untuk membantu kembalinya organ

tubuh seperti sebelum hamil secara optimal (Saifuddin,

1999).

Senam nifas dapat dilakukan selama 6 jam PP untuk ibu

yang sehat & tidak ada kelainan (Manuaba, 2000).

c) Nutrisi

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan

kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga

serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas

dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akangizi sebagai

berikut:

1) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500

kalori tiap hari.

2) Makan dengan dietgiziseimbang untuk memenuhi

kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral.

3) Cairan peroral tidak boleh dibatasi , tetapi

ditingkatkan (Medforth,2012:458). Minum sedikitnya

3 liter setiap hari (Hesty Widyasih, 2012: 101).

4) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum.

5) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

6) Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara

lain:Kalori, Protein, Kalsium dan vitamin D,


111

Magnesium, Sayuran hijau dan buah, Karbohidrat

kompleks, Lemak, Garam, Cairan, Vitamin, Zinc,

DHA

Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan

gangguan kesehatan pada ibu dan bayinya.gangguan

pada bayi meliputi proses tumbuh kembang anak, bayi

mudah sakit, dan mudah terkena infeksi. kekurangan zat-

zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun

tulang (Dewi, 2011: 72).

d) Eliminasi

Inspeksi awal urine untuk mendeteksi warna, kejernihan,

dan bau akan memberikan informasi berguna jika infeksi

dicurugai terjadi. Tanyakan ibu apakah ia berkemih

secara normal dan apakah terdapat ketidaknyamanan

atau inkontinensia stres.

Defekasi seharusnya kembali normal dalam 2-3 hari

setelah melahirkan.

Pola berkemih dan buang air besar termasuk

frekuensinya. Perubahan frekuensi dan konsistensi feses

harus divalidasi (Varney,2008:972).

e) Kebersihan

Pada masa nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan

seluruh tubuh, baju, alas tempat tidur & lingkungan


112

terutamadae generatulia untuk mencegah infeksi pada

bekas episiotomi & jalan lahir, kebersihan menae juga

perlu diperhatikan agar tidak terjadi infeksi.

(Depkes RI, 1998)

f) Pola seksual

Koitus boleh dilakukan setelah 40 hari PP menurut

ajaran agama atau ketika rasa nyeri sudah hilang.

(Saifudin, 1998)

3. Keadaan psikososial

Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan

dan pemeblajaran. Reva rubin membagi periode ini menjadi

3 bagian, antara lain :

a. Periode Taking In

1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.

2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu

menjaga komunikasi yang baik.

3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain,

mengharapkan segala sesuatru kebutuhan dapat

dipenuhi orang lain.

4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan

perubahan tubuhnya.

5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya

ketika melahirkan secara berulang-ulang.


113

6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat

tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan

tubuhnya seperti sediakala.

7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan

peningkatan nutrisi, dan kurangnya nafsu makan

menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.

4. Latar belakang sosial Budaya

Kepercayaan terhadap tahayul,upacara adat yang pernah

dilakukan ada pantangan makanan atau tidak.

b. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum

Kesadaran

Penilaian pada glasgow coma scale:

a. Compos mentis : sadar penuh

b. Apatis : perhatian berkurang

c. Somnolen : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.

d. Spoor : dengan rangsangan kuat masih memberi respon

gerakan.

e. Soporo-comatus : hanya tinggal reflek corena (sentuhan

ujung kapas pada kornea akan menutup kornea mata).

f. Coma : tidak memberi respon sama sekali.

(Potter 2007)
114

Tanda – tanda vital :

Tekanan Darah

Tekanan darah harus kembali ke batas normal dalam 24 jam

setelah kelahiran. Kecuali tekanan darah meningkat di masa

sebelum kehamilan, selama kehamilan, dan atau selama

persalinan (Medforth,2012:452).

Normalnya 100/60 – 130/90 mmHg. Pada beberapa kasus

ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan

ini akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada

penyakit – penyakit lain yang menyertai dalam 2 bulan

pengobatan. (Ambarwati,2008: 139)

Nadi

Normalnya 60 – 90x/mnt. Denyut nadi diatas 100 X/menit

pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu

infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses

persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang

berlebihan. jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan

disebabkan karena adanya vitium kordis. beberapa ibu post

partum kadang-kadang mengalami brakikardi puerperial,

yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-

50X/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai

penyebab yang mungkin, tetapi belum ada penelitian yang

membuktikan hal itu adalah suatu kelainan.


115

(Ambarwati,2008: 138)

Suhu

Normalnya 365 – 375 ºC. peningkatan suhu badan mencapai

pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan

oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada

waktu melahirkan, serlain itu bisa juga disebabkan karena

istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal

persalinan. tetapi pada umumnya setelah 12 jam post

partum suhu tubuh kembali normal. kenaikan suhu yang

mencapai > 380 C adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi.

(Ambarwati,2008: 138)

Pernafasan

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita

selama jam pertama pascapartum.Normalnya 16 – 24

x/mnt.

(Varney, 2008: 961)

2. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

1) Muka : Oedem/tidak,tidak pucat, sisa kloasma

gravidarum.

2) Mulut : Bibir lembab, tidak pucat, stomatitis

ada/tidak.
116

3) Leher : Tidak tampak pembasaran kelenjar tiroid

dan vena jugularis.

4) Dada : Tidak terlihat retraksi dada.

5) Payudara : Adanya air susu, kesimetrisan

payudara, cedera putting susu seperti pecah-pecah

atau melepuh (Varney,2008:974).

6) Abdomen: Tampak striae lividae. Pengkajian

diastasis rekti (Varney,2008:974).

7) Genitalia : Tampak luka jahitan/tidak, tidak

ada tanda infeksi pada jahitan, pengeluaran lochea.

8) Rektum : pengkajian adanya hemoroid residu

(Varney,2008:974).

9) Ekstremitas: pemeriksaan tungkai terhadap adanya

varikosa, edema persisten (Varney,2008:974).

oedema (-/+),varises (-/+).

10) Warna kulit dan jenis kulitnya secara keseluruhan

misalnya kemerahan, pucat (Medforth,2012:457)

b) Palpasi

1) Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar thyroid,

tidak teraba bendungan vena jugularis

2) Payudara : tidak teraba benjolan abnormal,

kolostrum sudah keluar atau belum, teraba

pembengkakan abnormal/tidak
117

3) Abdomen : bagaimana kontraksi uterus, kandung

kemih kososng/tidak, TFU sesuai masa

involusi/tidak, diastasis rectus abdominalis (-).

Terjadi penurunan bertahap sebesar 1

cm/hari.Dihari pertama uteri berada 12 cm diatas

simpisis pubis dan pada hari ke-7 sekitar 5 cm

diatas simpisis pubis.Pada hari ke-10 uterus hampir

tidak dapat dipalpasi atau bahkan tidak terpalpasi

(Medforth,2012:452).

Tabel 2.6

Tinggi fundus dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi TFU Berat

Bayi Lahir Setinggi pusat 1000gr

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750gr

1 minggu Pertengahan pusat dan symfisis 500gr

2 minggu Tidak teraba diatas symfisis 350gr

6 minggu Bertambah kecil 50gr

8 minggu Sebesar normal 30gr

Sumber: Hesty 2012. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Salemba Medika,

Jakarta halaman 78
118

4) Ekstremitas : oedema (-/+), varises (-/+), tanda

Homan (-)

(Manuaba,2010:192)

c) Auskultasi

Dada : ronchi (-/+), wheezing (-/+), rales (-/+)

d) Perkusi

Refleks patela (-/+)

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Dx : Ny. “...” P.... Ab.... post partum hari ke...

DS : Ibu nampak lega setelah melahirkan

Ibu menanyakan keadaan bayi

Kesadaran : composmentis

TD : 90/60 – 130/90 mmHg

Nadi : 60-90x/menit

RR : 16-24x/menit

Suhu : 36,50-37,50 C

ASI : kolostrum sudah keluar/belum

Kontraksi : turun/tidak

Lochea : lochea rubra-alba

C. Intervensi

Dx : Ny.”...” P... Ab..... hari postpartum

Tujuan :
119

1. ibu mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan

fisiologis yang terjadi

2. masa nifas berjalan normal, ibu dan bayi dalam keadaan

sehat

Kriteria hasil :

1. TD : 90/60 – 130/90 mmHg

2. Nadi : 60 – 90x/menit

3. Suhu : 36,50 – 37,50 C

4. RR : 16-24x/menit

5. Kontraksi uterus baik, uterus teraba tegang dan keras,

6. Tidak terjadi perdarahan post partum.

7. Tidak terjadi gangguan dalam proses laktasi→pengeluaran

ASI lancar.

8. Tidak ada bendungan ASI dan mastitis.

9. TFU sesuai masa involusi.

10. Pengeluaran Lochea Normal sesuai masa involusi

11. ASI diberikan secara dini

12. Terjadi Bonding Attachment

13. Tidak ada bengkak

14. Tidak demam

15. Tidak ada nyeri

16. Tidadk ada gangguan fungsi

17. BAB dan Bak lancer


120

Intervensi

1. Beri tahu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu

R : meningkatkan partisipasi ibu dalam pelaksanaan intervensi,

selain itu penjelasan dapat menurunkan rasa takut dan

meningkatkan kontrol terhadap situasi

2. Komunikasikan perubahan fisiologis yang terjadi pada masa

nifas

R : dengan mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi, ibu

dapat mengurangi kecemasan dan ibu lebih kooperatif

3. Ajarkan kepada ibu cara untuk mengurangi ketidaknyamananan

yang terjadi pada masa nifas.

R :Terdapat beberapa ketidaknyaman pada masa puerperium,

meskipus di anggap normal tetpapi ketidaknyamanan tersebut

dapat menyebabkan distress fisik yang bermakna (Varney,

2008 : 974).

4. Motivasi ibu untuk istirahat cukup. Istirahat dan tidur yang

adekuat (Medforth,2012:461)

R : persalinan adalah proses yang melelahkan, ketenangan,

istirahat, dapat mengurangi kelelahan.

5. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, zat

besi dan vitamin. Diet seimbang (Medforth,2012:461)

R : protein membantu penyembuhan dan regenerasi jaringan

baru, zat besi membanntu sintesis hemoglobin dan vitamin C


121

memfasilitasi absorbsi besi dan diperlukan untuk sintesis

hemoglobin. Cairan dan nutrisi yang adekuat penting untuk

laktasi, untuk membantu aktifitas gastrointestinal normal, dan

mendapatkan kembali defekasi normal dengan segera

(Medforth,2012:457).

6. Lakukan latihan pascanatal dan penguatan untuk melanjutkan

latihan selama minimal 6 minggu (Medforth,2012:461). Latihan

pengencangan abdomen, latihan perineum (Varney, 2008:978)

R : latihan ini mengembalikan tonus otot pada susunan otot

panggul (Varney,2008:976). Ambulasi dini untuk semua wanita

adalah bentuk pencegahan (thrombosis vena profunda dan

tromboflebitis superficial) yang paling efektif

(Medforth,2012:478).

7. Berikan informasi tentang perawatan payudara. Informasikan

ibu agar cukup melakukan hygiene personal yang adekuat (pada

area putting) (Medforth,2012:468)

R : perawatan payudara kelainan payada ibu post partum

diperlukan agar proses laktasi lancar dan tidak ada gangguan/

kelainan payudara

8. Menjelaskan ibu tanda bahaya masa nifas meliputi demam atau

kedinginan, perdarahan berlebih, nyeri abdomen, nyeri berat

atau bengkak pada payudara, nyeri atau hangat pada betis

dengan atau tanpa edema tungkai, depresi (Varney,2008:978).


122

R : Deteksi dini adanya komplikasi masa nifas

9. Memberikan informasi mengenai macam KB dan efeknya pada

klien

R : dengan diberikan informasi tentang macam dan efek KB, ibu

mendapatkan pengetahuan dan dapat mempunyai gambaran

tentang jenis KB apa yang akan digunakan nantinya

10. Jelaskan pada ibu tentang kunjungan berkelanjutan

(Medforth,2012:459), diskusikan dengan ibu dalam menentukan

kunjungan berikutnya, 1 minggu lagi jika ada keluhan.

R : Pemantauan yang rutin dapat mendeteksi secara dini adanya

kelainan pada masa nifas.

11. Melanjutkan kontak dengan professional asuhan kesehatan

untuk dukungan personal dan perawatan bayi

(Medforth,2012:461).

D. Implementasi

Penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan

perencanaan yang dirumuskan.

E. Evaluasi

Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan

diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk

keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir

maka perlu diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP


123

2.7.4 Bayi Baru lahir

I. Pengkajian

Tanggal : Waktu yang digunakan untuk pengkajian

Tempat : Tempat yang digunakan untuk pengkajian

Oleh : Orang yang melakukan pengkajian

A. Data Subjektif

1) Biodata

Nama bayi : untuk menghindari kekeliruan

Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus

Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi

Umur : untuk mengetahui usia bayi

2) Keluhan Utama

Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal …………

jam ……… WIB. Kondisi ibu dan bayi sehat.

3) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a) Riwayat prenatal:

Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL

adalah kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti

diabetes mellitus (DM), hepatitis, jantung, asma, hipertensi

(HT), TBC, frekuensi antenatal care (ANC), dimana keluhan-

keluhan selama hamil, HPTH dan kebiasaan-kebiasaan ibu

selama hamil.

b) Riwayat natal:
124

Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis

persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut

nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa,

komplikasi persalinan dan breapa nilai APGAR untuk BBL.

4) Riwayat postnatal

a.Observasi TTV

b. Keadaan tali pusat

c.Apakah telah diberi injeksi vitamin K

d. Minum ASI/PASI, berapa cc setiap berapa jam

5) Kebutuhan Dasar

a) Pola nutrisi: setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya,

apakah ASI keluar sedikit, kebutuhan minum hari pertama

60cc/kbBB, selanjutnya ditambah 30cc/kgBB untuk hari

berikutya.

b) Pola eliminasi: proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24

jam pertama setelah lahir, konsistensinya agak lembek,

berwarna hitam kehijauan. Selain itu, diperiksa juga urin yang

normalnya berwarna kuning.

c) Pola istirahat: pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18

jam/hari

d) Pola akitivitas: pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta

memutar kepala untuk mencari puting susu


125

e) Riwayat psikososial: kesiapan keluarga menerima anggota baru

dan kesanggupan ibu menerima dan merawat anggota baru

B. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik Umum

Kesadaran : compos mentis

Suhu : normal (36,5-37°C)

Pernapasan : normal (40-60 kali/menit)

Denyut Jantung : normal (130-160 kali/menit)

Berat Badan : normal (2500-4000 gram)

Panjang Badan : antara 48-52 cm

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala : adakah caput succedaneum, chepal hematoma,

keadaan ubun-ubun terutup

Muka : warna kulit merah

Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan subconjungtiva

Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada sekret

Mulut : refleks mengisap baik, tidak ada palatoskisis

Telinga : simetris, tidak ada serumen

Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran

bendungan vena jugularis

Dada : simetris, tidak ada retraksi dada

Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kasa

Abdomen : simetris, tidak ada massa, tidak infeksi


126

Genitalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi

perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Anus : tidak terdapat atresia ani

Ekstremitas : tidak terdapat polidaktili dan syndaktili

3) Pemeriksaan Neurologis

a) Refleks moro/terkejut: apabila diberi sentuhan mendadak

terutama dengan jari dan tangan maka akan menimbulkan

gerak terkejut

b) Refleks menggenggam: apabila telapak tangan bayi disentuh

oleh jari pemeriksa, maka ia akan berusaha menggenggam jari

pemeriksa

c) Refleks rootng/mencari: apabila pipi bayi disentuh oleh jari

pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu

d) Refleks mengisap/sucking refleks: apabila bayi diberi

dot/puting, amak ia berusaha unutk mengisap

e) Glabella refleks: apabila bayi disentuh pada daerah os glabella

dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan

keningnya dan mengedipkan matanya

f) Gland refleks: apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan

dan kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya

g) Tonick neck refleks: apabila bayi diangkat dari tempat tidur

(digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya

4) Pemeriksaan Antropometri
127

Berat badan : BB bayi normal 2500-4000 gram

Panjang badan : panjang badan bayi baru lahir normal 48-

52 cm

Lingkar kepala : lingkar kepala bayi normal 33-38 cm

Lingkar lengan atas : normal 10-11 cm

Ukuran kepala :

a. Diameter suboksipitobregmatika

Antara foramen magnum dan ubun-ubun besar (9,5 cm)

b. Diameter suboksipitofrontalis

Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm)

c. Diameter frontooksipitalis

Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang

kepala (12 cm)

d. Diameter mentooksipitalis

Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)

e. Diameter submentobregmatika

Antara os hyoid ke ubun-ubun besar (9,5 cm)

f. Diameter biparietalis

Antara dua tulang parietalis (9 cm)

g. Diameter bitemporalis

Antara dua tulang temporalis (8 cm)

5) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


128

a) Adaptasi sosial: sejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial

secara baik dengan orangtua, keluarga, maupun orang lain

b) Bahasa: kemampuan bayi untuk mengungkapkan

perasaannya melalui tangisan untuk menyatakan rasa lapar,

BAB, BAK, dan kesakitan

c) Motorik halus: kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian

kecil dari anggota badannya

d) Motorik kasar: kemampuan bayi untuk melakukan aktivitas

dengan menggerakkan tubuhnya

II.Identifikasi Diagnosis dan Masalah

Diagnosis : bayi baru lahir normal, umur ….. jam

Data subjektif : bayi lahir tanggal ……. jam …… dengan normal

Data objektif : HR = normal (130-160 kali/menit)

RR = normal (30-60 kali/menit)

Tangisan kuat, warna kulit merah, tonus otot baik

Berat badan: 2500-4000 gram

Panjang badan : 48-52 cm

III.Antisipasi Masalah Potensial

Diagnosa Potensial

1) Hipotermi potensial terjadi gangguan pernafasan

2) Hipoksia potensial terjadi asidosis

3) Hipoglikemia potensial terjadi hipotermi


129

Masalah Potensial: Potensial terjadi masalah ekonomi bagi orang tua

yang tidak mampu karena bayi membutuhkan perawatan itensif dan

lebih lama.(Muslihatun, 2010: 255)

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

a.Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan tidak memandikan bayi

setidaknya 6 jam dan membungkus bayi dengan kain kering, bersih, dan

hangat agar tidak infeksi dan hiportemi

b.Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan metode

kangguru

c.Menganjurkan ibu untuk segera memberi ASI

V. Intervensi

Dx : Bayi baru lahir normal umur....hari

Tujuan : Bayi tetap dalam keadaan normal

Bayi tidak mengalami infeksi dan hipotermi

Kriteria hasil :

Bayi dalam keadan sehat

Keadaan umum : baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital

Pernafasan : ( 40 – 60 ) x/menit

Nadi : ( 100 – 140 ) x/menit

Suhu : ( 36,5 – 37,2 ) oC

Intervensi :
130

1) Pertahankan suhu tubuh bayi tetap hangat

R/ mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBL belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan

upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat

mengalami hipotermi.Bayi dengan hipotermia, sangat beresiko

tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.

(JNPK-KR, 2008: 127)

Kelebihan panas menyebabkan neonates menjadi meningkat

kecepatan metabolismenya.(Hamilton, Persis. 2011: 210)

2) Cegah bayi dari infeksi

R/ segera setelah lahir pembuluh umbilicus masih dapat

menyebabkan perdarahan yang fatal bila penjepitan atau

pengikatannya menjadi kendur. Kadang-kadang bakteri

memasuki area tersebut sebelum terjadi penyembuhan.

(Hamilton, Persis. 2011: 215)

3) Lakukan observasi tentang BAB dan BAK

R/ kegagalan BAB dan BAK pada 24jam pertama menandakan

adanya kelainan saluran kencing dan saluran pencernaan.

4) Berikan salep mata dan vit K1

R/ mencegah Ophthalmia neonatorum adalah infeksi gonore pada

konjungtiva yang serius dari neonatus yang mungkin didapat

ketika bayi melewati jalan lahir. Karena penyakit ini dapat

menyebabkan kebutaan. (Hamilton, Persis. 2011: 211)


131

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg

intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai

menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vit

K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

(JNPK-KR, 2008: 139)

5) Berikan imunisasi Hb0

R/ R/Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.

(JNPK-KR, 2008: 140)

6) Ajarkan tanda – tanda bahaya pada orang tua bayi

R/ Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,

deteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak

mengancam nyawa bayi. (Muslihatun, 2011: 46)

7) Lakukan observasi tentang BAB dan BAK

R/ Mekonium yang telah keluar dalam 24 jam menandakan anus

bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekonium tidak keluar,

bidan/ petugas kesehatan harus mengkaji kemungkinan adanya

atresia ani dan megakolon. (Muslihatun, 2011: 43)

8) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi

R/ ini adalah anak pertama, ortu mungkin masih kurang

berpengalaman

VI. Implementasi
132

Penatalaksaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan

yang dirumuskan.

VII. Evaluasi

Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan

diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk

keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir

maka perlu diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP

2.7.5 Keluarga berencana

Hormonal

A. Pengkajian

a. Data subyektif

1. Keluhan utama

a) Kontrasepsi kombinasi(pil dan suntik)

Terjadi perubahan pola haid (tidak teratur, perdarahan

bercak/spotting), amenorhoe, mual/pusing/muntah,

timbul jerawat.

b) Kontrasepsi progestin

Mengalami amenorhoe, perdarahan bercak/spotting

meningkat atau menurunnya berat badan.

c) Kontrasepsi Implan

Amenorrhoe, spotting, nyeri payudara,

mual,pusing,nyeri bekas insisi,


133

2. Pola kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi

Makan kadang lebih banyak atau lebih sedikit dari

biasanya.

b) Istirahat/tidur

Gangguan istirahat yang dialami disebabkan efek

samping sakit kepala.

c) Aktifitas

Rasa lesu dan tidak bersemangat melakukan aktifitas

karena keluhan dari efek samping hormonal (sakit

kepala, badan terasa berat dan lain-lain).

d) Eliminasi

Tidak ada gangguan.

e) Personal hygiene

Pada akseptor KB suntik sering mengeluh keputihan.

f) Kehidupan seksual

Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengentalkan

lendir servik sehingga mengurangi kenyamanan

hubungan seksual.

b. Data Obyektif

1. Pemeriksaan umum

a) Tanda-tanda vital
134

Tekanan darah : pada awal pemakaian KB suntik

tekanan darah harus dalam batas normal, yaitu antara

110/60-120/70 mmHg. Karena beberapa minggu setelah

penyuntikan, tekanan darah dapat meningkat antara 10-

15 mmHg.

b) Respirasi : pada pemakaian kontrasepsi hormonal

(suntik) dapat menyebabkan pernafasan cepat dan

dangkal pada ibu dengan kemungkinan mempunyai

penyakit jantung atau paru-paru.

c) Berat badan

Dapat meningkat 1-5 kg dalam tahun pertama, tetapi

dapat pula menurun.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

1) Kepala :Bentuk kepala, jenis rambut (lurus,

keriting, gelembung) ada lesi/tidak pada kulit

kepalanya, kulit kepala berketombe/tidak,

kering/tidak.

2) Muka : Pucat/tidak, oedem/tidak, terdapat

cloasma gravidarum/tidak.

3) Mata : Simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak,

sklera ikterus/tidak, terdapat oedem

palpebra/tidak.
135

4) Hidung : Ada pernafasan cuping hidung/tidak, ada

polip/tidak, ada sekret/tidak, ada

kelainan/tidak.

5) Mulut: Mukosa bibir lembab/kering, pucat/tidak,

ada stomatitis/tidak, ada caries/tidak, ada

gigi palsu/tidak.

6) Telinga : Simetris/tidak, ada serumen/tidak,

bersih/tidak.

7) Leher : Ada lesi/tidak, ada pembesaran kelenjar

thyroid/tidak, ada bendungan vena

jugularis/tidak.

8) Payudara : Ada benjolan/tidak, payudara

membesar/tidak, puting susu

menonjol/tidak, datar/masuk, bagaimana

puting susu, terdapat pengeluaran

colostrums.

9) Abdomen: Ada linea nigra/tidak, ada striae

lividae/albican atau tidak ada bekas

operasi/tidak, ada lesi/tidak.

10)Genetalia : Bagaimana kebersihan vulva,

warnanya, adakah pengeluaran

pervaginam atau tidak, ada pembengkakan

kelenjar bartulini/tidak, ada oedem/tidak,


136

ada varices/tidak, ada condiloma/tidak,

tidak pengeluaran lochea rubra.

11)Ekstremitas atas : Simetris/tidak, ada gangguan

pergerakan/tidak.

12)Esktremitas bawah : Simetris/tidak, ada

gangguan pergerakan/tidak, ada

oedem/tidak, ada varices/tidak.

b. Palpasi :

1) Kepala : Ada benjolan/tidak

2) Leher : Ada pembesaran kelenjar thyroid/tidak,

ada bendungan vena jugularis/tidak.

3) Payudara : Ada benjolan/tidak, colostrum sudah

keluar/tidak.

4) Abdomen : Benjolan ada/tidak, ada nyeri

tekan/tidak.

5) Ekstremitas : Oedem/tidak

b. Auskultasi :

Dada : terdengar / tidak suara wheezing dan

ronchi.

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Diagnoasa:Ny “….” usia…… dengan akseptor kontrasepsi

hormonal.
137

DS : Pasien mengeluh sesuai dengan keluhan masing2 alat

kontrasepsi.

DO : Keadaan Umum : baik / cukup

Kesadaran : compousmentis

TD : 90/60 – 130/90 mmHg

Nadi : 60-100x/menit

RR : 16-24x/menit

Suhu : 36,5ᶱ-37,5ᶱ C

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Tidak ada

D. Kebutuhan Segera

Tidak ada

E. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan pengeluaran lendir

yang berlebih.

Intervensi :

a. Menjelaskan faktor penyebab keputihan.

R : Ibu mengerti bahwa keputihan merupakan efek samping

dari kontrasepsi KB suntik.

b. Menjelaskan jenis-jenis keputihan pada klien.

R : Klien akan mengerti dan dapat membedakan secara

sederhana jenis keputihan yang dialaminya.

c. Menganjurkan menjaga kebersihan terutama genetalia.


138

R : Genetalia yang lembab merupakan tempat yang baik

untuk perkembangan kuman.

d. Anjurkan klien untuk menghubungi tenaga kesehatan bila

fluor albus berwarna, kental, berbuih, bau, cairan kuning

seperti nanah, nyeri dan panas.

R : Membantu klien mendeteksi dini kelainan.

e. Anjurkan klien untuk ganti alat kontrasepsi bila dalam

perawatan dan terapi, keluhan tidak berkurang.

R : Mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Gangguan rasa nyaman, pusing, sehubungan dengan pengaruh

hormonal alat kontrasepsi.

Intervensi :

a. Kaji lebih lanjut tentang keluhan pasien (kapan, dimana,

frekuensi dan densitasnya).

R : Membantu menegakkan diagnosa dan menentukan

langkah selanjutnya untuk pengobatan.

b. Lakukan konseling dengan memberi penjelasan pada

akseptor bahwa rasa pusing tersebut efek samping dari

penggunaan KB suntik.

R : Akseptor mengerti bahwa salah satu efek samping dari

KB hormonal (suntik) adalah gangguan rasa nyaman

(pusing).
139

c. Anjurkan teknik distrasi dan relaksasi bila rasa pusing

timbul.

R : Teknik distraksi dan relaksasi membantu menurunkan

ketegangan otot dan merupakan cara yang efektif

untuk mengurangi nyeri.

d. Anjurkan pada ibu untuk segera periksa ke petugas

kesehatan bila ada rasa pusing bertambah berat.

R : Deteksi dini adanya penyakit lain/penyerta akibat

pengaruh hormonal.

e. Berikan obat anti prostaglandin : acetosal 500 mg 3 x 1

perhari.

R : Acetosal merupakan salah satu anti prostaglandin yang

dapat mengurangi rasa nyeri/sakit kepala.

f. Bila dalam perawatan dan sesudah terapi keluhan tidak

berkurang maka anjurkan ibu untuk berganti cara.

R : Untuk menghindari komplikasi lebih lanjut, tetapi tetap

mengusahakan agar ibu tidak hamil dengan alat

kontrasepsi lain.

3. Gangguan rasa percaya diri sehubungan dengan naik turunnya

BB, jerawat, flek-flek.

Intervensi :
140

a. Berikan penjelasan ulang pada klien tentang perubahan

naik turunnyaBB, timbulnya jerawat dan flek-flek dimuka

yang dialami klien merupakan efek kontrasepsi hormonal

R : Klien mengingat kembali penjelasan yang pernah

diberikan petugas sehingga memudahkan untuk lebih

berkerjasama dengan petugas.

b. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi nutrisi secara seimbang

dan tidak berlebihan posisinya.

R : Nutrisi yang seimbang dan dalam posisi yang tidak

berlebihan akan menjaga BB ibu tetap stabil, dan

menghindari banyaknya jerawat.

c. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan muka.

R : Wajah ibu bersih dan menghindari banyaknya jerawat

yang muncul.

d. Libatkan pasangan dalam memberikan penjelasan

mengenai keadaan klien.

R : Dukungan suami/anggota keluarga lebih akan

meningkatkan harga diri dan rasa rendah diri klien.

e. Anjurkan klien untuk beraktivitas ringan/senam secara

teratur (olah raga ringan).

R : Aktifitas/olah raga ringan akan menjaga BB klien tetap

stabil.
141

f. Perkenalkan jenis alat kontrasepsi lain pada klien jika klien

merasa tidak puas karena perubahan BB yang terlalu drastis

(lebih dari 5 kg pada tahun pertama).

R : Klien akan lebih leluasa untuk menentukan jenis alat

kontrasepsi yang sesuai.

4. Gangguan pola haid sehubungan dengan amenorea

Intervensi :

a. Jelaskan kembali bahwa amenorea termasuk salah satu efek

samping alat kontrasepsi KB suntik.

R : Klien akan mengerti dan akan memudahkan kerjasama

dengan tenaga kesehatan untuk tindakan selanjutnya.

b. Jelaskan keuntungan amenorea tersebut pada klien, yaitu

mengurangi resiko anemia pada klien.

R : Sewaktu haid ibu akan mengeluarkan darah ± 50 cc,

sedangkan pada alat kontrasepsi KB suntik, hal ini

tidak terjadi sehingga mengurangi resiko anemia.

c. Jelaskan keuntungan amenorea yang lain secara non medis

yaitu lebih ekonomis, bagi klien beragama Islam : tidak ada

halangan untuk beribadah, klien merasa lebih nyaman,

hubungan dengan suami lebih harmonis.

R : Ibu tidak perlu membeli pembalut wanita tiap bulan

karena tidak mengalami haid. Dalam agama Islam haid

merupakan halangan untuk melakukan ibadah tertentu.


142

Bila haid maka ibu akan merasa lembab dan kotor

sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Bila istri

sedang haid maka hubungan seks tidak dapat dilakukan.

Sehingga dengan adanya amenore pasangan tersebut

akan lebih leluasa untuk hubungan seks.

F. Implementasi

Penatalaksaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan

yang dirumuskan.

G. Evaluasi

Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan

diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk

keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu

hamil, dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir

maka perlu diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP

tindakan kebidanan yangt dibuat sesuai dengan masalah klien.

Non Hormonal

A. Pengkajian

1. Data Subyektif

a. Keluhan utama

Saat dan setelah pemasangan IUD biasanya timbul keluhan:

a) Cemas terhadap pemasangan IUD

b) Gangguan rasa tidak nyaman (nyeri) kemungkinan

disebabkan oleh prosedur pemasangan IUD


143

c) Perdarahan dapat berupa spotting, metrohagia,

menorhagia

d) Ekspulsi terutama 3 bulan pertama pemasangan

terutama selama haid dimana teraba/terasa AKDR di liang

senggama, sebaguan/seluruhnya yang menyebabkan

discomfort

e) Nyeri saat haid, saat senggama dan saat pemasangan

(Hartanto, 2004: 209).

b. Riwayat kebidanan

1. Haid

a) Bagi ibu dengan riwayat dismenorhoe, jumlah darah

haid yang banyak, perdarahan banyak di luar siklus

haid yang tidak diketahui sebabnya, perdarahan

bercak, dan keputihan tidak dianjurkan menggunakan

IUD. Karena efek samping IUD adalah haid lebih lama

dan banyak, perdarahan (spotting), keputihan dan saat

haid lebih sedikit (Saifuddin, 2003: MK – 73).

b) IUD dapat di pasang setiap saat dalam waktu haid,

yang dapat dipastikan klien tidak hamil (Saifuddin,

2003: MK – 77).

c. Pola kebiasaan sehari – hari

a) Nutrisi
144

IUD tidak mempunyai efek hormonal (tidak

mengurangi/meningkatkan nafsu makan) sehingga tidak

mempengaruhi pola makan/minum (Saifuddin, 2003:

MK – 73).

Ibu yang anemis akibat status gizi kurang tidak

dianjurkan memakai IUD.

b) Eliminasi

IUD tidak berpengaruh pada BAB/BAK, kecuali jika

terjadi PID yaitu dapat menyebabkan nyeri saat BAB.

c) Personal hygiene

Kebersihan perlu lebih diperhatikan karena pada

pemakaian IUD potensial PID lebih tinggi (Saifuddin,

2003: MK – 73).

d) Aktifitas

Setelah pemasangan IUD, aktifitas dapat dikerjakan

kembali selama tidak memberatkan ibu.

e) Hubungan seksual

IUD tidak mempengaruhi hubungan seksual, IUD

meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu

takut untuk hamil. Setelah pemasangan IUD, kontak

seksual dapat dilakukan kembali setelah tidak ada

perdarahan (Saifuddin, 2003: MK – 74).

f) Ketergantungan
145

IUD tidak ada interaksi dengan obat – obatan jika ibu

sedang menjalani terapi/pengobatan tertentu (Saifuddin,

2003: MK – 73).

g) Latar belakang spiritual

Ibu yang fanatik terhadap agama yang melarang

pemakaian IUD, akan menolak bila dilakukan

pemasagan IUD (Wachid, 2001: 125).

2. Data Obyektif

a. Keadaan umum : baik sampai lemah

b. Tanda tanda vital

1) Suhu : 36 – 370C pada akseptor IUD

dengan PID akan dijimpai peningkatan suhu di atas

370C

2) Tekanan darah : 110/70 – 130/90 mmHg

3) Nadi : 72 – 88 x/menit

4) Respirasi : 16 – 24 x/menit

c. Pemeriksaan fisik

1. Mata : conjungtiva palpebra tidak

anemis/pucat, IUD dapat dipasang

2. Payudara : tidak terdapat benjolan/massa

3. Abdomen : palpasi tidak ada pembesaran perut,

tidak ada nyeri tekan tumor massa

4. Genetalia :
146

5. Inspeksi: tidak ada fluor albus berlebihan/perdarahan

pervaginam, tidak terdapat condiloma acuminate/matalata,

tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan skene

6. Inspekulo : tidak ada tanda erosi, lesi, tumor, tidak ada

tanda kehamilan (tanda Chadwick)

7. Bimanual : tidak ada nyeri goyang serviks dan nyeri

goyang adneksa, posisi uterus dan tanda – tanda

kemungkinan hamil (tanda hegar dan tanda goodels serta

tanda piskacek).

d. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan Hb, anemia bila Hb  9 gram %

b) Pemeriksaan dengan kertas lakmus

c) Pemeriksaan dengan larutan saline dan KOH

d) Identifikasi:

1) Sel epitel vagina

2) Tricomoniasis

3) Moniliasis

4) Clue cells

e) Pemeriksaan dengan pengecatan gram dan identifikasi

1) Leukosit

2) Gram positif diplokokus intraselular


147

B. Identifikasi Diagnosa dan Masalah

Diagnosa : P0 ≥ 1 calon peserta KB IUD, jenis Cooper T –

380A, usia reproduksi, tidak ada kontraindikasi

pemasangan IUD

Masalah : tidak ada

C. Identifikasi Masalah Potensial

Tidak ada

D. Kebutuhan Segera

Tidak ada

E. Intervensi

Diagnosa : P0 ≥ 1 calon peserta KB IUD, jenis Cooper T –

380A, usia reproduksi, tidak ada kontraindikasi

pemasangan IUD

Tujuan : Ibu mantap sebagai peserta IUD

Kriteria Hasil: Ibu memilih alat kontrasepsi IUD dan memahami

indikasi dan kontraindikasi pemakaian IUD

Intervensi :

1) Lakukan konseling pra pemasangan IUD

R/ Klien mengerti sehingga lebih kooperatif dalam tindakan

2) Bila klien memilih IUD, berikan informasi khusus IUD secara

lebih lengkap
148

R/ Klien benar – benar mengerti tentang metode KB yang akan

digunakannya, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan

sebelum menentukan pilihan

3) Persilahkan klien dan suaminya untuk membaca lembar

informed consent dan minta tanda tangan klien dan suaminya

R/ Informed consent adalah bukti persetujuan tindakan medis

yang akan dilaksanakan sebagai pegangan tenaga kesehatan

dalam melaksanakan tindakan medis terhadap klien

4) Lakukan oenapisan klien IUD

R/ Untuk memastikan apakah klien cocok menggunakan IUD

5) Lakukan pemasangan IUD dengan teknik yamg benar dengan

mengukur terlebih dahulu kedalaman uterus dan rahim

R/ Untuk dapat dilakukan pemasangan IUD ukuran rongga

rahim tidak boleh kurang dari 5 cm. Pemasangan IUD dengan

teknik yang benar akan memperlancar tindakan

6) Lakukan konseling pasca pemasangan

R/ Untuk memberikan informasi tentang cara memeriksa sendiri

benang IUD dan kapan harus dilakukan, efek samping, dan

ada yang harus dilakukan, kapan control masa pemakaian dan

untuk memberi kesempatan klien untuk bertanya serta untuk

observasi KU klien sebelum klien pulang.


149

F. Implementasi

Penatalaksaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan yang

dirumuskan.

G. EVALUASI

Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan

diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk

keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir maka perlu

diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP

2.8 Konsep Continuity of Care

2.8.1 Pengertian

Continuity of midwifery care adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin

hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan

yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu

kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien

dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan

mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan

melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Evi Pratami,

2014).

2.8.2 Pendekatan Spesifik Asuhan Kebidanan

1. Asuhan yang manusiawi (Humanistic)

Askeb dilakukan secra manusiawi, aman dan nyaman bagi perempuan.


150

Humanis – memanusiakan manusia sesuai harkat dan martabatnya

Menghargai hak – hak perempuan

Menjaga privasi dan kerahasiaan

Mengutamakan pendekatan alamiah dengan proses fisiologis dan

penggunaan teknologi tinggi sesuai kebutuhan.

Misalnya – Naturally setting (mengatur/seting ruangan menerupai

situasi dirumah sendiri dengan dekorasi yang nyaman dan alami

(HOMMY)(Davis, Floyd, 2001)

2. Asuahan Berkelanjutan / Continuity of Care

Asuahan kebidanan dilakukan pada siklus reproduksi perempuan,

sesuai dengan ruang lingkup pelayanan kebidanan yang diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan pada 1464/2010, termasuk masalah

kesehatan remaja, pra-konsepsi konseling, ANC, INC, PNC, bayi baru

lahir, bayi & anak balita, kespro termasuk keluarga berencana -

Continuum of care Life Cycle Across

Asuhan Kebidanan dilakukan disetiap tatanan pelayanan kesehatan

sesuai sistem pelayanan kesehatan sebagai kesatuan yang

berkelanjutan mulai dari pelayanan primer, sekunder dan tersier –

Continuum of care pathways.

2.8.3 Tujuan

Mengikuti perkembangan kesehatan ibu dan bayi mulai dari kehamilan,

persalianan, bayi baru lahir, nifas dan masa transisi.


151

2.8.4 Manfaat

1. Mengetahui kesehatan ibu sejak kehamilan, persalinan, nifas, masa

transisidan pada bayi baru lahirkan

2. Mengetahui sejak dini penyimpangan / masalah ibu sejak kehamilan,

persalinan, nifas, masa transisidan pada bayi baru lahirkan

3. Memberi asuahan yang mensejahterakan ibu dan bayi.


152

2.9 Kerangka Konsep Continuity of Care

Kehamilan Trimester III Fisiologis

PERUBAHAN FISIOLOGI MASALAH


Payudarag. Intergumen Konstipasi e. Nyeri ulu hati
Sistem reproduksih. Metabolisme Hemoroidf. Kram Tungkai
Endokrini. Persyarafan Sesak Napasg. Edema Dependen
Perkemihanj.Pernafasan Sakit Punggung
Pencernaank. Kardiovaskular
Muskuloskletal

Persalinan Normal olah bidan

SEBAB INPARTU TAHAP PERSALINAN


a. Peregangan otot rahim Kala I
b. Penurunan Progesteron Kala II
c. Aktivitas Oksitosin internal naik Kala III
d. Prostaglandin meningkat Kala IV

Bayi Baru Lahir Fisiologis Patologis

Penilaian sepintas Nifas Rujuk Persalinan oleh Dokter di RS

PERUBAHAN FISIOLOGI
Asuhan Bayi Baru Lahir Sistem Reproduksi
After Pain
Pembuluh darah rahim
Abdomen dan peritoneum
Endokrin
Laktasi
Sistem ginjal

Fisiologis Patologis Rujuk

Asuhan Neonatus Keluarga Berencana

IUDe. Metode Alami Rujuk


MOW/MOP
Implanf. Kondom
Suntik
Pil

Menghasilkan asuhan yang berkualitas

Gambar 2.1
Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai