TINJAUAN TEORI
8
9
3. Uterus
Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar dalam
rongga pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan
menyentuh dinding abdomen, mendorong usus kesamping dan
keatas, terus tumbuh hingga menyentuh hati. Pada saat
pertumbuhan uterus akan berotasi kearah kanan, dekstrorotasi ini
disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis.
4. Ovarium
Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi
karena telah digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.
b. Sistem Payudara
Pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran payudara semakin
meningkat. Dari yang kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan
yang keluar lebih kental, berwarna kuning dan banyak mengandung
lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
c. Sistem Endokrin
Kelenjar tyroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada
saat persalinan akibat dari hyperplasia kelenjar dan peningkatan
vaskuarisasi.
d. Sistem Perkemihan
Kepala janin mulai turun kepintu atas panggul keluhan sering
kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan
kembali.
e. Sistem Pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormone progesterone
yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak
organ-organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar,
kearah atas lateral.
f. Sistem Musculoskeletal
Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan
tubuh secara bertahan ada peningkatan berat wanita hamil
10
2.1.7 Kunjungan
Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai
standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya mengandung
arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi adalah
setiap kontak tenaga kesehatan baik diposyandu, pondok bersalin desa,
kunjungan rumah dengan ibu hamil tidak memberikan pelayanan Ante
Natal Care (ANC) sesuai dengan standar dapat dianggap sebagai
kunjungan ibu hamil (Depkes RI, 2001:31).
15
CMV dan herpes. Infeksi TORCH dapat terdeteksi dari adanya antibodi
yang muncul sebagai reaksi terhadap infeksi. terdiri dari:
1. Toxoplasma IgG dan IgM: antibodi terhadap parasit toxoplasma gondii
yaitu untuk mendeteksi apakah terdapat infeksi Toxoplasma.
2. Rubella IgG dan IgM: antibodi terhadap virus campak Jerman, untuk
mendeteksi apakah terinfeksi virus tersebut atau tidak.
3. Cytomegalovirus (CMV) IgG dan IgM: antibodi terhadap virus
Citomegalo, untuk mendeteksi apakah terinfeksi virus CMV atau tidak.
4. Herpes Simplex Virus 1 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes
simplex 1, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV1.
5. Herpes Simplex Virus 2 IgG dan IgM: antibodi terhadap virus herpes
simplex 2, untuk mendeteksi apakah terinfeksi HSV2.
Idealnya tes dilakukan pada trimester pertama begitu positif hamil.
Tujuannya untuk mengenali status kesehatan ibu hamil dan infeksi yang
ada bisa segera mendapat terapi.
Pada awal trimester ketiga sebaiknya beberapa pemeriksaan dicek
ulang seperti hematologi, tes glukosa darah dan urinalisa. Hal ini untuk
mengevaluasi ulang karena pada trimester ketiga beberapa penyakit bisa
muncul seperti diabetes dan preeklamsia. Selain itu kondisi anemia bisa
muncul kembali akibat hemodilusi pada tubuhibu hamil.
Jika saatpemeriksaan laboratorium selama kehamilan ditemukan
adanya kelainan seperti pembawa thalassemia, maka harus dilakukan
pemeriksan apakah suami juga pembawa thalassemia sehingga berisiko
janin penderita thalassemia. Jika terdapat anemia saat persalinan juga
dapat diantisipasi dengan menyediakan darah untuk transfusi.
(Permenkes, 2014).
22
2.1.10 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil Trimester III
Menurut Mangkuji, dkk (2014) pembuatan grafik metode SOAP
merupakan pengelolaan informasi yang sistematis yang mengatur penemuan
dan konklusi kita menjadi suatu rencana asuhan, metode ini merupakan inti sari
dari proses penatalaksanaan kebidanan guna menyusun dokumentasi asuhan.
d. Suku
Mengetahui suku ibu bisa memudahkan dalam memberikan komunikasi
antara petugas kesehatan dgn ibu dan untuk mengetahui apakah ada
kebiasaan adat istiadat yg merugikan kesehatan ibu dan bayi.
(Sulistyawati, 2014).
e. Pendidikan
Sebagai dasar petugas kesehatan dalam menentukan metode yg tepat
dalam menyampaikan informasi. Tingkat pendidikan ini akan sangat
23
c. Umur pertama kali menikah < 18 tahun dan tidak menunda kehamilannya
atau langsung hamil pinggulnya belum cukup pertumbuhannya serta
organ reproduksi yang belm matang dapat menyebabkan kehamilan yg
beresiko seperti abortus, serta kesulitan waktu melahirkan seperti CPD.
d. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi hipertensi, per-
eklamsia, KPD (Ketuban pecah dini), persalinan tidak lancar/macet,
perdarahan setelah bayi lahir, BBLR (Bayi berat lahir rendah).
9) Riwayat kehamilan , persalinan, nifas yang lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang
terdahulu apakah pernah ada komplikasi/penyulit sehingga dapat
memperkirakan adanya kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan,
persalinan, nifas selanjutnnya.
a. Kehamilan : Apakah saat kehamilan yang lalu ibu sering memeriksakan
kehamilannya, apakah pernah mengalami komlikasi seperti keguguran,
pre eklamsi dll.
b. Persalinan : Siapa penolong persalinan, apakah persalinan yang lalu
secara normal, atau dengan bantuan, dan apakah ada komplikasi seperti
partus macet dll.
c. Nifas : Apakah selama masa nifas berjalan dengan normal, ibu rutin
memeriksakan diri dan bayinya, ibu dapat menyusui dengan baik, atau ibu
pernah mengalami tanda bahaya masa nifas seperti infeksi masa nifas.
10) Riwayat Kehamilan Sekarang
Untuk mengetahui :
a. Berapa kali memeriksakan kehamilannya dan oleh siapa.
b. Bagaimana gerakan janin dalam 24 jam terakhir.
c. Apakah ibu pernah mengalami tanda bahaya kehamilan trimester III
seperti perdarahan, tidak ada gerakan janin, KPD, Preeklamsi dll
d. Apakah telah mendapatkan imunisasi TT (Tetanus toksoid) apabila ibu
belum maka diberikan2 kali injeksi selama kehamilan (pertama saat
kunjungan antenatal pertama dan kedua, empat minggu setelah
kunjungan pertama).
e. Apakah ibu telah mendapatkan vitamin tambah darah (Fe) sebanyak 90
tamblet yang diberikan 1 kali/hari selama kehamilan (Sulistyawati,2014 )
11) Riwayat KB
Untuk mengetahui
27
pertumbuhan BB ± 0,5 kg
perminggu. Hingga akhir kehamilan
pertambahan BB yang normal
sekitar 13 – 15 Kg.
Tinggi Badan : Tinggi badan berkaitan dengan
penghitungan indeks masa tubuh.
Lila : Diukur pada lengan atas pada
tangan yg jarang digunakan
beraktiftas lila normal ≥ 23,5 cm, bila
kurang merupakan indikasi kuat
untuk status gizi ibu yang kurang
baik/buruk. Sehingga beresiko
30
2. Pemeriksaan fisik
i. Inspeksi
Wajah : Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang
bervariasi pada wajah dan leher (Chloasma
Gravidarum) akibat Melanocyte Stimulating
Hormone. (Mochtar, 2011)
(Mochtar, 2011).
ii. Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan
colostrum.
Colostrum diproduksi untuk persiapan
menyusui bayi yang akan dilahirkan.
iii. Auskultasi
Dada Normalnya tidak terdengar bunyi ronchi dan
bunyi wheezing.
R/ Pernafasan ibu sebagai screening, untuk
mengetahui penyakit yang diderita oleh ibu
misalnya pada ibu yang memiliki penyakit
asma, dan tidak boleh melahirkan secara
normal karena, radang kronis yang terjadi
pada obstruksi reversible dari spasme,
edema.
iv. Perkusi
Ekstrimitas bawah : Respon reflek patella harus ada (++)
Jika reflek patella negative
kemungkinan ibu mengalami
kekurangan vitamin B1 dan juga
menunjukkan ada masalah di saraf
35
v. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb : Hb trimester III (11gr/14gr/dl),
pemeriksaan Hb dilakukan minimal 1
kali pada trimester 1 dan 1 kali pada
trimester III, karena pada trimester 1
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
terutama untuk proses tumbuh
kembang janin, sedangkan pada
trimester III untuk persiapan proses
persalinan.
C. Assasment
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa/masalah.
Dx : G… P... Ab... Usia Kehamilan 37-38 minggu Janin T/H/I dengan masalah
yang didapatkan dari pemeriksaan subyektif dan obyektif.
(Pada langkah ini kita juga harus mengidentifikasi masalah atau dignosa
potensial lain berdasarkan keluhan pasien. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus
mengamati kondisii klien)
Keterangan :
G : Gravida keberapa atau hamil keberapa
P : Para aterm (lahir cukup bulan berapa kali), premature (bayi lahir
usia kehamilan 28 -36 minggu), imatur (bayi lahir usia kehamilan
kurang dari 28 minggu), hidup ( lahir hidup atau anak hidup berapa)
Ab : Abortus (pernah keguguran berapa kali), mola hidatidosa (hamil
anggur), kehamilan ektopik terganggu(hamil di luar kandungan)
D. Planning
DX : G… P... Ab... Usia Kehamilan 37-38 minggu Janin T/H/I dengan
(masalah yang didapatkan sesuai dengan diagnosa dalam
assament/jika ada)
Tujuan : ibu mendapatkan pelayanan kehamilan sesuai dengan kebutuhan
dan keluhan ibu hamil
Intervensi:
Dalam penatalaksanaan, dilakukan juga tindakan penanganan yang
bersifat segera, biasanya hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami
kegawatdaruratan dalam kehamilannya.
Selain itu juga dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu
pada kriteria hasil.
37
38
2. Bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjng
sedangkan ukuran melintang berkurang. Hal ini mengakibatkan tulang
punggung menjadi lebih lurus sehingga bagian atas janin tertekan pada
fundus dan bagian bawah janin masuk ke PAP dan juga otot-otot
memanjang diregang dan menarik pada SBR dan serviks.
3. Vagina dan dasar panggul
Dalam kala I ketuban kut meregangkan bagian atas vagina yang
sejak awal mengalami perubahan sehingga dapat dilalui bayi.perubahan
pada dasar panggul terjadi bila kepala bayi sudah maju yang
menyebabkan adanya penipisan.
4. Perubahan Serviks
Perubahan serviks yang terjadi adalah adanya pendataran atau
pemendekan dari kanalis servikalis yang semula panjang namu sekarang
menjadi satu lubang saja dengan tepi yang tipis. Perubahan ini juga
ditandai dengan adanya pembukaan yang disebabkan oleh pembesaran
ostiumeksternum yang dipersiapkan untuk menjadi jalan lahir bayi.
5. Kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat karena adanya kontraksi uterus yakni
sistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg.
6. Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat aerobik maupun
anaerobik akan meningkat secara terus menerus karena kecemasan
serta kegiatan otot tubuh.kenaikan metabolisme tercermin dengan
kenaikan suhu badan, denyut jantung, pernafasan, curah antung dan
kehilangan cairan.
7. Ginjal
Selama persalian terjadi peningkatan produksi urin karena peingkatan
filtrasi glomerulus serta aliran plasma ginjal.
8. Gastrointestinal
Gerakan lambung dan penyerapan makanan berkurang selama
persalinan. Terjadi peningkatan asam lambung menyebabkan aktivitas
pencernaan hampir berhenti dan juga pengosongan lambung menjadi
sangat lamban.
9. Hematologi
45
lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½
jam – 2 jam, pada multi ½ jam – 1 jam.
2.2.7.3 Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Menurut Lailiyana (2011), Kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput janin.
a. Tujuan manajemen aktif kala III. Untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif, sehingga dapat memperpendek waktu kala III
persalinan dan mengurangi kehilangan darah di bandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.
b. Keuntungan manajemen aktif kala III
1. Kala III persalinan lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
c. Manajemen aktif kala III
1. Melakukan peregangan tali pusat terkendali
2. Tanda-tanda lepasnya plasenta:
a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b) Tali pusat memanjang
c) Semburan darah tiba-tiba
3. Pemijatan fundus uteri (Masase)
Segera lakukan massase pada fundus uteri minimal 15 kali dalam 15
detik setelah plasenta lahir
2. Alasan Datang
50
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg) tekanan
darah pada ibu inpartu kala I akan
meningkat selama kontraksi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg
diastol rata-rata 5-10 mmHg, nyeri, rasa
takut, dan kekhawatiran dapat semakin
meningkatkan tekanan darah (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2013).
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit) Frekuensi
denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibanding selama priode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolisme yg terjadi
selama persalinan (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013).
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC) Peningkatan suhu
tidak lebih dari 0,5-1oC dianggap normal,
nilai tersebut mencerminkan peningkatan
53
III. Assesment
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : G....P…. Ab….Usia Kehamilan 37-38 Minggu janin... dengan
inpartu kala I fase...
IV. Planning
Tanggal :
Jam :
Penatalaksanaan yang mengacu pada tindakan kebidanan pada persalinan
kala I.
57
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
58
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal(100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2. Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Genetalia : Normal genetalia tampak keluar lenddir darah,
vulva vagina membuka, tidak tampak varises,
tidak tampak oedema, tidak adaflour albus dan
kondiloma.
Anus : Normalnya anus tidak tampak hemoroid,
perinium menonjol
Ekstremitas
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas,
tidak oedema, (pergerakan kaku dikwatrikan ibu
tidak bisa persalinan normal, oedema bisa
dicurigakn ibu mengalami preeklamsia ringan)
Bawah : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas,
tidak oedema, (pergerakan kaku dikwatrikan ibu
tidak bisa persalinan normal, oedema bisa
dicurigai ibu mengalami preeklamsia ringan)
b) Palpasi
Dada : Normalnya payudara sudah mengeluarkan
kolostrum.
Abdomen
Leopold I : Normal ukuran TFU pada usia kehamilan 40
minggu 26-28cm dan pada bagian fundus
teraba bulat, besar tidak melenting (bokong
janin).
Leopold II : Normalnya letak janin membujur
Leopold III : Normalnya pada bagian bawa perut ibu teraba
keras, melenting, besar (kepala janin).
Leopold IV : Normalnya kepala janin sudah turun dan sudah
teraba 0/5-1/5 bagian.
59
II. Assesment
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : G....P…. Ab…. Usia Kehamilan39-40Minggu dengan Inpartu kala II
III. Planning
60
Tanggal :
Jam :
Penatalaksanaan yang mengacu pada tindakan kebidanan persalinan kala II
2.2.8.2 Manajemen SOAP Kala III
I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Pada ibu yang baru saja melahirkan keluhan normal yang ibu rasakan,
kelelahan, capek, tetapi perasaan sangat senang karena bayinya sudah
lahir walaupun plasenta belum lahir.
B. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Normal (baik)
Kesadaran : Normal (Composmentis)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)
Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)
Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)
Pernafasan : Normal (16 – 24 kali / menit)
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
Wajah : Normalnya pada ibu setelah melahirkan wajah
tidak oedema, tidak pucat.
Mata : Normalnya pada ibu setelah melahirkan sklera
putih, konjungtiva merah muda.
Dada : Normalnya payudara tampak tegang, ASI sudah
keluar
Abdomen : Normalnya uterus globuler.
Genetalia : Normalnya tampak semburan darah tiba-tiba, tali
pusat memanjang, perdarahan kurang lebih 250
cc.
Ekstremitas
Atas : Normalnya tampak simetris, pergerakan bebas,
tidak oedema
61
II. Assesment
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala III
III. Planning
Penatalaksanaan yang mengacu pada tindakan kebidanan persalinan kala III
II. Assesment
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P…. Ab….dengan kala IV Post Partum Normal
III. Planning
63
3) Tekanan Darah
Tekanan Darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan akan lebih
rendah setelah melahirkan karena ada pendarahan atau yang
lainnya.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran cerna
(Nurul Janah, 2011).
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
1) Denyut jantung, volume secukupnya, dan curah jantung meningkat
selama hamil.
2) Segera Setelah melahirkan, keadaan tersebut akan meningkat lebih
tinggi lagi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi
sirkulasi utero / plasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
3) Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium 2-3
minggu setelah melahirkan curah jantung berada pada tingkat
sebelum hamil (Nurul Janah, 2011).
h. Perubahan Sistem Hematologi
1) Leukosit normal selama kehamilan rata-rata 12.000/mm3. Selama 10-
12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 15.000-
20.000/mm3 merupakan hal umum.
2) Kadar hemoglobin dan hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi pada
saat awal masa postpartum sebagai akibat volume darah, plasenta,
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
3) Perubahan komponen darah terjadi saat masa nifas, misalnya jumlah
sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah
berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca-persalinan, biasanya
semua akan kembali ke keadaan semula (Nurul Janah, 2011).
2.3.6 Perubahan Psikologis Ibu Nifas
Perubahan psikologis pada masa nifas menurut Walyani & Purwoastuti
(2015), yaitu:
1. Fase Taking In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu
71
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal-akhir.
2. Fase Taking Hold
Fase Taking Hold adalah periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan, pada fase ini timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
3. Fase Letting Go
Fase Letting Go adalah periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya sebagai orang tua, fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan.
2.3.7 Kunjungan Nifas
Kunjungan nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Hal ini dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah terjadinya
masalah.
a. Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah persalinan
Tujuan:
a. Menecegah perdarahan waktu nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bila terjadi perdarahan banyak.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya
hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan petugas harus
tinggal dan mengawasi sampai 2 jam pertama.
b. Kunjungan kedua 6 hari setelah persalinan
Tujuan:
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak
berbau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
normal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
72
h. Jika ada yang tidak normal segeralah merujuk ibu atau bayi ke
puskesmas atau RS.
Proses:
tali pusat.pastikan bahwa terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi .bila hal
tersebut tak dapat dilakukan ,maka bungkuslah bayi dengann kain bersih
dan kering dan jaga agar bayi tetap hangat
3) Klem talil pusat dilakukan pada dua tempat.pengikatan dilakukan pada
dua tempat yang pertama berjarak 5 cm dari umbilicus dan pengikat yang
kedua pada 10 cm dari umbilicus .gunakan gunting steril untuk memotong
tali pusat di antara kedua ikatan tadi.periksa tali pusat yang dipotong
untuk memastikan tidak ada perdarahan
4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih lalu keringkan dengan hunduk
yang bersih.usahakan ruangan ttetap hangat
5) Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keaadan bayi secara umum
dengan menggunakan skor apger
6) Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan
adanya kelainan.periksa anus dan daerah kemaluan.lakukan pemeriksa
ini dengan cepat agar bayi tidak kedinginan.ibu sebaiknya menyaksikan
pemeriksaan tersebut
7) Timbang bayi dan ukur panjang bayi.
8) Periksa tanda vital bayi.
9) Berikan bayi pada ibu untuk di susui dengan ASI segera setelah lahir
paling lambat dalam 2 jam pertama
10) Periksa bahwa bayi tetap terbunngkus/mengenakan pakaian hangat dan
tutup kepala,bantulah ibu untuk menyusui bayinya terutama pada ibu
yang baru pertama kalil menyusui.
11) Cuci tnga sekali lagi dengan sabun dan air bersih,dan keringkan tangan
dengan handuk bersih.
Proses:
1. Segera setelah bayi lahir keringkan sambil perhatikan apakah bayi bisa
bernafas atau apakah ada kelainan lainnya
2. Jika keadaan umum bayi baik,letakkan bayi didada ibunya agar terjadi
kontak kulit antara ibu dan bayi
3. Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui.
4. Cuci tangan lagi dan lakukan pemeriksaan pada bayi.
5. Bila bayi tiddak memperhatikan tanda-tanda kehidupan setelah di lakukan
resusitasi
6. Mintalah ibu untuk buang air kecil dalam 2 jam pertama sesudah
melahirkan
7. Bantu ibu untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian
8. Catat semua yang ditemukan
- Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa
nifas
2) Keluhan Utama
Pada ibu nifas keluhan normal yang ibu rasakan adalah terasa nyeri pada
jalan lahir jika ada jahitan laserasi, pada ibu primigravida kadang belum bisa
merawat bayinya sendiri.
B. Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Nadi : 60 – 100 kali/menit)
Suhu : 36,5 – 37,2oC
Pernafasan : 16 – 24 kali / menit
2) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
78
II. Assesment
Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif dan
obyektif sehingga diperoleh diagnosa / masalah.
Dx : P... Ab... nifas hari ke dengan Post Partum Normal
IV. Planning
Penatalaksanaan yang mengacu pada intervensi
80
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula tali pusat akan
menurun, energi tmabahan yang diperlukan neonatus ada jam pertama
sesudah lahir diambil dari hasil metabolosme asam lemak sehingga
kadar gula darah mencapai 120 mg/100. Bila ada gangguan
metabolisme akan lemah. Sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
neonatus maka kemungkinan neonatus akan mederita hipoglikemia.
b. Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang
lebih rendah dari suhu yang ada di rahim.Apabila bayi dibiarkan disuhu
ruangan, bayi akan mengalami kehilangan suhu melalui
konveksi.Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit. Sedangkan
produksi yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini
menyebabkan penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15
menit. Akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan
kebutuhan O2 pun meningkat.
c. Perubahan pernapasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru
bayi. Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernapasan
pertama.
Adapun awal terjadinya napas:
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan di
luar rahim yang merangsang pusat pernapasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang etrjadi karena kompresi paru
selama persalinan, merangsang masuknya udara ke dalam paru
secara mekanis.
d. Perubahan Peredaran Darah
Bayi baru lahir setelah terjadi kelahiran harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melaluitubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Te sirkulasi yang baik pada bayrjadi
dua perubahan besar yang membuat sirkulasi yang baik pada baru lahir
diluar rahim :
1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2) Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
82
e. Perubahan neurologik
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan
tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,
mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus
terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks. Reflek
bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.
(Sondakh, 2013).
f. Perubahan yang lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain mulai
berfungsi.Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir
1) Penilaian
Nilai kondisi bayi :
a) Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?
b) Apakah bayi bergerak dengan bebas/lemas?
c) Apakah kulit bayi merah muda, pucat/ biru?
Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna
melanjutkan pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya, meliputi
membersihkan jalan nafas dan penghisapan lendir
Tanda-tanda bayi lahir sehat menurut Buku Panduan Kesehatan
BBL Kemenkes RI adalah :
a) Berat badan bayi 2500-4000 gram
b) Umur kehamilan 37-40 mg
c) Bayi segera menangis
83
3) Data Kesehatan
a) Riwayat Kehamilan: Untuk mengetahui beberapa kejadian
atau komplikasi yang terjadi saat mengandung bayi yang baru
saja dilahirkan. Sehingga dapat dilakukan skrining test dengan
tepat dan segera.
b) Riwayat Persalinan: Untuk menentukan tindakan segera yang
dilakukan pada bayi baru lahir.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: Baik
b) Tanda-tanda Vital: Pernapasan normal adalah antara 30-50
kali per menit, dihitung ketika bayi dalam posisi tenang dan
tidak ada tanda-tanda distress pernapasan. Bayi baru lahir
memiliki frekuensi denyut jantung 110-160 denyut per menit
dengan rata-rata kira-kira 130 denyut per menit. Angka normal
pada pengukuran suhu bayi secara aksila adalah 36,5-37,5° C
(Johnson dan Taylor, 2005).
c) Antropometri : Kisaran berat badan bayi baru lahir adalah
2500-4000 gram, panjang badan sekitar 48-52 cm, lingkar
kepala sekitar 32-37 cm, kira-kira 2 cm lebih besar dari lingkar
dada (30-35 cm) (Ladewig, London dan Olds, 2005). Bayi
biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa
hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10.
Sebaiknya bayi dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau
ke-4 dan hari ke-10 untuk memastikan berat badan lahir telah
kembali (Johnson dan Taylor, 2005).
d) Apgar Score: Skor Apgar merupakan alat untuk mengkaji
kondisi bayi sesaat setelah lahir dalam hubungannya dengan
5 variabel. Penilaian ini dilakukan pada menit pertama, menit
ke-5 dan menit ke-10. Nilai 7-10 pada menit pertama
89
Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan
sebagai berikut :
a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutukan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual
e. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi
f. Tidak memerlukan biaya
g. Tidak membutukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Keterbatasan
a. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami dan istri
b. Harus ada motifasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya
c. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual
setiap saat.
d. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur.
e. Harus mengamati siklus menstruasi minimal 6 kali siklus.
f. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
g. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
2. Metode Suhu Basal
Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh
selama istirahat atau dalam keadaan istirahat.
a. Tujuan
Untuk mengetahui masa subur atau ovulasi.
b. Manfaat
1) Metode suhu basal bermanfaat bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan.
2) Serta bermanfaat bagi pasangan yang menginginkan
menghindari atau mencegah kehamilan.
3. Metode Ovulasi Billing
102
2. KB suntik 3 bulan
a. Keuntungan
1) Efektifitas tinggi
105
2) Sederhana pemakaiannya
3) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik
serta beberapa penyakit akibat radang panggul.
b. Kerugian
1) Terdapat gangguan haid seperti amenore
2) Pusing dan sakit kepala
h. Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.
a) Manfaat
1) Tidak mempengaruhi proses menyusui
2) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi
local.
3) Tidak ada perubahan dengan fungsi seksual
b) Keterbatasan
1) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
2) Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/ AIDS
2. Vasektomi
a) Kelebihan
1) Komplikasi yang dijsumpai sediki dan ringan
2) Lebih murah dan lebih sedikit komplikasi dari sterilisasi tubulus
3) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menikmati hubungan seksual
b) Kekurangan
1) Cara ini tidak langsung efektif perlu menunggu beberapa
waktu setelah benar-benar sperma idak ditemukan
berdasarkan analisa sperma
2) Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan beberapa hari
setelah operasi
106
b. Jenis
Ada 3 macam IUD yang biasanya digunakan yaitu Copper T 380A,
Multiload Copper 375, dan IUD dengan levonorgestrel. IUD jenis
Copper T 380A sangat banyak tersedia dan pada program pilihan KB
Pascapersalinan, jenis IUD Copper T 380A ini paling banyak
digunakan karena selain karakteristiknya yang baik, harga IUD jenis
ini juga lebih terjangkau dibanding dengan jenis IUD yang lain. IUD
dengan levonorgestrel (misal Mirena) belum terlalu banyak tersedia
dan jika tersedia harganya mahal, dan IUD jenis ini biasanya tidak
direkomendasikan sebagai IUD post partum.
c. Cara Kerja
IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan
berfungsi seperti IUD yang dipasang saat siklus menstruasi. Pada
pemasangan IUD post plasenta, umumnya digunakan jenis IUD yang
mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya perubahan
kimia di uterus sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur.
d. Efektivitas
Efektivitas sangat tinggi. Tiap tahunnya 3-8 wanita mengalami
kehamilan dari 1000 wanita yang menggunakan IUD jenis Copper T
380A. Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada pasca insersi IUD
post plasenta sebanyak 2.0 - 2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan
setelah pemasangan. Setelah 1 tahun, penelitian menemukan angka
kegagalan IUD post plasenta 0.8 %, dibandingkan dengan
pemasangan setelahnya. Sesuai dengan kesepakatan WHO, IUD
dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada kemasan tercantum
efektifitasnya hanya 4 tahun (BKKBN, 2010).
e. Keuntungan
1) Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan
kesehatan
2) Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
3) Aman untuk wanita yang positif menderita HIV
4) Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
5) Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
6) Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari
jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita
108
f. Kerugian
Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan,
tenaga kesehatan yang memasang, dan teknik pemasangannya.
Waktu pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta
memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan
ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan
teknik pemasangan sampai ke fundus juga dapat meminimalisir
kegagalan pemasangan.
g. Efek Samping dan Komplikasi
1. Ekspulsi
Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita
pada tahun pertama setelah pemasangan. Angka kejadian
ekspulsi setelah post partum juga tinggi, pada insersi setelah
plasenta lepas kejadian ekspulsi lebih rendah daripada pada
insersi yang dilakukan setelahnya. Gejala ekspulsi antara lain
kram, pengeluaran per vagina,spotting atau perdarahan, dan
dispareni.
2. Kehamilan
Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post
plasenta terjadi antara 2.0-2.8 per 100 akseptor pada 24
bulan. Setelah 1 tahun, studi menyatakan angka kegagalannya
0,8 % dibandingkan dengan pemesangan IUD saat menstruasi.
3. Infeksi
Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai
1,1 %.
4. Perforasi
Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah
populasi 1150 sampai 3800 wanita.
109
2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat kita mengkaji
seperti perdarahan, menstruaasi yang tidak teratur ataupun tidak ada keluhan
apapun.
3. Riwayat Haid
Untuk mengetahui usia berapa ibu pertama kali haid dan keluhan yang
dirasakan, seperti banyaknya darah haid yang keluar, flour albus, keluhan
seperti haid yang terus menerus, sehingga diketahui keadaan alat
reproduksi ibu normal atau tidak.
4. Riwayat KB
Untuk mengetahui KB yang pernah digunakan ibu dan lama
pemakaian serta keluhan yang dirasakan selama pemakaian KB.
5. Data Psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikologis dan apakah keluarga setuju dengan
metode kontrasepsi yang digunakan ibu.
6. Data Spiritual
Untuk mengetahui kebiasaan ibu dalam beribadah dan untuk mempermudah
petugas dalam melakukan pendekatan.
II. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70-130/90mmHg
113
Suhu : 36,5-37,5°C
Nadi : 60-80 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt
2. Pemeriksaan fisik
Wajah : normalnya tidak pucat
R/ Apabila ibu pucat maka akan dimungkinkan
ibu mengalami anemia
Mata : Normalnya pandangan sklera tidak berwarna
kuning
R/ Apabila sklera ibu berwarna kuning dicurigai
ibu mengalami penyakit hepar dan merupakan
salah satu kontraindikasi pemasangan
kontrasepsi.
Leher : Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
maupun pembesaran kelenjar limfe
R/ Kelenjar tyroid dan kelenjar limfe juga
berfungsi sebagai ketahanan tubuh ibu hamil,
untuk mencegah hipertyroid agar ibu tidak
mengalami lemas, cemas, badan hangat.
Payudara : Normalnya simestris dan tidak terdapat massa
maupun nyeri tekan
R/ payudara yang tidak simestris dimungkinkan
ibu memiliki tumor.
Abdomen : Normalnya tidak terdapat massa maupun nyeri
tekan
R/ Nyeri tekan pada rahim dimungkinkan ibu
mengalami infeksi maupun peradangan
Genetalia Luar : Labia Mayora dan minora normalnya
mengeluarkan cairan bening.
R/ Keputihan juga sebagai indikator bahwa pada
daerah portio maupun uterus mengalami lesi,
serta infeksi dan itu merupakan kontraindikasi
pemasangan AKDR.
Kelenjar skene normalnya tidak ada
pembengkakan
114
DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta : Trans Info Medika.
Ambarwati, Eniratna. Diah Wulansari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta : Nuha Medika.
BKKBN, 2011. Buku Panduan Praktis Kontrasepsi Edisi 4. Jakarta : BINA
PUSTAKA SARWONO PRAWIROHARDJO.
Fauziah, Sutejo, (2012). Keperawatan Maternitas Kehamilan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Handayani, 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka
Rihanna.
Hj. Saminem, Monica Ester, Sari Isneini. 2009. Kehamilan Normal. Jakarta
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta :
ANDI.
Lailiyana. dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Mangkuji, Betty. Dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC.
Maritalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Marni. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Pertiwi, Linadwi. Mutia salamah. Sutikno. 2012. Spatial Durbin Model untuk
Mengidentifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kematian Ibu
di Jawa timur. Jurnal SAINS dan SENI. Vol. 1 No.1.
Prasetyawati, Arsita Eka. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium
Development Goals (MDGs). Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : PT.BINA PUSTAKA
SARWONO PRAWIROHARDJO.
Romauli, Suryati. 2011. BukuAjar ASKEB I: “Konsep Dasar Asuhan Kehamilan”.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Erlangga.
Sukarni K, Icashmi. Margareth. 2013. Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas
dilengkapi dengan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika.
117