Anda di halaman 1dari 59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi kehamilan.

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).

Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari

awal periode menstruasi terakir sampai melahirkan (Rukiyah dan dkk,

2013).

2. Perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu hamil trimester III

a. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Hamil Trimester III

1) Sistem Reproduksi

a) Vagina dan Vulva

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan gada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya

jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.

b) Serviks Uteri

Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan

lebih lanjut dari konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun

secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam keadaan


menyebar (dispersi). Proses perbaikan serviks terjadi setelah

persalinan sehingga siklus kehamilan yang berikutnya akan

berulang.

c) Uterus

Pada akhir kehamilan uterus akan terus membesar rongga

pelvis dan seiring perkembangannya uterus menyentuh dinding

abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh

hingga menyentuh hati. Saat pertumbuhan uterus akan berotasi

kearah kanan dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya

rektosigmoid di daerah kiri pelvis.

d) Ovarium

Pada trimester ke III korpus luteum sudah tidak berfungsi lagi

karena telah digantikan oleh plasenta yang telah terbentuk.

2) Sistem Payudara

Pada trimester III pertumbuhan kelenjar mammae membuat

ukuran payudara semakin meningkat. Pada kehamilan minggu warna

cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan

32 minggu sampai anak lahir, cairan yang keluar lebih kental,

berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut

kolostrom.

3) Sistem Endokrin

Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml

pada saat persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan


vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan

erat dengan magnesium, fosfat, hormon pada tiroid, vitamin D dan

kalsium. Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan

menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma

hormon pada tiroid akan menurun pada trimester pertama dan

kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi penting dari Hormon

paratiroid ini adalah untuk kalsium yang adekuat. Selain itu, juga

diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida pada janin,

plasenta, dan ibu.

4) Sistem Perkemihan

Pada kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan

mulai tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal

kanan dan ureter lebih berdelatasi dari pada pelvis kiri akibat

pergeseran uterus yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan ini

membuat pelvis dan ureter mampu menampung urin dalam volume

yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urin.

5) Sistem Pencernaan

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon

progesteron yang meningkat. Selain itu perut kembung juga terjadi

karena adanya tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut

yang mendesak organ-organ dalam perut khususnya saluran

pencernaan, usus besar, ke arah atas dan lateral.


6) Sistem Muskuloskeletal

Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit bergerak. Perubahan

tubuh secara bertahan dan peningkatan berat wanita hampir

menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara

menyolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul

miring ke depan, penurunan tonus otot dan peningkatan beban berat

badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian ulang. Pusat

gravitasi wanita begeser ke depan.

b. Perubahan Psikologis Pada Kehamilan Trimester III

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan

tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi

yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.

6) Merasa kehilangan perhatian.

7) Perasaan sudah terluka (sensitif).

8) Libido menurun.
3. Tanda bahaya dalam kehamilan TM lll

a. Sakit kepala hebat, menetap, dan tidak hilang

Sakit kepala berat bisa terjadi selama kehamilan dan seringkali

merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan yang biasa

disebabkan oleh pengaruh hormone dan keletihan.

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat

adalah salah satu gejala preeklamsi. Preeklamsi biasanya juga disertai

dengan penglihatan tiba-tiba hilang/kabur, bengkak/oedema pada kaki

dan muka serta nyeri pada epigastrium.

b. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan

dengan persalinan normal. Merupakan nyeri perut yang hebat, menetap,

dan tidak hilang setelah beristirahat bisa berarti appendicitis, abortus,

penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis dan infeksi

kandung kemih

c. Bayi kurang bergerak seperti biasanya

Ibu mulai merasakan bayinya selama bulan ke-5 atau bulan ke-6.

Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi

tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3

kali dalam periode 3 jam. Biasanya di ukur dalam waktu selama 12 jam

yaitu sebanyak 10 kali.


d. Keluar air ketuban sebelum waktunya

Dapat didefiniskan denga keluarnya cairan mendadak disertai bau

yang khas. Adanya kemungkinan infeksi rahim dan persalinan

prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditasdan mortalitas ibu dan

bayi.

Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak dan mempersulit

persalinan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas belum memadai.

e. Demam

Demam tinggi yang terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil,

rasa sakit seluruh tubuh, sangat pusing biasanya di sebabkan oleh

malaria.

Pengaruh malaria oleh kahamilan:

1) Memecahkan butis darah merah sehingga menimbulkan anemia

2) Infeksi plasenta dapat menghalangi pertukaran dan menyalurkan

nutrisi ke janin.

3) Panas badan tinggi merangsang terjadi kontraksi rahim.

Akibat gangguan tersebut dapat terjadi keguguran persalinan,

prematuritas, dismaturitas, kamatian neonates tinggi, kala II memanjang,

dan retensio plasenta.

f. Anemia

Pembagian anemia:

1) Anemia ringan : 9-10 gr %

2) Anemia sedang : 7-8 gr %

3) Anemia berat : < 7 gr 5


Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, partus

prematurus, IUGR, infeksi, hiperemesis gravidarum, dan lain-lain.

Anemia ditandai dengan :

1) Bagian dalam kelopak mata, lidah, dan kuku pucat.

2) Lemah dan merasa lelah

3) Kunang-kunang

4) Napas pendek-pendek

5) Nadi meningkat

6) Pingsan

g. Kejang

Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklamsi

4. Ketidak nyamanan dalam kehamilan pada TM lll

a. Sesak nafas/ hiperfentilasi

1) Penyebab

Pada kehamilan 36-39 minggu banyak ibu hamil akan susah

bernafas, hal ini karena tekanan bayi yang berada di abwah diafragma

menekan paru ibu.

2) Cara mengatasi

a) Mendorong agar secara sengaja, mengatur laju dan dalamnya

pernafasan pada kecepatan normal ketika terjadi hyperfentilasi.

b) Secara periodic berdiri dan merentangkan lengan kepala serta

menarik nafas panjang.

c) Mendorong postur tubuh yang baik melakukan pernapasan

interkostal.
b. Nocturia (susah BAB)

1) Penyebab

a) Tekanan uterus pada kandung kemih

b) Eksresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya

pengeluaran air

2) Cara mengatasi

a) Kosongkan saat terasa untuk BAK

b) Perbanyak minum pada siang hari

c) Jangan kurangi minum pada malam hari kecuali jika nuctoria

mengganggu tidur dan mengakibakan keletihan.

d) Batasi minum bahan diureotik alamiah seperti kopi, the, cola

deangan cafein dll.

c. Edema dependen

1) Penyebab

a) peningkatan kadarsodium dikarenakan pengaruh hormonal

b) Kongesti sirkulasi pada ekstremitas bawah

c) Meningkatkan kadar permeabilitas kapiler

d) Tekanan dar pembesaran uterus pada vena pelvic ketika duduk/

pada kafa inferior ketika berbaring.

2) Mengatasi

a) Hindari posisi berbaring telentang

b) Hindari osisi berdiri untuk waktu lama, istiahat dnga berbaring

ke kiri dengan kaki agak ditinggikan


c) Angkat kaki ketika duduk dan istirahat

d) Hindari kaosyang ketat / tali/ pita yang ketat pada kaki.

e) Lakukan senam secara teratur.

d. Kram kaki

1) Penyebab

a) Kekurangan asupan kalsium

b) Ketidak seimbangan kalsium fosfor.

c) Pembesaran uterus, sehingga memberikan tekanan pada dasar

pelvic dengan demikian dapat menurunkan sirkulasi darah dari

tungkai bagian bawah.

2) Cara mengatasi

a) Kurangi konsumsi susu (kandungan fosforna tinggi) dan cari

yang high calcium.

b) Berlatih dorsifleksi pada kaki untuk meregangkan otot yang

terkena keram.

c) Gunakan penghangat untuk otot.

d) Terapi gunakan antacid aluminium hidroksida untuk

meningkatkan pembentukan fosfor yang tidak melarut.

e. Sakit punggung.

1) Penyebab

a) Sakit punggung ini disebabkan meningkatnya beban berat janin

sehingga membuat tubuh ibu terdorong kedepan dan untuk

mengimbanginya cenderung menegakkan bahu sehingga

memberatkan punggung.
b) Kurvator dari vertebra umbosacral yang meningkat saat uterus

terus membesar.

c) Keletihan

d) Kadar hormone yang meningkat, sehingga cartilage dalam

sendi-sendi besar menjadi lembek.

2) Cara mengatasi

a) Hindari sepatu tau sandal yang tinggi

b) Hindari mengangkat beban yang berat.

c) Gunakan kasur yang keras untuk tidur.

d) Hindari tidur terlentang terlalu lama karena dapat menyebabkan

sirkulasi dara menjadi terhambat.

f. Merasa kepanasan.

1) Penyebab

a) Hal in terjadi karena kecepatan metabolisme ibu hamil rata-rata

meningkat kurang lebih 20 % selama kehamilan sehingga suhu

tubuh juga tinggi.

2) Cara mengatasi

a) Jangan lupa untuk minum lebih banyak untuk menggantikan

cairan yang keluar.

b) Untuk mengurangi rasa tidak nyaman, seringlah mandi.

c) Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat


5. Kebutuhan psikologis pada ibu hamil TM III

Trimester III seringkali disebut periode menunggu dan waspada,

sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kalahiran bayinya.

Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan

ibu terhadap bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir anaknya akan

lahir sewakt-waktu. Hal tersebut mingkatkan kewaspadaan terhadap

timbulnya tanda dan gejala persalinan. Seringkali ibu merasa khawatir atau

takut kalau bayi yang akan di lahirkannya tidak normal. Ibu juga akan

bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari benda atau orang yang

dianggapnya dapat membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai

merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul sewaktu

melahirkan.

Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ini

dan banyak ibu merasa dirinya jelek dan aneh. Disamping itu ibu mulai

merasa sedih karena akan berpisah dari banyinya dan kehilangan perhatian

khusus yang di terima selama hamil.

Keluarga dan suami dapat memberikan dukungan dengan memberikan

keterangan tentang persalinan yang akan ibu lalui dan itu hanyalah masalah

wakt saja. Tetap memberikan perhatian dan semangat pada ibu selama

menunggu persalinannya. Bersama-sama mematangkan persiapan persalinan

dengan tetap mewaspadai komplikasi yang mungkin terjadi.

Sebagai seorang petugas kesehatan dapat memberikan dukungan

dengan memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan ibu adalah normal.

Kebanyakan ibu memiliki perasaan dan kekhawatiran yang serupa pada


trimester ini. Menenangkan ibu dengan mengatakan bahwa bayinya saat ini

merasa senang barada dalam perut dan tubuh ibu sacara alamiah akan

menyiapkan kelahiran bayi. Apabila terjadi ketegangan atau kontraksi bukan

berarti bayi akan segera lahir. Membicarakan kembali dengan ibu

bagaimana tanda-tanda persalinan yang sebenarnya. Menenangkan ibu

dengan menyatakan bahwa setiap pengalaman kehamilan unik dan

meyakinkan bahwa kita sebagai bidan akan selalu berada bersama ibu untuk

melahirkan bayi

6. Kebutuhan fisiologis pada ibu hamil trimester III

a. Energi

Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh

kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

b. Protein

Pembentukan jaringan baru dari janin dan tubuh ibu di butuhkan protein

sebesar 910 gram, dalam 6 bulan terakir kehamilan dibutuhkan tambahan

12 gram protein sehari untuk ibu hamil.

c. Zat besi

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin

adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan

sintesa darah otot.minimal ibu hamil mengkonsumsi 90 tablet zat besi

selama kehamilan.

d. Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi.Kebutuhan kalsium ibu hamil

adalah sebesar 400 gram sehari.


e. Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok yang berisiko

penyakit seksual (IMS).

Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme.

7. Antenatal Care

Menurut (Moegni & Ocviyanti, 2013), pemeriksaan fisik umum yang

harus dilakukan pada ibu hamil adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama :

1) Tanda vital : (tekanan, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi nadi,

frekuensi napas).

2) Berat badan

3) Tinggi badan

4) Lingkar lengan atas (LILA)

5) Muka : apakah ada adema atau terlihat pucat

6) Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap, meliputi :

kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies, tiroid, jantung, paru,

payudara (apakah terdapat benjolan, bekas operasi di daerah aerola,

bagaimana kondisi puting), abdomen (terutama bekas operasi terkait

uterus), tulang belakang, ekstermitas (edema, varises, refleks patella),

serta kebersihan kulit

b. Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan berikutnya :

1) Tanda vital : (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, pernafasan

napas)

2) Berat badan
3) Edema

4) Pemeriksaan terkait masalah yang telah teridentifikasi pada kunjungan

sebelumnya

Menurut (Moegni & Ocviyanti, 2013), pemeriksaan fisik obstetri yang

dilakukan pada ibu hamil meliputi :

a. Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama

1) Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan > 20

minggu)

2) Vulva/ perineum untuk memriksa adanya varises, kondiloma, edema,

hahemoroid, atau kelainan lainnya.

b. Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya :

1) Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri

seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1
Tinggi fundus uteri

Sumber :(Moegni & Ocviyanti, 2013)


2) Palpasi abdomen menggunakan manuafer leopold I-IV :

a) Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang

terletak di fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester I)

b) Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu

(dilakukan mulai akhir trimester II)

c) Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian

bawah uterus (dilakukan mulai akhir trimester II)

d) Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas

panggul (dilakukan bila usia kehamilan > 36 minggu)

Gambar 2.7
Leopold

Sumber : (Moegni & Ocviyanti, 2013)

3) Auskultasi denyut jantung janin menggunakan stestoskop atau doopler

(jika usia kehamilan > 16 minggu)


c. Melakukan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi pemeriksaan

laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan pemeriksaan

ultrasonografi.(Moegni & Ocviyanti, 2013).

d. Memberikan Suplemen Dan Pencegahan Penyakit

Menurut (Moegni & Ocviyanti, 2013), pemberian suplemen dan

pencegahan penyakit pada ibu hamil adalah sebagi berikut :

1) Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera setelah mual/ muntah

berkurang, dan 400 mg asam folat 1x/hari sesegera mungkin selama

kehamilan.

a) Catatan : 60 mg besi elemental setara 320 mg sulfas ferosus.

b) Efek samping yang umum dari zat besi adalah gangguan saluran

cerna (mual, muntah, diare, konstipasi).

c) Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh atau

kopi karena menggangu penyerapan.

d) Jika memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai diberikan

sejak 2 bulan sebelum hamil (saat perencanaan kehamilan).

2) Beri vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya

Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil

harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan

tetanus) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama

hidupnya (Moegni & Ocviyanti, 2013).

3) Jika ibu belum pernah imunisasi atau status iminisasi tidak diketahui,

berikan vaksin dosis (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut.


B. Persalinan.

1. Pengertian

Persalinan adalah merupakan pengeluaan hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan ataudapat idup diluar kandungan melalui jalan lahir atau bukan

jaln lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan adalah

proses membukan dan menipisnya serviks sehingga janin turun kejalan lahir.

kelahiran adalah proses dimna janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan

lahir. Perslinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar

dari dari rahim ibu. Persalinan dianggap abnormal jika prosesnya terjadi pada usia

cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai degan penyulit.

Definisi persalinan menurut WHO adalah persalinan yang dilakukan secara

spontan, beresiko rendah pada awal persalinan, dan tetap demikian selama proses

persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada

usia kehamilan antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu lengkap. Setelah

persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat (Mutmainnah dkk. 2017.

Asuhan persalinan normal dan bayi baru lahir. Samarinda :ANDI (Anggota

IKAPI).

2. Tanda- tanda persalinan

a. Tanda bahwa persalinan sudah dekat

1) Lightening

Menjelang minggu ke-36, tanda pada primigravida terjadi penurunan

fundus uteri Karen kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yangb

disebabkan oleh kontraksi brakton hiks, ketgangan dinding perut,

ketegangan ligamen raduntum, dan gaya berat janin dimana kepala kearah

bawah.
Masuknya bayi kepintu atas panggul menyebabkan ibu merasakan:

a) Ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang

b) Bagian bawah perut ib terasa penuh dan mengganjal

c) Terjadinya kesulitan saat berjalan

d) Sering kencing

2) Terjadinya his permulaan

Makin tua kehamilan, pengeluaran esterogen dan progesterone juga

makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat, dengan demikian

dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering diistilahkan sebagai his

palsu, sifat his palsu antara lain:

a) Rasa nyeri ringan dibagian bawah

b) Datangnya tidak teratur

c) Tidak ada perubahan pada servks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan

persalinan

d) Durasinya pendek

e) Tidak bertambah bila beraktivitas.

b. Tanda-tanda timbulnya prsalinan

1) Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba dan menimbulkan rasa

nyeri perut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim,

dimulai pada fase maker yangb letaknya didekat cornu uteri. His yang

menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his

efektif. His efektif mem[unyai sifat adanya dominan kontraksi uterus pada

fundus uteri (fundal dominance), kondisi berlangsung secara sicron dan

harmonis. Kondisi ini juga menyebabkan adanya intensites kontraksi yang

maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang kian

sering, lama his berkisar 45-60 kali/menit.


Pengaruh his dapat menimbulkan dinding menjadi tebal pada corpus

uteri, itsmus uters menjadi tegang dan menipis, canalis sevikalis menjadi

effacement dan pembukaan. His persalinan memiliki ciri sebagai berikut:

a) Pingangnya terasa sakit dan menjalar kedepan

b) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin besar.

c) Terjadi perubahan pada serviks.

d) Jika pasien menambah aktifitasnya, misalnya dengan berjalan maka

kekuatan hisnya akan bertambah.

2) Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir berasal dari pembukaan, menyebabkan lepasnya lendir berasal

dari canalis servikalis. Dengan pengeluaran darah disebabkan robeknya

pembuluh darah waktu serviks membuka.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput

ketuban. Jika ketuban sudah pecahmaka ditargetkan persalinan dapat

berlangsung selama 24 jam. Namun apabila tidak tercapai maka persalinan

harus di akhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau

section caesaria.

4) Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya canalis servikalis secara berangsur-angsur

akibat pengaruh his. Effacement adalah pendatarn atau pendekatan kanalis

servikalis yang semula panjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali

sehingga hanya tinggal ostium yang tipis, seperti kertas. (Mutmainnah dkk.

2017. Asuhan persalinan normal dan bayi baru lahir. Samarinda :ANDI

(Anggota IKAPI).
3. Penyebab mulainya persalinan

a. Teori penurunan kadar hormon

Hormone progesterone merupakan hormone yang mengakibatkan

relaksasi pada otot-otot rahim, sedangkan hormone estrogen meningkatkan

kerentanan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat kesimbangan antara

progesterone dan esterogen didalam darah. Progesterone menghambat kontraksi

selama kehamilan sehingga mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya esterogen

mempunyai kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas uterus. Baik

progesterone maupun esterogen diskresikan dalam jumlah yang secara

progresif makin bertambah selama kehamilan. Namun disaat kehamilan mulai

masuk usia disaat 7 bulan dan seterusnya, sekresi estrogen terus maningkat,

sedangkan sekresi progesterone tetap konsta atau mungkin sedikit menurun

sehingga terjadi ontraksi brakton hiks saat akhir kahilangan yang selanjutnya

bertindak sebagai kontraksi persalinan (Mutmainnah, 2017).

b. Teori oksiosin

Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor okstosin dalam otot

rahim sehingga mudah terangsang saat disuntikan oksitosin dalam

menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat manimbulkan

pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung (Mutmainnah,

2017).

c. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh dessiduas menjadi salah satu sebab

permulan persalinan. Hal ini juga disokong deangan adanya kadar prostaglandin

yang tinggi, baikkdalam air ketuban muapun darah perifer ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama persalinan (Mautmainnah dkk, 2017).


d. Teori plasenta menjadi tua

Plasenta yang menjadi tua seiring bertambahnya usia kehamilan

menyebabkan kadar esterogen dan progesterone turun. Hal ini juga

mengakibatkan kejang pada pembuluh darah sehingga akan menimbulkan

kontraksi.

e. Distensi rahim

Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang karena

isinya, demikian pula dengan rahim. Seiring bertambahnya usia kehamilan

maka otot-otot rahim akan semakin meregang. Rahim yang mebsar dan

meregang menyebabkan iskemi otot-otot rahim sehingga mengganggu siskulasi

utero plasenter kemudian tibullah kontraksi (Mutmainnath dkk, 2017).

f. Teori iritasi mekanik

Dibelakang serveiks terletak ganglion servkale (fleksus frangker hauser).

Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin maka akan

timbul kontraksi.

1. Pengaruh janin

Hypofise dan keejar suprarenal janin juga memegang peranan dalam

terjadinya persalinan pada janin anancepalus kehamilan lebih lama dari

biasanya (Mutmainnah dkk. 2017. Asuhan persalinan normal dan bayi baru

lahir. Samarinda :ANDI (Anggota IKAPI).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan

a. Passenger (isi kehamilan)

Faktor paasenger terdiri atas 3 komponen yanitu janin, air ketuban, dan

plasenta.
1) Janin

Janin yang bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi

janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses persalinan pada

kehamilan normal.

2) Plasenta

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap

sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menjadi

penghambat persalinan pada persalinan normal.

Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting. Dimana plasenta

memiliki peranan penting sebagai transfor zat dari ibu ke janin, penghasil

hormone yang berguuna selama kehamilan, serta sebagai barier. Melihat

pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta

juga akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses

persalinan.

b. Passage

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar

panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,

khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,

tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu,

ukuran dan bentuk panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai.

Anatomi jalan lahir

Jalan lahir merupakan jalan yang terbentuk secara alamiah untuk bayj atau janin

pada saat keluar dari rahim ibu. Berikut ini dipaparkan beberapa penjelasan

mengenai anatomi jalan lahir pada ibu melahirkan.


Jalan lahir terdiri atas:

1) Jalan lahir keras (pelvic atau panggul)

2) Jalan lahir lunak, segmen bawah rahim (SBR), serviks vagina, introitus

vagina, dan vulva, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding

dalam dan bawah panggul atau diafragma pelvis terdiri dari bagian otot

tersebut muskulus lesvatorani, sedangkan bagian membrane disebut

diafragma urogenetal.

Jalan lahir atau panggul keras merupakan bagian keras yang di bentuk oleh 4

buah tulang, yaitu:

1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium, os ischium, dan

ospubis.

2) 1 tulang kelangkang (os sacrum)

3) 1 tulang tungging (os cocsigys)

Bidang hodge, antara lain:

1) Hodge 1 : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas sympisis dan

promontorium

2) Hodge 2: sejajar dengan hodge 1 setinggi pinggir bawah sympisis.

3) Hodge 3 : sejajar dengan hodge 1 dan 2 setinggi spina ischiadika kanan dan

kiri.

4) Hodge 4 : sejajar 1,2,3 setinggi os cocsigys.

Bagian lunak jalan lahir

Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, servik uteri, vagina, muskulus,

dan ligamentum, yang menyelubungi dindng dalam dan bawah panggul.

1) Ligamentum

2) Pereium
c. Power

Power disini merupakan kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan terdiri dari his,

kontraksi otot-otot perut kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament, dengan

kerja sama yang baik dan sempurna.

1) Kontraksi uterus (HIS)

His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dindin uterus yang

dimulai dari daerah fndus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus,

awal gelombang tersebut didapatkan dari “pacemaker” yang terdapat

didinding uterus daerah tersebut.

His (kontraksi) serangkaian kontraksi raim yang teratur, yang secara

bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahi bagian bagian bawah)

dan vagina (jalan lahir) sehingga janin keluar dari rahim ibu. His yang baik

dan ideal meliputi:

a) Kontraksi simultan simetris diseluruh uterus

b) Kekuatan tersebar (dominasi) didaerah fundus

c) Tterdapat periode relaksasi di antara kedua periode kontraksi

d) Terdapat retraksi otot-otot corpus setiap sesudah his

e) Serviks uteri yang banyak mengandung collagen dan kurang mengandung

serabut otot, akan tertarik ke atas oleh reaksi otot-otot korpus, kemudian

terbuka secara pasif dan mendatar, OUE, dan, OUI pun akan terbuka.

2) Tenaga meneran

Pada saat kontraksi uterus dimulai, ibu diminta menarik nafas dalam,

napas ditahan, kemudian segera mengejan kearah bawah (rectum) persis

BAB, kekuatan meneran mendorong janin kearah bawah dan menimbulkan

keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan dan reflex mengejan makin


mendorong bagian terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu crowing

dan penipisan perenium, selanjutnya kekuatan reflex mengejan dan his

menyebabkan ekspulsi kepala sebagian berturut-turut lahir UUB, dahi,

muka, kepala, dan seluruh badan.

d. Psikis

Banyaknya wanita normal bias merasakan kegairahan dan kegembiraan

pada saat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif

ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas

“kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau

memproduksi anaknya. Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya

mengalami perpanjangan waktu. Wanita seolah-olah mendapatkan kepastian

bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum

pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.

Perubahan psikis yang mungkin terjadi ada masa persalinan bias berupa

kecemasan dan ketakutan. Disinlah peran penolong, yaitu memantau dengan

seksama dan memberikan dukungan serta kenyamanan pada ibu, baik dari segi

emosi atau perasaan maupun fisik (Mutmainnah dkk. 2017. Asuhan persalinan

normal dan bayi baru lahir. Samarinda :ANDI (Anggota IKAPI).

5. Mekanisme persalinan

Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk

melewati panggul (seven cardinal movements of labor) yang terdiri dari:

a. Engagement

Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya

kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika bagian

terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada multipara,

engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada multipara dan
beberapa primipara, engagement tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai

(Mutmainnah, 2017)

b. Descent

Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul.

Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan

amnion, takanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi diafragma

serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu jalan lahir.

1) Sinkltismus : ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir.

2) Asinklitismus anterior: kepala janin mendekat kearah promontorium

sehingga os parietalis terlihat lebih rendah.

3) Asinklitismus posterior : kepala janin mendekat kearaha sympisis dan

tertahan oleh sympisis pubis (Mutmainnah dkk , 2017).

c. Fleksi (flexion)

Segera setelah bagian terbawah janin yang turun terbawah janin yang

turun tertahan oleh serviks, dinding samping panggul, atau dasar panggul,

dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin.

Fleksi ini disebabkan oleh:

1) Persendian leher : dapat berputar kesegala arah termasuk mengarah ke dada.

2) Letak leher bukan digaris tengah, tetapi kearah tulang belakang sehingga

kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.

3) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu

lebih menempel pada tulang dada janin.

4) Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan sehingga

memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi untuk

mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Mutmainnah dkk,

2017)
d. Putaran paksi dalam (internal rotation)

Putaran paksi dalam dimulai dalam bidang setinggi spina ischiadika.

Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan kebawah lengkung pubis

dan kepala berputar saat mencapai otot paggul (Mutmainnah dkk, 2017).

e. Ekstensi (ekstention)

Saat kepala janin mencapai perenium, kepala akan defleksi kearah

anterior oleh perenium. Ula-mula oksiput melalui permukaan bawah simpisis

pubis, kemudian kepala keluar mengikuti suhu jalan lahir akibat ekstensi.

f. Putaran paksi luar (eksterna rotation)

Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior,

bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter

anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal bahu

bayi.

g. Ekspulsi

setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu dan

badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah syimpisis pubis.

(Mutmainnah dkk. 2017. Asuhan persalinan normal dan bayi baru lahir.

Samarinda :ANDI (Anggota IKAPI).

6. Patograf

a. Penggunaaan patograf

1) Defenisi patograf

Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala 1

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama

dari penggunaan patograf adalah:

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.


b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondis bayi,

grafik kemajuan proses persalinan, bahan yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan, atau tindakan yang

diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam

medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.

Jika digunakan dngan konsisten, patograf akan membantu penolong

persalinan untuk:

a) Mencatat kemajuan persalinan

b) Mancatat kondisi ibu dan janinnya

c) Menacatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran

d) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit

persalinan

e) Mengguanakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik

yang sesuai dan teapat waktu.

Pencatatan selama fase laten kala 1 persalinan:

Kala 1 persalinan terdiri dari dua fase yaitu: hase laten (pembukaan

serviks kurang dari 4 cm) dan fase aktif (pembukaan 4-10 cm).

Selama fase laten semua asuhan, pengamatan, dan pemeriksaan harus

dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik dicatat kemajuan

persalinan maupun di kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil. Tanggal dan

waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten

persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatat dengan seksama

mungkin.
a) Denyut jantung janin ( setiap 30 menit )

b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus ( setiap 30 menit)

c) Nadi (30 menit)

d) Pembukaan serviks (4 jam sekali)

e) Penurunan bagian terbawah janin (4 jam)

f) Tekanan darah dan suhu tubuh ( 4 jam)

g) Produksi urine, aseton, dan protein (2-4 jam)

Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi

harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada

diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi

kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ualng kondisi

kesehatan dan actual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawat

daruratan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali

jika kontraksi sudah teratur, intensitasnya makin kuat, dan frekuensinya

meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan persalinan dilakukan

dirumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah

dipastikan bahwa ibuj dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu

dan keluarga untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi

peningkatan frekuesi kontraksi.

Rujuk ibu kefasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung

lebih dari 8 jam. (Mutmainnah dkk. 2017). Asuhan persalinan normal dan

bayi baru lahir. Samarinda :ANDI (Anggota IKAPI).


7. Tahapan-tahapan persalinan

a. Kala l

Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan 0-10. Pada permulaan his, kala pembukaan barlangsung tidak begitu

kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks

sebagai akibat his dibedakan menjadi dua fase

1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai dengan

pembukaan mencapai ukuran diameter 3 cm.

2) Fase aktif

a) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4cm

sampai dengan 9 cm.

c) Fase dilatasi

Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam pembukaan

berubah menjadi pembukaan lengkap.

Di dalam fase aktif ini, frekuensi da lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10

menit, dan berlansung selama 40 detik atau lebih. Biasanya dari pembukaan 4

cm mencapai pembukaan lengkap sampai 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-

rata yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm per jam untuk

multigravida.
Fase- fase tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula pada

multigravida, tetapi pada vase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih

pendek. Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi atau multi. Pada

primigravida OUI membuka lebih dulu sehingga serviks akan mendatar

menipis, baru kemudian OUE membuka, pada multigravida OUI dan OUE

akan mengalami penipisan dan pendataran yang bersamaan, kala 1 selesai

apabila pembukaan sudah lengkap.

Pada primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada

multigravida kira-kira 7 jam.

b. Kala II

Kala II disebut juga kala pengeluaran, kala ini dimulai dari pembukaan

lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada

primgravida, dan 1 jam pada multigravida, gejala utama dari kala II adalah:

1) His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50-100 detik.

2) Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang di tandai dengan pengeluaran

cairan secara mendadak.

3) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi lengkap diikuti

keinginan mengejan karena fleksus frankerhaurser tertekan.

4) Kedua kekuatan, his gdan mengejan lebh mendorong kepala bayi sehingga

kepala bayi membuka pintu, sub occiput bertindak sebagai hipomoglion

berturut-turut lahir dari dahi, muka, dagu yang melewati perenium.

5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

6) Setelah putar paksi-paksi luar berlangsung maka persalinan bayi ditolong

dengan jalan:
a) Kepala di pegang pada os ciput dan di bawah dagu, ditarik curam

kebawah untuk melahirkan bahu belakang.

b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan sisa badan bayi.

c) Bayi kemudian lahir diikuti oleh air ketuban.

c. Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit . melalui

kalahiran bayi, plasenta sudah mulai terlepas pada lapisan nitabich karena sifat

retraksi otot rahim. Dimulai segera setelah bayi lahir, yang berlangsung tidak

lebih dari 30 menit, jika lebih maka harus di beri penanganan lebih atau dirujuk.

Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-

tanda:

1) Uterus menjadi bundar

2) Uterus terdorng keatas karena plsenta dilepas segmen bawah rahim.

3) Tali pusat bertambah panjang.

4) Terjadi pendarahan.

Melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede

pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah

bayi lahir.

Lepasnya plasenta secara sculhze, biasanya tidak ada pendarahan

sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir,

sedangkan cara Duncan yaitu plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah

mengalir keluar antara selaput ketuban.

d. Kala IV

Dimaksudkan untuk observasi karena pendarahan post partum paling

sering terjadi pada pembukaan pertama. Observasi yang dilakukan adalah:


1) Tingkat kesadaran penderita

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah, nadi, dan pernapasan.

3) Kontrakksi uterus Terjadi pendarahan. (Mutmainnah, dkk. 2017. Asuhan

persalinan normal dan bayi baru lahir. Samarinda :ANDI (Anggota IKAPI).

8. Perubahan fisiologis pada masa persalinan

a. Kontraksi uterus

Kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot

tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bawah rahim (SBR), regangan

dari serviks, regangan dan tarikan dari peritoneum, itu semua terjadi pada saat

kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang harus diperhatikan

adalah lamanya kontraksi, berlangsung selama 60-90 detik, kekuatan kontraksi,

dan kekuatan kontraksi secara klinis di tentukan dengan mencoba apakah jari

kita dapat menekan dinding rahim kedalam, interval antara 2 kontraksi pada

kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

b. Perubahan-perubahan uterus

Keadaan segmen atas rahim (SAR) dan segmen bawah rahim (SBR).

Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih jelas, dimana

SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat memegang peranan aktif

(berkontraksi) dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan,

dengan kata lain SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan

mendorong anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang

sifatnya memegang peranan fasif dan makin tipis dengan majunya persalinan

(disebabkan oleh regangan). Dengan kata lain SBR dan servik mengadakan

relaksasi dan dilatasi .


c. Perubahan serviks

Perubahan serviks pada kala ll ditandai dengan pembukaan lengkap, dan

pada pemeiksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim

(SBR), dan serviks.

d. Perubahan pada vagina dandasar panggul

Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, terjadi perubahan

terutama pada dasar panggul.

Yang diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran

ynag dinding-dindingnya tipis karena sesuatu regangan dan kepala sampai di

vulva. Lugan menghadap ke depan atas dan anus menjadi terbuka, perenium

menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva.

9. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Ada lima kebutuhan dasar bagi wanita dalam persalinan menurut leeser & keane

antara lain:

Asuhan fisik dan pskologis

a. Asuhan fisik

Asuhan persalinan adalah saat yang mengangkan dan menggugah emosi

ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakikan

danmenakutkan bagi ibu. Untuk meingankan kondisi tersebut, pastikan bahwa

setiap ibu akan mendapatkan asuhan sayang ibu selama persalinan dan

kelahiran. Kebutuhan dasar pada ibu bersasin di kala I, II, III ibu berbeda dan

tenaga kesehatan kita dapat memberikan asuhan secara tepat agar kebutuhan-

kebutuhan ibu dikala itu dapat terpenuhi.


Pemenuhan fisik dan psikis pada ibu dan keluarga pada kala I, II, III

dapat terpenuhi.

1) Kala l

Kebutuhan-kebutuhan yang harus terpenuhi

a) Mengatur aktivitas dan posisi ibu

Saat dimulainya persalinan sambil menunggu pembukaan lengkap,

ibu dapat diperbolehkan melakukan aktivitas, namun harus sesuai dengan

kesanggupan ibu agar ibu tidak merasa jenuh dan rasa kecemasan yang

dihadapi oleh ibu saat menjelang persalinan dapat berkurang. Pada kala l

ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman agar ibu merasa ada

orang yang menemani disaat proses menjelang persalinan.

b) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his

His merupakan kontraksi pada uterus dimana his in termasuk

tanda-tanda persalinan yang mempunyayi sifat intermiten, terasa sakit,

terkoordinasi, dan simetris serta terkadang dapat di pengaruhi dari luar

secara fisik dan psikis. Karena his sifatnya menimbulkan rasa sakit maka

ibu disarankan menarik nafas panjang dan kemudian dianjurkan ibu

menahan nafas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara meniup

sewaktu ada his.

c) Menjaga kebersihan ibu

Saat persalinan akan berlangsung, anjurkan ibu untuk

mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan. Disini

ibu harus berkemih paling sedikit 2 jam atau lebih atau jika ibu merasa

ingin berkemih. Kandung kemih yang penuh akan mengakibatkan:


(1) Memperlambat turunnya bagian terbawah janin dan memungkinkan

menyebabkan partus macet.

(2) Menyebabkan ibu tidak nyaman

(3) Menyebabkan resiko pendarahan pasca peraslinan yang di sebabkan

atonia uteri.

(4) Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih paca persalinan.

Pada saat persalinan berlangsung, tenaga kesehatan (bidan) tidak

dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin.

Sebab kateterasi ini hanya dilakukan pada kandung kemih yang penuh

dan ibu tidak dapat berkemih sendiri. Kateterisasi ini akan menimbulkan

beberapa masalah, sperti menimbulkan rasa sakit, menimbulkan resiko

infeksi, dan perlukan saluran kemih.

d) Pemberian cairan dan nutrisi

Tindakan kita sebagai tenag kesehatan, yaitu memastikan ibu untuk

mendapatkan asuhan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan

dan kelahiran bayi. Pada aktif ibu hanya ingin mengonsumsi cairan, oleh

itu bidan menganjurkan anggota keluarga untuk menawarkan ibu minum

sesering mungkin dan makan ringan selama persalinan karena makanan

ringan dan cairan yang cukup selama persalinan berlangsung akan

memberikan lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi ini

bila terjadi akan memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi

menjadi tidak teratur.


2) Kebutuhan kala II

Kala II persalinan akan mengakibatkan suhu tubuh ibu meningkatkan

dan saat ibu mengejan selama kontraksi dapat membuat ibu menjadi

kelelahan. Disini bidan juga harus dapat memenuhi kebutuhan selama kala

II, diantaranya:

a) Menjaga kandung kemih tetap kosong

Menganjurkan ibu untuk berkemih sesering mungkin setiap 2 jam

atau bila ibu merasa kandung sudah kemih sudah penuh. Kandung kemih

dapat menghalangi penurunan kepala janin kedalam rongga panggul. Jika

ibu tidak dapa berjalan kekamar mandi bantulah agar ibu dapat berkemih

dengan wadah penampung urine.

b) Menjaga kebersihan ibu

Disini ibu tetap dijaga kebersihan dirinya agar terhindar dari infeksi.

c) Pemberian cairan

Menganjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan di

anjurkan Karen selama bersalin ibu akan mudah mengalami dehidrasi,

selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Dengan cukupnya asupan

cairan, ini dapat mencegah ibu mengalami dehidrasi.

d) Mengatur posisi ibu

Pada saat mendampingi mengejan, bantu ibu memperoleh posisi

yang paling nyaman. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala

ll persalinan. Karena perpindahan posisi yang sering kali mempercepat

kemajuan persalinan. Biasanya posisi duduk atau setengah duduk dipilih

iu bersalin karena nyaman bagi ibu dan iibu bisa beristirahat dengan

mudah diantara kontraksi jika merasa lelah, dan keuntungan lain dari
posisi ini yaitu dapat memudahkan melahirkan kepala bayi. Adapun 4

posisi yang sering digunakan untuk ibu bersalin diantaranya adalah posisi

jongkok, menugging tidur miring, dan setengah duduk. Adapun cara-cara

meneran yang baik yaitu:

1) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama

kontraksi.

2) Jangan menganjurkan ibu menahan nafas pada saat meneran.

3) Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara

kontraksi.

4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu juga mungkin

merasa lebih mudah untuk meneran. Begitu pula jika ibu menarik lutut

kearah dada da menempelkan dagu ke dada.

5) Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat pantat pada saat meneran.

6) Tenaga kesehatan (bidan) tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan

pada findus untuk membantu kelahiran bayi karena dorongan pada

fundus dapat meningkatkan distosia bahu dan rupture uteri

3) Pengeluaran kala III

Adapun pemenuhan dasar pada kala III diantaranya:

a) Menjaga kebersihan

Pada daerah vulva ibu harus selalu dijaga kebersihannya untuk

menghindari infeksi. Selain untuk menghindari infeksi, serta untuk

mencegah bersarangnya bakteri pada daerah vulva dan perenium. Cara

pembersihan vulva dan perenium yaitu dengan menggunakan kapas atau

kassa yang bersih. Usapkan dari atas kebawah mulai dari bagian anterior

vulva sampai kearah rectum untuk mencegah kontaminasi tinja,


kemudian manganjurkan ibu untuk mengganti pembalut kurang lebih dari

sehri 3 kali ataupun pada saat ibu BAK dirasa pembalut sudah basah

(tidak mugkin untuk dicapai lagi). Jangan lupa untuk menganjurkan ibu

untuk mengeringkan bagian perenium dan vulva.

b) Pemberian cairan dan nutrisi

Memberikan asupan nutrisi (makanan ringan dan setelah

persalinan karena ibu telah banyak mengeluarkan tenaga selama

kelahiran bayi. Dengan pemenuhan asupan nutrisi ini diharapkan agar ibu

tidak kehilangan energy.

c) Kebutuhan istirahat

Setelah janin dan plasenta lahir kemudian ibu sudah dibersihkan,

ibu dianjurkan untuk istirahat karena sudah mengeluarkan banyak tenaga

pada saat persalinan. Disini polaistirahat ibu dapat membantu

mengembalikan alat-alat reprodukksi dan meminimalisir trauma pada saat

persalinan.
C. Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira – kira 6 minggu (Rukiyah & dkk, 2011).

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami

banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian

besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui

asuahn kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan

patologis (Sulistyawati, 2009).

2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

a. Berbagai Perubahan Dalam Sistem Reproduksi

1) Uterus

a) Proses Involusi

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil. Proses involusi

merupakan salah satu peristiwa penting dalam masa nifas,

disamping proses laktasi (pengeluaran ASI). Uterus ibu yang baru

melahirkan masih membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus

uteri kira-kira 1 jari di bawah pusat, sedangkan beratnya lebih

kurang 1 kilogram. Hal ini disebabkan oleh banyaknya darah dalam

dinding rahim mengalir dalam pembuluh-pembuluh darah yang

membesar. Sampai hari kedua, uterus masih membesar dan setelah


itu berangsur-angsur menjadi kecil. Kalau diukur tinggi fundus

uteri waktu nifas (sesudah buang air kecil). Pada hari ketiga, kira-

kira 2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari kelima, pada pertengahan

antara pusat dan simphysis. Hari ketujuh, kira-kira 2 atau 3 jari

diatas simphysis. Hari ke sembilan, kira-kira satu jari diatas

simphysis. Dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut

dari luar tidak teraba Iagi. Semuanya ini disebabkan karena

pemberian darah didalam dinding rahim jauh berkurang, sehingga

otot-otot menjadi kecil (S.A Goelam, 1990).

Tabel: perubahan-perubahan yang normal didalam uterus selama masa nifas.

Bobot Uterus Diameter Palpasi


uterus Serviks

Pada akhir persalinan 900 gram 12,5cm Lembut/lunak

Pada akhir minggu ke-1 450 gram 7,5cm 2cm

Pada akhir minggu ke-2 200 gram 5,0cm 1cm

Sesudah akhir 6 minggu 60 gram 2,5cm Menyempit

b) Kontraksi

Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna setelah

bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap

penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Kontraksi uterus

yang meningkat setelah bayi keluar, ini menyebabkan iskemia pada

lokasi perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara

plasenta dan dinding uterus menjadi nekrosis dan lepas.


c) Afterpains

Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkin ibu

mengalami kram/mulas pada abdomen yang berlangsung sebentar,

mirip sekali dengan kram waktu periode menstruasi, keadaan ini

disebut afterpains, yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus

pada waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang

terkumpul didalam uterus. Kram demikian tadi berlangsung tidak

lama dan tidak penting/bukan dianggap suatu masalah. Kram/mulas

akan lebih terasa Iagi pada saat menyusui bayi oleh karena

stimuIasi/rangsangan puting susu menimbulkan aksi refleks pada

uterus. Pada primipara (ibu yang baru pertama kali melahirkan),

tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap

kencang.

d) Tempat Plasenta

Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua

yang mengelilingi tempat/situs plasenta akan menjadi nekrotik

(layu/mati). Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa

cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lokia yang

menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik tadi adalah karena

pertumbuhan endometrium.

Endometrium mengadakan regenerasi cepat dimana dalam

waktu 2-3 hari sisa lapisan desidua telah beregenerasi (lapisan Sisi

dinding uterus menjadi jaringan endometrium baru, sementara itu

lapisan Sisi kovum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai lokia).
Regenerasi endometrium lengkap kembali sampai pada sekitar

minggu ketiga masa pascapartum, kecuali pada bekas tempat

plasenta, karena terjadi trombus sehingga regenerasi agak lebih

lama, sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan

e) Lokia

Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama

masa nifas. Lokia mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat

membuat organisme berkembang lebih cepat daripada vagina

normal. Lokia mempunyai bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu

menyengat, dan volumenya berbeda-beda pada setiap ibu. Lokia

mengalami perubahan karena proses involusi.

Menurut (Sofian, 2015), lokea adalah cairan sekret yang

berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Macam –

macam lokea, yaitu :

(1) Lokea Rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa–sisa

selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan

mekonium, selama 2 hari pascapersalinan.

(2) Lokea sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah

dan lendir, hari ke 3-7 pasac persalinan.

(3) Lokea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,

pada hari ke 7-14 pascapersalinan.

(4) Lokea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

(5) Lokea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

(6) Lokiostasis : lokea tidak lancar keluarnya.


2) Serviks Uteri

Serviks Uteri Involusi serviks dan segmen bawah uterus/

eksterna setelah persalinan berbeda dan tidak kembali pada keadaan

sebelum hamil. Muara serviks eksterna/katalis servikalis tidak akan

berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan (pada multipara),

tetapi terlihat memanjang seperti celah atau garis horisontal agak lebar,

sering disebut mulut ikan atau porous serviks.

Serviks akan menjadi lunak segera setelah melahirkan. Dalam

waktu sekitar 20 jam setelah persalinan, serviks memendek dengan

konsistensi lebih padat dan kembali ke bentuk semula dalam masa

involusi.

3) Vagina

Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rudae

kembali. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara

bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8

setelah melahirkan. Rugae akan terlihat kembali pada minggu ke-3

atau ke-4. estrogen setelah melahirkan sangat berperan dalam

penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali.

4) Perineum

Perineum adalah daerah antara vulva dan anus. Biasanya setelah

melahirkan, perineum menjadi agak bengkak/edema/ memar dan

mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan

untuk memperluas pengeluaran bayi. proses penyembuhan Iuka

episiotomi sama seperti Iuka operasi Iain. Perhatikan tanda-tanda


infeksi pada Iuka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak,

atau keluar cairan tidak lazim. Penyembuhan luka biasanya

berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan.

5) Organ Otot Panggul

Struktur dan penopang otot uterus dan vagina dapat mengalami

cedera selama waktu melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan relaksasi

panggul, yang berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya

topangan permukaan struktur panggul yang menopang uterus, dinding

vagina, rektum, uretra, dan kandung kemih.

Latihan Kegel dapat direkomendasikan setelah persalinan untuk

membantu memperbaiki tonus dan fungsi otot vagina dan panggul.

3. Kebutuhan Pada Masa Nifas

a. Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang,

terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Mengkonsumsi tambahan 3

sampai 4 porsi setiap hari. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari

(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Tablet zat besi harus

diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca

bersalin. Minum kapsul vitamin A ke pada bayinya melalui ASI nya.

b. Ambulasi Dini

Ambulasi dini adalah kebijakan untuk selekas mungkin

membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

untuk berjalan .ambulasi dini tidak dibenarkan pada pasien dengan

penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam.dan keadaan lain yang


masih membutuhkan latihan. Ambulasi awal dilakukan dengan

melakukan gerakan dan jalan-jalan ringan sambil bidan melakukan

observasi perkembangan pasien dari jam demi jam sampai hitungan hari.

Keuntungan ambulasi dini adalah:

1) Ibu merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.

2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.

3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.

4) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai.

c. Eliminasi

1) Miksi (BAK)

Kebanyakan pasien dapat melakukan BAK secara spontan

dalam 8 jam setelah melahirkan. Buang air kecil sendiri sebaiknya

dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-

4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena oedema kandung

kemih selama persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih

penuh dan sulit berkemih.

2) Defekasi (BAB)

Buang air besar biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari

setelah melahirkan karena enema prapersalinan, dikit cairan, obat-

obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit.

Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta

ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi

BAB.
d. Kebersihan Diri

Kebersihan ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari,

mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu

tinggal.

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,

meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan

luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genitalia

dengan air dan sabun setiap kali habis BAB/BAK yang dimulai dengan

mencuci bagian depan ,baru kemudian daerah anus. Sebelum dan

sesudahnya ibu dianjurkan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya

diganti minimal 2 kali sehari.

e. Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang di

butuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang

hari.

f. Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti, hendaknya pula

hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah

persalinan, karena pada waktu itu di harapkan organ-organ tubuh telah

pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami

kehamilan sebelum haid yang perama timbul setelah persalinan. Untuk

itu bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke 40,


suami/istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat

inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan

KB.

Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40

hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu, pada saat

melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan

kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.

4. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi menjadi tiga periode,yaitu:

a. Puerperium dini

Merupakan masa kepulihan yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial

Merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya

sekitar 6-8 minggu

c. Remote puerperium

Merupakan masa yang diperbolehkan untuk pulih dan sehat sempurna.

Berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

5. Kunjungan Pada Masa Nifas

a. 6-8 jam setelah persalinan

Tujuan:

1) Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan

rujukan bila perdarahan berlanjut.


3) Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri

4) Pemberian ASI pada awal masa menjadi ibu

5) Mengajarkan ibu untuk mempererat hubungan antara ibu dan bayi

baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

b. 6 hari setelah persalinan

1) memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan tidak

ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca

melahirkan

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada anda-tanda

penyulit.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan menjaga agar bayi tetap hangat.

c. 2 minggu setelah persalinan.

1) memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal dan tidak

ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau kelainan pasca

melahirkan
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada anda-tanda

penyulit.

5) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara

merawat tali pusat, dan menjaga agar bayi tetap hangat.

d. 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau

bayinya.

2) memberikan konseling untuk KB secara dini

6. Tujuan Masa Nifas

a. Tujuan umum :

Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh

anak.

b. Tujuan Khusus :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya.

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif

3) Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi

pada ibu dan bayinya.

4) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi, dan perawatan bayi

sehat.
D. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Menurut Dep. Kes. Rl, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat

lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah

berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis,

dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

2. Perubahan Fisiologis Bayi Segera Setelah Lahir

a. Termoregulasi

1) Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan

eksternal lebih dingin daripada lingkungan pada uterus.

2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang

besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah

menghantarkan panas pada lingkungan.

3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi

melaiui 3. konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.

4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya

dengan asidosis metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada

bayi cukup bulan yang sehat.

Sesaat sesudah bayi lahir, ia akan berada di tempat yang suhunya

lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan basah. Bila bayi

dibiarkan dalam suhu kamar 25°C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaporasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200

kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukan panas yang dapat

diproduksi hanya sepersepuluh daripada yang tersebut di atas dalam

waktu yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh

sebanyak 2°C dalam waktu 15 menit. Suhu lingkungan yang tidak baik

akan menyebabkan bayi menderita hipotermi dan traurna dingin (Cold

Injury). Bayi baru lahir dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan

mengurangi konsurnsi energi, serta merawatnya di dalam Natural

Thermal Environment (NTE), yaitu suhu lingkungan rata-rata di mana

produksi panas, pemakaian oksigen, dan kebutuhan nutrisi untuk

pertumbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal.

b. Sistem Pernapasan

1) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.

a) Faktor-faktor fisik; meliputi usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps

(misalnya, perubahan dalam gradien tekanan).

b) Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan

penurunan suhu.

c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya,

penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida, dan

penurunan pH) sebagai akibat asfiksia-sementara selama kelahiran.

2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.

3) Sekresi lendir dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah terutama

selama 12-18 jam pertama.


4) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respons refleks

terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan

jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu

setelah kelahiran.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik

sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal

sistem saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan

lainnya. Semua ini perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang

melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta

otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat jalan

lahir pervaginam mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan

yang terdapat di dalamnya, sehingga tersisa 80-100 mL. Setelah bayi

lahir, cairan yang hilang tersebut akan diganti dengan udara.

c. Sistem Pencernaan

1) Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan

ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.

2) Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan

makanan sudah terbentuk saat lahir.

3) Pencernaan protein dan karbohidrat telah tercapai; pencernaan dan

absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim

pankreas dan lipase.

4) Kelenjar saliva imatur saat lahir; sedikit saliva diolah sampai bayi

berusia 3 bulan.
5) Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan,

lengket, rnengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada

90% bayi baru lahir yang normal.

6) Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang minat terhadap

makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada

setiap kali pemberian makanan.

7) Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada

payudara; sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara

efektif.

8) Gerakan acak tangan ke mulut dan mengisap jari telah diamati di

dalam uterus; tindakan-tindakan ini berkembang baik pada saat lahir

dan diperkuat dengan rasa lapar.

d. Sistem Kardiovaskuler dan Darah

Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke

bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh

tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian

melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan

berkembang mengakibatkan tekan tekanan arteriol dalam paru menurun.

Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih

besar daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya

foramen ovale secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama

setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan

dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan biokimia (Pa02 yang

naik), duktus arteriosus akan berobliterasi, ini terjadi pada hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4 - 5 liter per menit/ m2

(Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu

1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54

liter/m2) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu

lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui tranfusi plasenta dan

pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan

menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

e. Metabolisme Glukosa

Oleh karena kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 mL akan

menurun menjadi 50 mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir,

energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama

sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar

gula akan mencapai 120 mg/100 mL. Bila perubahan glukosa menjadi

glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolisme asam lemak

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan neonatus, maka kemungkinan

besar bayi mengalami hipoglikemia.

f. Sistem Ginjal

1) Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh

tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.

2) Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang

normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespons terhadap

stresor.

3) Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan

kehilangan cairan yang berlebihan mengakibatkan asidosis dan

ketidakseimbangan cairan.
4) Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah

lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama; setelah itu, mereka

berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.

5) Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat; noda kemerahan

(debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.

3. Asuhan Bayi Baru Lahir 2 Jam Pertama

a. Penilaian APGAR

Penilaian keadaan umum bayi di mulai satu menit setelah lahir

dengan menggunakan nilai APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada

menit ke lima dan kesepuluh lihat pada tabel 2.12. Penilaian ini perlu

untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak (Sondakh,

2013).

Tabel 2.12
Penilaian Keadaan Umum Bayi Berdasarkan Nilai APGAR
Skor 0 1 2
Appearance color Pucat Badan merah, Seluruh tubuh kemerah
(warna kulit) ekstermitas biru – merahan
Pulse (heart rate) Tidak ada Kurang dari 100 Diatas 100
(frekuensi denyut
jantung)
Grimace (reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Menangis, batuk/
terhadap mimik bersin
rangsangan)
Activity (tonus otot) Lumpuh Ekstermitas sedikit Gerakan aktif
Respiration (usahan Tidak ada Lemah, tidak Menangis kuat
bernapas) teratur
Sumber :(Sofian, 2015).
Berdasarkan tabel 2.12 setiap bidan, dokter, atau petugas kesehatan

lainnya setiap menolong persalinan harus menilai keadaan bayi yang baru

lahir seperti pada tabel 2.12 pada menit ke 1 dan menit ke 5.

Memberikan asuhan aman,dan bersih segera setelah bayi baru lahir

merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi baru lahir.

Segera setelah lahir, letakan bayi di atas kain yang bersih dan

kering yang sudah di letakan di atas perut ibu. Apabila tali pusat pendek,

maka letakan bayi di antara ketua kaki ibu, pastikan bahwa tempat

tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segera lakukan penilaian awal

pada bayi baru lahir :

1) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ?

2) Apakah bayi bergerak aktif ?

3) Bagaimana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada

sianosis

Apabila bayi mengalami kesulitan bernafas makan lakukan

tindakan resusitasi pada bayi baru lahir.

b. Pemotongan Tali Pusat

Tali pusat dijepit dengan klem kira – kira 3 cm dan sekali lagi 1,5

cm dari pusat. Pemotongan dilakukan antara kedua klem tersebut.

Kemudian bayi diletakkan di atas kain bersih atau steril yang hangat.

Setelah dilakukan pengikatan tali pusat dengan alat penjepitan plastik

atau pita dari nilon atau dapat juga benang katun steril (Sondakh, 2013).
c. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan di teruskan

oleh serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon

prolaktin.prolaktin akan mempengaruhi klenjar asini untuk

memproduksi ASI di alveoli. Semakin sering bayi mengisap puting susu

maka semakin banyak prolaktin dan asi yang di produksi. Penerapan

inisiasi menyusu dini (IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi,

memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum,

merangsang kontraksi uterus, dan lain sebagainya.


PATHWAY

Ibu hamil Trimester III


(28-40 minggu)

Ibu Bersalin

Ibu Nifas Bayi Baru Lahir

KF 1 = 6-8 jam postpartum KN 1 = 6-48 jam setelah


bayi lahir

KF 2 = 6 hari postpartum

KN 2 = 3-7 hari setelah bayi


lahir

KF 3 = 2 minggu postpartum

KN 3 = 8-28 hari setelah


KF 4 = 6 minggu postpartum bayi lahir

Anda mungkin juga menyukai