Anda di halaman 1dari 78

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses yang alamiah dan fisiologis. Setiap wanita

yang memiliki organ reproduksi yang sehat, yang telah mengalami

menstruasi, dan melakukan hubungan seksual. Masa kehamilan di mulai

dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau (40 minggu

yang di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan terbagi dalam 3

trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan,

trimester kedua dari bulan ke empat sampai enam bulan dan trimerter

ketiga bulan ketujuh hingga Sembilan bulan, Maka, dapat disimpulkan

bahwa kehamilan merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam

atau diluar Rahim dan berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta

melalui jalan lahir (Oktaviani, 2018)

2. Perubahan Psikologis dan Fisiologis Trimester III

1) Perubahan Psikologis Trimester III

Kehamilan mampu mengundang perasaan senang, gelisah, riang

dan kelelahan terkadang sepenuhnya nampak bersamaan, sering kali

ada kekhawatiran, dan kecemasan yang dirasakan ibu hamil. Perubahan

psikologis trimester ketiga makin kompleks sebab kondisi kehamilan

yang makin membesar, ada rasa tidak nyaman, rasa khawatir, takut,

bimbang dan curiga atas suasana kehamilannya menjelas persalinan


2

sehingga ibu hamil memerlukan pemberian psikososial yang berasal

dari suami, keluarga dan tenaga kesehatan.(Nugraheny, 2021)

a) Perubahan Organ Reproduksi

Perubahan Organ Reproduksi Menurut (Nugraheny, 2021)

(1) Vulva Vagina

Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi

sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan hiperemia pada

vulva dan vagina sehingga menyebabkan warna kebirua vagina

yang disebut tanda Chadwick pelebaran pembuluh darah Ph

3,5 – 6 merupakan akibat meningkatnya produksi asam laktat

karena kerja laktobaci acidophilus, keputihan, selaput, lendir

vagina dan mengalami edematus, hypertrophy, lebih sensitive

meningkat seksual terutama triwulan III, warna kebiruan ini di

sebabkan oleh dilatasi vena yang terjadi akibat kerja hormone

Progesteron.

(2) Serviks

Perubahan serviks di akibat pengaruh hormon estrogen,

kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya

hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak.

Kelenjar-kelenjar diserviks akan berfungsi lebih dan akan

mengeluarkan sekresi lebih banyak, sehingga pengeluaran

cairan pervaginam lebih banyak.


3

(3) Uterus

Uterus mulai menekan kearah tulang belakang, menekan

vena kava dan aorta sehingga aliran darah tertekan. Pada akhir

kehamilan sering terjadi kontraksi uterus yang disebut his

palsu (braxton hicks). Itmus uteri menjadi bagian korpus dan

berkembang menjadi segmen bawah rahim yang lebih lebar

dan tipis, servik menjadi lunak sekali dan lebih mudah

dimasuki dengan satu jari pada akhir kehamilan.

(4) Kontraksi

Kontraksi akan meningkat selama satu sampai dua minggu

terakhir kehamilan berlangsung 10-20 menit, dan pada akhir

kehamilan kontraksi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman

serta menjadi penyebab dari tanda persalinan palsu ( False

labor).

(5) Payudara

Perubahan payudara selama trimester III dapat keluar

prakolostrum yang cair, jernih, dan kental. Sekresi ini

mengental yang kemudian disebut kolostrum.

(6) Ovarium

Sampai usia kehamilan 6 minggu masih terdapat korpus

iuleum graviditas dengan diameter 3 cm yang memproduksi

estrogen & progesterone. Lebih dari 1 minggu plasnta sudah


4

terbentuk dan korpus luteum mengecil,sehingga produksi

estrogen dan progesterone di gantikan oleh plasenta.

b) Perubahan sistem perkemihan

Akhir kehamilan kandung kencing mulai tertekan kembali

karena kepala janin mulai turun pintu atas panggul, terjadi

hemodilusi (pengencangan darah) menyebabkan metabolisme air

menjadi lancar pada kehamilan tahap lanjut. Akibat pergeseran

uterus yang berat kekanan dan terdapat kolon rektosigmoid.

(Hartanti and Nurlaela, 2021)

c) Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi

kemerahan, kusam. Perubahan ini dikenal dengan namastriae

gravidarum. Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan

perutnya ( linea alba ) akan berubah menjadi hitam kecoklatan

yang disebut linea nigra. Selain itu, pada aerola dan daerah genital

juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. (Manullang, 2020)

d) Perubahan sistem pencernaan

Selama kehamilan kebutuhan nutrisi ibu seperti vitamin dan

mineral meningkat dan nafsu makan ibu juga meningkat sehingga

intake makanan juga meningkat. Perubahan pencernaan lambung

dan esofagus pada gasrtric feflux lebih banyak terjadi pada

kehamilan lanjut karena elevasi lambung akibat pembesaran uterus.

(Hartanti and Nurlaela, 2021)


5

e) Sistem Endokrin

Menjelang akhir kehamilan sekresi kelenjar hipofise menurun

dan akan meningkatkan sekresi semua kelenjar endokrin (Kelenjar

thyroid, paratiroid, adrenal). Sedangkan Prolaktin dalam memicu

laktasi sampai plasenta di lahirkan dan kadar estrogen menurun.

f) Sistem Kardiovaskuler

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan di pengaruhi oleh adanya

sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-

pembuluh darah yang membesar pula.

2) Perubahan Fisiologis Trimester III

a) Rasa tidak nyaman muncul kembali.

b) Merasa tidak nyaman ketika bayi lahir tepat waktu.

c) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

d) Ibu khawatir bayi akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi

yang tidak normal.

e) Ibu semakin ingin menyudahi kehamilannya.

f) Merasa sedih karna mungkin terpisah dari bayinya.

g) Merasa kehilangan perhatian.

h) Tidak sabaran dan galau.

i) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya.

j) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya.

k) Libido menurun karena kondisi ibu hamil


6

3. Kebutuhan Dasar Trimester III

1) Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluh sesak nafas, hal ini

disebabkan karena diafrgma tertekan akibat pembesaran rahim.

Kebutuhan oksigen meningkat menjadi 20% untuk memenuhi

kebutuhan pertumbuhan jaringan ibu dan janin. Di sisi lain, dengan

peningkatan kehamilan, rahim akan mendorong ke arah diafragma

rahim, sehingga mengurangi kapasitas paru-paru yang biasanya

dapat menimbulkan gejala sesak napas. Untuk mengurangi keluhan

tersebut, langkah-langkah berikut dapat dilakukan:

a) Diupayakan ibu bernafas lebih dalam dari biasanya untuk

mendapatkan oksigen yang lebih banyak.

b) Latihan nafas melalui senam hamil

c) Tidur dengan bantal lebih tinggi

d) Tidur miring kiri untuk meningkatkan oksigenasi ke

fetoplasenta

e) Berhenti makan sebelum merasa kenyang.

2) Nutrisi

Kebutuhan akan zat gizi meningkat. Hal ini di perlukan untuk

memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, ibu hamil trimester

III membutuhkan :

a) kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000-

80.000 kilo kalori (Kkal), dengan tambahan berat badan sekita


7

12,5 kg tambahan kalori diperlukan setiap hari adalah 285-300

Kkal.

b) Vitamin B6 (Piridoksin) angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu

hamil adalah sekitar 2,2 mg sehari.

c) Yudium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang

berperan mengontrol setiap metabolisme sel baru yang

terbentuk.

d) Tiamin (Vitamin B1), Riboflavin (B2), dan Niasin (B3)

deretan vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur

metabolisme sistem pernapasan dan energi. Ibu hamil

dianjurkan mengonsumsi Tiamin sekitar 1,2 mg perhari,

Riboflavin sekitar 1,2 mg perhari, dan Niasin 11 mg perhari.

e) Air, kebutuhan minum 8 gelas air putih sehari, selain air putih

bisa juga dibantu dengan jus buah, makanan berkuah dan buah-

buahan.

3) Kebutuhan Personal Hygene

Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga oleh

setiap ibu hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat berdampak

pada kesehatan ibu dan janin. Sebaiknya ibu hamil mandi dan ganti

pakaian dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, kebersihan gigi dan mulut juga

perlu dapat di perhatikan karena serig kali terjadi gigi berlubang

terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.


8

4) Eliminasi

Wanita hamil di anjurkan untuk mengomsumsi makanan yang

banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu perawatan

perineum di lakukan setelah BAK/BAB caranya membersihkan

dari depan ke belakang, sering mengganti celana dalam, dan tidak

mencuci dengan sabun dan pembersih kewanitaan.

5) Istrahat atau Tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang

cukup. Kurang istirahat atau tidur dapat menyebabkan ibu hamil

terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Ibu hamil di anjurkan untuk

tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam.

6) Kebutuhan Seksual

Hubungan seks selama kehamilan tidak dilarang selama tidak

ada indikasi, bila dalam anamnesis pernah abortus pada kehamilan

yang sebelumnya sebaiknya coitus ditunda sampai kehamilan 16

minggu, karena plasenta sudah terbentuk sehingga kemungkinan

abortus menjadi lebih kecil.

4. ANC Terpadu

Antenatal Care terpadu merupakan pelayanan antenatal

komprehensif dan yang berkualitas yang diberikan kepada semua ibu

hamil. Pelayanan tersebut dapat diberikan oleh dokter, bidan perawat

maupun tenaga medis lainnya, tujuan dari ANC terpadu ini adalah

menyediakan pelayanan yang komprehensif dan


9

berkualitas,menghilangkan missed opportunity, deteksi dini terhadap

kelainan atau gangguan penyakit lain, serta menyediakan rujukan sesuai

dengan sistem yang ada. Kunjungan antenatal care dilakukan paling

sedikit 4 kali selama kehamilan. 1 kali pada trimester I, 1 kali pada

Trimester II dan 2 kali pada trimester III. (Rachmawati, Puspitasari and

Cania, 2017)

Pelayanan antenatal care terpadu meliputi hal sebagai berikut.

a) Memberi pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar

kehamilan berlangsung sehat .

b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi

kehamilan.

c) Menyiapkan persalinan bersih dan aman.

d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan

rujukan jika terjadi penyulit atau komplikasi.

e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat da tepat

waktu jika di perlukan.

f) Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga

kesehatan dan gizi ibu hamil,menyiapkan persalinandan kesiagaan

jika terjadi penyulit dan komplikasi. (Ningsi Surya, 2018)


10

Standar Asuhan Kehamilan (14 T) Menurut (Rachmawati, Puspitasari

and Cania, 2017)

1. Tinggi badan diukur sekali pada saat datang pertama untuk

mendeteksi resiko bila hasil pengukuran <145,cm. kenaikan berat

badan normal ibu hamil rata rata 6,5-16 kg

2. Ukur tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah sangat penting untuk mengetahui standar

normal ,tinggi, atau rendah,deteksi tekanan darah yang cenderung

naik diwaspadai gejala hipertensi. Apabila turun, diperkirakan ke

arah anemia.

3. Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan pita sentimeter

di ukur dari tepi simpisis hingga fundus uteri.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia kehamilan Tinggi fundus


(minggu) Dalam cm Menggunakan penunjuk
badan
12 - Teraba di atas simpisis
pubis
16 - Pertengahan simpisis
pubis dan umbilicus

20 20 cm (±2 cm) Pada umbilicus


22 – 27 UK (minggu)=cm -

28 28 cm (±2 cm) Pertengahan umbilicus


dan prosesus sifoideus

29 – 35 UK (minggu ) =cm (± -
2cm)
36 36 cm (±2 cm) Pada prosesus sifoideus

Sumber ( Jayanti Ira, 2019).


11

1) Teknik McDonald

Cara mengukur TFU menggunakan McDonald adalah dengan

menghitung jarak dari simfisis pubis sehingga ke fundus uteri

menggunakan pita ukur, saat usia kehamilan mencapai 22

minggu.Menurut (Jannah, 2015) Berikut contoh tabel McDonald

Rumus McDonald :

TFU dalam cm = Kehamilan dalam bulan

3,5

2) Palpasi Abdomina

Cara menukar tinggi fundus uteri menggunakan teknik palpasi

abdomen adalah meraba atau menekan sebagai perut dan jari tangan.

Selain meghitung usia kehamilan, teknik palpasi berfungsi untuk

mendeteksi suhu tubuh, getaran, pergerakan, betuk dan ukuran. Cara

mengukur tinggi fundus uteri menggunakan teknik palpasi dapat

dilakukan bidan menurut beberapa cara :

Leopold I : Menentukan Tinggi Fundus Uteri

Leopold II : Menentukan letak punggug janin

Leopold III : Menentukan bagian apa yang berada di bawah

uterus

Leopold IV : Menentukan apakah janin sudah masuk PAP

4. Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Tetanus Toksit adalah proses untuk membagun

kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus. Vaksin


12

tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang dilemahkan dan kemudian

dimurnikan. Pemberian imunisasi TT 1 pada ibu hamil di berikan

dengan interval suntikan pertama, TT 2 4 minggu setelah suntikan

pertama, TT 3 6 bulan setelah suntikan kedua, TT4 diberikan 1 tahun

setelah suntikan ke empat.

5. Pemberian Tablet Fe

Tablet Fe merupakan tablet penambah darah, untuk ibu hamil

danm nifas, karena pada masa kehamilan kebutuhannya meningkat

seiring dengan pertumbuhan janin. Pemberian tablet fe sesegera

mungkin setelah mual hilang, di berikan pada ibu hamil sebanyak 90

tablet, satu tablet perhari di minum.

6. Test terhadap penyakit menular seksual/VLDL

Pemeriksaan venal disease research labolatory (VDRL) adalah

tes laboraterium untuk mendeteksi penyakit menular sesual dan

HIV pemeriksaan ini dilakukan kepada ibu hamil dengan cara

mengambil specimen darah vena,apabila tes dinyatakan positif, ibu

hamil dilakukan pengobatan /rujukan.

7. Temu Wicara/Konseling

Temu wicara pasti dilakukan setiap klien melakukan kunjungan.

Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa

meliputi biodata,riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat

kehamilan, persalianan, dan nifas, biopsikososial, dan pengetahuan

klien. Adapun tujuan dari konseling adalah untuk membantu ibu


13

hamil memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventiv

terhadap hal hal yang tidak di inginkan.

8. Pemeriksaan Hemoglobin (HB)

Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi

Anemia pada ibu hamil, pemeriksaan dilakukan minimal dua kali

selama kehamilan yaitu trimester 1 dan trimester III

9. Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam

urine berdasarkan kekeruhan urine, hal ini terjadi dalam urine atau

karasnya kekeruhan menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang

ada. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan

pada ibu hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.

Pemeriksaan protein urin untuk mendeteksi ibu hamil kearah

preeklamsia.

10. Tes reduksi urine

Untuk ibu hamil dengan riwayat DM. bila hasil positif maka perlu

di ikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya Diabetes

Melitus Gestasional. Diabetes Melitus Gestasional dapat

mengakibatkan adanya penyakit berupa pre- eklampsia,

polihidramnion, dan bayi besar.

11. Perawatan Payudara

Perawatan payudara untuk ibu hamil, dilakukan 2 kali sehari.

Manfaat dari perawatan payudara adalah untuk menjaga kebersihan


14

payudara, memperbaiki bentuk puting susu, meransang kelenjar agar

produksi ASI lancar, dan mempersiapkan laktasi.

12. Pemeliharaan Tingkat Kebugaran (Senam Hamil)

Senam hamil dapat bermanfaat untuk membantu ibu

mempersiapkan persalinan serta mempercepat pemulihan setelah

melahirkan.

13. Terapi Yodium

Akibat dari kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan

kretin yang di tandai dengan gangguan fungsi mental, pendengaran,

pertumbuhan, dan kadar hormone yang rendah.

14. Terapi Obat Malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus pada ibu hamil di

daerah endemic malaria ataupun pendatang baru berasal dari daerah

malaria. Dampak dari malaria terhadap ibu hamil adalah dapat

terjadi abortus, partus prematur, dan anemia.

5. Tanda Bahaya Kehamilan Lanjut

Tanda bahaya kehamilan lanjut yang perlu di waspadai adalah :

1. Perdarahan Perdarahan Pervaginam / Perdarahan dari Jalan Lahir

Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan tanda

tidak normal jika dalam jumlah yang banyak dan kadang-kadang

disertai nyeri, jenis perdarahan nya dapat berupa plasenta previa,

solusio plasenta atau gangguan pembekuan darah.


15

2. Sakit Kepala Hebat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah serius adalah sakit

kepala hebat yang menetap dan tidak hilang walaupun sudah

beristrahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala hebat tersebut ibu

dapat merasakan penglihatannya jadi kabur atau berbayangan, Sakit

kepala hebat dalam kehamilan merupakan gejala preeklampsi.

3. Nyeri Perut Hebat

Nyeri perut yang tidak berhubungan dengan persalinan adalah

tanda tidak normal. Nyeri perut dapat mengancam jiwa, adanya

perubahan visual (penglihatan) yang mendadak, misalnya pandangan

kabur atau ada bayangan.

4. Penglihatan Kabur

Penglihatan kabur menunjukan keadaan yang mengancam

kehamilan yaitu adanya perubahan penglihatan secara mendadak

misalnya pandangan kabur atau berbayang berbinitk-bintik. Perubahan

penglihatan disertai dengan sakit kepala yang hebat merupakan suatu

tanda preeklampsi

5. Bengkak Atau Oedema Pada Wajah, Tangan dan Kaki

Sebagian ibu hamil mengalami bengkak yang normal pada kaki,

biasanya muncul pada sore hari dan hilang setelah beristrahat atau

dengan meninggikan kaki saat tidur. Bengkak biasanya menunjukan

adanya masalah serius jika muncul pada wajah dan tangan tetapi

apabila tidak hilang setelah beristrahat dan di ikuti dengan keluhan


16

fisik lainnya ibu dapat dicurigai adanya tanda dari anemia dan

gangguan preeklamsi.

6. Gerakan Janin Berkurang

Ibu mulai merasakan gerakan janin mulai bulan kelima atau bulan

keenam kehamilan kadang lebih awal, pada saat bayi tidur gerakannya

akan melemah, bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam.

Gerakan bayi akan mudah terasa bila ibu berbaring atau beristirahat

dan jika ibu makan atau minum dengan baik.

6. Persiapan Persalinan

Menurut Sutanto dan Fitriana (2018) perilaku ibu hamil trimester III

dalam persiapan persalinan adalah segala yang di lakukan ibu dalam

menghadapi persalinan yang meliputi :

1) Membuat rencana persalinan

2) Membuat rencana pengambilan keputusan

3) Mempersiapkan transprortasi

4) Membuat rencana menabung

5) Mempersiapakan perlengkapan menabung

B. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah rangkaian peristiwa pengeluaran janin dalam Rahim

ibu, dan di akhiri oleh kelahiran plasenta. Dalam ilmu kebidanan ada

berbagai jenis persalinan, di antaranya adalah Persalinan spontan adalah

persalinan yang berlangsung dengan adanya kekuatan ibu melalui jalan


17

lahirnya. Persalinan buatan adalah proses persalinan yang di bantu dengan

tenaga dari luar atau selain dari ibu yang akan melahirkan, tenaga yang di

maksud misalnya ekstraksi forceps, atau Ketika di lakukan operasi section

caesaria. Persalinan anjuran adalah persalinan yang berlangsung setelah di

lakukan pemecahan ketuban, pemberian Pitocin, atau Prostagladin.

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan

cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan persentasi letak belakang

kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan

sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat. (Hatini, Erina

Eka SST, 2018)

2. Mekanisme Persalinan

Menurut Fitriana, Y. & Nurwiandani, W. (2020) pada persalinan

normal terdapat beberapa mekanisme yang di alami oleh ibu bersalin.

a. Masuknya Kepala Janin dalam Pintu Atas Panggul, terjadi ketika

diameter biparietal melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis

melintang/oblik ditengah jalan lahir dan sedikit fleksi, pada primi gravida

Engagement terjadi pada bulan terakhir kehamilan, sedangkan pada

multigravida dapat terjadi pada awal persalinan. Penurunan Kepala

terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul, yang

diakibatkan tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan

langsung kontraksi fundus pada bokong janin, kontraksi diafragma serta

otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu jalan lahir :
18

1) Sinklitismus yaitu ketika satura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan

lahir.

2) Asinklitismus anterior yaitu kepala janin mendekat kearah

promontorium sehingga os parietalis lebih rendah.

3) Asinklitismus posteriuor yaitu kepala janin mendekat kearah simpisis

dan tertahan oleh simpisis pubis.

4) Gerekan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju, tetapi

kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar

panggul. Kepala janin dengan adanya fleksi maka diameter

oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi suboksipito brehmatika 9

cm, posisi dagu bergesar ke arah dada janin. Pada pemeriksaan

dalam ubun-ubun keci lebih jelas teraba dari pada ubun-ubun besar.

b. Putaran paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi

sebelumnya kearah depan sampai di bawah simpisis, adanya putaran

paksi dalam yaitu karena bagian terendah kepala adalah bagian belakang

dalam keadaan fleksi.

c. Ekstensi saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi

kearah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan

bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan

lahir akibat ekstensi.

d. Putaran paksi luar merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil kearah

punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan dengan tuber

ichiadicum kanan atau kiri, sedangkan muka janin menghadap salah satu
19

paha ibu. Putaran paksi luar ini menjadikan diameter biakromial janin

searah diameter anterior posterior pintu bawah panggul, dimana 1 bahu

berada diposisi anerior dibelakang simpisis dan bahu yang 1 dibagian

posterior dibelakang perineum, sehingga sutura sagitalis kembali

melintang.

e. Ekspulsi setelah putaran paksi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang, kemudian setelah kedua

bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir

janin seluruhnya keluar.

3. Tahap Persalinan

Tahapan persalinanterdiri atas 4 tahapan yaitu kala I (kala pembukaan),

Kala II (kala pengeluaran janin), kalaIII (kala pelepasan plasenta) dan kala

IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan).

a. Kala 1

Waktu untuk pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap (10

cm). Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :

1) Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan berlangsung

selamai 7-8 jam.

2) Fase aktif dimulai sejak serviks membuka 4 cm sampai lengkap 10

cm. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat

(kontraksi adekuat 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung


20

selama 40 detik atau lebih), menyebabkan penurunan bagian

terbawah janin. Berlangsung selama 6 jam.

b. Kala II

Kala II disebut juga kala pengeluaran janin, kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini his menjadi

lebih kuat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Dalam fase ini dirasakan

tekanan pada otot-otot panggul yang dapat menimbulkan rasa mengedan.

Tekanan pada rectum dan hendak ingin buang air besar, kemudian

perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka.

Labia mulai membuka kemudian kepala janin tampak membuka vulva

pada waktu his, dengan adanya his dan kekuatan mengendan, kepala

janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka dan

dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk

mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi. Pada primigravida kala II

berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 0,5 jam

(Kuswanti dan Melina, 2019)

c. Kala III

Kala III disebut juga sebagai kala pengeluaran plasenta. Setelah bayi

lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.

Pelepasan dan pengeluaran Plasenta berlangsung selama 15 sampai 30

menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan difundus

uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, kira-kira

100-200 cc. (Kuswanti dan Melina , 2019).


21

d. Kala IV

Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan plasenta

lahir utuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap tanda bahaya

postpartum. (Kuswanti dan Melina, 2019).

4. Patograf

1. Pengertian

Partograf digunakan untuk memantau, mengevaluasi dan

menatalaksana persalinan . Partograf dapat dipakai untuk memberikan

peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat

ibu dan janin, serta perlunya rujukan. (Jayanti Ira, 2019).

2. Tujuan Patograf

Tujuan utama penggunaan patograf adalah untuk menilai hasil

observasi apakah ada kemajuan persalinan dengan dilakukan pemriksaan

dalam dan mndeteksi dini adanya kemungkinan terjadinya partus lama

(Fitriana, Y, & Nurwiyandani,W., 2020)

3. Komponen Patograf

a. Waktu Pengisian Patograf

Waktu yang tepat untuk pengisian patograf saat proses persalinan

telah berada dalam kala 1 fase aktif, yaitu saat mulai terjadianya

pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada

pemantauan kala IV

b. Isi Patograf

Patograf dapat di katakan sebagai data lengkap apabila seluruh


22

informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam,

kontraksi uterus, kondisi ibu, obat – obatan yang di berikan,

pemeriksaan labolatorium, keputusan klinik, dan asuhan atau

Tindakan yang di berikan telah di catat secara rinci sesuai dengan cara

pencatatan patograf. Berikut ini adalah hal – hal yang perlu dicatat

dalam patograf.

1) Informasi tentang ibu

a) Nama dan umur

b) Gravida, para, abortus.

c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi Janin

a) Denyut Jantung Janin

Nilai dan catat denyut jantung janin stiap 30 menit (lebih

sering jika terdapat tanda – tanda gawat janin). Kisaran normal

DJJ tertera di antara garis tebal angka 180 dan 100. Bidan harus

waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 permenit (bradicardi)

atau di atas 160 prmnit (tachikardi). Beri tanda (titik) pada

kisaran 180 dan 100. Setelah itu hubungkan satu titik dengan

titik lainnya.
23

4. Warna dan adanya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali di lakukan pemeriksaan dalam dan nilai

warna air ketuban jika selaput ketuban sudah pecah. Penggunaan

lambangnya, adalah sebagai berikut :

U : Ketuban utuh ( belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah dan warna jernih

M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan Meconium

D : Ketuban sudah pecah dan bercampur darah

K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (Kering).

5. Penyusupan (molase) kepala janin

Indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat

menyesuaikan diri dengan bagian – bagian keras panggul ibu. Lakukan

penilaian penyusupan kepala setiap melakukan pemeriksaan dalam.

Penggunaan lambangnya, sebagai berikut :

0 : Tulang kepala janin terpisah, sutra dengan mudah dapat di Palpasi

1 : Tulang kepala janin saling bersentuhan

2 : Tulang kepala janin saling bertumpang tindih, tapi masih dapat di

pisahkan

3 : Tulang kepala janin tumpeng tindih dan tidak dapat di pisahkan

6. Kemajuan Persalinan

a. Pembukaan serviks

1) Nilai dan catat pembukaa serviks tiap 4 jam (lebih sering di

lakukan bila ada tanda penyulit).


24

2) Angka 0-10 yang tertera paling kiri adalah besarnya dilatasi

serviks, setiap angka atau kolom menunjukkan besarnya

pembukaan serviks. Pembukaan serviks di garis waspada dengan

menulis tanda “X”

3) Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan ( P e m b u k a a n 4

cm)

4) Selanjutnya catat setiap kali melakukan pemeriksaan dalam

kemudian hubungkan dngan garis utuh ( tidak putus).

b. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin pada pngecekan

bagian ini berilah tanda “0” dengan menunjukan penurunan bagian

bawah janin pada garis waktu yang slesai.

c. Garis waspada di mulai saat pembukaan 4 cm dan berakhir pada titik

pembukaan lengkap. Pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan

garis waspada, maka harus di pertimbangkan karena adanya penyulit.

Garis bertindak tertera sejajar dan di sebalah kanan (berjarak 4 jam)

pada garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui atau

berada di sebelah kanan bertindak, maka Tindakan untuk

menyelesaikan persalinan harus di lakukan. Sebaiknya ibu harus tiba

di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

d. Waktu dan Jam

1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

Di bagian bawah patograf (pembukaan serviks dan penurunan)

terdapat kontak yang di beri angka 1- 16 setiap kotak tersebut di


25

nayatakan waktu 1 jam sjak mulainya fase aktif persalinan

2) Waktu actual saat pemeriksaan atau penilaian

a) Setiap kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan

dngan 2 kotak 30 menit pada lajur kotak di atasnya atau

jalur kontrkasi di bawahnya.

b) Saat mulai masuk fas aktif catat pembukaan serviks, catatlah

pembukaan serviks di garis waspada, kemudian catat waktu

actual pemeriksaan ini di kotak waktu selesai.

e. Kontraksi Uterus

1) Frekunesi kontraksi dalam 10 menit, setiap 30 menit meraba dan

catat jumlah konraksi dalam 10 menit

2) Lama kontraksi (dalam detik)

3) Obat-obatan yang diberikan

a) Oksitosin, di berikan jika tetesan drip sudah di mulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang

di berikan pervolume cairan dan dalam satuan tetesan

permenit.

b) Obat-obatan dan cairan Intra Vena (IV) Yang diberikan.

Lakukan pencatatan terhadap semua obat yang digunakan

dalam kontak yang sesuai dengan kolom waktu.

f. Kondisi Ibu

Nadi, di catat setiap 30 menit beri tanda titik pada kolom yang sesuai.

Tekanan Darah di catat setiap 4 jam atau lebih sering jika di duga ada
26

penyulit. Dan Suhu Tubuh.

g. Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang

berguna untuk mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala

II, kala III, kala IV, bayi baru lahir.

1) Data Dasar

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan,

alamat tempat persalinan, catatan, alas an merujuk, tempat

merujuk, pendamping saat merujuk, dan masalah dalam

kehamilan dan persalinan.

2) Kala I

Pada bagian ini terdapat pernyataan-pernyataan tentang patograf

saat melewati garis waspada, masalah yang timbul,

penatalaksanaan dan hasil pelaksanaan.

3) Kala II

Terdiri dari laporan tentang episiotomy, pendampingan

persalinan, gawat janin, dan distosia bahu.

4) Kala IV

Berisi tentang Tekanan Darah, Nadi, Suhu tubuh, Tinggi fundus

uteri, Kontraksi uterus, Kandung kemih, dan Perdarahan.

5. Asuhan Persalinan Normal

1. Pengertian APN

Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi lahir, setelah upaya pencegahan


27

komplikasi yaitu pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru lahir

(Widiastini,2018).

2. APN 60 Langkah

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala dua Ibu

merasa ada dorongan kuat untuk meneran, Ibu merasakan tekanan

yang semakin meningkat pada rectum dan vagina, Perineum nampak

menonjol, Vulva dan sfinger ani membuka.

2) Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obat esensial untuk

menolong persalinan termasuk menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat

suntik steril sekali pakai didalam partus set.

3) Menggunakan APD

4) Melepaskan semua perhiasan yang digunakan, cuci tangan dengan

sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk

periksa dalam.

6) Masukan oksitosin kedalam tabung suntik (gunakan tangan yang

memakai sarung tangan DTT dan steril) dan letakkan kembali

kedalam wadah partus set. Bila ketuban belum pecah, pinggirkan ½

kocher pada partus set.

7) Membersihkan vulva dan perineum, membersihkannya secara hati-

hati dengan arah dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas

atau kassa yang dibasahi dengan air DTT


28

8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah

9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dalam keadaan

terbalik kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setalah kontraksi uterus,

pastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah

merasa ingin meneran.

12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi (bila rasa ingin

meneran, bantu ibu ke posisi setengah duduk dan pastikan ibu

merasa nyaman)

13) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan atau mengambil posisi nyaman,

jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran

15) Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi), jika kepala bayi

sudah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16) Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu

17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

19) Setelah tampak kepala bayi Saat kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
29

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan

kepala bayi untuk menahan posisi kepala dan membantu lahirnya

kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat

dan dangkal.

20) Lakuakan pemeriksaan tali pusat pada bagian leher bayi

a) Jika tali pusat terlilit di leher secara longgar lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat telilit di leher secara kuat klem tali pusat di dua

tempat dan potong diantara 2 klem tersebut.

21) Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22) Pegang kepala secara biparental, setelah kepala melakukan putaran

paksi luar. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah hingga bahu depan

muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas untuk

melahirkan bahu belakang.

23) Geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,

lengan dan siku sebelah bawah, setelah bahu bayi lahir. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku

sebelah atas.

24) Gerakkan tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan

tungkai bawah janin lalu memegang tungkai bawah (selipkan jari


30

telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin), setelah badan dan

lengan lahir.

25) Lakukan penilaian selintas

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b) Apakah bayi bergerak aktif ? Jika bayi tidak menangis tidak

bernafas, atau megap megap lakukan langkah resusitasi (lanjut

ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari bagian muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.

27) Melakukan periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu

bayi yang lahir

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntikan oksitasin agar uterus

berkontraksi baik

29) Suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas

bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan

oksitosin), dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir.

30) Setelah dua menit bayi lahir, Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3

cm dari arah pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah ibu dan

jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

manajemen fisiologis persalinan kala III yaitu dengan penundaan

pemotongan tali pusat atau membiarkan saja plasenta terlahir tanpa

intervensi juga memberikan keuntungan berupa adanya transfer


31

darah dari plasenta sekitar 80 – 100 ml pada 3 menit setelah bayi

lahir, meningkatkan kadar hematokrit dan bilirubin dan

meningkatkan oksigen ( Saifudin, 2019)

31) Melakukan Potong dan ikat tali pusat Memegang tali pusat diantara

2 klem menggunakan tangan kiri, dengan perlindungan jari-jari

tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem. Bila bayi

tidak bernafas spontan lihat penanganan khusus bayi baru lahir.

32) Letakkan bayi terngkurap di dada ibu, agar ada kontak kulit ibu ke

kulit bayi dan melakukan IMD selama 1 jam

33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm di depan

vulva

34) Letakan satu tangan di atas kain perut bawah ibu (di atas simpisis),

untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

35) Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan kearah bawah, sementara

tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal

36) Bila pada tekanan pada bagian dinding depan uterus ke arah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal maka

lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta lahir

37) Lahirkan plasenta dengan kedua tangan, saat plasenta muncul di

introitus vagina. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan

38) Lakukan masase pada fundus uteri segera setelah plasenta lahir,
32

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba

keras)

39) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

40) Periksa kedua sisi plasenta, pastika plasenta dilahirkan lengkap

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan

katerisasi

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

kedalam larutan clorin 0,5 %

44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

46) Evaluasi dan estimulasi jumlah kehilangan darah

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik (40-60

x/menit)

48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT

49) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI, anjurkan

keluarga untuk memberikan minum dan makan

50) Tepatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %
33

untuk dekontaminasi

51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang

sesuai

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan, balikkan bagian

dalam ke luar dan rendam dalam larutan selama 10 menit.

54) Lakukan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

55) Menggunakan sarung tangan DTT untuk memberi tetes mata

antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha

kiri

56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan. Pastikan kondosi bati bayi baik.

57) Setelah satu jam pemberian suntikan imunisasi Hepatitis B di paha

kanan anterolateral. Setelah satu jam pemberian vitamin K1.

58) Lepas sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV (JNPK-KR, 2018).

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Fitriana,Y. & Nurwiandani,W, (2020) Ada 5 faktor penting yang

mempengaruhi persalinan (5P) yang harus bekerja sama agar persalinan

dapat berlangsung secara normal,yaitu :


34

a. Tenanga atau Kekuatan (Power)

1) Istilah power mengacu pada kekuatan kontraksi uterus

2) Kontraksi uterus akhirnya menghasilkan penipisan (Efacement) dan

dilatasi serviks yang lengkap.

3) Kontraksi otot abdomen seperti saat pasien megedan untuk

mendorong bayi bergerak kearah bawah menjadi sumber kekuatan

sekunder.

b. Passanger (Janin di dalam uterus)

1) Janin, Faktor yang menpengaruhi terhadap persalinan meliputi sikap

dan letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, serta posisi janin.

2) Plasenta adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi

kelahiran janin. Namun, plasenta jarang menghambat proses

persalinan pada persalinan normal.

3) Air ketuban terletak di ruang yang di lapisi oleh slaput janin (

amnion dan korion)

c. Passage (kelainan ukuran maupun bentuk panggul/jalan lahir)

Passage atau jalan lahir berarti lintasan yang harus dijalankan oleh

janin sebelum meninggalkan uterus ibunya.

1) Jalur lintasan dapat meliputi rongga pelvis ibu dan jaringan lunak

2) Rongga pelvis ibu harus cukup luas untuk mendapatkan dan

dilewati oleh bayi

d. Psikologis Ibu

1) Mengacu kepada perasaan kejiwaan pasien dalam


35

menghadapi persalinan.

2) Bagi ibu hamil persaan dapat meliputi rasa

khawatir dan takut,untuk sebagian lainnya sering

terdapat persaan yang tegangdan takut.komponen

utamanya berupa kesiapan psikis pasien untuk

mengahdapi persalinan

e. Penolong Persalinan

Salah satu factor sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah

kemampuan dan keterampilan penolong persalinan. (Youngki, 2019).

5. Kebutuhan Dasar Persalinan

Kebutuhan dasar Persalinan menurut Walyani dan Purwoastuti, 2018 yaitu :

a. Dukungan Fisik dan Piskologis Ibu Bersalin

Memasuki masa persalinan maka akan muncul perasaan takut,

khawatir ataupun cemas pada ibu. Perasaan takut dapat meningkatkan

nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah yang pada

akhirnya akan menghambat proses persalinan, sehingga perlu ada

dukungan oleh orang-orang terdekat ibu seperti suami dan keluarga.

Bidan sebagai penolong persalinan harus mampu memberikan perasaan

kehadiran :

1) Selama persalinan, bidan harus berkonsentrasi penuh untuk

mendengarkan dan melakukan observasi.

2) Melakukan kontak, menggosok punggung dan memegang tangan

pasien.
36

3) Menempatkan pasien dalam keadaan yakin (bidan bersikap tenang

dan menenangkan pasien).

b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Makanan padat tidak boleh diberikan selama persalinan aktif, karena

makanan padat lebih lama tinggal dalam lambung dari pada makanan

cair, sehingga proses pencernaan lambat selama persalinan. Bila ada

pemberian obat, dapat juga merangsang terjadinya mual/muntah yang

dapat mengakibatkan terjadinya aspirasi kedalam paru-paru, untuk

mencegah dehidrasi pasien dapat diberikan banyak minum segar (jus,

buah, sup) selama proses persalinan, namun bila mual muntah dapat

diberikan cairan IV (RL).

c. Kebutuhan Eliminasi

Kandung kemih harus dikosongkan setiap 2 jam selama proses

persalinan, bila pasien tidak dapat berkemih sendiri dapat dilakukan

kateterisasi karena kandung kencing yang penuh akan menghambat

penurunan bagian terbawah janin, selain itu juga akan meningkatkan rasa

tidak nyaman yang tidak dikenali pasien karena bersama dengan

munculnya kontraksi uterus. Jika ibu mengatakan ingin buang air besar,

bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala masuk

pada kala dua.

d. Posisioning dan Aktifitas


37

Posisi untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sebisa

mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang

diinginkan oleh ibu dalam persalinannya.

e. Penggurangan Rasa Nyeri

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut

Varney`s Midwifery :

1) Adanya seorang yang dapat mendukung dalam persalinan.

2) Pengaturan posisi.

3) Relaksasi dan pelatihan pernapasan.

4) Menjelaskan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan

dilakukan.

5) Asuhan sayang ibu.

6) Sentuhan dan masase ganda pada pinggul.

7) Counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen

sacroiliaka.

8) Penekanan pada lutut.

9) Kompres hangat dan kompres dingin.

10) Visualisasi dan pemusatan perhatian.

6. Komplikasi Pada Persalinan

Menurut Kuswanti dan Melina (2018) komplikasi pada persalinan terbagi:

1) Komplikasi Kala I

a) Persalinan Macet merupakan kondisi tulang panggul ibu terlalu sempit

atau gangguan penyakit sehingga tidak mudah dilintasi kepala bayi


38

pada waktu bersalin yang menyebabakan bayi susah lahir.

b) Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput secara spontan dan di

sertai keluarnya cairan berupa air satu jam lebih sebelum proses

persalinan berlangsung.

c) Distosia bahu merupakan kelahiran kepala janin dengan bahu anterior

macet di atas sympisis pubis dan tidak bisa masuk melalui pintu

bawah panggul sehingga bahu menjadi tidak bisa di gerakkan.

2) Komplikasi Kala III dan IV

a) Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500

ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan Kala

III.

b) Atonia uteri adalah kegagalan kontraksi otot Rahim yang

menyebabkan pembuluh darah ada bekas implantasi plasenta terbuka

sehingga menyebabakn perdarahan.umumnya perdarahan akibat

atonia uteri terjadi dalam 24 jam pertama post partum.

c) Emboli air ketuban merupakan soindrom di mana masuknya cairan

amnion kedalam sirkulasi darah ibu yang menyebabkan kolabs pada

ibu di waktu persalinan

d) Retensio plasenta merupakan di mana keadaan plasenta belum lahir

dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir

e) Rest Plasenta, Penemuan secara dini hanya di mungkinkan dengan di

lakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah lahir.


39

7. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

1. Pengertian

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyususi segera

setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya

sendiri (tidak langsung menyodorkan ke puntting susu). IMD akan sangat

membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif dan lama

menyusui dengan demikian bayi akan terpenuhi kebutuhan hingga 2

tahun dan mencegah anak kurang gizi (widaryati rahayu, 2019)

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi merangkak

mencari, menemukan putting dan menyusu sendiri setelah proses

kelahiran. WHO dan UNICEF sangat merekomendasikan ibu untuk

melakukan IMD sebagai Tindakan penyelamatan kehidupan. Menyusui

satu jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara

ibu dan bayi (Fitriana, Y.& Nurwiandani, W., 2020).

2. Tujuan IM

Tujuan IMD adalah di mana bayi dapat menyusu ke ibunya dengan

segera namun secara tidak langsung akan membangun komunikasi yang

baik dengan ibu sejak dini.

3. Proses IMD

a. Setelah lahir, bayi secepatnya di keringkan seperlunya tanpa

menghilangkan verniks ( kulit putih). Bayi kemudian di tengkurapkan

di dada atau di perut ibu, dengan kulit bayi melengket pada kulit ibu

demi mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat di pakaikan topi.


40

b. Bayi yang di tengkurapkan di dada atau perut ibu di biarkan agar

mencari sendiri putting susu ibunya

c. Saat bayi di biarkan mencari putting susu ibunya. Ibu perlu di dukung

dan di bantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusui

d. Bayi di biarkan dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu

sampai proses menyusui peratama kali

e. Setelah selesai awal, bayi baru di pisahkan untuk di timbang,di

ukur, di cap kaki,di berikan vit K dan tetes mata.

f. Ibu dan bayi tetap bersama dan di rawat gabung (Yuni Fitriana &

Windi Nur wiyandani, 2018)

8. Lima Benang Merah

Lima benang merah menurut Legawati, 2018

1. Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan

penyelesaian masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan pasien.

Keputusan harus akurat, komprehensif, dan aman, baik bagi pasien,

keluarga pasien maupun petugas yang memberikan pertolongan.

Langkah-langkah dalam membuat keputusan klinik adalah

pengumpulan data, interpretasi data untuk mendukung diagnosa atau

identifikasi masalah, menetapkan diagnosa, intervensi untuk

menghadapi masalah, menyusun rencana asuhan, melakukan asuhan,

dan mengevaluasi efektifitas asuhan yang diberikan.

2. Asuhan Sayang Ibu adalah prinsip dasar asuhan dengan mengikut

sertakan suami dan keluarga dalam proses persalinan dan kelahiran


41

bayi, jika ibu diberi perhatian dan diberi dukungan selama persalinan

dan kelahiran bayi, Ibu akan mendapakan rasa aman dan persalinan

berlangsung dengan cepat.

3. Pencegahan Infeksi, Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah

dari komponen-komponen dalam asuhan selama persalinan. Cuci

tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran

infeksi, memakai sarung tangan, mengguakan tekhnik aseptik, alat

pelindung diri (APD) dapat melindungi petugas dari percikan cairan

tubuh pasien.

4. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan

klinik, catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat-obatan, dan

asuhan yang diberikan. Partograf adalah bagian terpenting dari proses

pencatatan selama persalinan.

5. Rujukan, Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi atau

mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi, jika

ibu belum membuat rencana rujukan pada saat kehamilan, penting

untuk mendiskusikan rencana tersebut pada ibu dan keluarganya dari

awal persalinan. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan sayang ibu

dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir

(Legawati,2018).
42

C. Konsep Dasar Post Partum

1. Pengertian Post Partum

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kala IV yang dimulai sejak

plasenta lahir berlangsung kira kira 6 minggu atau 42 hari, merupakan

waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang

normal. (Imelda, 2018).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang di mulai segera setelah

kelahiran plasenta dan berakhr ketika pulihnya kembali alat-alat kandungan

seperti keadaan sebelum hamil. (Walyani, 2019)

2. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis masa nifas menurut Walyani dan Purwoastuti, 2019:

a. Sistem Kardiovaskular

Volume darah meningkat segera setelah melahirkan karena

terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung

meningkat, dapat diatasi dengan hemokonsentrasi sampai volume darah

kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.

b. Sistem Hematologi

Selama kelahiran dan masa nifas terjadi kehilangan darah sekitar 200-

500 ml sehingga terjadi penurunan volume darah dan peningkatan

hemotokrit serta hemoglobin pada hari ke 3 sampai 7 hari masa nifas, dan

akan kembali normal dalam 4 sampai 5 minggu masa nifas.

c. Sistem Reproduksi

1) Uterus
43

2) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (infolusi) hingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil

Tabel 2.3 Tinggi Fundus Uteri Pada Masa Nifas


Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi baru lahir Setinggi pusat 100 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat 500 gram

simpisis

2 minggu Tidak teraba diatas 350 gram

simpisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Sumber (Fitri Imelda,2018)

3) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina berbau amis atau anyer dengan volume yang berbeda-beda

pada setiap wanita. Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran

lochea dibagi menjadi 4 jenis :

a) Lochea rubra, lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari

ketiga masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah

segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.

b) Lochea sanguenolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul

di hari keempat sampai hari ketujuh.


44

c) Lochea serosa, lochea ini muncul pada hari ketujuh sampai hari

keempat belas dan berwarna kekuningan kecoklatan

d) Lochea alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6

minggu postpartum.

4) Serviks

Serviks mengalami involusi bersamaan dengan uterus, hingga 6

minggu setelah persalinan serviks menutup.

5) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan sangat

besar selama proses melahirkan bayi, kedua organ ini berada dalam

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali pada

keadaan sebelum hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-

angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih

menonjol.

6) Perenium

Perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan

kepala bayi yang bergerak maju.

7) Payudara

Payudara menjadi besar selama nifas dan teraba keras sebagai tanda

mulainya proses laktasi, sehingga memungkinkan keluarnya

kolostrum biasanya sudah ada saat persalinan. Produksi ASI sudah

terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan.

d. Sistem Perkemihan
45

Buang air kecil sering sulit dalam 24 jam pertama. Kemungkinan

terdapat spesine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36

jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan kadar hormon

esterogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang

mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis ureter yang berdilatasi

akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.

e. Sistem Gastrointestinal

Diperlukan waktu 3 sampai 4 hari sebelum faal usus kembali normal.

Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan

mekanan mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh

berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan

di beri enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi

keinginan untuk buang air besar.

f. Sistem Endroktin

Kadar estrogen menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%

dalam 3 jam hingga hari ketujuh postpartum.

g. Sistem Muskuloskletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu

persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih

kembali

h. Sistem Integumen
46

Penurunan melanin umumnya terjadi setelah persalinan sehingga

menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit dan akan menghilang

pada saat kadar hormon estrogen menurun.

3. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan psikologis masa nifas menurut Walyani dan Purwoastuti, 2019:

a. Fase Taking In

Periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai hari

kedua setelah melahirkan, pada fase ini ibu sedang berfokus terutama

pada dirinya sendiri, ibu akan berulang kali menceritakan proses

persalinan yang di alaminya dari awal sampai akhir.

b. Fase Taking Hold

Periode yang berlangsung antara tiga sampai 10 hari setelah

melahirkan, pada fase ini timbul rasa kekhawatiran akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu

mempunyai perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung

dan marah.

c. Fase Letting Go

Periode menerima tanggung jawab akan peran barunya sebagai orang

tua, berlangsung setelah 10 hari setelah melahirkan. Terjadi

peningkatan akan perawatan diri dan bayi. Ibu sudah mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi.


47

4. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Yudianti Ika, 2018 Kebijakan program nasional masa nifas

paling sedikit 3 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah –masalah yang terjadi antara lain :

1) Kunjungan pertama (6 jam-3 hari setelah persalinan) yang bertujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karenapersalinan atonia uteri

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan

memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d) Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu

e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru

lahir. (dalam hal ini memberikan supervice kepada ibu bagaimana

teknik melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir).

Menjaga agar bayi tetap hangat dan serta dengan cara mencegah

hipotermia.

2) Kunjungan Kedua (4-28 hari setelah persalinan) yang bertujuan :

a) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal

dan tidak berbau.

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal
48

c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan

istirahat,memastikan ibu ,menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda – tanda penyulit

d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,cara

merawat tali pusat, menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat

bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ketiga (29-42 minggu setelah persalinan) yang bertujuan :

a) Memastikan Rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan

meraba bagian rahim

b) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami ibu

atau bayinya serta.

c) Memberikan konseling untuk KB secara dini

5. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Kebutuhan dasar ibu nifas menurut Walyani, dan Purwoastuti, 2019 :

a. Nutrisi dan Cairan

Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan gizi

seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui). Tablet zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin, minum

kapsul vitamin A 200.000 IU agar bisa memberikan vitamin A pada

bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi
49

Sebagian besar ibu nifas dapat melakukan ambulasi segera setelah

bersalin. Aktifitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak

antara aktifitas dan istirahat, dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus

dapat melakukan mobilisasi. Dilakukan secara berlahan-lahan dan

bertahap. Dapat dilakukan miring kanan atau miring kiri terlebih

dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur untuk berdiri dan

jalan. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempercepat involusi alat

kandungan, fungsi usus, sirkulasi paru-paru, dan perkemihan lebih

baik, melancaran peredaran darah, dan mencegah trombosis pada

pembuluh tungkai

c. Eliminasi

Kebanyakan ibu dapat melakukan buang air kecil (BAK) dalam

waktu 8 jam setelah melahirkan. kadang-kadang ibu nifas mengalami

kesulitan untuk BAK, bila dalam 3 hari ibu belum bisa berkemih

secara mandiri, dapat dilakukan rangsangan untuk berkemih dengan

mengompres vesika urinaria dengan air hangat, dan jika belum bisa

berkemih juga maka lakukan kateterisasi.

Bila dalam 3 sampai 4 hari belum buang air besar, sebaiknya

diberikan rangsangan per oral atau per rektal, jika masih belum bisa

maka lakukan klisma untuk merangsang buang air besar sehingga

tidak mengalami sembelit.


50

d. Personal Hygiene

Personal hygiene atau kebersihan diri dapat membantu

mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu.

Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang

teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan sering mengganti

pembalut. Merawat perineum dengan baik menggunakan antiseptik

dan selalu ingatkan bahwa membersihkan perineum dari arah depan

kebelakang, untuk mencegah infeksi.

e. Istrahat

Istirahat yang cukup, istirahat tidur yang diperlukan ibu nifas

sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Anjurkan

ibu istrahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

f. Kebutuhan Seksual

Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri

begitu darah berhenti dan ibu dapat memasukan 1 atau 2 jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah berhenti dan ibu tidak

merasa nyeri maka ibu dapat melakukan hubungan suami istri kapan

saja ibu siap.

g. Keluarga Berencana

Keluarga berencana (KB) setelah ibu melahirkan sangatlah

penting, untuk dapat membantu ibu merawat anaknya dengan baik

serta mengistirahatkan alat kandungan (pemulihan alat kandungan).


51

Ibu dan suami dapat memilih alat kontrasepsi apa saja yang

diinginkan.

6. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya masa nifas menurut Sumiaty, 2018 :

1) Perdarahan Post Partum

Perdarahan postpartum atau perdarahan pasca persalinan yang

terjadi setelah bayi lahir atau sesudah sesaat proses persalinan

berlangsung dengan jumlah perdarahan ≤ 500 ml atau jumlah

perdarahan yang keluar melebihi normal berpotetensi mempengaruhi

tanda tanda vital (sistolik > 90 mmhg, nadi > 100 denyut / menit),

pasien lemah, kesadaran menurun , berkeringat dingin, menggigil, dan

kadar Hb kurang dari 8 g/dl. Perdarahan post post partum dibagi

menjadi dua yaitu perdarahan primer yang terjadi pada 24 jam pertama

post partum dan perdarahan sekunder yang terjadi setelah 24 jam post

partum.

2) Infeksi Masa Nifas

Resiko terjadinya infeksi pada masa nifas karena adanya luka pada

bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termaksud

episiotomi pada perineum dan dinding vagina. Gejala umum infeksi

berupa kenaikan suhu badan sampai 38oC, biasanya terjadi antara hari

kedua sampai hari ke sepuluh post partum.

3) Infeksi Saluran Kemih


52

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang tejadi pada saluran

kemih. Infeksi saluran kemih pada masa nifas berhubungan dengan

hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih pada waktu

persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari

perineum, atau kateterisasi yang sering .

4) Bendungan ASI

Bendungan ASI terjadi akibat menyusu yang tidak continue,

sehingga sisa ASI terkumpul di dareah duktus yang menyebabkan

payudara menjadi bengkak, hal ini terjadi pada hari ke 3 setelah

melahirkan.

5) Eklamsi dan Preeklamsi

Eklamsi merupakan keadaan serangan kejang tiba – tiba pada

waktu hamil, bersalin, atau masa nifas yang telah menunjukkan gejala

preeklamsi sebelumnya. Eklamsi dibedakan menjadi 3 berdasarkan

timbulnya serangan yaitu eklamsia gravidarum (antepartum), eklamsia

partuiretrum (intrapartum), dan eklamsia puerperale (post partum).

Eklamsia post partum adalah kondisi serangan kejang tiba tiba pada ibu

post partum. 50 % serangan ini terjadi pada hari kedua post partum dan

dapat timbul setelah 6 minggu post partum. Preeklamsi berat adalah

kondisi dengan tekanan darah . >160 mmhg, protein urinaria > 2+, dan

oedema pada daerah ekstremitas.


53

7. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan antara 2500-4000 gram

(Marmi & Rahardjo, 2018).

Bayi Baru Lahir (BBL) merupakan Bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu

dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram (Saifudin, 2017).

2. Tanda-Tanda Bayi Baru Lahir Normal

a. Berat badan : 2500-4000 gram

b. Panjang badan : 48-52 cm

c. Lingkar kepala : 33-35 cm

d. Lingkar dada : 30-38 cm

e. Denyut jantung : 120-160 x/menit

f. Pernafasan dada : 40-60 x/menit

g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

h. Rambut Lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna

i. Kuku agak panjang dan lemas

j. Genetalia, jika perempuan labia mayora telah menutupi Labia

Minora, bila laki-laki testis sudah turun skrotum sudah ada.

k. Refleks hidap dan menelan telah terbentuk dengan baik refleks

morrow atau gerak memeluk bila di kagatkan sudah baik.


54

l. Gerak refleks sudah baik bila tangan diletakkan benda bayi akan

menggenggam

m. Eliminasi baik, urin dan mekanium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan .

3. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatatus bertujuan untuk meningkatkan akses

neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, dan mengetahui sedini

mungkin bila terjadi masalah kesehatan pada neonatus. Berikut

kunjungan yang dilakukan pada neonatus :

1. KF 1 : Pada Periode 6 jam sampai 2 hari pasca persalinan

2. KF 2 : Pada Periode 3 hari sampai dengan 7 hari pasca persalinan

3. KF 3 : Pada periode 8 hari sampai 28 hari pasca persalinan

4. KF 4 : Pada periode 29 hari sampai dengan 42 hari pasca

persalinan.

4. Proses Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi neonatal (Bayi Baru Lahir) adalah proses penyesuaian

fungsional neonatus dari kehidupan dalam uterus. Kemampuan adaptasi

adaptasi fisiologi di sebut hemeostatis (Marmi,2018).

Ada beberapa proses adaptasi fisiologi yang akan di alami bayi baru

lahir untuk mampu bertahan :

a. Sistem Pernapasan

Masalah yang paling kritis pada bayi baru lahir adalah ketika

harus mengatasi resistensi paru pada saat pernapasan yang pertama


55

kali. Dan proses pernapasan ini bukanlah kejadian yang mendadak,

tetapi telah dipersiapkan lama sejak intrauteri (Marmi,2018)

Tabel 2.4 Perkembangan Sistem Pulmoner

Umur Kehamilan Perkembangan


24 hari Bakal paru-paru membentuk
26 – 28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Dibentuk segmen bronkus
12 minggu Deferensiasi lobus
16 minggu Dibentuk bronkiolus
24 minggu Dibentuk alveolus
28 minggu Dibentuk surfaktan
34- 36 minggu Maturasi struktur ( paru –paru dapat
mengembangkan sistem alveoli dan
tidak mengepis lagi)
(Sumber Marmi,2018).

b. Sistem Sirkulasi Darah

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok

setelah bayi lahir. Foramen ovale, duktus anteriosus dan duktus

venosus menutup. Arteri umbilikus dan vena umbilikus dan arteri

hepatica menjadi ligamen. Nafas pertama yang dilakukan oleh bayi

baru lahir membuat paru –paru berkembang dan menurunkan

resistensi vaskuler pulmoner, sehingga darah mengalir, tekanan

arteri pulmoner menurun. Frekuensi jantung bayi rata –rata 140 x

per menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120-140 per

menit. Frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi

bangun. Pada saat usia satu minggu frekuensi denyut jantung bayi

rata –rata 128 x per menit dan 163 x per menit saat bangun.
56

c. Sistem Pencernaan

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,

memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat

sederhana serta mengonsumsi lemak. Mekonium merupakan

sampah pencernaan yang disekresikan oleh bayi baru lahir.

Mekonium diakomulasikan dalam usus saat umur kehamilan 16

minggu. Warnanya hijau kehitam- hitaman dan lembut terdiri dari

mucus ,sel epitel, cairan amnion yang tertelan,asam lemak dan

pigmen empedu.

Meconium dikeluarkan seluruhnya sekitar 2-3 hari setelah bayi

lahir. Mekonium pertama dikeluarkan dalam waktu 24 jam setelah

bayi lahir.dalam waktu 4 atau 5 hari feses akan menjadi kuning .

bayi yang diberi asi, fesesnya lembut,kuning terang dan tidak bau.

Sedangkan bayi yang diberi susu fomula berwarna pucat dan agak

berbau. Bayi yang diberi asi dapat BAB sebanyak 5 kali atau lebih

dalam sehari, ASI sudah mulai banyak diproduksi pada hari ke 4

atau ke 5 persalinan. Walaupun demikian setelah 3-4 minggu,bayi

hanya BAB 1 kali setiap 2 hari. Sedangkan bayi yang diberi susu

formula lebih sering BAB tetapi lebih cenderung mengalami

kontipasi. Kapasitas lambung bayi baru lahir sekitar 15-30 ml dan

meningkat dengan cepat pada minggu pertama kehidupan.

Pengosongan lambung pada bayibaru lahir sekitar 2,5-3 jam.


57

d. Sistem Pengaturan Suhu

Tubuh bayi baru lahir memiliki pengaturan suhu tubuh yang

belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk

mempertahankan suhu tubuh bayi agar tidak terjadi penurunan

dengan penatalaksanaan yang tepat misalnya dengan cara mencegah

hipotermi . proses kehilangan panas dari kulit bayi dapat melalui

proses konveksi, evaporasi, konduksi dan radiasi. Hal ini dapat

dihindari jika bayi dilahirkan dalam lingkungan yang hangat dengan

suhu sekitar 21 -24 oC, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.

Bayi baru lahir yang kedinginan akan terlihat tidak aktif dan dia

akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan

meningkatkan pernafasannya serta menangis. Suhu tubuh bayi yang

normal 36,5- 37,5oC.

e. Sistem Ginjal

Janin mengeluarkan urin dalam cairan amnion selama

kehamilan. Walaupun ginjal pada bayi sudah berfungsi, tapi belum

sempurna untuk menjalankan fungsinya. Bayi baru lahir harus BAK

dalam waktu 24 jam setelah lahir. Awalnya urin yang keluar sekitar

20-30

f. Sistem Adaptasi Imunologi

Dalam Rahim janin mendapatkan perlindungan infeksi oleh

kantong ketuban yang masih utuh dan barier plasenta, walaupun

demikian ada mikroorganisme tertentu yang dapat melewati plasenta


58

dan menginfeksi janin. Bayi baru lahir sangat rentang terhadap

infeksi terutama yang masuk melalui mukosa yang berhubungan

dengan sistem pernafasan dan gastrointestinal.

g. Sistem Reproduksi

Pada bayi perempuan kadang terjadi pseudomenstruasi dan labia

mayora sudah terbentik menutupi labia minora. Pada laki – laki testis

sudah turun kedalam skrotum pada akhir 36 minggu kehamilan.

h. Sistem Syaraf

Adanya beberapa aktivitas refleks yang terdapat pada bayi baru

lahir menandakan adanya kerjasama antara sistem syaraf dan sistem

muskuloskletal. Refleks tersebut antara lain, Reflek pada bayi baru

lahir menurut Marmi, 2018 :

1) Reflek Morro

Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar –lebar

dan melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan tarikan

yang cepat seakan- akan memeluk seseorang. Kaki juga dapat

mengikuti gerakan seerupa. Reflek Morro biasanya ada pada

saat lahir dan hilang setelah usia 3-4 bulan.

2) Reflek Rooting

Refleks mengisap dan dapat dilihat jika pipi atau sudut mulut

dengan pelan disentuh bayi, akan menengok secara spontan

kearah sentuhan, ,mulutnya akan terbuka dan mulai mengisap.

Reflek ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.


59

3) Reflek Sucking

Reflek ini timbul bersama dengan reflek rooting untuk mengisap

putting susu dan menelan ASI.

4) Reflek Graps

Reflek yang timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan

bayi maka bayi akan menutup telapak tangannya.

5) Reflek Walking dan Stapping

Reflek ini timbul bila bayi dalam posisi berdiri aka nada gerakan

spontan kaki melangkah kedepan walaupun bayi tersebut belum

bisa berjalan.

6) Reflek Tonic Neck

Reflek jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau

kekiri jika diposisikan tengkurap.

7) Reflek babinsky

Reflek bila ada ransangan pada telapak kaki akan bergerak

keatas dan jari- jari lain membuka. Reflek ini biasanya hilang

setelah berusia 1 tahun.

8) Reflek gallant/membengkokkan Badan

Ketika bayi tengkurap goreskan pada panggung menyebabkan

pelvis membengkokkan kesamping. Jika punggung digores

dengan keras kira-kira 5 cm dari tulang belakang dengan

gerakan kebawah,bayi merespon dengan membengkokkan


60

badan kesisi yang digores. Reflek ini berkurang pada usia 2-3

bulan.

E. Perawatan Bayi Baru Lahir

Ada beberapa perawatan bayi baru lahir :

1) Pemberian ASI

a) Segera melakukan IMD

b) ASI yang keluar pertama berwarna kukuningan (kolstrum)

mengandung zat kekebalan tubuh, langsung berikan pada bayi

jangan dibuang.

2) Menjaga bayi tetap hangat

a) Memandikan bayi setelah 6 jam, memandikan dengan air hangat.

b) Bayi tetap harus berpakaian dan diselimuti setiap saat, memakai

pakaian kering dan lembut.

c) Ganti popok dan baju ketika basah.

d) Jangan tidurkan bayi di tempat dingin atau banyak angin.

e) Jaga bayi tetap hangat dengan menggunakan topi, kaos kaki,kaos

tangan, dan pakaian yang hangat pada saat tidak dala dekapan.

f) Jika berat lahir kurang dari 2.500 gram, lakukan perawatan metode

kanguru (Dekap bayi didada ibu/bapak/anggota keluarga lain)

3) Perawatan Tali Pusat

a) Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan

sesudah memegang bayi.

b) Jangan memeberikan apapun pada tali pusat


61

c) Rawat tali pusat terbuka dan kering

d) Bila tali pusat kotor atau basah, cuci dengan air bersih dan sabun

mandi kemudain keringkan dengan kain bersih yang kering

(Mangiasih, 2018)

8. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak,

jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pengaturan kehamilan dilakukan

dengan menggunakan cara, alat, dan obat kontrasepsi. Pelayanan

kontrasepsi adalah pemberian atau pemasangan kontrasepsi maupun

tindakan – tindakan lain yang berkaitan kontrasepsi kepada calon dan

peserta Keluarga Berencana yang dilakukan dalam fasilitas pelayanan

KB. Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang

dapat dipertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika,

serta segi kesehatan (Kemenkes RI, 2017).

Keluarga berencana adalah tindakan untuk merencanakan jumlah

anak dengan mencegah kehamilan atau menjarangkan jarak kehamilan

dengan memakai kontrasepsi. Undang-Undang No.52 tahun 2009,

keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia

ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan

dan bantuan sesai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga


62

yang berkualitas (Imelda dan Fitri, 2018).

2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan dilaksanakan program keluarga berencana (KB) yaitu untuk

membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu

keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu

keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya. Tujuan program KB lainnya meliputi pengaturan kelahiran,

pendewasaan usia perkawinan, memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan

ibu, anak, keluarga, dan bangsa. Mengurangi angka kelahiran untuk

menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa, memenuhi permintaan

masyarakat akan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

3. Kontrasepsi PIL Progestin

a. Pengertian

Menurut (Marni, 2018), Pil mini atau Pil Progestin adalah pil yang

menggandung hormon progesteron dalam dosis rendah dan di

minum setiap hari pada waktu yang sama selama siklus haid. Yang

berisi derivat progestin, noretindron atau norgest rel, dosis kecil

terdiri dari 21-22 pil. Cara pemakaiannya sama dengan cara tipe

kombinasi. Dosis progestin yang digunakan adalah 0,03-0,05 mg per

b. Efek Samping PIL Progestin

1) Perubahan berat badan

2) Mual muntah

3) Sakit kepala
63

4) Nyeri payudara

c. Mekanisme Kerja PIL Mini

Menurut (Dyah, 2018) Cara kerja Pil Mini adalah :

1) Menekan Sekresi gonadotropin dan sintesis steroid di ovarium

(Tidak begitu kuat)

2) Endometrium mengalami transforasilebih awal sehingga

implantasi lebih sulit.

3) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi

sperma

4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terunda.

d. Indikasi Penggunaan PIL Mini

1) Usia Reproduksi

2) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif

selama periode menyusui

3) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama <180/110 mmHg)

4) Tidak cocok menggunakan estrogen

e. Kontraindikasi Penggunaan PIL MINI

1) Hamil atau diduga hamil

2) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya

3) Yang mempunyai riwayat kanker payudara

4) Sering lupa menggunakan pil

5) Mioma uterus karena progestin memicu pertumbuhan miom

uterus
64

f. Keuntungan PIL Mini

1) Sangat efektif bila digunakan secara benar

2) Tidak mengganggu hubungan seksual

3) Tidak mempengaruhi ASI

4) Kesuburan cepat kembali

5) Nyaman dan mudah digunakan

6) Dapat dihentikan setiap saat

7) Tidak mengandung estrogen

g. Kerugian PIL MINI

1) Peningkatan atau penurunan berat badan

2) Harus digunakan setiap hari diwaktu yang sama

3) Bila lupa 1 pil saja kegagalan menjadi besar

4) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau

HIV/AIDS.

5) Payudara menjadi tegang, mual pusing, dermatitis atau jerawat

6) Efektifitasnya menjadi lebih rendah bila digunakan bersama

dengan obat tuberculosis atau obat epilepsy

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam

memberikan asuhan kepada perempuan sejak masa pra nikah, pra

kehamilan, masa kehamilan, selama bersalin, nifas, masa interval,

menopouse, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi


65

wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Megasari, Yanti, Hasanah

dkk, 2019).

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan

masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat

(Depkes RI.2010). Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan,

keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan

suatu keputusan yang berfokus pada klien.


66

2. Alur Fikir Bidan

Alur Fikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Pendokumentasian Asuhan


Kebidanan Kebidanan

7 Langkah Varney SOAP

Subjektif
Data
Objektif

Masalah/diagnosis

Antisipasi Masalah Assesment diagnosis


Potensial/Diagnosis lain

Menetapkan kebutuhan
segera untuk
konsultasi, kolabarasi Planning :
a. Konsul
Perencanaan
b. Uji diagnostik/lab
(Intervensi) c. Rujukan
d. Pendidikan/Konseling
Pelaksanaan e. Fokllow Up
(Implementasi)

Evaluasi
67

(Munawaroh, 201)

3. Peran dan Fungsi Bidan

A. Peran Bidan

Menurut Megasari, Yanti, Hasanah dkk (2019) dalam upaya

pelayanan kebidanan berfokus pada kesehatan reproduksi, bidan

profesional berperan sebagai :

1) Bidan sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu :

a) Tugas mandiri :

(1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan yang diberikan.

(2) Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan

wanita pranikah dengan melibatkan klien.

(3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama

kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas normal

dengan melibatkan klien/keluarga.

(4) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur

yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana.


68

(5) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan

system reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium

dan menopause.

(6) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan

melibatkan keluarga.

b) Tugas kolaborasi

(1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan fungsi kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga.

(2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan

yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan

melibatkan klien dan keluarga.

(3) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko

tinggi dan yang mengalami komplikasi, serta

kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

dengan melibatkan keluarga

c) Tugas Ketergantungan/Merujuk

(1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan

kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan

keluarga.
69

(2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan

rujukan pada kehamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dengan risiko tinggi/kegawatdaruratan serta penyulit

tertentu yang memerlukan konsultasi dan rujukan

dengan melibatkan klien dan keluarga.

(3) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan

kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang

memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan

klien/keluarga.

2) Bidan sebagai pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas :

a) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama

pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok

khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan

masyarakat/klien.

b) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program

kesehatan dan program sektor lain wilayah kerjanya melalui

peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan

tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam

wilayah kerjanya.

3) Bidan sebagai pendidik


70

Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai

pendidik dan penyuluh kesehataan bagi klien serta pelatih dan

pembimbing kader.

4) Bidan sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang

kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok :

a) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

b) Menyusun rencana kerja pelatihan.

c) Melaksanakan investigasi sesuai rencana.

d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

e) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

f) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan

mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.

B. Fungsi Bidan

1. Fungsi pelaksana

Fungsi bidan sebagai pelaksana mncangkup hal – hal sebagai

berikut:

a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu,

keluarga, serta masyarakat (Khususnya kaum remaja) pada

masa praperkawinan.

b. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan

normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu,dan

kehamilan dengan resiko tinggi.


71

c. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis

tertentu.

d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan

resiko tinggi

e. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas

f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui

g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan

prasekolah

h. Memberi pelayanan keluarga berencana,sesuai dengan

wewenangnya.

i. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus

gangguan sistem reproduksi,termasuk Wanita pada masa

klimaterium internal dan monopouse sesuai dengan

wewnangnya.

2. Fungsi Pengelola

a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidananbagi

individu,keluarga,kelompok masyarakat,sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang di dukung

oleh partisipasi masyarakat.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di

lingkungan unit kerja.

c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan


72

d. Melakukan Kerjasama serta komunikasi inter dan

antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan

e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan

kebidanan

3. Fungsi Pendidik

a. Memberi penyuluhan kepada invidu,kluarga dan kelompok

masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam

lingkup kesehatan serta keluarga berencana.

b. Mmbimbing dan melatih dukun bayiserta kader

kesehatanssuai dngan bidang tanggungjawab bidan

c. Memberi bimbingan kepadapara bidan dalam

kegiatanpraktik di klinik dan di masyarakat.

d. Mendidik bidan atau tenaga kesehatanlainnya sesuai dengan

bidangkeahlianya.

4. Fungsi Penelitih

a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survey dan penelitian yang

dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup

pelayanan kebidanan.

b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga

berencana (Bidan dan Dosen Kebidanan 2018 hal 13).


73

C. Pendokumentasian 7 Langkah Varney

1) Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:

a) Anamnesa riwayat kesehatan

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

c) Pemeriksaan tanda-tanda vital

d) Meninjau catatan baru dan catatan sebelumnya

e) Pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang

2) Langkah II Interprestasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau

masalah berdasarkan interpretasi data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang

spesifik.

3) Langkah III Mengidentifikasi diagnosa dan masalah Potensia

Mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di

ideentifikasi. langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan di lakukan pencegahan, mengamati klien,bidan

di harapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

potensial benar- benar terjadi.


74

4) Langkah IV Mengidentifikasi kebutuhan penanganan

segera/kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindalan segera oleh bidan atau

dokter dan/ untuk di konsultasikan atau di tangani Bersama

deengan anggota timkesehatan yang lain sesuai kondisi klien.

5) Langkah V Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada Langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh di

tentukan oleh Langkah – Langkah sebelumnya.langkah ini

merupakan kelanjutan manajemen diagnose atau masalh yang

telah di identifikasi atau di antisipasi.pada Langkah ini

informasi /data dasar yang tidak lengkap dapat di

lengkapi.rencana asuhan yang menyeluruh tidaka hanya

meliputi apa yangsudah terindifikasi dari kondisi klien atau

dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap Wanita tersebut seperti apa yang

di perkirakan akan terjadi berikutnyaapakah diberikan

penyuluhan ,konseling dan apakah merujuk klien bila ada

maslah – maslah yang berkaitan dengan social ekonomi.,kultur

atau masalah psikologis.semua keputusan yang di kembangkan

dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar – benar

valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta


75

sesuai dengan asumsi tentang apa yangakan atau tidak akan di

lakukan oleh klien.

6) Langkah VI Pelaksanaan

Pada pelaksanaan asuhan yang di lakukan adalah asuhan yang

telah di rencanakan di langkah 5 dan harus dilakukan secara

efisien.

7) Langkah VII Evaluasi

Pada langkah ini di lakukan evaluasi dari pelaksanaan asuhan

apakah asuhan yang diberikan sudah terpenuhi sesuai

kebutuhan atau belum. (Munawaroh, 2019)

D. Pendokumentasian SOAP

SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien atau

pengkajian catatan perkembangan pasien.

S : Subjektif, keluhan yang di catat secara langsung atau

ringkasan yang berhubungan dengan diagnosis.

O : Objektif, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan

labolatorium dan informasi dari keluarga atau oranglain

sebagai data penunjang secara fakta yang berhubungan

dengan diagnosis.

A : Asessesment, yaitu diagnosa yang diperoleh dari data

subjektif dan objektif


76

P : Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan assessment dan juga ada pelaksanaan serta

evaluasi.
77
7

Anda mungkin juga menyukai