TINJAUAN TEORI
a) Tanda Hegar
Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah
isthmus uteri sedemikian lunaknya, sehingga jika kita letakkan 2 jari
dalam forniks posterior dan tangan satunya pada dinding perut atas
symphyse, maka isthmus ini tidak teraba seolah-olah corpus uteri sama
sekali terpisah dari serviks.
b) Tanda Piskacek
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas
ke jurusan pembesaran tersebut.
c) Tanda Chadwick
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu atau
merah muda.
d) Kontraksi Braxton Hicks
Pada saat palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak tiba-
tiba menjadi keras karena berkontraksi.
e) Teraba Ballotement
Mendekati pertengahan kehamilan, volume janin masih kecil
dibandingkan dengan volume cairan amnionnya. Akibatnya, tekanan
mendadak yang dikenakan pada uterus dapat menyebabkan janinnya
tenggelam dalam cairan amnion dan kemudian kembali keposisi
semula.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebangian kemungkinan
positif palsu.
c. Tanda Pasti Hamil
1) Terdengar denyut jantung janin
2) Terasa gerakan janin
3) Terlihat kantong kehamilan pada pemeriksaan USG
4) Terlihat rangka janin pada pemeriksaan Rontgen (Sulistyawati, 2011)
3. Perubahan Fisiologis yang terjadi pada saat Kehamilan
a. Sistem Reproduksi
Pada trimester III tinggi fundus uteri usia 28 minggu mencapai 3 jari di
atas pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prosessus xifoideus (25 cm). Pada usia
kehamilan 32 minggu TFU kira-kira mencapai ½ antara pusat dan prosessus
xifoideus (27 cm). Pada usia kehamilan 36 minggu TFU berada di 1 jari bawah
4
prosessus xifoideus (30 cm), sedangkan pada usia 40 minggu TFU terletak kira-
kira di 3 jari dibawah prosessus xifoideus (35 cm).
b. Sistem Perkemihan
Kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, sehingga keluhan sering
kencing akan muncul kembali karena kandung kemih tertekan bagian terendah
janin.
c. Sistem Pernapasan
Pada kehamilan > 32 minggu banyak wanita hamil yang mengeluh
tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini dikarenakan usus-usus tertekan
oleh uterus yang membesar kea rah diafragma, sehingga diafragma kurang
leluasa bergerak. Selain itu kadar estrogen dan progesterone meningkat,
mengakibatkan kadar CO2 menurun dan kadar O2 meningkat. Jadi untuk
memenuhi kebutuhan O2 yang meningkat 20-25 %, ibu hamil selalu bernafas
lebih dalam.
d. Sistem Kardiovaskuler
Jumlah darah yang di pompa oleh jantung setiap menitnya (curah
jantung) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai dari usia kehamilan 6
minggu dan mencapai puncaknya pada usia 16-28 minggu. Tapi pada usia
kehamilan 30 minggu curah jantung turun kembali karena pembesaran uterus
yang menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung.
e. Sistem Muskuloskeletal
Pada akhir kehamilan, hormon estrogen dan progesteron memberi efek
maksimal terhadap relaksasi otot dan ligamen pelvis. Relaksasi ini digunakan
pelvis untuk meningkatkan kemampuan menguatkan posisi janin pada akhir
kehamilan dan pada saat kelahiran (Sulistyawati, 2011).
f. Sistem Integument
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi yang
dipengaruhi oleh Melanophore Stimulating Hormon ( MSH ) yang meningkat.
MSH dikeluarkan oleh lobus anterior hipofise dan dipengaruhi kelenjar
suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum, livide/alba, areola
mammae, papilla mammae, linea nigra, dahi, hidung, dan pipi yang dikenal
sebagai cloasma gravidarum
4. Perubahan Psikologis Trimester III (Priode Penantian dengan Penuh Kewaspadaan)
5
a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik.
b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatirkan keselamatannya.
d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatiran.
e. Merasa kehilangan perhatian.
f. Perasaan mudah terluka (Sensitif).
g. Libido menurun (Sulistyawati, 2011)
5. Perubahan fisik ibu hamil pada Trimester III
Menurut Kurniawati (2009), perubahan fisik ibu hamil pada trimester III adalah :
a. Sakit bagian tubuh belakang
Sakit pada bagian tubuh belakang (punggung-pinggang), karena meningkatnya
beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat memengaruhi postur tubuh
sehingga menyebabkan tekanan ke arah tulang belakang. Menurut penelitian
yang dilakukan Tri, Weni P (2015) tentang Pelvic Rocking terhadap penurunan
nyeri punggung pada pada ibu hamil TM III menunjukan hasil ada pengaruh
pemberian terapi pelvic rocking terhadap pengurangan rasa nyeri punggung ibu.
Berdasarkan jurnal penelitian tentang Hubungan Senam Hamil dengan
Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil di Polindes Desa Tlanak Kecamatan
Kedungpring Kabupaten Lamongan tahun 2013, usia kehamilan dan kenaikan
berat badan merupakan faktor yang mempengaruhi nyeri punggung. Diketahui
bahwa ibu hamil yang melakukan senam hamil secara teratur seluruhnya (100%)
tidak mengalami nyeri punggung dan ibu hamil yang tidak melakukan senam
hamil (75%) mengalami nyeri punggung. Melakukan senam hamil secara teratur
dipercayai dapat menurunkan nyeri punggung, salah satunya dengan latihan
transversus, latihan dasar pelvis dan peregangan (Lichayati dan Kartikasari,
2013).
Berdasarkan hasil penelitian Sulistiyarini et al (2013) menyebutkan
bahwa kompres hangat efektif dalam menurunkan skala nyeri punggung pada
ibu hamil trimester III. Hasil penelitian Rahmawati et al (2016) menyebutkan
terdapat pengaruh yang signifikan kompres hangat terhadap penutunan nyeri
punggung ibu hamil trimester III. Hasil penelitian Nuzulul (2015) menyebutkan
6
kompres air hangat memiliki efektivitas yang kuat terhadap penurunan nyeri
tulang belakang pada ibu hamil. Hasil penelitian Alfiyah (2017) menyebutkan
terdapat perbedaan penurunan nyeri punggung ibu hamil trimester III pada
sebelum dan sesudah diberikan terapi hangat, diharapkan ibu hamil dengan
nyeri punggung dapat menggunakan metode ini untuk mengatasi nyeri yang
dirasakan.
b. Payudara
Keluarnya cairan dari payudara, yaitu colostrum merupakan makanan
bayi pertama yang kaya akan protein.
c. Konstipasi
Pada trimester III sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang
membesar ke arah usus selain perubahan hormonprogesteron.
d. Sering buang air kecil
Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun ke rongga panggulakan
makin menekan kandung kencing ibu hamil.
e. Masalah tidur
Setelah perut membesar, bayi akan sering menendang dimalam hari
sehingga merasa kesulitan untuk tidur nyenyak.
Asuhan yang dapat diberikan adalah mandi air hangat, minum air
hangat contohnya susu sebelum tidur, serta melakukan aktivitas yang tidak
menimbulkan stimulus sebelum tidur (Irianti, Bayu, dkk, 2013).
f. Kontraksi perut
Braxton-Hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit dibagian perut
yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibuhamil duduk atau istirahat.
Sebagian ibu hamil mengalami kontraksi palsu pada kehamilan
trimester tiga. Braxton Hicks biasanya tidak begitu terasa sakit dan mirip dengan
kram menstruasi. Kontraksi ini terjadi sewaktu rahim ibu mengencang lalu
mengendor lagi dan terjadi tidak beraturan. Menjelang akhir kehamilan Ibu,
kontraksi ini terasa sedikit lebih sakit, terutama bilajanin sedang berubah posisi
dengan kepala di bawah.
Cara mengatasinya yaitu dengan latihan relaksasi pernapasan dalam.
Hal ini tidak menghentikan kontraksi namun membantu ibu mengatasi
ketidaknyamanan.
7
c. Minggu ke 30
Beratnya mencapai 1400 gram dan kisaran panjang 38 cm. Puncak
rahim yang berada sekitar 10 cm di atas pusat.
d. Minggu ke 31
Berat bayi sekitar 1600 gram dengan taksiran panjang 40 cm. Waspadai
bila muncul gejala nyeri di bawah tulang iga sebelah kanan, sakit kepala maupun
penglihatan berkunang-kunang. Terutama bila disertai tekanan darah tinggi yang
mencapai peningkatan lebih dari 30 ml/Hg.
e. Minggu ke 32
Pada usia ini berat bayi harus berkisar 1800-2000 gram dengan
panjang tubuh 42 cm. Umumnya hemodilusi atau pengenceran darah mengalami
puncaknya pada minggu ini. Pada mereka yang mengalami gangguan jantung
dan tekanan darah, makin besar pula peluang terjadi penjepitan di pembuluh-
pembuluh darah.
f. Minggu ke 33
Beratnya lebih dari 2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm. Di
minggu ini mesti diwaspadai terjadi abrupsio plasenta atau plasenta lepas dari
dinding Rahim. Penyebabnya tak diketahui pasti, diduga trauma saat
kecelakaan/benturan, tali pusat yang pendek, hipertensi, keabnormalan rahim,
maupun kekurangan asam folat, merokok, minum dan waspadai kantung air
ketuban pecah/bocor.
g. Minggu ke 34
Berat bayi hampir 2275 gram dengan taksiran panjang sekitar 44 cm.
h. Minggu ke 35
Secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram.
Namun yang terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi
paru-parunya. Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat
menentukan life viabilitas atau kemampuan si bayi untuk bertahan hidup.
i. Minggu ke 36
Berat bayi sekitar 2500 gram dengan panjang 46 cm.
j. Minggu ke 37
Dengan panjang 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan
aterm atau siap lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhnya bisa matang
9
untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi
siap lahir.
k. Minggu ke 38
Berat bayi sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm.
l. Minggu ke 39
Di usia kehamilan ini bayi mencapai berat sekitar 3250 gram dengan
panjang sekitar 49 cm.
m. Minggu ke 40
Panjangnya mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3300 gram.
Jika laki-laki, testisnya sudah turun ke skrotum, sedangkan pada wanita, labia
mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah berkembang baik dan menutupi labia
minora (bibir kemaluan bagian dalam).
7. Tanda bahaya Kehamilan Lanjut
a. Perdarahan per Vagina
1) Plasenta Previa
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan
lahir.
2) Solusio Plasenta
Suatu keadaan di mana plasenta yang letaknya normal terlepas
sebagian atau seluruhnya sebelum jalan lahir biasanya dihitung sejak usia
kehamilan lebih dari 28 minggu.
b. Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-
ekslampsi.
c. Penglihatan kabur
Perubahan penglihatan ini mungkindisertai dengan sakit kepala yang
hebat dan mungkin merupakan gejala dari pre-eklampsi.
d. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre-
eklampsi.
e. Keluar Cairan Per Vagina
Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan
pre-term dan komplikasi infeksi intrapartum.
10
tablet zat besi dan menyarankan minum tablet zat besi menggunakan air
putih atau air jeruk.
5) Pemberian imunisasi TT
Tujuan dari pemberian imunisasi TT adalah untuk melindungi janin dari
tetanus neonatorum, efek samping setelah pemberian vaksin TT yaitu nyeri,
kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Ini
akan sembuh dan tidak perlu pengobatan.
6) Pemeriksaan HB
Jenis pemeriksaan sederhana yaitu dengan cara talquis dan cara sahli.
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali,
lalu periksa lagi menjelang kelahiran. Pemeriksaan Hb adalah salah satu
upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
7) Pengambilan darah untuk pemeriksaan penyakit menular seksual/ VDRL
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) adalah
untuk mengetahui adanya trepnomea palidium/ penyakit menular seksual,
antara lain syphilis. Pemeriksaan pada ibu hamil yang pertama kali datang
diambil spesimen darah vena ± 2 cc. Apabila tes dinyatakan positif ibu
hamil di lakukan pengobatan atau rujukan. Akibat fatal yang akan terjadi
adalah kematian janin pada kehamilan < 16 minggu, pada kehamilan lanjut
dapat menyebabkan kelahiran prematur, cacat bawaan.
8) Pemeriksaan protein urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam urine
ibu hamil, adapun pemeriksaannya menggunakan asam asetat 2-3%.
Ditujukan pada setiap ibu hamil khususnya ibu hamil trimester kedua dan
15
ketiga dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki odema. Pemeriksaan urine
protein ini untuk mendeteksi ibu hamil ke arah pre-eklamsi.
9) Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urin reduksi di lakukan pada ibu dengan indikasi
penyakit gula/ DM atau riwayat penyakit gula pada ibu dan suami. Bila hasil
reduksi urine (+) perlu diikuti dengan pemeriksaan gula darah untuk
memastikan adanya Diabetes Melitus Gastosional (DMG). DMG pada ibu
hamil dapat mengakibatkan adanya penyakit berupa pre-eklamsi,
polihidramnion, dan bayi besar.
10) Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan Payudara
yang ditujukan pada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara adalah :
a) Menjaga kebersihan payudara terutama putting susu.
b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (pada puting
susu yang terbenam).
c) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancer.
d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi.
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada
kehamilan 6 bulan.
11) Senam ibu hamil
Senam ibu hamil bermanfaat membantu ibu hamil dalam
mempersiapkan persalinan dan mempercepat pemulihan setelah
melahirkan serta mencegah sembelit. Adapun tujuan senam hamil adalah
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut,
ligamentum, otot dasar panggul, memperoleh relaksasi tubuh dengan
latihan-latihan kontraksi dan relaksasi. Menguasai teknik pernafasan yang
berperan pada saat persalinan. Senam hamil dapat dimulai dari usia
kehamilan 22 minggu dan dilakukan secara teratur. Gerakan senam hamil
meliputi gerakan panggul, gerakan kepala, dan gerakan bahu, gerakan
jongkok atau berdiri (memperkuat otot vagiana, perinium, dan
memperlancar persalinan).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febrina Yosefa et al (2013)
tentang efektifitas senam hamil terhadap penurunan nyeri punggung bawah
pada ibu hamil dengan hasil p value = 0,001 yang berarti terdapat
16
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan cara :
1) Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-sosio-
spiritual, serta pengetahuan klien (Soepardan, 2008; h. 97).
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
meliputi:
a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi)
b) Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta cata
-tatan sebelumnya)
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan benar tidaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya
(Soepardan, 2008; h. 98).
b. Interpretasi data dasar (Langkah II)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang dikumpulkan akan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosis.
Diagniosis kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan
(Soepardan, 2008; h. 99).
c. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan antisipasi penanganannya
(Langkah III)
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan, dilakukan pencegahan. Sambil
mengamati kondisi klien, bidan diharapkan bersiap jika diagnosis atau masalah
19
potensial benar-benar terjadi. Langkah ini menentukan cara bidan melakukan asuhan
yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi.
Langkah ini bersifat antisipasi dan logis (Soepardan, 2008; h. 99 - 100).
d. Penetapan perlunya konsultasi dan kolaborasi segera dengan tenaga kesehatan lain
(Langkah IV)
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen
kebidanan. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja
sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu tindakan harus
disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang dihadapi klien.
Setelah bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi
diagnosis/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus
merumuskan tindakan emergensi/darurat yang harus dilakukan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa
dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau bersifat rujukan (Soepardan, 2008; h. 100-
101).
e. Penyusunan rencanaan asuhan yang menyeluruh (Langkah V)
Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi (Soepardan,
2008; h. 101).
f. Pelaksanaan (Langkah VI)
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien
dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Namun bidan tetap
bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (Soepardan, 2008; h. 102).
g. Evaluasi (Langkah VII)
20
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang
tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat
keberhasilan asuhan yang diberikan.
Pada langkah terakhir dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan: apakah benar-
benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasikan di dalam diagnosis dan masalah.
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya (Soepardan, 2008; h. 102).
3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan SOAP
a. S (Data Subjektif) : berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.
Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis.
b. O (Data Objektif) : merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur dari
hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
diagnostik lain.
c. A (Analisa) : merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisa adalah melakukan interpretasi
data yang telah dikumpukan, mencangkup : diagnosis/masalah kebidanan,
diagnosis/masalah potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/masalah potensial
dan tindakan segera.
d. P (Penatalaksanaan): membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.
Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data. Rencana
asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya (Muslihatun, dkk, 2010; h. 90 - 91).
C. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Kehamilan
1. Asuhan Kebidanan Kehamilan Kunjungan Awal
a. Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data dasar ini di tujukan untuk mengetahui data dari pasien baik
subjektif maupun objektif.
1) Anamnesis
a) Identitas Pasien
(1) Nama : Untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang lain
(Marmi, 2012 ; h. 179).
21
(2) Umur (<16 tahun atau > 35 tahun). Dimana masalah yang biasanya
muncul setelah usia 35 tahun mencakup peningkatan risiko kelinan
genetik. Wanita berumur ≤16 tahun meningkatkan risiko bayi prematur,
perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum (Marmi, 2012; h.
179).
(3) Suku atau bangsa: Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
(Marmi, 2012; h. 179).
(4) Agama: Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan (Marmi, 2012; h. 179).
(5) Alamat: Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal
(Marmi, 2012; h. 179).
(6) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang (Estiwidani, 2008; h.
141).
(7) Pekerjaan: Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan klien (Estiwidani, 2008; h. 141).
b) Alasan datang : Ditanyakan untuk mengetahui alasan klien datang, apakah
memeriksakan kehamilan atau memeriksa keluhan lain (Mufdlilah, 2009; h.
11).
c) Keluhan Utama : Keluhaan pada ibu hamil trimester III yang biasanya
dirasakan adalah sering kencing, hemoroid, keputihan, sembelit, kram pada
kaki, sesak nafas, nyeri ligamentum, Rotundum, perut kembung, pusing, sakit
punggung atas dan bawah, varises pada kaki (Sulistyawati, 2009; h. 123-
127).
d) Riwayat Kesehatan : Apakah pasien sedang ataupun pernah menderita
penyakit seperti jantung, diabetes melitus, ginjal, hipertensi, HIV dan hepatitis
(Sulistyawati, 2009; h. 335). Riwayat kesehatan keluarga ditanyakan untuk
mengetahui adanya resiko penyakit menular seperti hepatitis, HIV dan juga
penyakit menurun seperti hipertensi, asma, diabetes seta kelainan-kelainan
genetic (Mufdillah, 2009; h. 12).
e) Riwayat Obstetri
(1) Riwayat Haid : Data yang diperoleh mempunyai gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksi. Beberapa data yang harus
diperoleh dari riwayat menstruasi antara lain :
22
janin terhambat
(Kusmiyati, 2010; h. 92).
Minum jamu merupakan kebiasaan yang beresiko bagi ibu hamil
karena dapat membahayakan tumbuh kembang janin dan
menyebabkan kecacatan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
partus prematurus, abortus, asfiksia neonatorum, kelainan jantung,
ginjal serta kematian janin (Kusmiyati, 2010; h 88).
(2) Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu : Jumlah kehamilan,
aborsi (spontan atau dengan obat- obatan), jumlah anak yang lahir
hidup, dan komplikasi untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya
masalah potensial (Ladewig, 2006; h. 10).
(a) Tanggal, bulan, dan tahun kelahiran untuk mengetahui usia bayi
(Marmi, 2012; h. 180).
(b) Lahir aterm, premature untuk mengetahui adanya resiko bayi lahir
prematur berulang (varney, 2007; h. 782).
(c) Jenis persalinan, spontan atau sesar, jika ada bekas sesar maka
kemungkinan resiko untuk persalinan sesar terulang kembali
(Varney, 2007; h. 780).
(d) Berat badan lahir dikaji untuk mengetahui kekuatan panggul
wanita, mengantisipasi komplikasi bayi besar (varney, 2007; h.
692). Normal berat badan lahir 2500-4000 gram (Marmi, 2012; h.
180).
(e) Tempat persalinan dan penolong persalinan dikaji untuk
mengetahui penolong persalinan yang aman dan bersih dilakukan
oleh bidan, dukun atau dokter (Manuaba, 2007; h; 210).
(f) Komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas untuk
mengidentifikasi masalah potensial pada pelahiran dan pasca
partum kali ini (Varney, 2007; h. 692).
(g) Keadaan anak sekarang dikaji untuk mengetahui adanya keadaan
bayi lahir mati atau tidak.
(h) Lama menyusui mengetahui kesuksesan menyusui dini seorang
ibu (Mandriwati, 2007; hal. 26).
(3) Riwayat anak yang lalu: Mencakup berat bayi sewaktu lahir, adakah
kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi saat dilahirkan
25
(5) Pola seksual: Pada trimester ketiga, pola seksual dipengaruhi oleh
ketidaknyamanan dan body image, jika akan melakukan hubungan
seksual, pasangan harus melakukan modifikasi posisi dan dengan
lembut serta hati-hati (Pantiawati, 2010; h. 95).
(6) Personal hygine: Ibu hamil dianjurkan untuk mandi minimal 2 kali sehari,
ganti baju minimal 1 kali, ganti celana dalam minimal 2 kali sehari,
berkeramas lebih sering dan menjaga kebersihan kuku (Sulistyawati,
2009; h. 171).
(7) Psikososial spiritual: Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu
ditanyakan: dukungan moril dan materiil dari keluarga, pandangan dan
penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan- kebiasaan yang
menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan,
persalinan dan bayi baru lahir (Estiwidani, 2008; h. 143).
(8) Tingkat pengetahuan pasien : Data pengetahuan dikaji untuk dijadikan
pertimbangan sejauh mana pasien mengetahui tentang perawatan
kehamilan ini dan perawatan bayinya kelak (Sulistyawati, 2009; h 173).
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyanti A tahun 2015 dengan judul
“Hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan
kepatuhan konsumsi tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Masaran I
Sragen”, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kepatuhan
mengkonsumsi tablet Fe di wilayah kerja Puskesmas Masaran I Sragen,
bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia
lebih patuh mengkonsumsi tablet Fe dari pada ibu yang tingkat
pengetahuannya rendah.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik umum:
(1) Keadaan Umum: Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.
(a) Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
llingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah, pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan
27
orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan
sendiri (Sulistyawati, 2009; h. 175).
(2) Kesadaran: Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien
tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2010; h. 224).
(3) Tanda- tanda Vital
(a) Tekanan Darah: Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan darah ≥ 140/90 mmHg) (Kemenkes RI, 2012; h.9).
Rentang normal sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg.
Kenaikan tidak boleh lebih dari 30 mmHg pada siastolik dan tidak
boleh lebih dari 15 mmHg pada diastolik ( Manuaba, 2007; h. 880).
(b) Nadi: Pada wanita dewasa normal, frekuensi denyut jantung
rentang antara 60-100x/menit (Mandriwati, 2007; h. 62)
(c) Suhu: Suhu normal wanita dewasa adalah 35,8 – 370 C. Ibu hamil
mengalami peningkatan suhu tubuh sampai 0,50 C (Mandriwati,
2007; h. 56).
(d) Respirasi: Normal 16 - 20 x/menit ( Marmi, 2012; h. 181).
(4) Berat Badan (BB): Kenaikan berat badan setiap minggu pada kehamilan
trimester III yang tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg (Prawirohardjo,
2009; h. 180).
(5) Tinggi badan: Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan
risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disporportion) (Kemenkes
RI, 2012; h. 8).
b) Status present :
(1) Kepala : Dikaji bentuk kepala, kebersihan rambut, warna dan ke
suburan (Saminem, 2008; h. 23).
(2) Mata : Misalnya warna sklera dan konjungtiva (Saminem, 2009;
h.23).
(3) Hidung: Untuk memeriksa kebersihan, dan adanya polip
(Sulistyawati,2009; h.138).
(4) Mulut dan gigi: Hal-hal yang perlu diperhatikan, bibir pucat yang
merupakan salah satu tanda anemia, pecah – pecah dan stomatitis
28
tangan dan wajah edema, sesak nafas yang tidak berkurang saat istirahat, demam
tinggi dan gerakan janin kurang dari 10 kali dalam 12 jam.
5) Memberikan informasi mengenai persiapan persalinan, antara lain yang berhubungan
dengan hal-hal berikut: tanda-tanda persalinan, tempat persalinan yang disepakati
ibu, suami dan keluarga, biaya persalinan, perlengkapan persalinan, surat-surat yang
dibutuhkan, kendaraan yang akan digunakan menuju tempat persalinan, pendamping
persalinan, pengambil keputusan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
6) Berikan terapi yang dibutuhkan seperti imunisasi TT dan tablet Fe dengan dosis 1x1
@60 mg yang dikonsumsi minimal 90 tablet selama kehamilan. Tidak diminum
bersamaan dengan kopi, teh, susu, soda dan dianjurkan diminum bersamaan dengan
air jeruk atau yang mengandung vitamin C.
7) Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang setiap 1 minggu sejak usia
kehamilan 36 minggu sampai terjadi persalinan atau bila ada keluhan (Sulistyawati,
2009; h. 195-196).
8) pendokumentasian
e. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien,
meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi sesuai diagnosis dan masalah
( Sulistyawati, 2009; h. 187).
1) Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2) Ibu memahami penjelasan bidan tentang ketidaknyamanan yang muncul dan cara
mengatasinya
3) Ibu memahami penjelasan bidan tentang kebutuhan nutrisi, eliminasi, istirahat,
personal hygiene dan seksual.
4) Ibu memahami penjelasan bidan tentang tanda bahaya kehamilan trimester III
5) Ibu memahami penjelasan bidan tentang persiapan persalinan
6) Imunisasi TT telah diberikan dan ibu menerima tablet Fe dan bersedia meminumnya
7) Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu kemudian atau jika
8) ada keluhan.
9) Pendokumentasian