Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTNATAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
dengan dosen pembimbing Ibu Yuanita Ani Susilowati, M. Kep., Sp. Kep. Mat

Disusun oleh:

Dion Hendry Hermawan

30190121140

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2021
A. Konsep Dasar
1. Pengertian.
Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira – kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005 : 237 ).
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122 ).
Post partum  adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).
Kesimpulkan masa nifas atau post partum adalah masa setelah
kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi.
2. Periode Post Partum
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu:
a. Periode Immediate Postpartum :Masa segera setelah plasenta lahir sampai
dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan
darah, dan suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu) : Pada fase ini bidan
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan,
lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
c.  Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu) : Pada periode ini bidan
tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
KB. (Siti Saleha,2009:4)
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu:

a) Puerpurium dini.
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b) Puerpurium intermedial.
Kepulihan menyeluruh  alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
c) Remote Puerpurium.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk
sehat sempurna bila berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
3. Tujuan Postnatal Care (PNC)
a) Memantau adaptasi fisiologis dan psikologis.
b) Meningkatkan pemulihan punksi tubuh.
c) Meningkatkan istirahat dan kenyamanan.
d) Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi.
e) Meningkatkan peluang merawat bayi.
f) Teaching self care dan bayi.

Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupum eksterna akan berangsur
-angsur pulih kembali. Perubahan-perubahan alat genitalia ini dalam
keseluruhannya disebut Involusi. Disamping involusi ini juga terjadi
perubahan-perubahan lainnya yakni hemokonsentrasi dan proses laktasi.

4. Adaptasi Fisiologis
a) Involusi rahim.
Setelah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10
uterus tidak terba lagi dari luar.
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat sym 500
2 minggu Tidak teraba diatas sym 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

b) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-
perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah
2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c) Pembuluh darah rahim.
Setelah persalinan pembuluh-pembuluh darah akan mengecil kembali
karena darah yang diperlukan tidak sebanyak waktu hamil.
d) Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi plasenta.
Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm akibat pelepasan
desidua dan selaput janin (Sarwono,2007:237-238)
e) Dinding perut dan peritoneum.
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
namun berangsur-angsur akan pulih kembali dalam 6 minggu.
f) Saluran kencing.
Dapat terjadi udem, dan hyperemia, pada masa nifas (puerperium)
kandung kemih  kurang sensitif dan kapasitasnya bertambah sehingga
kandung kencing masih terdapat urine residual sisa urine dan trauma
kandung kemih waktu persalinan akan memudahkan terjadinya infeksi.
g) Laktasi.
Keadaan buah dada / payudara 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan
dalam kehamilan. Buah dada belum mengandung susu melainkan
kolostrum. Mulai 3 hari post partum buah dada membesar, keras dan
nyeri.
h) Lokea.
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina
dalam nifas.
Macam-macam lochea:
1) Lochea rubra (cruenta).
Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari desidua,
verniks kaseosa, lanugo dan mekonium.
2) Lochea sanguinolenta.
Berwarna merah kekuningan berisi darh dan lendir, 3-7 hari post
partum.
3) Lochea serosa.
Berwarna kuning., cairan tidak berdarah lagi. Hari 7-14 post partum.
4) Lochea alba.
Cairan berwarna putih setelah 2 minggu post partum.
5) Lochea purulenta.
Bila terjadi infeksi, keluar cairan nanah berbau busuk.
Perubahan-perubahan penting lainya:
a) Hemokonsentrasi
Pada masa hamil didapat hubungan pendek yang dikenal sebagai shunt
antara sirkulasi ibu dan plasenta, setelah melahirkan shunt akan hilang
secara tiba-tiba, sehingga volume darah ibu relatif akan bertambah dan
dapat menimbulkan beban pada jantung sehingga dapat menimbulkan
decompensasi cordis. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi timbulnya hemokonsentrassi. Hal ini terjadi pada hari ke 3
sampai 15 hari post partum.
b) Laktasi
Sejak kehamilan muda sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar
mamae, perubahan pada kedua mammae antara lain:
1) Proliferasi jaringan, terutama kelenjar – kelenjar dan alveolus
mammae dan lemak.
2) Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat
dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
3) Hipervaskularisasi, terdapat pada permukaan maupun pada bagian
dalam mammae.
4) Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron
terhadap hipofise hilang dan berpengaruh timbulnya hormon
laktogenic (prolaktin), sehingga mammae yang terlah dipersiapkan
terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu.
Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar
susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu yang
berlangsung pada hari 2-3 post partum.
5. Adaptasi Psikologis
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa
transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat
adalah:
a) “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama
antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon
yang memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
b) Bonding Attachment atau ikatan kasih.
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah
untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan
“attachment” adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran
perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat
terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh
perubahan psikologis secara simultan sehingga klien harus beradaptasi secara
menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien
setelah melahirkan adalah:
a) Taking In.
1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yan baik.
3) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala
sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
4) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
5) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan
secara berulang-ulang
6) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. 
7) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan
kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses
mengetahui/menemukan “ yang terdiri dari :
1) Identifikasi.
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya
untuk menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan.
2) Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang
lain.
3) Menginterpretasikan.
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan.
Pada fase ini dikenal dengan istilah “ fingertip touch”
b) Taking Hold
1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
2) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam
merawat bayi
3)  Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
4) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
5) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar
untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang
perawatan bagi diri dan bayinya
c) Letting Go.
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai
disibukan oleh tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini
terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
d) Post Partum Blues.
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone
yang menurun, selain itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas yang harus
dihadapinya. Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu
makan, gangguan pola tidur, cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih
dari 2 minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan diri, maka akan
menjadi serius yang dikenal sebagai POST PARTUM DEPRESI.
e) Adaptasi psikologis ayah.
Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya
selama proses persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu
dekat dengan isteri dan anaknya.
f) Adaptasi psikologis keluarga.
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran
dan hubungan dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar
menjadi kakak, orang tua menjadi kakek / nenek, suami dan isteri harus
saling membagi perhatian. Bila banyak anggota yang membantu merawat
bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu,
sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan
membantu rumah tangga.
6. Penanganan Masa Nifas (Puerperium)
a) Kebersihan diri
1) Anjurkan menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah alat kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa klien mengerti untuk
membersihkan daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang,
baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2x sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b) Istirahat.
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan.
2) Sarankan untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam:
(a) Mengurangi jumlah asi yang diproduksi.
(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
c) Latihan
Diskusikan pentingnya otot-otot panggul kembali normal. Ibu akan
merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot  perutnya menjadi kuat
sehingga mengurangi rasa sakit pada panggul.
Jelaskan pentingnya latihan untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan
dasar panggul (kelgel exercise). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan
untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih
banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan
setiap gerakan sebanyak 30 kali.
d) Gizi.
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui.
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari post partum.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayi melalui air asinya.
e) Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama pada puting susu.
2) Menggunakan Bra yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali menyusui. Tetap menyusui dimulai
dari puting susu yang tidak lecet.
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet.
6) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisi
tangan untuk mengurut payudara.
7) Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga puting susu
menjadi lunak.
8) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap seluruh
ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.
9) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f) Senggama.
1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri.
2) Banyaknya budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami
istri sampai pada masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan.
7. Komplikasi Post Partum
a) Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-
600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam
Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum:
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri.
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
(a) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
(b) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
(a) Episiotomi yang lebar.
(b) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
(c) Rupture uteri.
5) Penyakit darah.
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/hipofibrinogenemia.
b) Klien post partum komplikasi infeksi.
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh
terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan)
ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah
sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah
dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril
digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya menyebabkan
infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi
umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c) Klien post partum komplikasi penyakit blues.
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang
sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat
fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima
dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca
persalinan. Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana
hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si
bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Etiologi atau penyebab pasti
terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui. Namun,
banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues,
antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional
pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
8. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
a) Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya.
b) Keadaan umum: TTV, selera makan dll.
c) Payudara: air susu, putting.
d) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
e) Sekres yang keluar atau lochea.
f) Keadaan alat kandungan.
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
a. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum.
b. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
9. Penatalaksanaan.
a) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b) 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri.
c) Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d) Hari ke-2: mulai latihan duduk.
e) Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
10. Keadaan Abnormal yang dapat Menyertai Kala Nifas
1)      Keadaan abnormal pada rahim
a.       Sub involusi Uteri
      Sub involusi uteri adalah keadaan dimana proses involusi
rahim tidak berjalan sebagai mestinya. Penyebab terjadinya
subinvolusi uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat
sisa plasenta dan selaputnya terdapat bekuan darah, atau mioma
uteri
b.      Perdarahan Kala Nifas Sekunder
      Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan kala nifas
sekunder adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban
(pada grande multipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta),
infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk
mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.
c.       Flegmasi Alba Dolens
      Flegmasi alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi
puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Vena
femoralis yang terinfeksi dan disertai pembentukan trombosis
dapat menimbulkan gejala klinis sebagai berikut:
a.       Terjadi pembengkakan pada tungkai.
b.      Berwarna putih.
c.       Terasa sangat nyeri.
d.      Tampak bendungan pembuluh darah.
e.       Temperatur badan dapat meningkat
1)      Keadaan abnormal pada payudara
a.       Bendungan ASI
1)      Karena sumbatan pada saluran ASI.
2)      Tidak dikosongkan seluruh puting susu.
3)      Keluhan : mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai
subu badan meningkat.
4)      Penanganan mengosongkan ASI dengan masase atau pompa,
memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI,
dan pengobatan simtomatis sehingga keluahan berkurang.
b.      Mastitis dan abses mamae
Terjadinya bendungan ASI merupakan permulaan dari
kemungkinan infeksi mamae. Bakteri yang sering menyebabkan
infeksi mamae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui
luka puting susu infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada
mamae terjadi pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna
kulit mamae. (Ibrahim, Cristina, 1996)
11. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan
pergantian pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak
enak badan.
g. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan
atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
atau dirinya sendiri.
k. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan.
a) Identitas Pasien.
b) Keluhan Utama
c) Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
d)  Riwayat Kehamilan.
e) Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
f) Riwayat Persalinan
g) Tempat persalinan
h) Normal atau terdapat komplikasi.
i) Keadaan bayi
j) Keadaan ibu
k) Riwayat Nifas Yang Lalu
l) Pengeluaran ASI lancar / tidak
m) BB bayi
n) Riwayat ber KB / tidak

Pemeriksaan Fisik
 

a) Keadaan umum pasien.


b) Abdomen.
c) Saluran cerna.
o) Alat kemih
p)  Lochea
q) Vagina
r) Perinium dan rectum
s) Ekstremitas
t) Kemampuan perawatan diri
u) Pemeriksaan psikososial
v) Respon dan persepsi keluarga
w) Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan.
a) Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi
uterus, distensi abdomen,luka episiotomi.
b) Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum
berpengalaman menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting
susu,kurangnya produksi ASI.
c) Gangguan  eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih,
perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
d) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistemkekebalan tubuh.
e) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan).
f) Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan
kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d agens pencedera fisik terpotong/terputusnya kontuinitas
jaringan )
b) Gangguan pola tidur b/d kecemasan.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
No Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SDKI) (SDKI)

1. Diagnosa : Nyeri akut b/d agens pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...., Manajemen Nyeri I. 08238
terpotong/terputusnya kontuinitas jaringan masalah nyeri teratasi, dengan kriteria hasil:
Observasi :
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosionalyang 1. Melaporkan nyeri terkontrol
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau 2. Kmempuanmengenali onset nyeri meningkat 1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
fungsional, dengan onset medadak atau lambat dan 3. Kemampuan menggunakan teknik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
berintensitas ringan hingga berat yang berlansung nonfarmakologis meningkat 2. Identifikasi skala nyeri
kurang dari 3 bulan. 4. Dukungan orang terdekat meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
5. Keluhan nyeri menurun. 4. Identifikasi faktor yang
Penyebab : 6. Pennggunaan analgesik menurun. memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
1. Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, tentang nyeri
iskemia dan neoplasma) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
2. Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, respon nyeri
bahan kimia iritan) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
3. Agen pencedera fisik ( mis, amputasi, hidup
terbakar, terpotong, mengangkat berat, 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
prosudur operasi, trauma, latihan fisik yamng sudah diberikan
berlebihan) 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Gejala dan tanda mayor Subjektif : Terapeutik :

1. Mengeluh nyeri Objektif 1. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk


2. Tampak meringis mengurangi nyeri misalnya TENS,
3. Bersikap protektif hipnosis,akupresur, terapi musik,
4. Gelisah biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
5. Frekuensi nadi meningkat tehnik imajinasi terbimbing, kompres
6. Sulit tidur hangat/dingin, terapi bermain
7. Gejala dan tanda minor ; Subjektif : - 2. Kontrol lingkungan yang
8. Objektif ; memperberat rasa nyeri misalnya suhu
9. Tekanan darah meningkat ruangan, pencahayaan, kebisingan
10. Pola napas berubah 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
11. Nafsu makan berubah dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
12. Proses berfikir terganggu 5. Edukasi :
13. Menarik diri 6. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
14. Berfokus pada diri sendri nyeri
15. Diaforesi 7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
9. Ajarkan menggunakan analgetik secara
tepat
10. Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

2 Gangguan pola tidur berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam …., 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kecemasan. pola tidur membaik dengan criteria hasil : 2. Identifikasi factor pengganggu tidur
3. Identifikasi factor makanan dan minuman
Defenisi : gangguan kualitas dan kuantutas waktu 1. Keluhan sulit tidur menurun yang menggnggu tidur
tidur akibat factor eksternal. 2. Keluhan sering terjaga menurun 4. Identifikasi obat tidur yang dikomsumsi
3. Keluhan tidak puas tidur menurun 5. Modifikasi lingkungan
Penyebab : 6. Batasi waktu tidur siang
4. Keluhan pola tidur berubah menurun 7. Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
1. Hambatan lingkungan 5. Keluhan istrahat tidak cukup menurun. 8. Tetapkan jadwal tidur rutin
2. Kurangnya kontrol tidur 6. Kemampuan beraktifitas meningkat. 9. Lakukan prosedur untuk peningkatan
3. Kurangnya privasi kenyamanan
4. Restraint fisik 10. Sesuaikan jadwal pemberian obat atau
tindakan untuk menunjang siklus tidur
5. Ketiadaan teman tidur
terjaga
6. Tidak familiar dengan peralatan tempat tidur 11. Jelasakan pentingnya tidur cukup selama
sakit
Gejala dan tanda mayor : Subjektif : 12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
13. Anjurkan menghindari makanan dan
1. Mengeluh sulit tidur minuman yang tidur
2. Mengeluh sering terjaga 14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
3. Mengeluh tidak puas tidur mengandung dupresor terhadap tidur REM.
4. Mengeluh pola tidur berubah 15. Ajarkan teknik relaksasi otot autogenic atau
non farmakologi lainnya.
5. Mengeluh istrahat tidak cukup
Objektif :

Gejala dan tanda minor subjektif

Mengeluh kemampuan beraktivitas meurun

Objektif : -

Kondisi klinis terkait :

1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyakit paru obstruktif kronik
5. Kehamilan
6. Kondisi pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... Observasi
jam, resiko infeksi menurun. Dengan kriteria hasil :
Defenisi: Beresiko mengealami peningkatan Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
terserang organisme patogenik. 1. Kebesihan tangan meningkat sistemik
2. Kebersihan badan meningkat
Faktor resiko : 3. Nafsu makan meningkat Teraputik
4. Demam menurun
1. Penyakit kronis 5. Kemerahan menurun 1. Batasi jumlah pengunjung.
2. Efek prosedur invasif 6. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Malnutrisi 7. Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
4. Peningkatan paparan 8. Vesikel menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Organisme patogen lingkungan 9. Cairan berbau busuk menurun 4. Pertahankan aseptik pada pasien beresiko
6. Ketdiakadekuatan pertahanan tubuh primer 10. Sputum berwarna hijau menurun tinggi
7. Gangguan peristaltik 11. Drainase purulen menurun
8. Kerusakan integritas kulit 12. Periode menggigil menurun Edukasi
9. Merokok 13. Kadar sel darah putih membaik
10. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
14. Kultur darah membaik
sekunder 2. Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
15. Kultur urine membaik
11. Penurunan hemoglobin 3. Ajarkan etika batuk
16. Kultur sputum membaik
12. Vaksinasi tidak adekuat 4. Ajarkan cara memerksa kondisi luka atau
17. Kultur area luka membaik.
luka operasi
18. Kultur feses membaik
Kondisi klinis terkait ; 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
1. AIDS
2. Luka bakar Kolaborasi
3. Penyakut paru obstruksi kronis
4. Diabetes melitus Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi stroid
7. Kanker
8. Gagal ginjal
9. Gangguan fungsi hati.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA
PKP, Bandung.
Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Klien (terjemahan), EGC, Jakarta.
Farrer, H., 2004, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai