Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS MTBS

AN.D DENGAN DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Keperawatan Anak
dengan dosen pembimbing Ibu Linda Sari Barus., M. Kep., Ns. Sp. Kep. An

OLEH:
Titus Tuka Hapo
30190122037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2023
KATA PENCANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Bsa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga saya dapat mengerjakan serta menyelesaikan laporan
pengkajian “ LAPORAN PENGKAJIAN MTBS PADA AN. D

USIA 3 TAHUN. Dalam penyusunan laporan pengkajian ini, banyak pihak yang telah
membantu dengan memberikan dorongan dan bimbingan secara langsung maupun tidak
langsung. Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada:

1. Ns. Blizabeth Ari Setyarini, S.Kep., MKes.AIFO selaku ketua STIKes Santo
Borromeus Padalarang.
2. Ns. Ferdinan S, M.Kep selaku kepala program studi S-1 keperawatan STIKes
Santo Borromeus Padalarang.
3. Linda Sari Barus., M. Kep., Ns. Sp. Kep. An selaku dosen koordinator mata ajar

keperawatan anak

4. Tina Shinta Parulian, M. Kep. Ns. Sp. Kep. An selaku tim dosen mata ajar
keperawatan anak
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan laporan pengkajian MTBS ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang bersifat membangun guna perbaikan. Akhir kata, saya mengucapkan
terimakasih dan berharap semoga bermanfaat bagi pembaca.

Padalarang, 23 Januari 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang
menunjukkan derajat kesehatan masyarakat. Hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa angka kematian balita di
Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan negara-negara di Asia
Tenggara, yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Menurut data Riskesdas
2007, penyebab utama kematian balita adalah diare (25%) dan pneumonia
(15%), sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah diare (42%) dan
pneumonia (24%). Penelitian Sample Registration System (SRS) tahun 2014
menunjukkan hasil yang sedikit berbeda. SRS menyebutkan bahwa penyebab
utama kematian anak balita adalah diare (17%) dan pneumonia (13%).
Sedangkan penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia (18%), disusul dengan
penyakit pneumonia (8%). Salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian
balita antara lain melalui peningkatan keterampilan tenaga kesehatan di
puskesmas melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Metode MTBS telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1997.
Walau pun sudah 20 tahun, namun implementasi di lapangan masih belum
optimal. Salah satu kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya jumlah
tenaga yang dilatih karena untuk pelatihan MTBS membutuhkan biaya yang
cukup besar. Kalakarya Manajemen Terpadu Balita Sakit termasuk salah satu
standar pelayanan kesehatan anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar.
Penerapan pelayanan kesehatan anak yang sesuai standar MTBS sejalan dengan
Undang-Undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Permenkes No. 25
tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten/Kota. Dengan menerapkan MTBS diharapkan terjadi peningkatan
penemuan kasus, sehingga semakin banyak balita sakit yang dapat dicegah dari
kematian.
Penerapan MTBS di puskesmas dapat memperkuat sistem pelayanan
kesehatan agar penanganan balita sakit lebih efektif, meningkatkan kualitas
pelayanan, meningkatkan peran keluarga dan masyarakat, serta akan melindungi
perawat dan bidan bilamana menjumpai permasalahan setelah memberikan
pelayanan. Pelayanan balita sakit dengan pendekatan MTBS dinilai cost
effective dan dapat memberikan kontribusi sangat besar untuk menurunkan
angka kematian neonatus, bayi dan anak balita bila dilaksanakan secara benar
dan luas. Dengan demikian tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan
melayani balita sakit harus kompeten melakukan MTBS dengan benar sesuai
standar serta menerapkan pendekatan MTBS secara luas terhadap seluruh balita
sakit dan bayi muda yang datang ke puskesmas.
Pelatihan bagi Pelatih MTBS sudah diselenggarakan dengan
kontribusi berbagai pihak, namun disadari bahwa pengembangan pelatihan
MTBS belum optimal sebagaimana yang diharapkan, diantaranya penerapan
yang terkendala karena kurangnya bimbingan teknis bagi pelaksana, atau karena
pemantauan paska pelatihan sebagai bagian dari paket pelatihan sering
dilupakan. Pelatihan bagi pelatih MTBS dilakukan agar MTBS Revisi 2015
yang telah disesuaikan dengan perubahan kebijakan program terkait MTBS,
kemajuan ilmu kedokteran serta rekomendasi WHO dapat dikuasai para
pengelola program MTBS tingkat kabupaten/kota dan diimplementasikan dalam
pelatihan MTBS di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk tim fasilitator Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di provinsi yang nantinya dapat dapat menjadi
pelatih dan melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga
kesehatan terutama dokter, bidan, dan perawat di provinsinya masing-masing
serta dapat menjadi pendamping kalakarya MTBS di puskesmas sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
B. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian MTBS pada An.D
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada An.D
3. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada An.D
C. Metode Penulisan
Deskripsi dengan cara bedah kasus yang didapatkan di puskesmas X
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kasus MTBS ini sebagai berikut :
Bab I pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan.
Bab II tinjauan konsep MTBS
Bab III tinjauan kasus MTBS
Bab IV penutup berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep MTBS/MTBM
1. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat
jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya
promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, 2014).
Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5
tahun) (MTBS, 2014).
Menurut Maryunani (2014) Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) merupakan suatu bentuk manajemen yang dilakukan secara terpadu,
tidak terpisah. Dikatakan ‘terpadu dan terintegrasi’ karena bentuk manajemen
atau pengelolaannya dilaksankan secara Bersama dan penanganan kasusnya
tidak terpisah-pisah, yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi,
pemberian imunisasi, pencegahan penyakit, dan promosi untuk tumbuh-
kembang. Disamping itu juga, pelaksanaan MTBS yang terpadu ini sangat cocok
untuk balita yang berobat ke puskesmas
2. Tujuan MTBS
Tujuan dari pendekatan MTBS adalah mengajarkan manajemen kasus
kepada bidan,perawat,dokter,dan tenaga kesehatan lain yang menangani
balita ,sakit dan bayi muda di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas,
Pustu,rumah bersalin,balai pengobatan,maupun melalui kunjungan rumah.
Petugas kesehatan akan belajar cara menangani balita sakit dan bayi muda
dengan :
 Mengenali tanda-tanda dan gejala penyakit,status imunisasi,status
gizi,dan pemberian vitamin A
 Membuat klasifikasi
 Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan menentukan
apakah seorang anak perlu dirujuk
 Memberi pengobatan pra-rujukan yang penting, seperti dosis pertama
antibiotik,vitamin A,dan perawatan anak untuk mencegah menunrunnya
gula darah dengan pemberian air gula,mencegah hipotermia serta
merujuk anak
 Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan preventif)seperti
pemberian oralit ,tablet Zinc, vitamin A dan imunisasi
 Mengajari ibu cara member obat dirumah seperti antibiotik oral dan
asuhan dasar bayi muda
 Member konseling kepada ibu mengenai pemberian makanan pada
anak,pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan
 Melakukan penilaian ulang dan member perawatan yang langsung pada
saat anak tersebut kembali untuk pelyanan tindak lanjut (Dwienda
R,Octa,dkk.2014).
3. Sasaran Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Sasaran MTBS adalah anak usia 0-5 tahun yang dibagi menjadi dua
kelompok yakni: Kelompok usia satu hari sampai dua bulan atau biasa disebut
bayi muda dan kelompok usia dua bulan sampai lima tahun (Maryunani, 2014).
Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penatalaksanaan MTBS tidak hanya
untuk anak sakit, tetapi juga kepada anak sehat yaitu pemberian imunisasi.
Sasaran MTBS pada anak balita di layanan kesehatan tingkat dasar yakni untuk
mengurangi angka kematian balita (Maternity, Putri, & Aulia, 2017).
BAB III

TINJAUAN PENGKAJIAN
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian mengenai manajeman terpadu balita sakit


(MTBS) yang ada di puskesmas Cimareme dapat disimpulkan bahwa An.D usia
3 tahun dengan keluhan bengkak pada daerah kaki dan sudah 3 hari mengalami
diare serta sulit makan, pada saat pengkajian pemeriksaan tanda bahaya umum
dengan segitiga asesmen gawat anak (SAGA) masuk dalam klasifikasi stabil dan
memerlukan tindakan pengobatan berupa pemberian obat, karena pada saat
mengkaji tanda bahaya umum An.D memiliki tanda bahaya umum (SAGA)
ditandai dengan anak rewel tidak dapat ditenangkan. An.D menderita diare
dehidrasi ringan/sedang dan tindakan yang diberikan adalah memberikan terapi
obat zinc, vitamin A dosis pertama, pemberian antibiotik dan memberikan
edukasi, apabila anak masih mengalami diare segera dibawa ke dokter atau
rumah sakit
B. Saran
Meningkatkan penyuluhan kesehatan, edukasi, maupun konseling
kepada ibu mengenai status gizi dan status pertumbuhan anak tentang
pencegahan gizi buruk pada anak sehingga angka kejadian anak gizi buruk dapat
berkurang.
Daftar Pustaka

https://eprints.umm.ac.id/49012/3/BAB%20II.pdf

http://lib.unnes.ac.id/26221/1/6411412099_.pdf

https://id.scribd.com/document/441383407/LP-MTBS-docx

BUKU BAGAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT KEMENTRIAN


KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 2022

Anda mungkin juga menyukai