Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cakupan pelayanan MTBS merupakan persentase anak sakit yang

mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar MTBS dari jumlah kunjungan

anak balita sakit di suatu Puskesmas. Sebagian besar Puskesmas tidak

mencapai cakupan MTBS yaitu tidak memenuhi kriteria sudah melaksanakan

atau melakukan pendekatan minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit

di puskesmas terebut (Ritonga, 2021).

Secara umum Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita

(AKABA) di Indonesia mengalami penuruan. Tercatat pada tahun 1991, AKI

sebesar 390/100.000 kelahiran hidup berkurang menjadi 305/100.000 per

kelahiran hidup di tahun 2015. BPS juga mencatat bahwa AKB terjadi

penurunan dari tahun 1991 sebesar 68/1.000 kelahiran hidup menjadi

22.23/1.000 pada tahun 2015. Demikian juga pada AKABA terjadi penurunan

dari tahun 1991-2015 sebesar 70,8/1.000 kelahiran hidup (Labola, 2018).

Beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita

yaitu, pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua penyakit terbanyak sebagai

penyebab kematian bayi adalah penyakit ISPA sebesar 9,4% dan penyakit

diare sebesar 10,6%. Sedangkan untuk balita kematian akibat ISPA sebesar

13,5%, dan diare sebesar 9,1% (Riskesdas Aceh, 2018).

Penyakit-penyakit penyebab kematian tersebut pada umumnya dapat

ditangani di tingkat Rumah Sakit dan Puskesmas perawatan namun masih

1
2

sulit untuk ukuran Puskesmas non-perawatan. Hal ini disebabkan antara lain

karena masih minimnya sarana/peralatan, alat diagnostic, obat-obatan dan

ketersediaan SDM ditingkat Puskesmas terutama Puskesmas non-perawatan

dan Puskesmas di daerah terpencil. Selain itu puskesmas seringkali tidak

memiliki tenaga dokter yang siap di tempat setiap saat.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pelaksanaan program kesehatan anak di

Puskesmas UPTD Cot Girek.

b. Tujuan Khusus

Agar tersedianya suatu dokumen yang strategik dan komprehensif

sebagai bahan tindak lanjut dan perencanaan program kesehatan tahun

berikutnya.

1.3 Manfaat

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil dari makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi bagi masyarakat.

b. Bagi Bidang Kesehatan

Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam melakukan tindakan

promotif maupun preventif.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Puskesmas Dan Tenaga Kesehatan

A. Biografi Puskesmas

B. Sasaran Program Kesehatan Anak

Sasaran dari MTBS adalah semua anak balita umur 12-59 bulan

yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Cot Girek Januari 2021 sampai

dengan Desember 2021.

C. Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan sengaja untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat

keberhasilan program tersebut tercapai (Mesiono, 2017).

2.2 MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

A. Pengertian MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu

pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus

kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh.

Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditunjukan untuk menurunkan

kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti

Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dll.

3
4

Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk

mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian

bayi dan balita. Dikatakan lengkap karema meliputi upaya kuratif

(pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan

konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui

bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara

berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan

kecacatan pada bayi dan balita.

Praktek MTBS memiliki 3 komponen khas yang menggantungkan yaitu :

a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana

balita sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS

dapat memeriksa dan menangani pasien balita).

b. Memperbaiki system kesehatan (banyak program kesehatan

terintegrasi didalam pendekatan MTBS).

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di

rumah dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak

meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan

kesehatan) (Kemenkes RI, 2008).

B. Tujuan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan

fasilitas kesehatan dasar, yang diharapkan dapat menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada bayi dan balita (Ritonga, 2021).

4
5

C. Manfaat MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Manajemen Terpadu Balkita Sakit (MTBS) telah digunakan lebih

dari 100 negara dan terbukti dapat :

1. Menurunkan angka kematian balita.

2. Memperbaiki status gizi.

3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

4. Memperbaiki kinerja tenaga kesehatan.

5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah (Ritonga,

2021).

D. Pendekatan Dalam MTBS

Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai

pendekatan MTBS. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS

untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan

kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian

memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu

petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya-

jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan

menentukan jenis tindakan/pengobatan, misalnya anak dengan klasifikasi

pneumonia berat atau penyakit sangat berat akan dirujuk ke dokter

puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak

dengan masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi, dst.

Di bawah ini adalah gambaran pendekatan MTBS yang sistematis

dan terintegrasi tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan. Ketika

5
6

anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan

menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan

memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:

1. Apakah anak bisa minum/menyusu?

2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?

3. Apakah anak menderita kejang?

Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak

letargis/tidak sadar?

Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:

1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?

2. Apakah anak menderita diare?

3. Apakah anak demam?

4. Apakah anak mempunyai masalah telinga?

5. Memeriksa status gizi

6. Memeriksa anemia

7. Memeriksa status imunisasi

8. Memeriksa pemberian vitamin A

9. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain (Darmayanti, 2015).

6
7

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil dari makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi bagi masyarakat.

b. Bagi Bidang Kesehatan

Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi

pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam melakukan tindakan

promotif maupun preventif.

Anda mungkin juga menyukai