Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN ANAK SEHAT DAN SAKIT

KONSEP MTBS

(MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT)

Disusun Oleh :

Reza Ari Saputra (1032221053)

Nur wan Mahrullah (1032221047)

Satrio Dwie Fajriyanto (1032221079)

Program Studi Sarjana Keperawatan

Fakultas Kesehatan Universitas MH Thamrin

Tahun Ajaran 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala Rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari hari.

Kami yakin masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi para
pembacanya. Terima kasih.

Jakarta, 10 Februari 2024

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi……………………………………………………………………. 5

2.2 Tujuan…………………………………………………………………….. 6

2.3 Sejarah MTBS…………………………………………………………… 6

2.4 Sasaran MTBS…………………………………………………………... 7

2.5 Ruang Lingkup MTBS…………………………………………………... 7

2.6 Penatalaksanaan MTBS………………………………………………... 8

2.7 Penilaian Tanda dan Gejala………………………………………….... 10

2.8 Langkah Penentuan Tindakan MTBS……………………………….... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 16

3.2 Saran……………………………………………………………………... 16

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management
of Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi
atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan
anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan
suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara
penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama kali
diperkenalkan ole organisasi keschatan dunia WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan
bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan,
kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan
hidup, mortalitas morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat
mencakup pengertian yang sangat yakni bukan saja bebas dari penyakit
tetapi juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup
serta unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan
status gizi. Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah
angka harapan hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah
disepakati lima indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran
hidup, angka kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian pneumonia pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada
balita per 1000 balita per 1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan
(AKI) per 1000 kelahiran.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi konsep MTBS?
2. Apa itu konsep MTBS bayi muda (0-2 bulan)?
3. Apa itu konsep MTBS bayi muda (2 bulan-5 tahun) ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan
upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan
kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes, dil.

Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh


Departemen Kesehatan yangbekerjasama dengan WHO. Layanan ini tidak
hanya kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya.
Tujuan dari pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang
terampilmenangani bayi dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana
MTBS. Sasaran utama pelatihan MTBS ini adalah perawat dan bidan, akan
tetapi dokter Puskesmas pun perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan
supervisi penerapan MTBS di wilayah kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan
UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi sertamemberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat
yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS dalam kegiatan di
lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem yang
mempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.

5
B. Tujuan
Adapun tujuan dari MTBS ini adalah:
1. Tujuan utama
Tatalaksana ini untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak
balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Kemenkes RI,
2014)
2. Tujuan lainnya (Moelyo, Widardo, & Herlambang, 2013)
a. Memperbaiki status gizi,
b. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan

C. Sejarah MTBS
WHO dan UNICEF meresmikan Integrated Management of Childhood
Illness (IMCI) pada pertengahan tahun 1990 untuk meningkatkan
kelangsungan hidup bayi di negara negara berkembang karena setiap 1.000
kelahiran angka kematian bayi mencapai lebih dari 40 bayi dan menyediakan
pelayanan terintegrasi diantaranya adalah pencegahan, pengobatan, seta
perawatan pada balita yang sakit. Kemudian strategi diperluas termasuk
perawatan bayi baru lahir atau usia dibawah satu minggu yang mengalami
sakit, dan secara berkala memperbarui pengetahuan teknis mengenai IMCI
ini untuk kemajuan pendekatan ini dalam rangka mengurangi angka kematian
bayi. Lebih dari 100 negara mengadopsi IMCI dan mengimplementasikan nya
baik secara keseluruhan atau sebagian. Terdapat tiga komponen dalam IMCI
yakni meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan, memperkuat sistem
kesehatan, serta meningkatkan praktik dari keluarga dan komunitas. IMCI
terbukti berkontribusi untuk mengurangi angka kematian anak pada era
Millennium Development Goals (MDGs), penelitian pada saat itu juga
membuktikan bahwa IMCI bila di terapkan pada fasilitas kesehatan dan
komunitas mampu mengurangi 15% angka kematian anak (Moelyo, Widardo,
& Herlambang, 2013).

D. Sasaran MTBS
Sasaran MTBS adalah anak usia 0-5 tahun yang dibagi menjadi dua
kelompok yakni: Kelompok usia satu hari sampai dua bulan atau biasa
disebut bayi muda dan kelompok usia dua bulan sampai lima tahun.
6
Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penatalaksanaan MTBS tidak
hanya untuk anak sakit, tetapi juga kepada anak sehat yaitu pemberian
imunisasi. Sasaran MTBS pada anak balita di layanan kesehatan tingkat
dasar yakni untuk mengurangi angka kematian balita (Maryunani, 2014).

E. Ruang Lingkup MTBS


1. Penilaian, klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan dan
anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun. Menilai anak maksudnya adalah
melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi.
Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah seta tingkat keparahannya.Memilih
suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang
berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan
suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnose
spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di
fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi obat untuk diminum
di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta
tindakan lain yang harus dilakukan dirumah.
3. Konseling bagi ibu
Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian
makan anak, member anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta
kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
4. Tindakan dan pengobatan
Pemberian tindakan dan pengobatan bertujuan untuk memberikan
edukasi kepada ibu tentang cara pemberian obat oral dirumah, cara
mengobati infeksi lokal dirumah, pemberian pengobatan di klinik, dll.
5. Pelayanan tindak lanjut
Pelayanan tindak lanjut meliputi menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut
saat melakukan kunjungan ulang pada bayi umur kurang dari 2 bulan baik
sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi
muda umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2
bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.
7
F. Penatalaksanaan MTBS
1. Pelaksanaan Protap Pelavanan MTBS
hal-hal yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dalam menangani balita
sakit sesuai dengan Protap MTBS, meliputi
a. Anamnesa :
Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,
lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan dan riwayat penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan :
1) Untuk bayi umur 1 hari-2 bulan
Pemeriksaan yang dilakukan: Periksa kemungkinan kejang, gangguan nafas,
suhu tubuh,
adanya infeksi, ikterus, gangguan pencernaan, BB, status imun.
2) Untuk bayi 2 bulan - 5 tahun
Pemeriksaan yang dilakukan: Keadaan umum, respirasi, derajat dehidrasi,
suhu, periksa telinga, status gizi, imun, penialaian pemberian makanan.
3) Menentukan klasifikasi, tindakan, penyuluhan dan konsultasi dokter
(Depkes RI b., 2008).
c. Pengobatan
Pengobatan untuk balita sakit yang mendapatkan terapi rawat jalan, maka
petugas kesehatan dapat mengajari ibu cara pememberian obat oral dirumah,
obat-obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa pasien seperti (antibiotik
oral, antimalaria oral, parasetamol, vitamin A, zat besi, dan obat cacingan).
Sedangkan anak dengan tanda bahaya umum mempunyai masalah serius
perlu dirujuk segera (Dwi, 2015).

2. Langkah-langkah kegiatan MTBS

A. Persiapan pasien
Minta keluarga untuk ikut berperan dalam melakukan penilaian dan
pemberian tindakan sehingga anak sebisa mung kin dalam kondisi
rilex.

B. Persiapan lingkungan
8
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dengan cukup
penerangan serta ketersediaan sarana untuk menjaga privacy pasien.

C. Persiapan alat
1) Formulir penilaian MTBS untuk balita sakit usia 2 bulan sampai 5
tahun, dan formulir bayi muda umur kurang dari 2 bulan.
2) Buku Bagan MTBS
3) Alat
A) Timbangan BB
B) Alat ukur tinggi badan/ panjang badan
C) Thermometer
D) Stateskop
D. Prosedur pelaksanaan

1) Tahap Pra-interaksi
A) Memberi salam dengan mengucapkan basmalah dan membaca
do’a, kemudian melakukan kontrak waktu.
B) Menyiapkan alat yang akan di gunakan
C) Mencuci tangan
2) Tahap orientasi
A) Member salam kemudian menyapa orang tua dan anak dengan
Cara memanggil nama anak.
B) Menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya pemeriksaan dan
menanyakan persetujuan kesiapan anak dan orang tua sebelum
kegiatan dilakukan.
C) Mengajak ke tempat atau ruangan yang telah disiapkan atau
memilih tempat yang didinginkan.
3) Tahap kerja
A) Menetapkan usia anak untuk menyesuaikan dengan formulir
penilaian yang akan digunakan.
B) Melakukan proses tanya jawab pada anak, orang tua atau keluarga
yang mendampingi secara terstruktur berdasarkan formulir penilaian
dengan cara melingkari setiap jawaban atau gejala yang ditemukan.

9
C) Data hasil Tanya jawab kemudian di klasifikasikan berdasarkan
buku bagan kemudian menentukan tindakan/ pengobatan segera
berdasarkan gejala yang ada.
D) Penentuan rencana tindak lanjut setelah pemberian pengobatan
dalam bentuk konseling kesehatan kepada orang tua dan keluarga.

4) Tahap terminasi
A) Melakukan evaluas1 hasil penilaian secara keseluruhan
Berdasarkan formulir yang digunakan.
B) Menyampaikan hasil pemeriksaan pada orang tua atau keluarga
C) Berpamitan sambil mengucapkan salam dan menyampaikan bahwa
peerikaan telah selesai di lakukan.
D) Mencuci tangan

G. Penilaian tanda dan gejala


Pada tahap kerja, petugas melakukan penilaian atau pemeriksaan dengan
menanyakan kepada orang tua atau wali, apa saja keluhan anak, kemudian
petugas memeriksa dengan cara “”lihat dan dengar” atau “lihat dan raba”.
Petugas akan melihat atau memeriksa apakah anak tampak letargis atau
tidak sadar.
1) Umur 0 sampai 2 bulan
Pada penilaian tanda dan gejala yang pertama kali dilakukan pada balita
umur 1 hari sampai 2 bulan adalah:
a) Pertama menilai adanya kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri
b) Kedua, adanya tanda atau gejala ikterus
c) Ketiga, adanya tanda atau gejala diare
d) Keempat, adanya tanda dan gejala HIV
e) Kelima, adanya tanda atau gejala kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI
f) Keenam, melakukan pemeriksaan pada status vitamin
g) Ketujuh, melakukan pemeriksaan pada status imunisasi
2) Umur 2 bulan sampai 5 tahun

10
Pada penilaian tanda dan gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5
tahun ini yang dinilai adalah ada tidaknya tanda bahaya umum (tidak bisa
minum atau menyusu, muntah, kejang, letargis atau tidak sadar) dan keluhan
seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare, demam, masalah
telinga, malnutrisi, anemia dan lain-lain.

a) Penilaian pertama, keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya


umum, tarikan dinding dada ke dalam, stridor, nafas cepat.
b) penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek. Gelisah, rewel,
haus atau banyak minum.
c) Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya
umum, kaku kuduk dan adanya infeksi lokal.
d) Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,
adanya pembengkakkan.
e) Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah
kurus, bengkak pada kedua kaki, telapak tangan pucat dan sebagainya.

H. Langkah Penentuan Tindakan / Pengobatan MTBS


A. Penentuan tindakan/ pengobatan dilakukan setelah menetapkan masalah
kesehatan yang terjadi pada balita sesuai dengan klasifikasinya berdasarkan
dari tanda dan gejala suatu penyakit tersebut. Contohnya: anak yang mungkin
DBD, tindakan/pengobatan yang dapat dilakukan yaitu:
1) Beri dosis pertama parasetamol, jika demam tinggi (2 38,5 ° C), tidak
boleh golongan salisilat dan ibuprofen. Pemberian dosis di sesuaikan dengan
BB anak, serta jenis obat yang diberikan baik itu tablet atau sirup.
2) Nasihati untuk lebih banyak minum: oralit/cairan lain.
3) Nasihati kapan kembali segera.
4) Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam

B. Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan


mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-
langkah tindakan/ pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/
klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:
11
1) Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah; Mengajari ibu cara
mengobati infeksi lokal di rumah;
2) Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di
rumah, misal aturan penanganan diare di rumah; Memberikan konseling bagi
ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit maupun dalam
keadaan sehat
3) Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas keschatan, dan lain-
lain (Moelyo, Widardo, & Herlambang, 2013).

C. Tindakan dan pengobatan berdasarkan penyakit


1) Pneumonia
a) Pengobatan pneumonia berat :
1) Berikan dosis pertama antibiotika
2) Kotrimoksazol dan amoksilin
3) Lakukan rujukan segera.

b) Pneumonia saja
1) Berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari,
2) Berikan pelega tenggorokan dan pereda batuk.
3) Beri tahu ibu atau keluarga
4) Lakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.

c) Batuk bukan pneumonia


1) Berikan pelega tenggorokan
2) Beri tahu ibu dan keluarga,
3) Lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.

2) Dehidrasi
a) Pengobatan dehidrasi berat :
1) Berikan cairan intravena secepatnya, berikan oralit, berikan
100 ml/kg RL atau NACL
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
membaik berikan tetesan intravena cepat.
3) Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
12
4) Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak.
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

b) Pengobatan dehidrasi ringan atau sedang :


1) Lakukan pemberian oralit 3 jam pertama.
2) Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi.

c) Pengobatan tanpa dehidrasi :


1) Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian
oralit apabila anak tidak memperoleh ASI eksklusif.
2) Lanjutkan pemberian makan.
3) Diare persisten

Tindakan ditentukan oleh dehidrasi, kemudian jika ditemukan adanya


kolera, maka pengobatan yang dapat dianjurkan adalah pilihan pertama
antibiotik Kotrimoksazol dan pilihan kedua adalah Tetrasiklin.

4) Disentri
Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang
sesuai, misalnya pilihan pertamanya adalah
Kotrimoksazol dan pilihan keduanya adalah asam Nalidiksat.

5) Risiko Malaria

Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria adalah


sebagai berikut.

a) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara


intramuskukar. Selanjutnya anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan
ulangi suntikan kina pada 4 dan 8 jam kemudian.
Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu meminum obat malaria secara oral
dan jangan memberikan suntikan kina sampai dengan lebih dari 1 minggu
dan pada risiko rendah jangan berikan pada
anak usia kurang dari 4 bulan
b) Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan
dosis sebagai berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin

13
primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk
anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak < 12 bulan)
c) Lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan
apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian
Klorokuin.
d) Pemberian antibiotik yang sesuai
e) Mencegah penurunan kadar gula darah.
f) Pemberian parasetamol apabila terjadi demam tinggi (≥ 38,5 derajat
celcius).

6) Campak
Pada campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a) Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat, maka tindakannya
adalah pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin,
atau kloramfenikol.
b) Apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian parasetamol
dianjurkan jika disertai demma tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila
campak disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan pemberian
gentian violet, jika hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau
komplikasi lain, maka ber vitamin A.

7) Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pada demam berdarah dengue, tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan syok, maka segera diberi cairan intravena, pertahankan
kadar gula darah. Bila dijumpai demam tinggi, maka berikan parasetamol dan
caira atau oralit bila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan
pemberian cairan pra-rujukan pada demam berdarah:
a) Berikan cairan ringer laktat, jika memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam
ringer laktat melalui intravena atau apabila tidak berikan oralit atau cairan per
oral selama perjalanan.
b) Apabila tidak ada, berikan cairan NaCl 10-20 ml/kgBB/30menit.
c) Pantau selama setelah 30 menit dan bila nadi teraba. berikan cairan
intravena dengan tetesan 10 ml/kgBB dalam 1 jam. Apabila nadi tidak teraba
berikan cairan dengan tetesan 15-20 ml/kgBB
14
8) Masalah telinga
Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telinga dapat dilakukan
antara lain dengan memberikan dosis pertama untuk antibiotik yang sesuai.
Parasetamol dapat diberikan apabila dijumpai demam tinggi, apabila ada
ifeksi akut pada telinga, maka pengobatan sama seperti mastoiditis kris
ditambah dengan mengeringkan telinga dengan kain penyerap.

9) Status Gizi
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain pemberian vitamin A.
Apabila anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan
dijumpai adanya anemia, maka dapat dilakukan pemberian tablet zat besi.
Jika berada di daerah risiko tinggi malaria, dapat diberikan antimalaria oral
dan pirantel pamoat hanya diberikan untuk anak usia 4 bulan atau lebih dan
belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil pemeriksaan tinja
positif (Kemenkes RI, 2015).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia
kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana
bayi muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat
atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah
pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas
karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan
pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO Dengan
MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative
aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu
sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat
kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

B. Saran
Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita
sakit (MTBS), diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi
angka kematin anak mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika
seorang dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan anak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, b. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dwi. (2015). Skripsi: Faktor Yang Mempengaruhi Penatalaksanaan Manajemen

Terpadu Balita Sakit. Badung-Bali: Universitas Udayana. Retrieved Januari


13, 2020, from https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1420015024-3-skripsi

Kemenkes RI. (2015). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Jakarta: Direktoran Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes
RI.

Kemenkes RI, a. (2014). Pedoman Penyelenggara Manajemen Terpadu Balita Sakit

Berbasis Masyarakat (MTBS-M). Jakarta: Katalog dalam Terbitan Kementrian


kesehatan RI.

Maryunani. (2014). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Malang. Retrieved

Januari 13, 2021, from Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS):


http://eprints.umm.ac.id/49012/3/BAB%20Il.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai