Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEBIAJAKAN KESEHATAN

KONSEP MTBS (MANAJEMEN TERPADU BALITA


SAKIT)

Diajukan untuk memenuhi tugas Kebijakan kesehatan


Dosen Mata kuliah: Ani Fadmawati S. Kep., Ners, MKM

Disusun Oleh:
Istianah (P27904122015)
Khairiny Maharani (P27904122016)
Lusiana Oktafiani (P27904122017)

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT karrena hanya
dengan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan
pengikut- pengikutnya hingga akhir zaman. Tak lupa pula segenap ucapan terima
kasih kami berikan kepada Ibu Ani Fadmawati S. Kep., Ners, MKM selaku
dosen pengampu mata kuliah Kebijakan Kesehatan, yang telah memberikan
dukungan dan bimbingannya selama penyusunan makalah ini. Kami juga
memberikan segenap ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas
mata kuliah Kebijakan Kesehatan dengan pembahasan mengenai “Konsep MTBS
& MTBM”. kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
bagi penulis sebagai sasaran untuk mencapai nilai yang baik, dan pastinya bagi
pembaca yang budiman sebagai salah satu sumber informasi yang bermanfaat.
Walaupun demikian, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tak bisa
lepas dari berbagai kesalahan baik secara penyusunan kalimat maupun
keterbatasan informasi yang dapat kami sampaikan.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ I

DAFTAR ISI ............................................................................................... II

DAFTAR TABEL ....................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3

1. Pengertian MTBS ............................................................................ 3

2. Tujuan MTBS ................................................................................. 4

3. Program MTBS ............................................................................... 5

4. Penilaian dan klasifikasi MTBS ...................................................... 5

5. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan ......................................... 9

6. Komponen startegi penerapan ......................................................... 11

7. Peran dan fungis perawat ................................................................ 11

BAB III PENUTUP .................................................................................... 13

A. Simpulan ......................................................................................... 13

B. Simpulan ......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 15

II
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penilaian Pneumonia ................................................................... 6

Tabel 1.2 Penilaian Dehidrasi ..................................................................... 7

Tabel 1.3 Penilaian Infeksi Telinga ............................................................ 8

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian bayi dan balita merupakan parameter kesehatan di


sebuah Negara. Angka kematian bayi juga merupakan indikator pertama
dalam menentukan derajat kesehatan anak di suatu negara. Sebagai upaya
nyata Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah memberlakukan
peningkatan pelayanan kesehatan menggunakan pendekatan MTBS
(Manajemen Terpadu Balita Sakit) sejak tahun 1997. MTBS (Manajemen
Terpadu Balita Sakit) merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan untuk balita sakit dengan tujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan. Dikatakan terpadu karena
bentuk pengelolaannya dilaksanakan secara bersamaan dan penanganan
kasusnya tidak terpisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian
nutrisi, pemberian imunisasi, pencegahan penyakit, serta konseling ibu.
Bentuk pengelolaan ini dapat dilaksanaan pada pelayanan tingkat pertama
seperti di puskesmas dan polindes. Pedoman pelaksanaan MTBS terdapat
pada Permenkes Nomor 25 tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak,
disebutkan bahwa dalam menyelenggarakan MTBS, perawat dan bidan
harus dibawah supervisi dokter yang telah diberikan pelatihan.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan anak yang lebih baik


maka pemerintah bersama dengan Kementerian Kesehatan RI menyusun
program kesehatan berupa Sustainable Development Goals (SDGs) dengan
target pencapaian sampai tahun 2030. Program SGDs untuk menurunkan
angka kematian bayi dan balita dapat tercapai dengan adanya pelayanan
kesehatan bagi bayi dan balita. Hal tersebut juga didukung oleh Pemerintah
dengan cara menetapkan ketentuan Pasal 21 ayat (1) Permenkes Nomor 25
tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak, berbunyi : pelayanan kesehatan
bayi , anak balita dan prasekolah ditujukan untuk meningkatkan
kelangsungan dan kualitas hidup bayi , anak balita dan prasekolah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan MTBS?

2. Apa saja tujuan dan program MTBS?

3. Bagaimana penilaian dan klasifikasi MTBS?

4. Pelayanan kesehatan apa yang dilakuakan dalam MTBS?

5. Apa saja komponen strategi penerapan MTBS?

6. Bagaimana peran fungsi perawat dalam MTBS?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu MTBS

2. Untuk mengetahui tujuan dan program MTBS

3. Untuk mengetahui bagaimana penilaian dan klasifikasi MTBS

4. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan apa yang dilakukan dalam


MTBS

5. Untuk mengetahui komponen strategi penerapan MTBS

6. Untuk mengetahui apa peran fungsi perawat dalam MTBS

2
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

1. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu
manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan
secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun
penanganan dan konseling yang diberikan. Manajemen Terpadu Balita
Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan
UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan
untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat
yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999, merupakan suatu
bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
di negara-negara berkembang. MTBS merupakan suatu program
pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan
angka kesakitan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pendekatan yang
mampu mengintegrasi dan memadukan penanganan berbagai masalah
kesehatan pada balita. Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan
upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan
dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu
dalam merawat anaknya dirumah, serta upaya mengoptimalkan system

3
rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit
sebagai pusat rujukan. MTBS mencakup berbagai upaya yang berkaitan
erat dengan penyembuhan penyakit pada bayi berupa pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, serta upaya peningkatan
pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian
vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan.

2. Tujuan MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang
berkaitan dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas
kesehatan dasar dan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan
perkembangan kesehatan anak. secara garis besar tujuan MTBS dapat bagi
menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan secara umum bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
yang sering terjadi pada balita dan mengurangi angka kematian balita,
serta memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.
b. Tujuan secara luas bertujuan untuk menilai tanda-tanda dan gejala
penyakit, status imunisasi, status gizi, dan pemberian vitamin A,
membuat klasifikasi, menentukan tindakan yang sesuai dengan
klasifikasi dan menentukan apakah anak perlu dirujuk, memberi
pengobatan pra-rujukan, seperti dosis pertama antibiotic, vitamin A,
dan perawatan anak untuk mencegah menurunnya gula darah dengan
pemberian air gula, serta mencegah hipotermia. Pada tujuan secara
luas juga dilakukan tindakan di fasilitas kesehatan berupa tindakan
(preventif dan kuratif), seperti imunisasi, tablet zinc, dan oralit,
mengedukasi ibu cara pemberian obat dirumah dan asuhan dasar bayi
muda, serta melakukan penilaian ulang dan memberi tindakan pada
saat anak kembali untuk pelayanan tindak lanjut.

4
3. Program MTBS
Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
a) Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
b) Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
c) Persiapan pengadaan formulir
d) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
e) Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
Dengan program yang dilaksanakan berupa:
 Identifikasi Tindakan MTBS
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani masalah,
tindakan MTBS mencangkup 3 rencana terapi:
a. Terapi A. Pencegahan dini
b. Terapi B. Penanganan skala ringan
c. Terapi C. Penanganan skala berat
 Konseling MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien
sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan
masalah yang dihadapi.
 Konseling Bagi Ibu
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara
dini.
4. Penilaian dan Klasifikasi MTBS
a. MTBS dilaksanakan untuk memeriksa tanda-tanda dan bahaya
umum seperti:
- Apakah balita bias minum/menyusu?
- Apakah balita selalu memuntahkan semuanya?
- Apakah balita menderita kejang?
- Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak
tidak sadar/letargis

5
b. Setelah itu petugaskesehatan akan menanyakan keluhan utama
lain:
- Apakah balita menderita batuk/sukar bernafas?
- Apakah balita menderita diare?
- Apakah balita demam?
- Apakah balita meiliki masalah pada pendengaran/organ telinga?
- Melakukan pemeriksaan kondisi gizi
- Melakukan pemeriksaan Hb terkait Anemia
- Pemeriksaan kondisi imunisasi
- Mengecek status pemberian vitamin A
- Mengidentifikasi masalah/keluhan lain
Sesuai dengan perihal diatas, maka petugas kesehatan atau kader
terlatih akan mengklasifikasikan keluhan/penyakit anak, selanjutnya
petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah
ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi.

c. Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya


Setelah memeriksa tanda bahaya umum, tanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar
bernapas, tanyakan kembali sudah berapa lama hal tersebut
berlangsung. Hitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada
bawah ke dalam, dan lihat lalu dengarkan adanya stridor. Kemudian
dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia atau batuk
bukan pneumonia

6
d. Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau sukar bernapas, petugas menanyakan
kepada ibu apakah anak menderita diare. Jika anak diare, tanyakan
sudah berapa lama, apakah tinjanya berdarah (apakah ada darah dalam
tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak,
apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan
rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa
kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau
malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa
cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat
lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Setelah penilaian, maka akan
didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan atau sedang, tanpa
dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.

e. Menilai demam dan klasifikasinya.


Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.
Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah
tubuh anak teraba panas atau ukur suhu tubuh dengan termometer.
Anak dikatakan demam jika badan teraba panas atau suhu badan 37,5
derajat celcius atau lebih. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi
setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek,

7
apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya
tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan
terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.

f. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya.


Setelah memeriksa demam, petugas menanyakan kepada ibu apakah
anak mempunyai masalah telinga. Jika anak mempunyai masalah
telinga, tanyakan apakah telinganya sakit, lihat adakah nanah keluar
dari telinga, raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mastoiditis, infeksi
telinga akut, infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.

g. Memeriksa status gizi dan anemia serta klasifikasinya.


Setiap anak harus diperiksa status gizinya karena kekurangan gizi
merupakan masalah yang sering ditemukan, terutama diantara
penduduk miskin. Langkahnya yaitu memeriksa apakah anak tampak
sangat kurus, memeriksa pembengkakan pada kedua kaki, memeriksa
kepucatan telapak tangan: apakah sangat pucat atau agak pucat, dan
membandingkan berat badan anak menurut umur.

8
h. Memeriksa status imunisasi.
Petugas memeriksa status imunisasi dari setiap anak yang sakit,
kemudian menuliskan tanggal pemberian imunisasi untuk setiap jenis
vaksin. Jika data imunisasi tidak ada, tanyakan pada ibu imunisasi apa
saja yang sudah pernah diberikan kepada anaknya dan kapan diberikan.
Semua anak harus mendapat semua jenis imunisasi yang dianjurkan
sebelum ulang tahunnya yang pertama.

i. Memeriksa pemberian vitamin A.


Setiap balita berumur 6 bulan sampai 5 tahun perlu mendapat suplemen
vitamin A untuk mencegah kebutaan dan meningkatkan daya tahan
tubuh. Pemberian vitamin A biasanya dilakukan setahun 2 kali di
posyandu pada “Bulan Vitamin A” yaitu Februari dan Agustus.
Menanyakan kepada ibu apakah anaknya yang berumur 6 bulan keatas
telah mendapatkan tambahan vitamin A dan kapan yang terakhir.
Tuliskan tanggal pemberian vitamin A, jika pemberian terakhir telah
lebih dari 6 bulan, anak tersebut sudah memerlukan 1 dosis vitamin A
sesuai umurnya. Anjurkan kepada ibu untuk secara teratur melanjutkan
pemberian vitamin A kepada anaknya di posyandu pada bulan vitamin
A sampai anaknya berumur 5 tahun.

5. Pelayanan Kesehatan yang dilaksanakan


MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen penatalaksanaan
terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi
teliga, malnutrisi serta upaya peningkatan pelayanan kesehatan,
pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vitamin K, vitamin A
dan konseling pemberian ASI atau makanan
1. Menilai dan membuat klasifikasi penyakit
Menilai dan membuat klasifikasi penyakit anak umur 2 bulan sampai 5
tahun. Tindakan ini dilakukan dengan cara melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Sedangkan pengklasifikasian delakukan dengan

9
membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau
masalah serta tingkat keparahannya. Menilai dan membuat klasifikasi
penyakit dilakukan dengan beberapa kegiatan, antara dengan
memeriksa tanda bahaya umum, merupakan tanda penyakit yang serius.
2. Menentukan tindakan/pengobatan
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas, kemudian dilakukan kegiatan
untuk menentukan jenis tindakan atau pengobatan yang perlu
dilakukan. Tindakan ini berarti menentukan tindakan dan memberi
pengaobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai. Untuk menentukan
tindakan/pengobatan bagi penyakit anak maka kolom tindakan harus
dilengkapi mulai dari penilaian, tanda/gejala, klasifikasi dan tindakan
yang akan dilakukan. Langkahnya adalah merujuk anak, memberikan
obat yang sesuai, mengajari ibu cara memberikan obat di rumah,
mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah, nasehat perawatan
di rumah tanpa obat dan meningkatkan kesehatan anak.
3. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat
anak datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang
untuk tindak lanjut menggunakan kotakkotak yang sesuai klasifikasi
anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan
penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut
seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.
4. Menasehati ibu
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang
masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama
sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang
kesehatannya sendiri.

10
6. Komponen Strategi Penerapan
Satategi MTBS memiliki 3 komponen:
1. Komponen I : Memingkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, nakes non-dokter dapat
pula emeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih)
2. Komponen 2: memeperbaiki system kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota)
3. Komponen 3: memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat) – MTBS
berbasis keluarga.

7. Peran dan fungsi perawat


MTBS digunakan sebagai standar pelayanan bayi dan balita sakit
sekaligus sebagai pedoman bagi tenaga keperawatan ( bidan dan perawat )
khususnya di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Perawat sebagai salah
satu tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki peranan yang sangat penting
dalam kesuksesan program MTBS tersebut. Kemampuan mengenali tanda
dan gejala atau mendeteksi dini masalah secara cepat dan tepat dapat
mengetahui penyakit dan intervensi yang tepat (Poter dan Perry, 2005).

11
BAB III
TINAJUAN PUSTAKA
A. Simpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS
bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem
kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan
masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999, merupakan
suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
di negara-negara berkembang. Program MTBS sendiri meliputi
identifikasi tindakan MTBS, konseling MTBS dan konseling bagi ibu.
Dalam MTBS perlu ada penilaian dan klasifikasi untuk menentukan
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
maupun tenaga medis, misalnya seperti menilai batuk, menilai diare,
menilai demam, menilai masalah telinga, menilai status gizi, imunisasi dan
pemberian vitamin. MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen
penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi teliga, malnutrisi serta upaya peningkatan pelayanan
kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vitamin K,
vitamin A dan konseling pemberian ASI atau makanan. Perawat sebagai
salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki peranan yang sangat
penting dalam kesuksesan program MTBS tersebut. Kemampuan
mengenali tanda dan gejala atau mendeteksi dini masalah secara cepat dan
tepat dapat mengetahui penyakit dan intervensi yang tepat

12
B. Penutup
Demikian makalah ini dapat penulis sampaikan, penulis sadar
masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, dari segi penulisan
maupun pemilihan diksi untuk menyampaikan materi-materi yang ada
didalamnya. Penulis berharap dengan terususnnya makalah ini sedikit
banyak mampu untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai konsep
manusia dan masyarakat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Indarwati, F., Rahmah, Panggita, B., & Indrawan, S. (n.d.). Perspektif Perawat Tentang
Manejemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Wilayah Kabupaten Bantul
Yogyakarta.
INDONESIA, K. K. (2019). BUKU BAGAN Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
jakarta.
Ismi, Alifah, & dkk. (2022). Konsep MBTS dan MBTM.
Raya, D. K. (2017). KEGIATAN PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2017 .
Tesis, J. P. (n.d.). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Balita . Retrieved from idtesis.com.

14

Anda mungkin juga menyukai