Disusun Oleh:
Istianah (P27904122015)
Khairiny Maharani (P27904122016)
Lusiana Oktafiani (P27904122017)
I
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................. 2
A. Simpulan ......................................................................................... 13
B. Simpulan ......................................................................................... 13
II
DAFTAR TABEL
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
1. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi atau terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Suatu
manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan
secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun
penanganan dan konseling yang diberikan. Manajemen Terpadu Balita
Sakit bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
MTBS adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan
UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian,
membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa. MTBS bertujuan
untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan
serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat
yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999, merupakan suatu
bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
di negara-negara berkembang. MTBS merupakan suatu program
pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan
angka kesakitan.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah pendekatan yang
mampu mengintegrasi dan memadukan penanganan berbagai masalah
kesehatan pada balita. Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan
upaya penemuan kasus secara dini, memperbaiki manajemen penanganan
dan pengobatan, promosi serta peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu
dalam merawat anaknya dirumah, serta upaya mengoptimalkan system
3
rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit
sebagai pusat rujukan. MTBS mencakup berbagai upaya yang berkaitan
erat dengan penyembuhan penyakit pada bayi berupa pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, serta upaya peningkatan
pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian
vit K, Vit A dan konseling pemberian ASI atau makan.
2. Tujuan MTBS
Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk
menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang
berkaitan dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas
kesehatan dasar dan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan
perkembangan kesehatan anak. secara garis besar tujuan MTBS dapat bagi
menjadi dua, yaitu:
a. Tujuan secara umum bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
yang sering terjadi pada balita dan mengurangi angka kematian balita,
serta memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
kesehatan anak.
b. Tujuan secara luas bertujuan untuk menilai tanda-tanda dan gejala
penyakit, status imunisasi, status gizi, dan pemberian vitamin A,
membuat klasifikasi, menentukan tindakan yang sesuai dengan
klasifikasi dan menentukan apakah anak perlu dirujuk, memberi
pengobatan pra-rujukan, seperti dosis pertama antibiotic, vitamin A,
dan perawatan anak untuk mencegah menurunnya gula darah dengan
pemberian air gula, serta mencegah hipotermia. Pada tujuan secara
luas juga dilakukan tindakan di fasilitas kesehatan berupa tindakan
(preventif dan kuratif), seperti imunisasi, tablet zinc, dan oralit,
mengedukasi ibu cara pemberian obat dirumah dan asuhan dasar bayi
muda, serta melakukan penilaian ulang dan memberi tindakan pada
saat anak kembali untuk pelayanan tindak lanjut.
4
3. Program MTBS
Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannya meliputi :
a) Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
b) Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
c) Persiapan pengadaan formulir
d) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
e) Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
Dengan program yang dilaksanakan berupa:
Identifikasi Tindakan MTBS
Yaitu pengambilan keputusan oleh petugas dalam menangani masalah,
tindakan MTBS mencangkup 3 rencana terapi:
a. Terapi A. Pencegahan dini
b. Terapi B. Penanganan skala ringan
c. Terapi C. Penanganan skala berat
Konseling MTBS
Merupakan suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien
sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan
masalah yang dihadapi.
Konseling Bagi Ibu
Bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak secara
dini.
4. Penilaian dan Klasifikasi MTBS
a. MTBS dilaksanakan untuk memeriksa tanda-tanda dan bahaya
umum seperti:
- Apakah balita bias minum/menyusu?
- Apakah balita selalu memuntahkan semuanya?
- Apakah balita menderita kejang?
- Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak
tidak sadar/letargis
5
b. Setelah itu petugaskesehatan akan menanyakan keluhan utama
lain:
- Apakah balita menderita batuk/sukar bernafas?
- Apakah balita menderita diare?
- Apakah balita demam?
- Apakah balita meiliki masalah pada pendengaran/organ telinga?
- Melakukan pemeriksaan kondisi gizi
- Melakukan pemeriksaan Hb terkait Anemia
- Pemeriksaan kondisi imunisasi
- Mengecek status pemberian vitamin A
- Mengidentifikasi masalah/keluhan lain
Sesuai dengan perihal diatas, maka petugas kesehatan atau kader
terlatih akan mengklasifikasikan keluhan/penyakit anak, selanjutnya
petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah
ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi.
6
d. Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau sukar bernapas, petugas menanyakan
kepada ibu apakah anak menderita diare. Jika anak diare, tanyakan
sudah berapa lama, apakah tinjanya berdarah (apakah ada darah dalam
tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak,
apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan
rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa
kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau
malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa
cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat
lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Setelah penilaian, maka akan
didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan
apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan atau sedang, tanpa
dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.
7
apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya
tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan
terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
8
h. Memeriksa status imunisasi.
Petugas memeriksa status imunisasi dari setiap anak yang sakit,
kemudian menuliskan tanggal pemberian imunisasi untuk setiap jenis
vaksin. Jika data imunisasi tidak ada, tanyakan pada ibu imunisasi apa
saja yang sudah pernah diberikan kepada anaknya dan kapan diberikan.
Semua anak harus mendapat semua jenis imunisasi yang dianjurkan
sebelum ulang tahunnya yang pertama.
9
membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau
masalah serta tingkat keparahannya. Menilai dan membuat klasifikasi
penyakit dilakukan dengan beberapa kegiatan, antara dengan
memeriksa tanda bahaya umum, merupakan tanda penyakit yang serius.
2. Menentukan tindakan/pengobatan
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas, kemudian dilakukan kegiatan
untuk menentukan jenis tindakan atau pengobatan yang perlu
dilakukan. Tindakan ini berarti menentukan tindakan dan memberi
pengaobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai. Untuk menentukan
tindakan/pengobatan bagi penyakit anak maka kolom tindakan harus
dilengkapi mulai dari penilaian, tanda/gejala, klasifikasi dan tindakan
yang akan dilakukan. Langkahnya adalah merujuk anak, memberikan
obat yang sesuai, mengajari ibu cara memberikan obat di rumah,
mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah, nasehat perawatan
di rumah tanpa obat dan meningkatkan kesehatan anak.
3. Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat
anak datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang
untuk tindak lanjut menggunakan kotakkotak yang sesuai klasifikasi
anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan
penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut
seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.
4. Menasehati ibu
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang
masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama
sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang
kesehatannya sendiri.
10
6. Komponen Strategi Penerapan
Satategi MTBS memiliki 3 komponen:
1. Komponen I : Memingkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, nakes non-dokter dapat
pula emeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih)
2. Komponen 2: memeperbaiki system kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota)
3. Komponen 3: memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan keluarga dan masyarakat) – MTBS
berbasis keluarga.
11
BAB III
TINAJUAN PUSTAKA
A. Simpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS
bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan petugas, memperkuat sistem
kesehatan serta meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan
masyarakat yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999, merupakan
suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita
di negara-negara berkembang. Program MTBS sendiri meliputi
identifikasi tindakan MTBS, konseling MTBS dan konseling bagi ibu.
Dalam MTBS perlu ada penilaian dan klasifikasi untuk menentukan
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
maupun tenaga medis, misalnya seperti menilai batuk, menilai diare,
menilai demam, menilai masalah telinga, menilai status gizi, imunisasi dan
pemberian vitamin. MTBS mencakup upaya perbaikan manajemen
penatalaksanaan terhadap penyakit seperti pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi teliga, malnutrisi serta upaya peningkatan pelayanan
kesehatan, pencegahan penyakit seperti imunisasi, pemberian vitamin K,
vitamin A dan konseling pemberian ASI atau makanan. Perawat sebagai
salah satu tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki peranan yang sangat
penting dalam kesuksesan program MTBS tersebut. Kemampuan
mengenali tanda dan gejala atau mendeteksi dini masalah secara cepat dan
tepat dapat mengetahui penyakit dan intervensi yang tepat
12
B. Penutup
Demikian makalah ini dapat penulis sampaikan, penulis sadar
masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini, dari segi penulisan
maupun pemilihan diksi untuk menyampaikan materi-materi yang ada
didalamnya. Penulis berharap dengan terususnnya makalah ini sedikit
banyak mampu untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai konsep
manusia dan masyarakat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
13
DAFTAR PUSTAKA
Indarwati, F., Rahmah, Panggita, B., & Indrawan, S. (n.d.). Perspektif Perawat Tentang
Manejemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas Wilayah Kabupaten Bantul
Yogyakarta.
INDONESIA, K. K. (2019). BUKU BAGAN Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
jakarta.
Ismi, Alifah, & dkk. (2022). Konsep MBTS dan MBTM.
Raya, D. K. (2017). KEGIATAN PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS) KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2017 .
Tesis, J. P. (n.d.). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Balita . Retrieved from idtesis.com.
14