Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA & APS


Asuhan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Dosen Pengajar : Yuniarti,S.KM,.M.PH

Di susun oleh Kelompok 5

DesyAyuPurwaningsih P07124216139
Devi Indriana P07124216140
Halimah Tri Febrianty P07124216149
Hani Farihah P07124216150
Melinda Sari P07124216160
Melisa P07124216161
RahmahHayati P07124216166
SitiYuliya Sari P07124216172

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN

JURUSAN DIV KEBIDANAN

TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik hidayahnya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang asuhan MTBS.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap adanya saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Banjarbaru, September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Pengertian MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)................................4
B. Tujuan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)......................................4
C. Proses Manajemen........................................................................................4
D. Penentuan Tindakan......................................................................................7
E. Pendekatan MTBS......................................................................................10
F. Strategi Promosi MTBS..............................................................................13
G. Air Susu Ibu (ASI) sebagai Makanan dan Obat dalam MTBS...................13
H. Pelaksanaan MTBS di Puskesmas..............................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................17
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap tahunnya, lebih dari 10 juta anak di dunia meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan oleh 5 kondisi
yang sebenarnya dapat dicegah dan diobati, antara lain Pneumonia, diare,
malaria, campah, dan malnutrisi. 5 kondisi tersebut menyebabkan 10,8 juta
kematian balita di negara berkembang pada tahun 2005. Rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam
keterampilan petugas kesehatan,sistim kesehatan dan praktek di keluarga
dan komunitas. Perlu adanya integrasi dari faktor faktor tersebut untuk
memperbaiki kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak dapat dilakukan
dengan memeperbaiki managemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi,
memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain, dan
memperbaiki dukungan psikososial (Sunarto, 2009).
Berdasarkan alasan tersebutmunculah program Managemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
MTBS bukan merupaka suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Sasaran MTBS adalah anak
umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi 2 kelompok sasaran, yaitu kelompok
usia 1 hari sampai 2 bulan, dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun
(Depkes RI, 2008). Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditunjukkan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti
puskesmas.
World Health Organization (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan
MTBS sangat cocok diterapkan di negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan, dan kecacatan pada bayi dan
balita.

1
MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
1. Menurunkan angka kematian balita
2. Memperbaiki status gizi
3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan
4. Memperbaiki kinerja petugas kesehatan
5. Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)?
2. Apa tujuan dari MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)?
3. Bagaimana Proses Managemen dari MTBS?
4. Bagaimana Penentuan Tindakan MTBS?
5. Bagaimana Alur Pendekatan MTBS (Managemen Terpadu Balita
Sakit)?
6. Bagaimana Strategi Promosi MTBS (Managemen Terpadu Balita
Sakit)?
7. Bagaimana Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan dan obat dalam
MTBS?
8. Bagaimana Pelaksanaan MTBS di Puskesmas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari MTBS (Managemen Terpadu Balita
Sakit).
2. Untuk mengetahui tujuan dari MTBS (Managemen Terpadu Balita
Sakit).
3. Untuk mengetahui Proses Managemen dari MTBS?
4. Untuk mengetahui bagaimana Penentuan Tindakan MTBS?
5. Untuk mengetahui bagaimana Alur Pendekatan MTBS (Managemen
Terpadu Balita Sakit).

2
6. Untuk mengetahui bagaimana Strategi Promosi MTBS (Managemen
Terpadu Balita Sakit).
7. Untuk mengetahui bagaimana Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan
dan obat dalam MTBS.
8. Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan MTBS di Puskesmas.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)


MTBS adalah set modul yang menjelaskan secara rinci cara
menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit
yang dating ke fasilitas rawat jalan. Proses manajeman kasus
mencurigakan cara penanganan anak sakit mulai dari dating untuk berobat
sampai konseling bagi ibu. Pelayanan selanjutnya yaitu member pedoman
untuk menentukan apakah anak sakit berat perlu dirujuk.
Tiga unsure penunjang keberhasilan MTBS yaitu:
1. Meningkatnya perawatan, penyediaan pelayanan dan informasi
yang terjangkau dan memadai.
2. Membaiknya kemitran antara fasilitas kesehatan dan masyarakat
yang dilayani.
3. Promosi yang terintegrasi.

B. Tujuan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)


1. Meningkatkan keterampilan petugas
2. Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang
timbul
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
dirumah
4. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
5. Memperbaiki sistem kesehatan

C. Proses Manajemen
1. Menilai anak umur 2-5 bulan atau bayi muda usia 1 minggu sampai
2 bulan dan melakukan anamesis dan pemeiksaan fisik.

4
2. Membuat klasifikasi kategori untu menentukan tindakan.
3. Menentukan tindakan
4. Mengobati dengan membuat resep, cara member obat dan tindakan
yang lain yang perlu dilakukan.
5. Memberikan konseling bagi ibu
6. Memberi pelayanan tidak lanjut.

DATANG MTBS

DIRUJUK TIDAK DIRUJUK

TINDAKAN PRARUJUKAN TINDAKAN LANJUTAN

Proses manajemen kasus balita sakit

Penilaian kasus balita sakit usia 2-5 bulan:

1. Tanda bahaya umum: tidak dapat minum atau meyusui, memuntahkan


semua isi lambung, kejang, letergi atau tidak sadar. Pada umumnya anak-
anak yang mempunyai tanda bahaya tergolong kasus klasifikasi berat.
2. Pneumonia: adalah proses infesi akut yang mengenai jaringan paru
(alveoli) sering kali disertai proses infeksi akut pada bronkus sehingga
disebut pneumonia dan bronco-pneumonia. Klasifikasi pneumonia
(MTBS)
a. Anak 2-5 bulan
1) Pneumonia berat
2) Pneumonia

5
3) Bukan Peumonia (batuk tanpa disertai peningkatan frekuensi
pernapasan, common cpld, faringitis, tonsillitis)
b. Pneumonia yang berlngsung < 2 tahun
1) Infeksi yang serius
2) Infeksi bakteri local
3) Pneumonia berat
4) Batuk
5) Susah bernapas
6) Sesak
7) Tarikan di ujung dada bagian bawah ke dalam.

Faktor resio yang meningkatkan terjadinya pneumonia.

1. Laki-laki usia < 2bulan


2. Berat badan lahir rendah
3. Gizi kurang
4. Polusi udara
5. Defisiensi vitamin A
6. Imunisasi tidak memadi
7. Pemberian akanan tambahan terlalu dini
8. Tidak mendapat ASI yang memadai’

Umur anak 2-12 bulan : nafas cepat bila frekuensinya 50x/menit atau
lebih

Umur anak 12 bulan- 5 tahun : nafas cepat bila frekuensinya 40x/menit


atau lebih

3. Diare: klasifikasi diere meliputi tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang,


dan dehidrasi berat. Penyebab diare meliputi infeksi) bakterisigella, E colli
, dll) virus (rotavirus, adeno virs dll), parasit (amuba), alergi, keracunan,
penurunanketahanan tubuh dan lainl-lain.

6
D. Penentuan Tindakan
BAGAN PENENTUAN TINDAKAN

2. Menentukan tindakan
1.Menentukan perlunya
untuk anak yang tidak
rujukan segera
memerlukan rujukan segera

4. melakukan tindakan 5. merujuk anak


3. menentukan
pra rujukan
tindakan pra rujukan

JENIS PENYAKIT TINDAKAN

Batuk Beritahu cara melegakan tenggorokan


Pneumonia Antibiotic yang tepat
Dehidrasi ringan/sedang Beri cairan oralit/ rencana terapi B ASI
dan makanan/ minuman yang lain
tetap diberikan
Rencana terapi A
Tanpa dehidrasi
Beri cairan tambahan
Lanjut pemberianmakanan
Beri antibiotic untuk sigella (60%
Disentri
kasus)
Beri antipiretik (parasetamol)
Demam (bukan malaria)
Kembali jika panas tidak turun dalam 2
hari
Pengobatan lain sesuai penyebab

7
Beri oralit
Demam (mungkin DBD) Beri antipiretik (paracetamol)
Segera kembali jika 2 hari masih tetap
Demam (dicurigai bukan gejala DBD) demam
Berikan vitamin A
Campak dengan komplikasi

Tentukan tindakan segera sebelum dilakukan rujukan

JENIS PENYAKIT TINDAKAN SEBELUM RUJUKAN


Pneumonia berat/ penyakit Beri dosis pertama antibiotic
beratlainnya
Penyakit berat dengan demam Beri dosis pertama antibiotic
Pemeriksaan laboratorium
Tangani dehidrasi

Campak dengan komplikasi berat Beridosispertama antibiotic


Vitamin A
Salepmata keruh atau nanah dari mata
Diare persisten berat Perubahan diet
Tanganidehidrasi
Pemeriksaanlaboratorium

Tindakan segera pra rujukan lanjutan

PENYAKIT TINDAKAN PRA-RUJUKAN


Gizi buruk dan anemia Beri satu dosis vitamin A tanpa
menghiraukan status pemberian vitamin
A sebelumnya.
Demam berdarah dengue Tanda-tanda syok
Kendalika nkadar glukosa

8
Antipiretik jika suhu> 39,50
Mastoiditis Beri dosis pertama antibiotik
Dehidrasi berat Rencana terapi C
Kendalikan kadar glukosa
Antibiotic untuk kolera

Daftar tindakan segera pra-rujukan (cukup dosis pertama)

1. Memberikan antibiotic yang sesuai


2. Memberikan kinin untuk malaria berat
3. Memberikan vitamin A
4. Memberikan cairan IV untuk anak DBD dengan syok
5. Melakukan tindakan untuk mencegah turunnya kadar gula darah
6. Memberikan obat antimalaria oral
7. Memberikan paracetamol untuk panas tinggi/nyeri akibat mastoiditas
8. Memberikan salep mata tetrasiklin atau klorampenikol
9. Memberikan oralit sedikit demi sedikit dalam perjalanan ke rumah sakit

Jika dibutuhkan rujukan anak:

1. Menjelaskan pentingnya rujukan dan minta peretujuan


2. Menghilangkan ke khawatiran
3. Membuat surat rujukan
4. Memberikan peralatan dan instruksi yang di perlukan pada ibu / pengantar
untuk merawat selama di perjalanan

E. Pendekatan MTBS
berikut ini digambarkan alur pendekatan MTBS:

PENILAIAN YANG
TERFOKUS
9
KLASIFIKASI KONSELING &
PENGOBATAN
TINDAKLANJUT

Tanda Bahaya Perlu DIrujuk


Umum Pengobatan Menentukan Konseling
Gejala Utama
spesifik Tindakan tindak
Status Gizi
Perawatan di Pengobatan lanjut
Imunisasi
Masalah lain rumah

Gambar. Alur Bagan Pendekatan MTBS

Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan,


yaitu :

1. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tata laksana


kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non dokter dapat
pula memeriksa dan menangani pasien apabila sudah dilatih)
2. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak
program kesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS)
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit
(meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan
kesehatan).

Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan


MTBS.

Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh


petugas kesehatan yang telah dilatih. Petugas memakai tool yang
disebut Algoritma MTBS untuk melakukan penilaian/pemeriksaan
dengan cara ; menanyakan kepada orang tua/ wali, apa saja
keluhan-keluhan/ masalah anak kemudian memeriksa dengan cara
“lihat dan dengar” atau “lihat dan raba”. Setelah itu, petugas akan
mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil Tanya jawab
dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan

10
menentukan jenis tindakan/ pengobatan. Misalnya anak dengan
klasifikasi pneumonia berat atau penyakit sangat berat, akan
dirujuk ke dokter puskemas. Anak yang imunisasinya belum
lengkap akan dilengkapi. Anak dengan masalah gizi akan dirujuk
ke ruang konsultasi gizi, dan seterusnya.

Di bawah ini adalah gambaran pendekatan MTBS yang sistematis dan


terintegrasi tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan. Ketika anak
sakit datang keruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan
kepada orang tua/ wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-
tanda bahaya umum seperti :

1. Apakah anak bisa minum/ menyusu ?


2. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya ?
3. Apakah anak menderita kejang ?

Kemudian petugas akan melihat/ memeriksa apakah anak tampak letargis/


tidak sadar? Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan
utama lain :

1. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas ?


2. Apakah anak menderita diare ?
3. Apakah anak demam ?
4. Apakah anak mempunyai masalah telinga ?
5. Memeriksa status gizi
6. Memeriksa anemia
7. Memeriksa status imunisasi
8. Menilai masalah/ keluhan-keluhan lain (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan


mengklasifikasi keluham/ penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-

11
langkah tindakan/ pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/
klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain :

1. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah


2. Mengajari ibu cara mengobati infeksi local di rumah
3. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak
sakit di rumah, misalnya aturan penanganan diare di rumah
4. Memberikan konseling bagi ibu, missal : anjuran pemberian
makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
5. Menasehati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan,
dan lain-lain.

Selain itu, di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi bayi
muda berusia kurang dua bulan, yang disebut juga Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM). Penilaian dan klasifikasi bayi muda di dalam
MTBM terdiri dari :

1. Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit


sangat berat atau infeksi bakteri
2. Menilai dan mengklasifikasikan diare
3. Memeriksa dan mengklasifikasikan icterus
4. Memeriksa dan mengklasifikasikam kemungkinan berat badan
rendah dan atau masalah pemberian ASI.

Di sini, diuraikan secara terperinci cara mengajari ibu tentang cara


meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang baik, mengatasi masalah
pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat,
menjelaskan kepada ibu tentang jadwal imunisasi.

1. Pada bayi kurang dari dua bulan, menasehati ibu cara memberikan
cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan harus kunjungan
ulan, dan lain-lain
2. Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi

12
3. Memeriksa masalah dan keluhan lain (Wijaya, 2009; Depkes RI,
2008).

F. Strategi Promosi MTBS


Untuk meningkatkan penemuan penderita Tuberkolosis Paru (TB) ,
Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), Malaria, Demam Berdarah Dengue
(DBD) secara dini pada anak balita, puskesmas dan Dinas Kesehatan
kabupaten/ kota (DKK) setiap daerah menerapkan suatu metode yang
bersifat aktif selektif, yaitu MTBS. Aspek positif dari data yang ada adalah
walaupun Case Detection Rate (CDR) rendah (karena penemuan pasif)
tetapi target cure rate tercapai. Ini menunjukan bahwa 85% sembuh
ternyata masih banyak anak balita penderita TBC di lapangan belum
ditemukan dan diobati, yang merupakan sumber penularan.
Dengan cara sekarang (berdasarkan hasil penelitian), akan sulit
untuk meningkatkan CDR. Sebaliknya, Dinas Kesehatan kabupaten/ kota
dan Puskesmas menerapkan metode penemuan penderita tubercolosis
dengan cara aktif selektif yang terintegritas dengan pelayanan gizi dan
kesehatan dasar di posyandu maupun Pos Kesehatan Desa (PKD), yaitu
dengan MTBS.

G. Air Susu Ibu (ASI) sebagai Makanan dan Obat dalam MTBS
Secara aspek imunologis, ASI mengandung zat anti infeksi, bersih
dan bebas kontaminasi. Imunologi A (Ig A) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Lisosim, enzim yang melindungi bayi terhadap
bakteri (E.Coli dan Salmonella) dan virus. Jumlah lisosim dalam ASI 300
kali lebih banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2
minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Tidak ada bahan makanan
yang selalu tersedia setiap saat, terjangkau, dan bernilai gizi tinggi selain
ASI, karena ASI merupakan makanan lengkap untuk bayi hingga 6 bulan.
Oleh karena itu, disarankan untuk memberi ASI Eksklusif (hanya diberi
ASI hingga berumur 6 bulan). Selanjutnya, MTBS pada bayi yang masih

13
mendapatkan ASI ternyata bayi lebih cepat berhasil sembuh dibanding
bayi yang tidak mendapatkan ASI secara eksklusif.

H. Pelaksanaan MTBS di Puskesmas


1. Rencana Aksi MTBS 2009-2014 (Kementrian Kesehatan)
a. component I: Improving case management skills of first level
workers through training ang follow up (meningkatkan keterampilan
petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit menggunakan
pedoman MTBS yang telah diadaptasi di Negara tersebut)
b. component II: ensuring that health facility support required to
provide effective IMCI care are in place (memperbaiki sistem
kesehatan melalui penguatan perencanaan dan managemen
kesehatan di tingkat kabupaten/ kota, melalui penyediaan sarana
prasarana kesehatan dan obat-obatan essensial, pemberian dukungan
dan supervisi, peningkatan system rujukan kasus dan system
informasi kesehatan, serta mengatur tata kerja yang efisien di
fasilitas kesehatan)
c. component III: household and community component – 16 key
message about child care at household and community levels
(meningkatkan praktek/ peran keluarga dan masyarakat (terutama
kader) dalam perawatan balita sehat dan sakit di rumah serta upaya
pencarian pertolongan pada kasus balita sakit)
Dari ketiga komponen diatas, komponen III sebenarnya memiliki potensi
terbesar dalam berkontribusi meningkatkan kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan perkembangan anak. Komponen tersebut dikenal
sebagian “MTBS Berbasis Masyarakat” atau “Community Integrated
Management of Childhood” atau C-IMCI.
2. Strategi Menuju MTBS
a. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali
partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh
kembang balita, mengenali dan menanggulangi secara dini balita

14
yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi
posyandu
b. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan
,melakukan tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi
posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui reviatalisasi
puskesmas
c. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada
kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi),
seperti kapsul vitamin A, MP-ASI, dan makanan tambahan
d. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi, dan
sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola
hidup bersih dan sehat
e. Menggalang kerjasama lintas sector dan kemitraan dengan swasta/
dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam
rangka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan
makanan sehat dan bergizi seimbang
f. Meningkatkan Perilaku Sadar Gizi dengan :
1) Memantau berat badan
2) Memberi ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
3) Makan beraneka ragam
4) Menggunakan garam beryodium
5) Memberikan suplementasi gizi sesuai anjuran
g. Intervensi Gizi dan Kesehatan dalam MTBS
1) Memberikan perawatan/ pengobatan di Rumah Sakit dan
Puskesmas pada anak baligizi buruk disertai penyakit penyerta
2) Pendamping Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa MP-
ASI bagi anak 6-23 bulan dan PMT pemulihan pada anak 24-
59 bulan kepada balita gizi kurang baik yang memiliki penyakit
penyerta ataupun tidak ada penyakit penyerta
h. Advokasi dan pendamping MTBS
1) Menyiapkan materi/ strategi advokasi MTBS

15
2) Diskusi dan rapat kerja dengan DPRD secara berkala tentang
pelaksanaan dan anggaran MTBS
3) Melakukan pendamping di semua Puskesmas di setiap
Kabupaten.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan
pelayanan terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO.Dengan
MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan balita pada tingkat
pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek
kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu
sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
anak.Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat dan
dapat membatasi beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya
pengobatan.Melihat keunggulan tersebut maka dapatlah dimengerti mengapa
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari pendekatan MTBS ini,
bahkan Indonesia sekarang sudah sampai tahap pemantapan implementasi.

B. Saran
Dengan mempelajari makalah mengenai manajemen terpadu balita sakit
(MTBS), diharapkan mahasiswa khususnya perawat dapat mengurangi angka
kematin anak  mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan jika seorang
dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan anak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Ratna. 2011. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Meilani, Niken. 2009. Kebidanan Komunitas.Yogyakarta : Fitramaya

Eka Prasetya, Arsita. 2012. Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Setiyawati, Nanik. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya

18

Anda mungkin juga menyukai