NPM : 1930701026 LOKAL : B2-Kebidanan Goal • Perubahan Fisiologis pada Kala II persalinan • Asuhan Sayang Ibu dan Posisi Meneran • Mekanisme Persalinan Normal (Panggul dan Fetal Skull) Perubahan Fisiologis Kala II persalinan • sejak kehamilan yang lanjut uterus (rahim) dengan jelas terdiri dari dua bagian: • segmen atas rahim (SAR) yang dibentuk oleh corpus uteri • segmen bawah rahim (SBR) yang terjadi dari isthmus uteri SAR memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan mendorong bayi keluar. SBR memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan dan teregang yang akan dilalui bayi KONTRAKSI, DORONGAN OTOT-OTOT DINDING UTERUS
• Pada waktu selang kontraksi periode relaksasi diantara
kontraksi memberikan dampak berfungsinya system- sistem dalam tubuh, yaitu : • Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot uterine untuk beristirahat agar tidak memberikan menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara terus- menerus. • Memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat, karena rasa sakit selama kontraksi. • Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus mengakibatkan konstriksi pembuluh darah placenta sehinggah bila secara terus menerus berkontraksi, maka akan menyebabkan hipoksia, anoksia dan kematian janin. batasan persalinan kala II
• dimulai saat pembukaan serviks lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin. tanda gejala kala II • ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi (dorongan meneran/doran) • Ibu mengatakan makin kuat tekanan pada rectum dan atau vulvanya • perineum menonjol (perjol) • vulva membuka (vulka) • tekanan anus (teknus) • meningkatnya pengeluaran lendir dan darah • kepala telah turun di dasar panggul diagnosis pasti • pembukaan lengkap • kepala bayi terlihat pada introitus vagina PERGESERAN ORGAN DASAR PANGGUL
saat persalinan segmen atas berkontraksi,
menjadi tebal, dan mendorong anak keluar.Sementara itu segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi, dilatasi, serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui bayi. PERGESERAN ORGAN DASAR PANGGUL
Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas
sebagai berikut • Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi, tetapi menjadi edikit lebih pendek tonusnya walaupun sebelum kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi. • Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat didaerah fundus uteri dan berangsur berkurang kebawah.Kontraksi yang paling lemah terjadi pada segmen bawah rahim. EKSPULSI JANIN
• Ekspulsi janin adalah proses keluarnya janin
dari rahim ibu melewati jalan lahir, • Baik lunak maupun keras. Ketika dasar panggul sudah lebih berelaksasi. Dengan his serta kekuatan meneran maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis (hipomoklion), kemudian berturut-turut lahirlah dahi, muka dan dagu melewati • perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota tubuh bayi. EKSPULSI JANIN
Ekspulsi dibagi menjadi dua :
• Ekspulsikepalajanin Termasuk di dalamekpulsiiniyaitukelahiranubun- ubun, dahi, mukadandagusecaraberturut-turut. • Ekspulsi total Yang termasuk daam proses ini yaitu lahirnya bahu depan, bahu belakang dan seluruh badan serta ekstermitas Asuhan sayang ibu dan posisi meneran Asuhan Sayang ibu • asuhan yang aman, berdasarkan evidence based dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup ibu • membantu ibu merasa nyaman dan aman selama proses persalinan yang menghargai kebiasaan budaya, praktek keagamaan dan kepercayaan serta melibatkan ibu dan keluarga sebagai pembuat keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. asuhan sayang ibu melindungi hak-hak ibu untuk mendapatkan privasi dan menggunakan sentuhan bila diperlukan • menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan bahwa intervensi yang tidak perlu dan pengobatan untuk proses alamiah harus dihindarkan. • berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan dan selalu melihat dahulu ke cara pengobatan yang sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke teknologi • menjamin bahwa ibu dan keluarganya diberitahu tentang apa yan g sedang terjadi dan apa yang bisa diharapkan • bidan harus memastikan seseorang yang telah dipilih ibu untuk mendampingi selama persalinan(suami, ibu, mertua, saudara perempuan, teman) • ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil persalinan yang lebih baik. Posisi Meneran • Posisi terlentang tidak dianjurkan bagi ibu sebab dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung. Duduk atau setengah duduk • Dengan posisi ini penolong persalinan lebih leluasa dalam membantu kelahiran kepala janin serta lebih leluasa untuk dapat memperhatikan perineum. • Merangkak • Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang. Jongkok atau berdiri • Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul sebesar dua puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi ( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin. Berbaring miring kekiri • Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir. • dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilhnya, ibu akan lebih merasa aman. karena fokus utama kita adalah berpusat kepada kenyamanan klien(ibu) bukan nakes. Mekanisme Persalinan Panggul dan Fetal Skull Letak : Presentasi Sikap : menunjukkan pada Flexi : dagu melekat hubungan bagian bawah janin ke dada poros panjang memasuki jalan janin ke poros masuk panggul Lurus bagian atas panjang ibu Ekstensi : occiput Kepala : verteks, mendekat ke Membujur dahi, muka belakang Bokong : murni, Melintang lengkap, Miring/oblique kaki Bahu Batasan tengkorak kepala dalam persalinan
• Ubun-ubun anterior : dibentuk oleh pertemuan
sutura frontalis, sagitalis dan coronaria, berbentuk segi empat (diamond) • Ubun-ubun posterior : dibentuk dari sutura sagitalis dan lamboidea, berbentuk seperti segitiga • Sutura sagitalis : sutura antara 2 tulang pariental, yang merupakan petunjuk synclitismus • Molding : perubahan bentuk kepala (kepala tumpang tindih) sebagai penyesuaian kepala saat melewati panggul • Caput succadenum : pembengkakan edematous diatas kepala janin yang diakibatkan oleh tekanan kepala saat melewati rongga panggul 1. Kepala Terfiksasi pada PAP (engagement) • Masuknya kedalam pintu atas panggul pada primigravida (yang baru pertama kali hamil) sudah terjadi pada bulan terkahir kehamilan tetapi pada multigravida (yang sudah pernah hamil sebelumnya) biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. • Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan • Terjadi peristiwa Sinklitismus yaitu sutura sagitalis sejajar dengan simfisis dan promontorium, sehingga kedudukan os parietalis depan dan belakang sama tingginya 2. Majunya kepala (desnsus) • merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat kontraksi, usaha meneran, ekstensi dan pelurusan badan janin • Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Majunya kepala ini bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu : fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi. • Terjadi peristiwa asinklitismus posterior yaitu dimana sutura sagitalis mendekati simfisis, sehingga os parietalis depan lebih tinggi daripada os parietalis belakang 3. Fleksi • Terjadi peristiwa asinklitismus Anterior dimana sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietalis belakang lebih tinggi daripada os parietalis depan 4. Fleksi maksimal • Dengan majunya kepala biasanya fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih kecil melalui jalan lahir: diameter suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm). • Terjadi peristiwa sinklitismus yaitu sutura sagitalis sejajar dengan simfisis dan promontorium, sehingga kedudukan os parietalis depan dan belakang sama tingginya 5. Putar Paksi Dalam • Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke bawah symphysis • Kadang terjadi moulage 6. Ekstensi • Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. • UUK terletak di bawah simpisis sebagai Hypomoclion (pusat pemutaran) 7. Putar Paksi Luar • terjadi bersamaan dengan perputaran interior bahu. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Gerakan ini disebut putaran restitusi. • Restitusi adalah perputaran kepala sejauh 45ᴼ baik kearah kiri atau kanan bergantung pada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju posisi oksiput anterior. • Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischidicum. Gerakan yang terakhir ini adalah gerakan paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu, menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. 8. Ekspulsi • setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah sympisis dan menjadi hypomoclion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahi mengikuti lengkung carrus (kurva jalan lahir). MELAKUKAN AMNIOTOMI DAN EPISIOTOMI Teknik amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
• Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga • Dengar DJJ dan catat pada Partograf • Bidan cuci tangan • Gunakan handscoon DTT • Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera). Teknik amniotomi
• Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain,
dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. • Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 . Teknik amniotomi
cm hingga pecah (dengan menggunakan separuh klem
Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.) • Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan. • Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan. Teknik amniotomi Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per vaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. Faktor-faktor etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. Pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. Kalau ini merupakan satu-satunnya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak daripada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. Kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. Meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif. Teknik amniotomi • Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. • Cuci kedua tangan. • Periksa kembali Denyut Jantung Janin. • Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ. Teknik Episiotomi
Berikut cara-cara melakukan episiotomi
yaitu: • Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan: Melakukan episiotomi akan menyebabkan perdarahan; jangan melakukannya terlalu dini • Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum Alasan: Hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah di episiotomi. Teknik Episiotomi • Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting di tengah-tengah fourchette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal, episiotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi/mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh ke arah samping untuk menghindari sfingter • Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari “menggunting jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama. Teknik Episiotomi • Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm ke dalam vagina. • Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan dilapisi kain atau kasa desinfeksi tingkat tinggi atau steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan. • Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi • Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mangalami perluasan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episiotomi atau laserasi tambahan. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA III PERSALINAN PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KALA III PERSALINAN • FISIOLOGI KALA III • Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontaksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Tanda – tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal di bawah ini : Pelepasan plasenta diindikasikan dengan tanda-tanda sebagai berikut : • · Fundus yang berkontraksi kuat • · Perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta bergerak ke arah segmen bagian bawah • · Darah berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus • · Vagina (plasenta) penuh pada pemeriksaan vagina atau rectum atau membrane janin terlihat di introitus • Selain itu untuk mengetahahui plasenta telah epas atau belum maka dapat dilakukan 3 prasat yaitu : • a. Perasat Kustner • b. Perasat Strassmann • c. Perasat Klein • Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat.Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan). • Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld) • Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah ( retroplacental pooling ) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
• 1. Mekanisme pelepasan plasenta
• Kala III dimulai dari menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis, selanjutnya uterus berkontraksi.kemudian plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Selanjutnya adalah pengeluaran plasenta, dimana plasenta bergerak meluncur. Pengawasan pendarahan • Setelah plasenta berhasil dilahirkan, bidan harus terus memantau tanda-tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernafasan .karena adanya perubahan kardiovaskuler yang cepat (yaitu peningkatan tekanan intracranial sewaktu mengedan dan pertambahan cepat curah jantung). Periode ini merupakan periode dimana dapat terjadi risiko rupture aneurisme serebri yang memang telah ada dan emboli cairan amnion pada paru- paru. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion memasuki sirkusi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan cepat dan baik. MANAJEMEN AKTIF KALA III Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk mengahsilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan diaman sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala tiga. • Keuntungan manajemen aktif kala tiga : • a. Persalinan kala tiga yang lebih singkat • b. Mengurangi jumlah kehilangan darah • c. Mengurangi kejadian retensio plasenta • Manajemen aktif kala tiga terdiri atas tiga langkah utama : • a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir • b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali • c. Masase fundus uteri • . Pemberian Suntikan Oksitosin • 1. Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan diperut bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut. • 2. Pastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin) di dalam uterus • Alasan : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurunkan pasokan oksigen kepada bayi. Hati – hati jangan menekan kuat pada korpus uteri karena dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta. • 3. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik • 4. Segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir) • secara IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis) • Alasan : Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah . Aspirasi sebelum penyuntikan akan mncegah penyuntikan oksitosin ke pembuluh darah. • Catatan : Jika oksitosin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah. Dengan mengerjakan semua prosedur terlebih dahulu maka akan memberi cukup waktu pada bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dan setelah itu (setelah dua menit) baru dilakukan tindakan penjepitan dan pemotongan tali pusat . 6. Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan kontak kulit – kulit dengan ibu. 7. Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih Alasan : Kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu. b. Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT) 1. Berdiri di samping ibu 2. Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat sekitar 5 – 10 cm dari vulva. Alasan : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi. 3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada saat melakukan penegangan tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso kranial). Lakukan secara hati hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri. 4. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar 2 atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali. 5. Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. PLASENTA MANUAL Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual ( menggunakan tangan ) dari tempat implantasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri. Prosedur Plasenta Manual Persiapan a. Pasang set dan cairan infus b. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan c. Lakukan anastesia verbal atau analgesia per rektal d. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi • Mengeluarkan Plasenta Sementara satu tangan masih di dalam cavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis ( tahan segmen bawah uterus ) kemudian instruksikan asisten / penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar ( hindari terjadinya percikan darah ) Lakukan penekanan ( dengan tangan yang menahan suprasimfisis ) uterus kearah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan • Pencegahan infeksi pascatindakan • 12. Dekontaminasi sarung tangan ( sebelum dilepaskan ) dan peralatan lain yang digunakan • 13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya dalam larutan klori 0,5 % selama 10 menit • 14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir • 15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering • • Pemantauan pascatindakan • 16. Periksa kembali tanda vital ibu • 17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan • 18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan asuhan lanjutan • 19. Beritahu kepada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan • 20. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pascatindakan sebelum dipindahkan ke ruang rawat gabung Rangsangan Taktil ( Massase ) Fundus Uteri Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus 1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri 2. Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam dan perlahan secara rileks 3. Dengan lembut tapi mantab gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri. Thanks