Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Adaptasi fisiologis Neonatus”

Disusun oleh :

NAMA : Ainul Latifa Fausia

NPM : 1930701026

JURUSAN KEBIDANAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Adaptasi fisiologis Neonatus”, keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak , untuk itu kami ucapkan terima kasih .
Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat berguna bagi orang yang
membacanya . kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini belum sempurna , untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun serta semoga makalah ini
tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat
.

Tarakan , 17 Juni 2020

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
Adaptasi fisiologis Neonatus.................................................................................................
A. Pentingnya adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar Uterus.........................................
B. Adaptasi sistem pernapasan..........................................................................................
C. Adaptasi sirkulasi sistem peredaran darah dan termoregulator .....................................
D. Adaptasi sistem pencernaan dan sistem imun ...................................................................
E. Adaptasi sistem muskuloskeletal dan sistem integumen.....................................
F. Adaptasi sistem perkemahan atau renal.........................................................................
G. Adaptasi sistem endokrin........................................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar belakang

Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan
fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi
mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi
pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke
kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat
terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam
mengambil dan menggunakan glukosa.

Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling dinamis dari seluruh siklus
kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal sebagai periode transisi yaitu periode yang
dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung
menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu.

Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru lahir dari dalam uterus keluar uterus,
prosesnya disebut periode transisi atau masa transisi. Secara keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus
merupakan sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan. Maka pada setiap
kelahiran, bidan harus memikirkan tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan gangguan pada jam-jam pertama kehidupan diluar rahim seperti partus lama, trauma
lahir, infeksi, keluar mekunium, penggunaan obat-obatan.

Bidan mempunyai tanggung jawab terhadap ibu dan bayi baru lahir, tidak hanya melewati fase
kehidupan dalam uterus menuju kehidupan luar uterus seaman mungkin, tetapi juga adaptasi fisik
terhadap kehidupan luar uterus. Oleh karena itu bidan harus mengetahui bagaimana proses adaptasi
bayi baru lahir, memfasilitasi proses adaptasi tersebut sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan
yang tepat untuk melahirkan bayi baru lahir yang sehat.
B. Rumusan masalah
Bagaimanana mengatasi masala adaptasi fisiologi dan adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar
uterus

C. TUJUAN MASALAH

Untuk mengetahui Bagaimanana mengatasi masala adaptasi fisiologi dan adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan diluar uterus

BAB II
PEMBAHASAN
Adaptasi fisiologis Neonatus
Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar Uterus:

A . Pentingnya adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar Uterus

Lingkungan luar adalah perubahan drastis untuk neonatus, oleh karena itu neonatus harus dinilai secara
teratur dan menyeluruh. Skala apgar adalah penilaian yang dilakukan segera setelah kelahiran. Ini terdiri
dari penilaian denyut jantung, upaya pernapasa.0 hingga 10, dengan 0 mengindikasikan tekanan neonatal
parah dan 10 mengindikasikan transisi yang lancar ke kehidupan di luar kandungan. Banyak perubahan
yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalamlingkungan interna ke lingkungan eksterna . saat
ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi
oral untuk mempertahankankadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.

B . Adaptasi sistem pernafasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga dan kemudian bercabang
kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun,
sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan
alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernafasan di otak.

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan
serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

3). Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berurangnya O2
akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi
dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4). Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.


c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan
aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan. Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir
pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar
sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika
hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

C. Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan
diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.


Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen
menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya,
sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan
pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen
kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa
berlangsung 2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi

a. sirkulasi darah fetus

1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan
dalam hepar

b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian
besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra

d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens

e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada
feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut
dikenal sebagai arteri hypogastica.

2). Sistem sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena
hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior

b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan
fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum

d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam
ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke
ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok
darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima
darah baru yang mengalami oksigenasi

e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum.
Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk
ke dalam venriculus dexter

f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional, yanghanya
memerlukan nutrien sedikit

g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta
descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior

h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke
plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah
maternal

b. Perubahan pada saat lahir

1). Penghentian pasokan darah dari plasenta

2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3). Penutupan foramen ovale

4). Fibrosis

a). Vena umbilicalis

b). Ductus venosus

c). Arteriae hypogastrica

d). Ductus arteriosus

Sirkulasi darah bayi sirkulasi darah janin

D. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin
ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu
tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi
ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya
stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya
pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada BBL.

4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali
pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya
sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. melalui penggunaan ASI

b. melaui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari
glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi
yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir
dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan
glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan
(prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres
janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis
lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

E. Perubahan sistem gastrointestinal/ pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk
yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
“gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk
bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.

F. Sistem kekebalan tubuh/ imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun
yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut
belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus
dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan
sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan
sistem kekebalan tubuh.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap
infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang
aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.

G. PERUBAHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Otot sudah dalam keadaan lengkap pada saat lahir, tetapi tumbuh melalui proses hipertrofi. Ubun – ubun
besar akan tetap terbuka hingga usia 18 bulan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang
tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai.

H. PERUBAHAN SISTEM INTEGUMEN

Pada bayi baru lahir cukup bulan, kulit bewarna merah. Sementara itu, bayi prematur memiliki kulit
tembus pandang. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim karena zat-zat kimia
dapat mempengaruhi kulit bayi.

PERLINDUNGAN TERMAL ( TERMOREGULASI )


Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang
hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu
dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi.

Prinsip umum pengaturan suhu bayi adalah ;

1. Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti agar tetap hangat.

2. Rawat bayi diruangan yang hangat

3. Jangan meletakkan bayi dekat benda yang dingin

Mekanisme terjadinya Hipotermia:

Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:

1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal : BBL
diletakkan ditempat yang dingin.

2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak langsung
dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan
yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti,

4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BBL diletakkan
dekat pintu/jendela terbuka.

I.Perubahan sistem perkemihan

Urin atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan
dari dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter
menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Sebelum lahir

Janin menhasilkan sejumlah besar urine encer yang merupakan sumber penting cairan amnion. Namun
sebelum lahir fungsi regulatorik dan ekskretorik ginjal masih minimal. Fungsi ginjal matang belum
berkembang sampai usia sekitar satu bulan, selama itu urine mirip feses. Ginjal neonatus yang masing-
masing beratnya 12,5 gr memiliki laju filtrasi glomerulus yang rendah dan luas permukaan yang relative
kecil.

Setelah lahir
Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi
glomerulus. Kondisi itu mudah menyebabkan retensi cairan bayi baru lahir tidak bisa mengonsentrasikan
atau mengoptimalkan urine dengan baik yang tercermin dalam berat jenis urine yaitu 1,004 dan
osmolalitas urine yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi yang kurang bulan.

3 Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, seringkali hanya 30
hingga 60 ml. seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi baru lahir. Bidan harus ingat
bahwa masa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik seringkali adalah ginjal dan dapat
mencerminkan adanya tumor, pembesaran, atau penyimpangan didalam ginjal.Perubahan eseimbangan
cairan pada bayi baru lahir Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran. Cairan dimasukkan melalui mulut, atau secara parenteral dan cairan meninggalkan tubuh
dari saluran pencernaan, paru – paru, kulit, dan ginjal. Klien dari berbagai umur dapat mengalami kondisi
tidak terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi manusia yang paling muda dan paling tua memiliki resiko
terbesar

Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan cairan. Dehidrasi mungkin karena
demam berlebihan atau berkepanjangan, muntah, diare, trauma,atau kondisi lainya yang menyebabkan
kehilangan cairan dengan cepat. Edema juga diikuti oleh gangguan elektrolit dan bisa muncul pada
gangguan nutrisi, kardiovaskular, ginjal, kanker, traumatic, atau gangguan lain yang menyebabkan
akumulasi cairan dengan cepat. ( Jane Coad, Anatomi Fisiologi untuk bidan : 2006 ).

Organ – organ dan sistem – sistem yang berperan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh
ginjal, kulit paru, dan gastrointestinal.

Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Hal ini terlibat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
dara, pengatur keseimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Janin
menhasilkan sejumlah besar urine encer yang merupakan sumber penting cairan amnion. Bayi baru lahir
mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, seringkali hanya 30 hingga 60 ml.

Paru – paru

Pada masa janin, paru terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru yang bertukar dengan cairan amnion.
Saat lahir, 10-25 ml/kg cairan akan dikeluarkan atau diresorpsi. Pada saat bayi lahir banyak factor untuk
merangsang tarikan napas pertama termasuk perubahan dan keadaan. Diafragma berkontraksi secara kuat
dan kecepatannya lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Sebagian besar bayi menarik nafas dalam 6
detik dan memperlihatkan pola bernafas dan pertukaran gas yang normal dalam 15 menit.

4 Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Keringat
merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar
keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter
sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan ,
dan kondisi sushu tubuh yang panas. Sebelum lahir janin bergantung pada ibunya untuk mengatur suhu
tubuhnya. Demam pada ibu menyebabkan efek tidak sengaja pada gradient suhu. Setelah lahir, biasanya
suhu lingkungan biasanya lebih rendah daripada suhu ibu, bayi mengalami penurunan suhu saat lahir.

Gastrotestinal

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. System gastrotestinal pada janin cukup bulan mempraktikkan
perilaku menghisap dan menelan. Reflex muntah dan batuk yang matur telah lengkap saat lahir. Pada bayi
baru lahir cukup bulan relative matur dan kemampuan untuk menelan sumber makanan dari luar terbatas.

J.Perubahan Sistem Endokrin

Adaptasi sistem endokrinistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbedadaripada ketika
berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan maka masih mendapatkan segala
kebutuhannya dari ibu melalui plasenta meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai
terbentuk organ-organ bagi aktifitas hidup. Namun, organ-organ tersebut, misalnya sistem endokrin masih
belum sempurna untuk dapat hidup mandiri!

Setelah janin lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup diluar rahim ibunya
kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan ibu. Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang
mengalami adaptasi agar mampu bekerja misalnya

kelenjar Tiroidegera setelah lahir, kelenjar tiroid mengalami perubahan-perubahan besar fungsi dan
metabolisnya. Ada peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang terjadi hampir bersamaan

kelenjar Timus Pada neonatus ukurannya masih sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau sedikit
ukurannya bertambah dan padamasa remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.
Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungssi secara maksimal karena
pembentukannya juga sudah mulai sempurna jadi neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari
plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
daptasi fisiologis Neonatus
Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar Uterus:

A . Pentingnya adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar Uterus Lingkungan luar adalah perubahan
drastis untuk neonatus, oleh karena itu neonatus harus dinilai secara teratur dan menyeluruh. Skala apgar
adalah penilaian yang dilakukan segera setelah kelahiran. Ini terdiri dari penilaian denyut jantung, upaya
pernapasa.0 hingga 10, dengan 0 mengindikasikan tekanan neonatal parah dan 10 mengindikasikan
transisi yang lancar ke kehidupan di luar kandungan. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi
yang semula berada dalamlingkungan interna ke lingkungan eksterna . saat ini bayi tersebut harus dapat
oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk
mempertahankankadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.

B . Adaptasi sistem pernafasan Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabnga dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang
tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat
pernafasan di otak.

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan
serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

3). Penimbunan karbondioksida (CO2) Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan
merangsang pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya
kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4). Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

SARAN

Masyarakat

Bagi suami maupun keluarga diharapkan agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga kesehatan
ibu. Dan dapat memberikan secara psikis maupun moril terhadap ibu yang mengalami masa post
partum.Mendukung kinerja pemerintah

Saran yang dapat diberikan pada ibu yang mengalami penjahitan pada daerah perinium, yaitu :

1. Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.

2. Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.

3. Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.

4. Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.

5. Menganjurkan banyak minum.

6. Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGCFarrer, Helen.(1999). Perawatan Maternitas:
Ed. 2. Jakarta : EGC.Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwon
Prawirohardjo Ngastiyah, (1997).

³Perawatan Anak Sakit´. Jakarta : EGCStaf Pengajar IKA-FKUI, (1985). ³Ilmu Kesehatan Anak´. Jakarta :

Infomedikahttp://bidanlia.blogspot.com/2008/12/adaptasi-bayi-
barulahir.htmlhttp://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-pa

Anda mungkin juga menyukai