Anda di halaman 1dari 60

Komplikasi Persalinan kala I & II

NAMA : AINUL LATIFA FAUSIA


NPM : 1930701026
LOKAL : B2-Kebidanan
Kala I
❑ Placenta Previa
❑ Solutio Placenta
❑ Pre Eklampsi
❑ Ketuban Pecah Dini
❑ Gawat Janin
PLACENTA PREVIA
Placenta previa adalah placenta yang letaknya abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal, placenta terletak pada bagian atas uterus.
ETIOLOGI
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak
diketahui. Tetapi diduga hal tersebut berhubungan dengan
abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang mungkin
disebabkan oleh timbulnya parut
akibat trauma operasi/infeksi. Perdarahan berhubungan
dengan
adanya perkembangan segmen bawah uterus pada
trimester
ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak
akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim.
Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan
segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat.
FFAKTOR RISIKO PLACENTA PREVIA

• Riwayat plasenta previa sebelumnya


• Riwayat seksio sesarea
• Riwayat aborsi
• Kehamilan ganda
• Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun
• Multiparitas
• Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga
mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta
• Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan
seharusnya. Misalnya dari indung
telursetelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis
• Adanya trauma selama kehamilan
• Sosial ekonomi rendah/gizi buruk
• Mendapat tindakan kuretase
Tanda Dan Gejala
• Gejala Utama
• Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau
banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa
alasan dan tanpa rasa nyeri.
• Gejala Klinik
• Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau
banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya
tidak banyak dan tidak berakibat
fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi
pada triwulan ketiga.
• Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta
previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
• Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
• Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul dan tidak jarang terjadi
letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
• Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung
banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya
masih hidup.
Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus
dicurigai bahwa penyebabnya adalah placenta previa
sampai kemudian ternyata dugaan itu salah. Beberapa cara
dalam menegakkan diagnosis terjadinya placenta previa
yaitu:
• Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alas an, terutama
pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai
dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
• Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu
atas panggul (PAP). Apabila presentasi kepala, biasanya
kepala masih terapung di atas PAP atau melongak ke
samping, dan sukar didorong ke dalam PAP. Tidak jarang
terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak
sungsang.
• Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina,
seperti erosion porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polypus serviks
uteri, varises vulva, dan trauma.
• Penentuan letak placenta tidak langsung
Penentuan letak placenta secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan radiografi, radioisotope, dan ultrasonografi. Namun penentuan letak
placenta yang dinilai paling aman bagi ibu maupun bayi adalah dengan
ultrasonografi.
• Penentuan letak placenta secara langsung
Komplikasi
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat placenta previa
adalah:
• Prolaps tali pusat
• Prolaps plasenta
• Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan
• Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
• Perdarahan post portum
• Infeksi karena perdarahan yang banyak
• Bayi premature atau lahir mati
PENANGANAN
Prinsip dasar penanganan adalah setiap ibu dengan perdarahan
antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
melakukan transfusi darah & operasi.
Penanganan pasif
– Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan
– Janin masih premature dan masih hidup
– Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu
– Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram
– Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda
persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.
– Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
– Tangani anemia
– Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada
pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, daripada
memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.
Tujuan penanganan pasif : Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk
mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada
penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal
pada kasus plasenta previa sentralis.
Penanganan aktif
• Perdarahan di nilai membahayakan
• Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu
• Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan
sudah mulai
• Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.
• Terdapat 2 pilihan cara persalinan :
– Persalinan pervaginam
• Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta &
bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung.
Sehingga perdarahan berhenti.
Dilakukan dengan cara :
Pemecahan selaput ketuban karena
– Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian
plasenta yang berdarah
– Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti
regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan
plasenta dapat dihindari.
Pemasangan Cunam Willett
• 1) Kulit kepala janin di klem dengan Cunam Willet Gausz
• 2) Cunam diikat dengan kassa/tali dan diberi beban 50-100
gram/1 batu bata seperti katrol, dengan jalan ini diharapkan
perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti
Versi Braxton Hiks
• Versi dilakukan pada janin letak kepala untuk mencari kaki supaya
dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau letak kaki,
menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain
kassa, dikatrol dan diberi beban 50 – 100 gram.
Seksio caesarea
• Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Prognosis
• Pada plasenta previa dengan penanggulangan yang baik
maka kematian ibu rendah sekali,tapi jika keadaan janin buruk
menyebabkan kematian perinatal prematuritas.
SOLUTIO PLACENTA
Solutio Plasenta adalah pemisahan plasenta dari tempat
implantasinya didalam uterus sebelum bayi dilahirkan.
Plasenta belum jelas, tapi diduga bahwa hal-hal tersebut dapat
ETIOLOGI disebabkan karena:
• Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun,
preeklamsia, eklamsia)
• Multiparitas (umur ibu yang tua)
• Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
• Uterus yang tiba-tiba mengecil (hidramnion, gemelli anak ke-2)
• Tekanan pada vena cava inferior
• Defisiensi gizi, defisiensi asam folat
• Trauma
• Tumor uteri / anomali uterus
selain itu terdapat pula factor resiko pada solusio plasenta,
diantaranya yaitu:
• Bertambahnya usia dan paritas
• Hipertensi kronik
• Ketuban pecah dini
• Merokok
• Trombofilia (kesusuahan dalam pembentukan sel darah merah)
• Pemakaian cocain
• Riwayat solusio
• Leiomioma uterus
PATOFISIOLOGI
Menurut Doengoes, Marilynn (2001). Terjadinya solusio plasenta
dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang kemudian
terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada
miometrium sehingga terbentuk hematoma desidual yang
menyebabkan pelepasan, kompresi dan akhirnya penghancuran
plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.
Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma
retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh
darah, hingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi
plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin,
uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh
darah tersebut. Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat
melepaskan selaput ketuban.
• Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi .
PENANGANAN
• Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan
menghadap ke kiri , tidak melakukan senggama, menghindari
peningkatan tekanan rongga perut.
• Pasang infus cairan Nacl fisiologi, bila tidak memungkinkan
berikan cairan peroral.
• Pantau tekanan darah & frekuensi nadi tiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi / syok akibat perdarahan, pantau
pula BJJ & pergerakan janin.
• Bila terdapat renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan
tranfusi darah, bila tidak teratasi upayakan penyelamatan
optimal dan bila teratasi perhatikan keadaan janin .
• Setelah renjatan diatasi, pertimbangkan seksio sesarea bila
janin masih hidup atau persalinan pervagina diperkirakan akan
berlangsung lama, bila renjatan tidak dapat diatasi upayakan
tindakan penyelamatan optimal.
• Setelah syok teratasi dan janin mati, lihat pembukaan dan bila
lebih dari 6 cm pecahkan ketuban lalu infus oksitosin, bila
kurang dari 6 cm lakukan seksio sesarea.
• Bila tidak terdapat renjatan dan usia gestasi kurang dari 37
minggu / taksiran berat janin kurang dari 2.500 gr.
PRE EKLAMPSI
• Pre eklampsi (toksemia gravidarum) adalah tekanan
darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein
dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu
pertama setelah persalinan. (Manuaba, 1998).
• Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia
kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang
dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan
neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia
adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada
pasien yang menderita hipertensi kronik. Menurut
(Mansjoer et.al 2000).
ETIOLOGI
Apa yang menjadi penyebab pre eklampsia dan eklampsia
sampai sekarang belum diketahui. Tetapi, menurut Geller
dan kawan-kawan penyebab dari pre-eklampsia, eklampsia
yaitu mutasi reseptor mineralokortikoid (MR), mudah
diaktivasi oleh progesteron dan menimbulkan hipertensi.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan
perubahan fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada
kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi,
penurunan resistensi vaskular sistemik vascular resistance (SVR),
peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid
(kotak 21-1). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar
menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan
hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ
maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen
maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme
dasar tanda dan gejala yang menyertai preeklampsia. Vasopasme
merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah,
seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan
antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah
menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk
mengubah patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu
produksi tromboksan. Investigasi pemakaian aspirin sebagai suatu
pengobatan
• profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio untung-rugi pada
ibu dan janin. Peneliti lain sedang pemakaian suplemen kalsium untuk
mencegah hipertensi padmempelajari a kehamilan.
• Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema
dan lebih lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi
pasien yang mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru.
Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas
hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk
mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul
reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi
hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang
khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan
preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan
peran penting dalam perkembangan preeklampsia. keberadaan
protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons
imunologis lanjut.
PENATALAKSANAN

• Preeklampsi Ringan
• Jika kehamilan kurang 37 minggu dilakukan pemeriksaan 2 kali
seminggu secara rawat jalan. Pantau tensi, proteinuri, reflek
patela, dan kondisi janin. Lebih banyak istirahat. Diet
biasa.Tidak perlu obat-obatan.
• b.Preeklampsi Berat
• Penangananya sama, kecuali persalinan harus berlangsung
dalam 12 jam setelah kejang.
• Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan
ynag berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena
itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian
dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk
mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang dan berkaitan dengan:
• a. Diet-makanan
• Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan
rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah
atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima
sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan
tambahan satu butir telur setiap hari.
• b. Cukup istirahat
• Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti
bekerja seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih
banyak duduk atau berbaring kearah kiri sehingga aliran darah
menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
• c. Pengawasan antenatal (hamil)
• Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang
memerlukan perhatian:
• 1) Uji kemungkinan Pre eklampsia:
• a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
• b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri
• c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema
• d) Pemeriksaan protein dalam urin
• e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi
hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.
• 2) Penilaian kondisi janin dalam rahim.
• a) Pemantauan tinggi fundus uteri
• b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut
jantung janin, pemantauan air ketuban
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan Labolaturium
• Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah, urinarisis,
pemeriksaan fungsi hati, dan tes kimia darah.
• Radiologi
• Ultrasonografi, kardiotografi.
• Data Sosial Ekonomi
• Preeklampsia berat lebih banyak terjadi pada wanita dan
golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga
kurang melakukan perawatan antenatal yang teratur.
• Data Psikologis
• Biasanya ibu preeklampsia ini berada dalam kondisi yang labil
dan mudah marah, ibu merasa khawatir akan keadaan dirinya
dan keadaan janin dalam kandungannya, dia takut anaknya
lahir cacat atau meninggal dunia, sehingga ia takut untuk
melahirkan.
Gawat Janin
• Gawat janin adalah keadaan/reaksi ketika janin
tidak memperoleh oksigen yang cukup. Gawat janin
terjadi jika janin tidak menerima oksigen yang cukup,
sehingga mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi
kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut (Maryunani,
2013).
• Gawat janin adalah komplikasi yang jarang terjadi
pada persalinan. Biasanya terjadi ketika janin tidak
mendapatkan cukup oksigen. Indikator yang lebih sensitif
pada gawat janin adalah kelainan pola detak jantung
pada janin. Melalui persalinan, detak jantung janin
dipantau dengan stetoskop janin setiap 15 menit selama
awal persalinan dan setelah setiap kontraksi selama
akhir persalinan. Atau detak jantung janin dipantau
secara terus menerus dengan alat pantau detak jantung
elektronik (Sujiyatini, 2009).
• Adapun penyebab dari gawat janin yaitu:
Etiologi • Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah
uterus-plasenta dalam waktu singkat) :
• Aktivitas uterus yang berlebihan, hipertonik uterus, dapat
dihubungkan dengan pemberian oksitosin.
• Hipotensi ibu, anestesi epidural,kompresi vena kava,
posisi terlentang.
• Solusio plasenta.
• Plasenta previa dengan pendarahan.
• Insufisiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran
darah uterus-plasenta dalam waktu lama) :
• Penyakit hipertensi
• Diabetes mellitus
• Postmaturitas atau imaturitas
• Kompresi (penekanan) tali pusat
• Oligihidramnion
• Prolaps tali pusat
• Puntiran tali pusat
• Penurunan kemampuan janin membawa oksigen
C. Patofisiologi
• Dahulu diperkirakan bahwa janin mempunyai tegangan
oksigen yang lebih rendah karena ia hidup di
lingkkungan hipoksia dan sidosis yang kronik. Terapi
pemikiran itu tidak benar karena bila tidak ada tekanan
(stress), janin hidup dalam lingkungan yang sesuai dan
dalam kenyataannya konsumsi oksigen per gram berat
badan sama dengan orang dewasa. Meskipun tekanan
oksigen parsial (pO2) rendah, penyaluran oksigen pada
jaringan tetap memadai.
• Afinitas terhadap oksigen, kadar hemoglobin dan
kapasitas angkut oksigen pada janin lebih besar
dibandingkan dengan orang dewasa. Demikian juga
halnya dengan curah jantung dan kecepatan arus darah
lebih besar dari pada orang dewasa. Dengan demikian
penyuluhan oksigen melalui plasenta kepada janin dan
jaringan periferdapat terselenggara dnegan relatif baik.
Sebagai hasil metabolisme oksigen akan terbentuk asam
piruvat, CO2 dan air di sekresi melalui plasenta.
• Bila plasenta mengalami penurunan fungsi akibat dari ruang
intervili yang berkurang, maka penyaluran oksigen dan ekskresi
CO2 akan terganggu yang berakibat penurunan pH atau
timbulnya asidosis. Hipoksia yang berlangsung lama
menyebabkan janin harus mengolah glukosa menjadi enersi
melalui reaksi anerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan
asam organik yang menambahkan asidosis metabolik. Pada
umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah
uterus atau arus darah tali pusat.
• Bradikardi janin tidak harus berarti merupakan indikasi
kerusakan jaringan akibat hipoksia, karena janin mempunyai
kemampuan redistribusi darah bila terjadi hipoksia, sehingga
jaringan vital (otak dan jantung)akan menerima penyaluran
darah yang lebih banyak dibandingkan jaringan perifer.
Badikardia mungkin merupakan mekanisme perlindungan agar
jantung bekerja lebih efisien sebagai akibat hipoksia. Yang akan
dibahas disini adalah diagnosis gawat janin dalam persalinan
yang dapat diketahui dengan teknik pengawasan atau
pemantauan elektronik jantung janin dan teknik pemeriksaan
darah janin (PDJ).
Tanda dan Gejala
• Gejala yang dirasakan oleh ibu adalah berkurangnya gerakan
janin. Ibu dapat melakukan deteksi dini dari gawat janin ini,
dengan cara menghitung jumlah tendangan janin/ ’kick count’ .
Janin harus bergerak minimal 10 gerakan dari saat makan pagi
sampai dengan makan siang. Bila jumlah minimal sebanyak 10
gerakan janin sudah tercapai, ibu tidak harus menghitung lagi
sampai hari berikutnya. Hal ini dapat dilakukan oleh semua ibu
hamil, tapi penghitungan gerakan ini terutamadiminta untuk
dilakukan oleh ibu yang beresiko terhadap gawat janin atau ibu
yangmengeluh terdapat pengurangan gerakan janin. Bila
ternyata tidak tercapai jumlahminimal sebanyak 10 gerakan
maka ibu akan diminta untuk segera datang ke RS atau pusat
kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
• Tanda-tanda gawat janin:
• Mekonium kental berwarna hijau terdapat di cairan ketuban
pada letak kepala.
• Takikardi/ bradikardi/ iregularitas dari denyut jantung janinUntuk
mengetahui adanya tanda-tanda seperti di atas dilakukan
pemantauanmenggunakan kardiotokografi.
• Asidosis janin diperiksa dengan cara mengambil sampel darah
janin.
Pengaruh Pada Kehamilan dan
Persalinan

• Pada Kehamilan
• Gawat janin dapat menyebabkan
berakhirnya kehamilan karena pada gawat
janin, maka harus segera dikeluarkan.
• Pada persalinan
• Gawat janin pada persalinan dapat
menyebabkan :
• Persalinan menjadi cepat karena pada
gawat janin harus segera dikeluarkan.
• Persalinan dengan tindakan, seperti
ekstraksi cunam, ekstraksi forseps, vakum
ekstraksi, ataupun bahkan dapat diakhiri
dengan tindakan sectio saesarea (SC).
Diagnosa

• Diagnosis gawat janin saat persalinan


didasarkan pada denyut jantung janin
yang abnormal. Diagnosis lebih pasti jika
disertai air ketuban hijau dan kental/
sedikit. Gawat janin dapat terjadi dalam
persalinan karena partus lama, Infuse
oksitosin, perdarahan, infeksi, insufisiensi
plasenta, ibu diabetes, kehamilan pre dan
posterm atau prolapsus tali pusat. Hal ini
harus segera dideteksi dan perlu
penanganan segera.
Klasifikasi

• Jenis gawat janin yaitu :


• Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
• Gawat janin iatrogenic
• Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul
akibat tindakan medik atau kelalaian penolong. Resiko dari
praktek yang dilakukan telah mengungkapkan patofisiologi
gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan
jantung janin.
• Posisi tidur ibu
• Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta
dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi. Oksigenisasi dapat
diperbaiki dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri
atau semilateral.
• Infus oksitosin
• Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat
kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti
penyaluran arus darah uterus mengalami kelainan.
• Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi
harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi
fisiologik.
• Anestesi Epidural
• Blokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan
arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus.
Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada
denyut jantung janin yaitu berupa penurunan variabilitas,
bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan ibat-obat
tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan
vasokontriksi arteri uterina.
• Gawat janin sebelum persalinan
• Gawat janin kronik
• Dapat timbul setelah periode yang panjang selama
periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta
yang ideal dan normal terganggu.
• Gawat janin kronik
• Dapat timbul setelah periode yang panjang selama
periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta
yang ideal dan normal terganggu.
• Gawat janin akut
• Suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi
oksigenasi janin.
• Gawat janin selama persalinan
• Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang
adekuat, denyut jantung janin kehilangan varibilitas dasarnya
dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi uterus. Bila
hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat
dengan pH janin yang menurun. (Kapita Selekta Kedaruratan
Obstetri dan Ginekkologi, 1994 : 211-213)
Penatalaksanaan
• Penanganan umum:
• Pasien dibaringkan miring ke kiri, agar sirkulasi janin dan
pembawaan oksigen dari ibu ke janin lebih lancar.
• Berikan oksigen sebagai antisipasi terjadinya hipoksia janin.
• Hentikan infuse oksitosin jika sedang diberikan infuse oksitosin,
karena dapat mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus yang
berlanjut dan meningkat dengan resiko hipoksis janin.
• Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, dengan atau
tanpa kontaminasi mekonium pada cairan amnion, lakukan hal
sebagai berikut:
• Jika sebab dari ibu diketahui (seperti demam, obat-obatan)
mulailah penanganan yang sesuai.
• Jika sebab dari ibu tidak diketahui dan denyut jantung janin
tetap abnormal sepanjang paling sedikit 3 kontraksi, lakukan
pemeriksaan dalam untuk mencari penyebab gawat janin.
• Penatalaksanaan Khusus
• Posisikan ibu dalam keadaan miring sebagai usaha untuk
membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran
darah balik, curah jantung dan aliran darah uteroplasenter.
Perubahan dalam posisi juga dapat membebaskan kompresi
tali pusat.
• Oksigen diberikan melalui masker muka 6 liter permenit sebagai
usaha untuk meningkatkan pergantian oksigen fetomaternal.
• Oksigen dihentikan, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervilli.
• Hipotensi dikoreksi dengan infus intravena dekstrose 5 %
berbanding larutan laktat. Transfusi darah dapat di indikasikan
pada syok hemoragik.
• Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan
menentukan perjalanan persalinan.
• Pengisapan mekonium dari jalan napas bayi baru lahir
mengurangi risiko aspirasi mekoneum. Segera setelah kepala
bayi lahir, hidung dan mulut dibersihkan dari
mekoneum dengan kateter pengisap. Segera
setelah kelahiran, pita suara harus dilihat
dengan laringoskopi langsung sebagai usaha
untuk menyingkirkan mekoneum dengan
pipa endotrakeal
KETUBAN PECAH DINI
• Ketuban pecah dini pada prinsipnya adalah ketuban yang pecah
sebelum waktunya. Ada teori yang menghitung berapa jam
sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in
partu. Ada juga yang menyatakan dalam ukuran pembukaan
serviks pada kala I, misalnya ketuban yang pecah sebelum
pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya.
• 1. Patofisiologi Ketuban Pecah Dini :
a. Efek kromosom, kelainan kolagen, serta infeksi.
b. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan
infeksi (sampai 65%), disebabkan karena High virulence :
bacteroides. Low virulence : lactobacillus.
c. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas,
jaringan retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi
dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.
2. Komplikasi Ketuban Pecah Dini :
a. Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina
ke intrauterin.
b. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.
c. Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian
janin akibat hipoksia
Komplikasi Persalinan Kala II
• Distocia Bahu
• Pengertian
• Bahu macet adalah suatu keadaan diperlukan tambahan
manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan biasa kearah
belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi.
Pada persalinan dengan presentasi kepala, setelah keala lahir
bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan
tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi
distnsia bahu sebesar 0,2 – 0,3% dari seluruh persalinan
vaginal presentasi kepala. Apbila distonsia bahu didefinisikan
sebagai jarak waktu antara lahirnya kepala dengn lahirnya
badan bayi lebih dari 60 detik, maka insidensinya menjadi 11%.
• Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan,
maka bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu
posterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu
anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar, bahu
posterior berada di cekungan tulang sakrum atau disekitar spina
iskhiadika, dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu
anterior untuk memasuki anggul melalui belakang tulang pubis
atau berotasi dari foramen obturator
. Apabila bahu berada dalam psisi anter –
posteriorketika hendak memasuki pintu atas
panggul, maka bahu posterior dapattertahan
promontorium dan bahu anterir tertahan
tulang pubis. Dalam keadaan demikian
kepala sudah dilahirkanakan idak dapat
melakukan putar paksi luar, dan tertahan
akibat adanya tarikan yang terjadi antara
bahu posterior dengan kepala (disebut
dengan turtle sign). (Parwirohardjo, Sarwono,
2009. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta
: PT Bina Pustaka)
• Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat
didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang
timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima
faktor persalinan, yaitu :
• Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif
atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power).
• Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
• Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau
kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi
(penumpang/passenger).
• Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
• Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan
dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem
pendukung.
Etiologi

• Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam


antara lain : kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan
diabetes melitus dan hubungan antara ibu hamil yang
makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan.
Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu :
• Kehamilan postern
• Wanita-wanita yang habitus indolen
• Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
• Orang tua yang besar
• Eritroblastosis
• Diabeter Melitus (http://anaoryzasativa.kehamilan-gemeli.html.)
Diagnosis

• Distosia bahu dapat dikenali karena adanya :


• Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat
dilahirkan.
• Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan
kencang.
• Dagu tertarik dan menekan perineum.
• Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap
tertahan kranial simphsis pubis.
• Begitu distosia bahu dikenali, maka prosdur tindakan untuk
menlongnya harus segera dilakukan. (Parwirohardjo, Sarwono,
2009. Ilmu Kebidanan edisi keempat. Jakarta : PT Bina
Pustaka)
Prognosis
• Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari
4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran
persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar
atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat
memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit
melalui rongga panggul.
• Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai
pada ansefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran
bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat
meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat
dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat
perlukaan pada nervus brokhialis & muskulus
sternokleidomastoidelis. (http://anaoryzasativa.kehamilan-
gemeli.html.)
Komplikasi
Komplikasi distonsia bahu pada janin adalah fruktur tulang
(klavikula dan humerus) cidera pleksus brakhialis dan hipoksia yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak. Dislokasi tulang
servikalis yang fatal juga dapat terjadi akibat melakukan tarikan dan
putaran pada kepala dan leher. Fraktur tulang pada umumnya
dapat sembuh sempurna tanpa sekuele, apabila didiagnosis dan
terapi dengan memadai. Cedera pleksus brakhialis dapat membaik
dengan berjalannya waktu, tetapi sekuele dapat terjadi pada 50%
kasus – kasus. Pada ibu, komplikasi yang dapat terjadi adalah
perdarahan akibat laserasi jalan lahir, episiotomi, ataupun atonia
uteri.
Faktor Resiko dan
Pencegahannya
• Belum ada cara untuk memastikan akan terjadinya distosia
bahu pda suatu persalinan. Meskipun sebagian besar distosia
bahu dapat ditolong tanpa morbiditas, tetapi apabila terjadi
komplikasi dapta menimbulkan kekecewaan dan adanya potensi
tuntutan terhadap penolong persalinan. Untuk mengurangi
resiko morbiditas pada bayi dan mencegah terjadinya tututan,
penolong persalinan perlu mengidentifikasi faktor resiko
terjadinya distosia bahu dan mengkomunikasikan akibat yang
dapat terjadi pada ibu serta keluarganya.
• Bayi cukup bulan pada umumnya memilki ukuran bahu yang
lebih lebar dari kepalanya, sehigga mempunyai resiko terjadi
distosia bahu. Resiko akan meningkat dengan bertabahnya
perbedaan antara ukuran badan dan bahu denganukuran
kepalanya. Pada bayi makrosomia, perbedaan ukuran tersebut
lebih besar dbanding bayi tapa makrosomia, sehingga bayi
makrosomia lebih beresiko. Dengan demikian, kewaspadaan
terjadinya distosia bahu diperlukan pada setiap pertolongan
persalinan dan semakin penting bila terdapat faktor – faktor
yang meningkatkan resiko makrosomia.
Adanya DOPE (diabetes obesity, prolonged prenagnancy,
excessive fetal size or maternal weight gain) akan meningkatkan
resiko kejadian.
Upaya pencegahan distosia bahu dan cedera yang dapat
ditimbulkannya dapat dilakuka dengan cara:
• Tawarkan untuk dilakukan bedah sesr pada persalinan vagnal
beresiko tinggi: janin luar biasa besar (> 5 kg), janin sangat
besar (> 4,5 kg) dengan ibu diabetes, janin besar (> 4kg)
dengan riwayat distosi bahu pada persalinan sebelumnya, kala
II yang memanjang dengan janin besar.
• Identifikasi dan obati diabetes ada ibu.
• Selalu siap bila sewaktu – waktu terjadi
• Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan,
menekan suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi
meningkatkan resiko cidera pada janin
• Perhatkan waktu dan segera minta pertolongan begitu distosia
bahu diketahui. Bantuan diperlukan untuk membuat posisi
McRoberts, pertolongan persalian, resutisasi bayi dan tindakan
anastesia (bila perlu).
Penanganan
Diperlukan seorang asisten untuk membantu, bersegeralah minta
bantuan. Jangan melakukan tarikan atau dorongan sebelum
memastikan bahwa bahu posterior sudah masuk ke panggul. Bahu
posterior yang belum melewati pintu atas panggul akan semakin
sulit dilahirkan bila dilakukan tarikan pada kepala. Untuk
mengendorkan ketegangan yang menyulitkan bahu posterior masuk
panggul tersebut, dapat dilakukan episiotomi yang luas, posisi
McRobert, atau posisi dada-lutut. Dorongan pada fundus juga tidak
diperkenankan karena semakin menyulitkan bahu untuk dilahirkan
dan beresiko menimbulkan ruptura uteri. Disamping perlunya
asisten dan pemahaman yag baik tentang mekanisme persalinan,
keberhasilan pertolongan persalinan dengan distosia bahu juga
ditentukan oleh waktu. Setelah kepala lahir akan terjadi penurunan
pH arteria umbilikalis dengan laju 0,004 unit/menit. Dengan
demikian, pada bayi yang sebelumnya tidak mengalami hipoksia
tersdia waktu antara 4 - 5 menit untuk melakukan manuver
melahirkan bahu sebelum terjadi cedera hipoksik pada otak.
Prolaps Tali Pusat

Prolaps tali pusat (Occult Prolapse) adalah terjadi jika tali pusat
terletak di bawah bagian presentasi janin. Prolaps tali pusat dapat
bersifat okulta ( tersembunyi, tidak terlihat ) ( Bobak, 2005 ).
• Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada di samping atau
melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum
ketuban pecah (Mansjoer Arif, 2000).
• Prolaps tali pusat adalah penurunan tali pusat ke dalam vagina
mendahului bagian terendah janin yang mengakibatkan
kompresi tali pusat di antara bagian terendah janin dan panggul
ibu (Prawiroharjo,2012).
• Prolapse tali pusat merupkanan keadan dimana tali pusat
berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam
jalan lahir sebelum ketuban pecah yang mengakibatkan
kompresi (Stright, 2004).
• Jadi kesimpulan dari prolaps tali pusat adalah keadaan darurat
yang terjadi ketika tali pusat turun di samping atau di luar bagian
presentasi janin, sehingga dapat mengancam jiwa janin karena
aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu
mengkompromi kompresi tali pusar diantara janin dan rahim,
leher rahim, atau leher panggul .
• Etiologi prolaps tali pusat ( jensen, 2005 ).
• 1. Etiologi fetal
• Presentasi yang abnormal seperti letak lintang, letak sungsang,
presentasi bokong, terutama presentasi kaki.
• Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada
persalinan prematur, yang salah satunya disebabkan karena
bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif bergerak.
• Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
meliputi gangguan adaptasi, frekuensi presentasi abnormal
yang lebih besar, kemungkinan prwsentasi yang tidak normal.
• Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah
janin yang tidak engage.
• Ruptur membran anion spontan. Keadaan ketuban pecah dini
tersebut membawa sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan
tali pusat hanyut ke vagina.
• 2. Etiologi Maternal
• Disproporsi kepala panggul
• Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak
dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
• Bagian terendah yang tinggi
• Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi
meskipun panggul normal.
Etiologi dari tali pusat dan plasenta
• Tali pusat yang panjang
• Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.
b. Plasenta letak rendah
• Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan
bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih
dekat serviks.
Manifestasi Klinik
• Manifestasi klinik prolaps tali pusat ( jensen, 2005 ).
– Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina.
– Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan
tangan didalam bagian yang lebih sempit dari
vagina.
– Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin
terjadi sebagai mana tali pusat ditekan antara
bagian presentase dan tulang panggul.
– Auskultasi terdengar jantung janin ireguler
– Terdapat bradikardia janin ( DJJ <100x/menit)
– Hipoksia janin ditandai dengan gerakan janin yang
jarang dan lemah.
PATOFISIOLOGI
Sebelum terjadinya prolaps tali pusat maka ada beberapa
faktor pencetusnya yaitu dari faktor injurin dan idiopatik. Dari
kedua faktor tersebut mengakibatkan terjadinya plasenta
previa, tali pusat panjang, kehamilan kembar, ruptur
membran spontan dan kehamilan prematur.
• Dimulai dari mengakibatkan plasenta previa dikarenakan
keadaan plasenta terlalu dempet sehingga menutup
jalan lahir mengakibatkan tali pusat akan mudah turun
menuju ke vagina, maka muncul M.K kurang
pengetahuan. Dari tali pusat yang memanjang bisa juga
menutup jalan lahir masalah keperawatan yang sama
yaitu kurang pengetahuan maka otomatis kurangnya
informasi yang didapatkan oleh si ibu terhadap kejadian
tersebut.
• Pada kejadian kehamilan kembar mengakibatkan janin
bergerak terbatas di dalam rahim sehingga letak janin akan
posisi sungsang, lintang, dan presentasi kepala akan berubah
akibatnya janin sulit beradaptasi maupun penyesuaian dalam
panggul ibu dikarenakan pintu atas panggul ( PAP) tidak
tertutup oleh bagian bawah janin sehingga mengakibatkan tali
pusat bergeser atau turun dari tempat vagina.
• Ruptur membran spontan juga mengalami polidroamnion
mengakibatkan ukuran janin terlalu kecil sehingga tali pusat
terbawa di dekat vagina sama juga dengan kehamilan
perematur dengan ukuran janin yang terlalu kecil maka janin
akan bergerak leluasa di dalam rahim.
• Dari 5 masalah tersebut mengakibatkan terjadinya prolaps tali
pusat. Telah terjadinya prolaps tali pusat maka keadaan prolaps
tali pusat bermacam – macam pengelompokan dimulai dari
keadaan tali pusat menumbung , tali pusat terdepan dan tali
pusat occult prolapsed.
• Dari ke 3 pengelompokan tersebut maka akan terjadi seperti
obtruksi lengkap, obtruksi sebagian, tali pusat mlingkar, dan
tekanan pada tali pusat akan terendam dari obtruksi lengkap
maka detak jantung janin akan mengalami deselerasi sehingga
mengakibatkan hipoksia miokard di janin maka masalah
keperawatan yang muncul adalah gangguan pertukaran gas.
• Pada saat obtruksi sebagian juga mengalami akselerasi detak
jantung janin dimana asidosis respiratorik dan metabolik terlalu
berat sehingga oksigen di janin akan mengalami kekurangan
dan bradikardi yang selalu menetap terjadilah hipoksia janin
maka masalah keperawatan yang muncul gangguan pertukaran
gas.
• Pada keadaan tali pusat melingkar pada bagian kepala akan
mengakibatkan penekanan pada dinding pelvis sehingga aliran
darah dan oksigen ke tali pusat kana terhambat mengakibatkan
hipoksia pada janin juga gawat janin dikarenakan gerakan janin
melemah maka masalah keperawatan yang akan muncul
adalah ansietas. Dari gerakan janin melemah akan dilakukan
tindakan SC maka masalah keperawatan yang muncul adalah
resiko infeksi. Dari tindakan SC tersebut maka akan mengalami
pendarahan masif mengakibatkan syok hipovolemik maka
masalah kleperawatan yang akan muncul adalah resiko
ketidakseimbangan volume cairan.
Pada saat terjadi penekanan pada tali pusat bagian terendam
sehingga bisa mengurangi sirkulasi plasenta mengakibatkan
hipoksia pada janin maka masalah keperawatan yang akan muncul
adalah resiko cidera pada janin.
Komplikasi prolaps tali pusat ( Bobak, 2005 )
• Pada Ibu
Komplikasi Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan
serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan,
terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama .Komplikasi lain seperti laserasi jalan lahir, ruptura uretri,
atonia uretri dapat terjadi akibat upaya menyelamatkan janin.
Pada janin
• Gawat janin
• Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup. Gawat janin dapat diketahui
dari tanda-tanda berikut:
– Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
lebih dari 160 x / menit.
– Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih
dari 10 x / hari).
– Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna
kehijauan, atau tali pusat pulsasinya lemah, maka
prognosis janin akan memburuk.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik prolaps tali pusat ( jensen, 2005 ).


• Pada kasus prolapse tali pusat, pemeriksaan diagnostic yang
dapat dilakukan:
• Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar
atau gestasi multiple.
• Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat,
dapat terlihat dari vagina, teraba secara kebetulan, auskultasi
terdengar jantung janin.
• Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin
atau monitoring DJJ.
• Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur
pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi.
PENATALAKSANAAN
• Secara umum penatalaksanaan tali pusat adalah sebagai
berikut ( jensen, 2005 ) :
• 1. Tali pusat berdenyut
• Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.
• Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul
• Posisi ibu knee chest, trendelenberg atau posisi sim
(Prawirohardjo,2012)
• Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam
segera.
• Jika ibu pada persalinan kala I :
• 1). Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
masukan tangan kedalam vagina dan bagian terendah janin
segera didorong ke atas, sehingga tahanan pada tali pusat
dapat dikurangi.
• 2). Tangan yang lain menahan bagian terendah di supra pubis
dan evaluasi keberhasilan reposisi.
• 3). Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat
diatas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan
tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan sesio cesarea.
• 4). Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara berlahan
untuk mengurangi kontraksi rahim.
• 5). Segera lakukan seksio cesarea.Jika ibu pada
Jika ketuban pecah, lihat warna cairan ketuban : ·Jika ada
mekonium yang kental, awasi lebih ketat atau lakukan intervensi
untuk penanganan gawat janin Tidak adanya cairan pada saat
ketuban pecah menandakan adanya pengurangan jumlah air
ketuban yang mungkin ada hubungannya dengan gawat janin
d. Berikan dukungan moral dan perawatan pendukung lainnya.
e.Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai