Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MTBS DAN MTBM


Mata Kuliah : Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu : Lucia Ani Kristanti, S.Si.T.,M.Kes

Kelompok 2 :
1. Anggreini Diana Putri (201901005)
2. Anisa Fitriani (201901007)
3. Dewi Maharani (201901012)
4. Hainy masro’atul Rufiah (201901015)

SEKOLAH TINGGI STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang MTBS
DAN MTBM. Kami berterima kasih kepada Ibu Lucia Ani Kristanti, S.Si.T.,M.Kes. selaku Dosen
mata kuliah Kesehatan Masyarakat Progam studi DIII Kebidanan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang lain yang membacanya.

Madiun, 17 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Judul ..................................................................................................………… i
Kata pengantar....................................................................................………… ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................………… 1
A. Latar Belakang ...........................................................................………… 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................………… 2
C. Tujuan .........................................................................................………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. MTBS..........................................................................................………… 3
B. MTBM.........................................................................................……….... 6
BAB III PENUTUP............................................................................………... 14
A. Kesimpulan..................................................................................……...… 14
B. Saran ...........................................................................................…………14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................…………15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu target dalam pembangunan milenium atau Millenium Develomment Goals (MDGs) ke
4 yaitu menurunkan angka kematian balita. Target yang ingin dicapai adalah menurunkan angka
kematian balita 2/3 pada tahun 2015 dari kondisi tahun 1990, sehingga angka kematian bayi
menjadi 17/1000 kelahiran hidup dan balita 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.1
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit
utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua
penyakit terbanyak yang menyebabkan kematian adalah diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%,
sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam
Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.2 Penyakit-penyakit tersebut umumnya terjadi
bersamaan dan sebenarnya bisap ditangani di pelayanan tingkat puskesmas apabila anak yang
sakit terdeteksi sejak awal.
Oleh karena itu WHO dan UNICEF mengembangkan suatu strategi/pendekatan yang
dinamakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (selanjutnya disingkat MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI). Indonesia telah mengadopsi pendekatan MTBS sejak
tahun 1996 dan implementasinya dimulai tahun 1997.1
MTBS merupakan suatu modul yang menyajikan suatu bagan / algoritma yang
memperlihatkan urutan langkah-langkah cara menangani kasus. Langkah-langkah yang dimaksud
yang terdiri dari penilaian dan klasifikasi anak sakit 2 bulan – 5 tahun, tindakan dan pengobatan
serta konseling bagi ibu. Selanjutnya modul ini dikembangkan dengan mencakup Manajemen
Terpadu Bayi Muda Kurang 2 Bulan (selanjutnya1disingkat MTBM) baik sehat maupun sakit dan
diutamakan pelaksanaannya oleh bidan di desa pada saat kunjungan neonatal.1
MTBS merupakan salah satu solusi mengurangi angka kematian dan kesakitan bayi dan balita
serta sangat sesuai diterapkan di Puskesmas karena merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan
yang paling diandalkan oleh masyarakat. Sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke
Puskesmas, keluhan tunggal jarang terjadi. Menurut data WHO, tiga dari empat balita sakit
seringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya menderita 1 dari 5
penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Hal ini dapat diakomodir oleh MTBS
karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan
anak akan ditanyakan dan diperiksa. Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan
jenis intervensi yang paling cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang
disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi, yang sering
merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.1
Tenaga kesehatan yang melaksanakan MTBS harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu agar
dapat mengenali secara dini dan cepat semua gejala anak sakit, sehingga dapat menentukan
apakah anak sakit ringan, berat dan perlu dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah manajemen terpadu balita sakit?
2. Bagaimanakah manajemen terpadu bayi muda?
C. Tujuan
1. Mampu melakukan penilaian, menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan pada balita
sakit dengan menggunakan pedoman MTBS.
2. Mampu melakukan penilaian, menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan pada bayi
muda dengan menggunakan pedoman MTBM.

BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Integrated Management
of Childhood illnes (IMCI) adalaah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang dipelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi
penyakit,status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang di
berikan (Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). Menteri MTBS terdiri dari langkah
penelitian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,, pengobatan, konseling, perawatan dirumah dan
kapan kembali untuk tindak lanjut MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi ssuatu
pendekatan atau cara menataksana balita sakit. Sasaran MTBS bukan merupakan anak umur 0-5 tahun
dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok
usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditunjukkan
untuk menurunkan anga keskitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di unit rawat jalan kesehtan dasra seperti puskesmas. World Health Organization (WHO) telah
mengakui bahwa pendekatanMTBS sngat sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS teelah digunakan
dilebih dari 100 negara dan terbukti dapat :

1. Menurunkan angka kematian balita


2. Memperbaiki status gizi
3. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan

PENDEKATAN “MTBS”

Penilaian yang terfokus Klasifikasi Pengobatan Konseling&tindak


lanjut

-Tanda bahaya umum -Perlu dirujuk -Menentukan -Konseling tindak


-Gejala utamaa -Pengobatan spesifik tindakan lanjut
-Status gizi -Perawatan dirumah pengobatan
-Status imunisasi
-Masalah lain
Gambar 1. Alur Bagan Pendekatan MTBS

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:


▪ Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
apabila sudah dilatih);
▪ Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaanMTBS);
▪ Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan) (Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).
Berikut ini gambaran singkat penanganan balita sakit memakai pendekatan MTBS.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang telah
dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk melakukan
penilaian/pemeriksaan dengan cara: menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-
keluhan/masalahanakkemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan dengar' atau 'lihat dan raba'.
Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya- jawab dan
pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi, petugas akan menentukan jenis tindakan/pengobatan,
misalnya anak dengan klasifikasi pneumonia berat atau penyakit sangat berat akan dirujuk ke
dokter puskesmas, anak yang imunisasinya belum lengkap akan dilengkapi, anak dengan
masalah gizi akan dirujuk ke ruang konsultasi gizi,dst.
Di bawah ini adalah gambaran pendekatan MTBS yang sistematis dan terintegrasi
tentang hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan. Ketika anak sakit datang ke ruang
pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan,
dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
▪ Apakah anak bisaminum/menyusu?
▪ Apakah anak selalu memuntahkansemuanya?
▪ Apakah anak menderitakejang?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
▪ Apakah anak menderita batuk atau sukarbernafas?
▪ Apakah anak menderitadiare?
▪ Apakah anakdemam?
▪ Apakah anak mempunyai masalahtelinga?
▪ Memeriksa statusgizi
▪ Memeriksaanemia
▪ Memeriksa status imunisasi
▪ Memeriksa pemberian vitaminA
▪ Menilai masalah/keluhan-keluhan lain (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi


keluhan/penyakit anak, setelah itu melakukan langkah-langkah tindakan/ pengobatan yang telah
ditetapkan dalam penilaian/ klasifikasi. Tindakan yang dilakukan antara lain:
▪ Mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah;
▪ Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah;
▪ Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah, misal aturan
penanganan diare dirumah;
▪ Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak sakit
maupun dalam keadaansehat;
▪ Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan, dan lain-lain.
Selain itu di dalam MTBS terdapat penilaian dan klasifikasi bagi Bayi Muda berusia kurang
dari 2 bulan, yang disebut juga Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM). Penilaian dan klasifikasi
bayi muda di dalam MTBM terdiri dari:
▪ Menilai dan mengklasifikasikan untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi
bakteri;
▪ Menilai dan mengklasifikasikandiare;
▪ Memeriksa dan mengklasifikasikanikterus;
Memeriksa dan mengklasifikasikan kemungkinan berat badan rendah dan atau masalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Di sini diuraikan secara terperinci cara mengajari ibu
tentang cara meningkatkan produksi ASI, cara menyusui yang baik, mengatasi masalah
pemberian ASI secara sistematis dan terperinci, cara merawat tali pusat, menjelaskan
kepada ibu tentang jadwalimunisasipada bayi kurang dari 2 bulan, menasihati ibu cara
memberikan cairan tambahan pada waktu bayinya sakit, kapan harus kunjungan ulang,
dll;
▪ Memeriksa status penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi;
▪ Memeriksa masalah dan keluhan lain. (Wijaya, 2009; Depkes RI,2008)
BAGAN PENILAIAN, KLASIFIKASI DAN TINDAKAN/PENGOBATAN
B. MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA (MTBM)

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke
fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.

Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu balita sakit
berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam
pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:

1. Perawatan esensial bayi baru lahir


2. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila memang diperlukan
3. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
4. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir

Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi mencapai
usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib
segera ditindaklanjuti.

Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28
hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat
dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai warna untuk
menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.

Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara,
selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil bayi bisa
tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam pertama kehidupan.
Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan lupa untuk selalu menjaga
tali pusar tetap bersih dan kering.

Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir, antara lain:
memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin K1 (fitomenadion)
1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha kanan sekurangnya 2
jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan
vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari rumah sakit.
Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda

Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat
perawatan di rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika ditemukan
pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:

 Tidak bisa menyusu


 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Frekuensi napas < 20 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti selama >15 detik)
 Frekuensi napas > 60 kali/menit
 Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
 Sianosis sentral.
Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke fasilitas pelayanan kesehatan
minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi muda
ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada kunjungannya yang pertama biasanya
dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada kunjungan berikutnya ada dilakukan pemeriksaan
ulang sekaligus follow up kondisi bayi. Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan saat kunjungan
bayi muda ke fasilitas pelayanan kesehatan:

1. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, untuk kemudian
diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya

Tanda atau Gejala Klasifikasi

 Tidak mau minum atau memuntahkan


semua ATAU
 Riwayat kejangATAU
 Bergerak hanya jika distimulasi ATAU
 Napas cepat ATAU
 Napas lambat ATAU
PENYAKIT SANGAT
 Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat
BERAT ATAU INFEKSI
ATAU
BAKTERI BERAT
 Merintih ATAU
 Demam (≥ 37,5C) ATAU
 Hipotermi ( <35,5C) ATAU
 Nanah yang banyak di mata ATAU
 Pusar kemerahan meluas sampai dinding
perut

 Pustul kulit ATAU


 Mata bernanah ATAU INFEKSI BAKTERI LOKAL
 Pusat kemerahan atau bernanah

MUNGKIN BUKAN
 Tidak terdapat salah satu tanda diatas INFEKSI

2. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat dehidrasinya

Tanda dan Gejala Klasifikasi


Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :
 Letargis atau tidak sadar
 Mata Cekung DIARE DEHIDRASI BERAT
 Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut :


 Gelisah atau rewel DIARE DEHIDRASI
 Mata Cekung RINGAN /SEDANG
 Cubitan kulit perut kembali lambat

Tidak cukup tanda dehidrasi berat atau


ringan/sedang DIARE TANPA DEHIDRASI

3. Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER


 Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

 Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)

 Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku

 Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

 Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Tanda dan Gejala Klasifikasi

 Timbul kuning pada hari pertama (< 24 jam)


ATAU
 Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14
hari ATAU IKTERUS BERAT
 Kuning sampai telapak tangan /telapak kaki
ATAU
 Tinja berwarna pucat

 Timbul kuning pada umur ≥ 24 jam sampai


≤ 14 hari dan tidak sampai telapak IKTERUS
tangan/kaki
 Tidak kuning TIDAK ADA IKTERUS

4. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau rujukan
tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI.
5. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari 0-7
kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah lahir.
6. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun perdarahan
tali pusat.
7. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu.

TATALAKSANA KEDARURATAN tanda bahaya:


1. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda mengalami sianosis atau
distres pernapasan berat.
2. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara ruangan jika oksigen
tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat (< 20 kali/menit).
3. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah. Jika glukosa < 45 mg/dL
koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit,
diulangi sesuai keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan kecepatan
6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat akses IV, berikan ASI atau glukosa
melalui pipa lambung.
4. Beri fenobarbital jika terjadi kejang
5. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi bakteri berat.
6. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
7. Pantau bayi dengan ketat.

Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi sebelumnya. Jika termasuk dalam
warna merah/ kondisi berat bisa langsung dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di faskes
sebelumnya. Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa keracunan dengan
penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal
jantung
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO.

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang


terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun
yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh
tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang
dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda
sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang
meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare,
ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif
dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling
pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.

Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek
kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.
Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda
yang berumur kurang dari 2 bulan.

B. Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini
disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam
melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada
mahasiswa kebidanan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes RI No. 70 tahun 2013, Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat .

https://www.academia.edu/19161024/Buku_Manajemen_terpadu_balita_sakit.

https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/manajemen-terpadu-bayi-muda-mtbm/

https://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MTBS.pdf

Anda mungkin juga menyukai