Kelompok 2 :
1. Anggreini Diana Putri (201901005)
2. Anisa Fitriani (201901007)
3. Dewi Maharani (201901012)
4. Hainy masro’atul Rufiah (201901015)
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmatnya,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang MTBS
DAN MTBM. Kami berterima kasih kepada Ibu Lucia Ani Kristanti, S.Si.T.,M.Kes. selaku Dosen
mata kuliah Kesehatan Masyarakat Progam studi DIII Kebidanan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang
membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang lain yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Judul ..................................................................................................………… i
Kata pengantar....................................................................................………… ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................………… 1
A. Latar Belakang ...........................................................................………… 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................………… 2
C. Tujuan .........................................................................................………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. MTBS..........................................................................................………… 3
B. MTBM.........................................................................................……….... 6
BAB III PENUTUP............................................................................………... 14
A. Kesimpulan..................................................................................……...… 14
B. Saran ...........................................................................................…………14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................…………15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu target dalam pembangunan milenium atau Millenium Develomment Goals (MDGs) ke
4 yaitu menurunkan angka kematian balita. Target yang ingin dicapai adalah menurunkan angka
kematian balita 2/3 pada tahun 2015 dari kondisi tahun 1990, sehingga angka kematian bayi
menjadi 17/1000 kelahiran hidup dan balita 23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.1
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, ada beberapa penyakit
utama yang menjadi penyebab kematian bayi dan balita. Pada kelompok bayi (0-11 bulan), dua
penyakit terbanyak yang menyebabkan kematian adalah diare sebesar 31,4% dan pneumonia 24%,
sedangkan untuk balita, kematian akibat diare sebesar 25,2%, pneumonia 15,5%, Demam
Berdarah Dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%.2 Penyakit-penyakit tersebut umumnya terjadi
bersamaan dan sebenarnya bisap ditangani di pelayanan tingkat puskesmas apabila anak yang
sakit terdeteksi sejak awal.
Oleh karena itu WHO dan UNICEF mengembangkan suatu strategi/pendekatan yang
dinamakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (selanjutnya disingkat MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI). Indonesia telah mengadopsi pendekatan MTBS sejak
tahun 1996 dan implementasinya dimulai tahun 1997.1
MTBS merupakan suatu modul yang menyajikan suatu bagan / algoritma yang
memperlihatkan urutan langkah-langkah cara menangani kasus. Langkah-langkah yang dimaksud
yang terdiri dari penilaian dan klasifikasi anak sakit 2 bulan – 5 tahun, tindakan dan pengobatan
serta konseling bagi ibu. Selanjutnya modul ini dikembangkan dengan mencakup Manajemen
Terpadu Bayi Muda Kurang 2 Bulan (selanjutnya1disingkat MTBM) baik sehat maupun sakit dan
diutamakan pelaksanaannya oleh bidan di desa pada saat kunjungan neonatal.1
MTBS merupakan salah satu solusi mengurangi angka kematian dan kesakitan bayi dan balita
serta sangat sesuai diterapkan di Puskesmas karena merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan
yang paling diandalkan oleh masyarakat. Sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke
Puskesmas, keluhan tunggal jarang terjadi. Menurut data WHO, tiga dari empat balita sakit
seringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya menderita 1 dari 5
penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Hal ini dapat diakomodir oleh MTBS
karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan
anak akan ditanyakan dan diperiksa. Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan
jenis intervensi yang paling cost effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang
disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi, yang sering
merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.1
Tenaga kesehatan yang melaksanakan MTBS harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu agar
dapat mengenali secara dini dan cepat semua gejala anak sakit, sehingga dapat menentukan
apakah anak sakit ringan, berat dan perlu dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah manajemen terpadu balita sakit?
2. Bagaimanakah manajemen terpadu bayi muda?
C. Tujuan
1. Mampu melakukan penilaian, menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan pada balita
sakit dengan menggunakan pedoman MTBS.
2. Mampu melakukan penilaian, menentukan klasifikasi dan melakukan tindakan pada bayi
muda dengan menggunakan pedoman MTBM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Integrated Management
of Childhood illnes (IMCI) adalaah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit yang datang dipelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi
penyakit,status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang di
berikan (Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). Menteri MTBS terdiri dari langkah
penelitian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan,, pengobatan, konseling, perawatan dirumah dan
kapan kembali untuk tindak lanjut MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi ssuatu
pendekatan atau cara menataksana balita sakit. Sasaran MTBS bukan merupakan anak umur 0-5 tahun
dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok
usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008). Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditunjukkan
untuk menurunkan anga keskitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di unit rawat jalan kesehtan dasra seperti puskesmas. World Health Organization (WHO) telah
mengakui bahwa pendekatanMTBS sngat sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam
upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. MTBS teelah digunakan
dilebih dari 100 negara dan terbukti dapat :
PENDEKATAN “MTBS”
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam
tatalaksana bayi umur 1 hari – 2 bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke
fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan manajemen terpadu balita sakit
berbasis masyarakat, disebutkan bahwa pada bayi muda usia 0 – 2 bulan harus mendapatkan 4 macam
pelayanan yang termsuk dalam MTBS-M:
Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja, namun hingga bayi mencapai
usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami keluhan tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib
segera ditindaklanjuti.
Manajemen standar pada bayi muda dilakukan minimal 3 kali pada 6 – 24 jam, 3 – 7 hari, dan 8 – 28
hari setelah melahirkan. Sebagian besar bayi hanya memerlukan perawatan sederhana pada saat
dilahirkan, yaitu diberikan kehangatan, jalan napas dibersihkan, dikeringkan, dan dinilai warna untuk
menentukan kondisi serta perlu tidaknya dilakukan rujukan.
Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang hangat, hindarkan aliran udara,
selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil bayi bisa
tetap bersama ibunya (rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam pertama kehidupan.
Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai permintaan. Jangan lupa untuk selalu menjaga
tali pusar tetap bersih dan kering.
Selain itu beberapa obat, vitamin, maupun vaksin diberikan juga pada bayi yang baru lahir, antara lain:
memberikan tetrasiklin salep mata pada kedua mata satu kali. Berikan juga vitamin K1 (fitomenadion)
1 mg intramuskular (IM) di paha kiri, dan vaksin hepatitis B 0.5 mL IM di paha kanan sekurangnya 2
jam sesudah pemberian vitamin K1. Jika bayi lahir di rumah sakit, beri imunisasi BCG intrakutan dan
vaksin polio oral 2 tetes ke mulut bayi saat akan pulang dari rumah sakit.
Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda
Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi muda sering tidak
spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat
perawatan di rumah sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika ditemukan
pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:
1. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, untuk kemudian
diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya
MUNGKIN BUKAN
Tidak terdapat salah satu tanda diatas INFEKSI
2. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan derajat dehidrasinya
Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
4. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah pemberian ASI.
Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah, langsung lakukan penanganan atau rujukan
tanpa melihat ada/ tidaknya masalah pada pemberian ASI.
5. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status pemberian Vit.K1.
Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari 0-7
kelahiran. Selain itu bayi juga harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah lahir.
6. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma lahir, ataupun perdarahan
tali pusat.
7. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu.
Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi sebelumnya. Jika termasuk dalam
warna merah/ kondisi berat bisa langsung dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di faskes
sebelumnya. Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa keracunan dengan
penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal
jantung
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang
dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda
sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang
meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare,
ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif
dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling
pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek
kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai
bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.
Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda
yang berumur kurang dari 2 bulan.
B. Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini
disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam
melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada
mahasiswa kebidanan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Permenkes RI No. 70 tahun 2013, Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat .
https://www.academia.edu/19161024/Buku_Manajemen_terpadu_balita_sakit.
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/manajemen-terpadu-bayi-muda-mtbm/
https://fk.uns.ac.id/static/filebagian/MTBS.pdf