OLEH :
KELOMPOK 3 / 4B S.TR KEPERAWATAN
Ni Kadek Ria Ardhiyantari (P07120220050)
Ni Nyoman Elisa Jayanthi (P07120220060)
Ni Wayan Ayu Mia Wahyuni (P07120220065)
I Putu Sastrawan Maha Wijaya (P07120220074)
Ni Komang Enggi Tri Meriska (P07120220082)
Luh Putu Putri Rigina Priskayani (P07120220092)
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
makalah dengan judul “Konsep Kebijakan MTBS/MTBM”. Makalah ini dibuat untuk
menambah wawasan dalam kebijakan posyandu lansia. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik. Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu parameter derajat kesehatan suatu negara adalah kematian bayi dan
balita. Setiap tahun terdapat 12 juta anak meninggal sebelum usia 5 tahun dan 70%
meninggal karena pneumonia, diare, campak, malnutrisi dan tidak sedikit dari
kematian itu merupakan kombinasi dari penyakit tersebut (Depkes,2011).
Berdasarkan Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
2012 didapatkan angka kematian anak (AKA) dibawah lima tahun 40 kematian per
1000 kelahiran hidup. Penyebab utama angka kematian balita di Indonesia adalah
infeksi saluran pernapasan akut (terutama pneumonia), diare,demam. Dari 16.380
anak yang disurvei, 5% dilaporkan menunjukkan gelaja ISPA, 31% mengalami
demam dan 14% mengalami diare (SDKI, 2012).
Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian
Balita (AKABA) di Indonesia, Pemerintah menerapkan strategi Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) dan mulai dikembangkan di Indonesia tahun 1997. Hal ini
merupakan suatu pendekatan untuk menyiapkan petugas kesehatan dengan melakukan
penilaian, membuat klasifikasi, serta memberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa seperti penyakit pneumonia,
diare, campak, malaria, infeksi telinga dan malnutrisi. Puskesmas dikatakan sudah
menerapkan MTBS minimal 60 % dari jumlah kunjungan balita sakit di puskesmas
tersebut mendapatkan pelayanan sesuai standar MTBS. Target pencapain MTBS
adalah 100% yang artinya setiap balita sakit harus dilakukan pendekatan MTBS
(Dirtjen Bina Kesehatan Anak,2012). Agar penerapan MTBS dapat berjalan
sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan langkah- langkah secara sistematis
dan menyeluruh, meliputi pengembanagan sistem pelatihan secara berjenjang,
pemantauan pasca pelatihan oleh pimpinan dan dinas kesehatan setempat,
ketersediaan peralatan dan obat, bimbingan teknis dan lain-lain (Direktorat Bina
Kesehatan Anak, 2011).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Terpadu Balita Sakit
2. Untuk mengetahui tujuan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit
3. Untuk mengetahui strategi Manajemen Terpadu Balita Sakit
4. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita Sakit
5. Untuk mengetahui pengertian dari Manajemen Terpadu Bayi Muda
6. Untuk mengetahui konsep dasar Manajemen Terpadu Bayi Muda
7. Untuk mengetahui pelaksanaan Manajemen Terpadu Bayi Muda
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)
secara menyeluruhMTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang pertama
kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tatalaksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi
(malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat dan bidan untuk
mengatasi masalah kesakitan pada Balita. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah kematian
balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria,
kurang gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS
mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif) dengan
aspek gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan preventif). Agar penerapan MTBS
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkanmaka diperlukan langkah-langkah secara
sistematis dan menyeluruh, meliputi pengembangan sistem pelatihan, pelatihan
berjenjang, pemantauan pasca pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS,
ketersediaan obat dan alat, bimbingan teknis dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA