Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK

KEGIATAN BIDAN DIKOMUNITAS


Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. DESI LESTARI (1815401003)


2. NULFA DINIA FITRI (1815401009)
3. NURUL HIDAYATI (1815401010)
4. SATIKA MELLYANA (1815401015)
5. SHELLA ANGGRAINI PUSPITA SARI (1815401017)

TINGKAT II
DOSEN PEMBIMBING
RINI HARIANI RATIH,.SST.M.KES

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, atas segala limpahan rahmat,
nikmat, serta hidayahnya, sehingga kami diberikan kesehatan dan kesempatan
untuk dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kedua kalinya, sanjungan sholawat salam barokah yang paling indah dan
sempurna, semoga tetap terlimpahkan keharibaan beliau junjungan kita kanjeng
nabi Muhammad SAW. Dimana beliaulah yang telah bersusah payah
membimbing umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti pada saat ini.
Makalah ini berisi tentang kegiatan bidan dikomunitas. Dimana didalam
makalah ini terbagi menjadi sub bahasan meliputi pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan KB, pelayanan kesehatan anak, dan peran serta masyarakat.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita yang mempelajarinya.

Pekanbaru, 01 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kesehatan Ibu ..................................................... 3
B. Pelayanan KB ...................................................................... 4
C. Pelayanan Kesehatan Anak ................................................. 9
D. Peran Serta Masyarakat ....................................................... 14
E. Hasil Penelitian .................................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 20
B. Saran .................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 22

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidan Komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan
masyarakat diwilayah kerja tertentu. Pelayanan kebidanan adalah seluruh
tugas yang menjaditanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan
khususnya ibu dan anak.Praktek pelayanan bidan merupakan penyedia
layanan kesehatan, yangmemiliki kontribusi cukup besar dalam
memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu
dan anak.
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan
sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas,
bahagia dan sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga
dan masyarakat yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan.
Angka kematian ibu provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan
laporan dari Kabupaten/ kota sebesar 126,55/ 100.000 kelahiran hidup,
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013
sebesar 118,62/ 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berarti terjadi peningkatan
permasalahan kematian ibu di provinsi Jawa Tengah. Sebesar 57,95%
kematian maternal terjadi pada waktu nifas, berdasarkan hasil Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tercatat Angka Kematian Ibu
(AKI) yang mengalami kenaikan secara signifikan yakni dari 228 menjadi
359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan
target Millineum Development Goals (MDGS) 2015 yaitu 102 per 100.000
kelahiran hidup, angka kematian ibu di Indonesia tidak baik karena
mengalami kenaikan yang cukup drastic. Sehingga tahun 2016 kementrian

1
kesehatan meluncurkan program SDGS agar dapat menurunkan AKI
(Kemenkes Indonesia, 2014:127).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan kesehatan ibu dalam asuhan kebidanan
komunitas?
2. Bagaimana pelayanan keluarga berencana dalam asuhan kebidanan
komunitas?
3. Bagaimana pelayanan kesehatan anak dalam asuhan kebidanan
komunitas?
4. Dan bagaimana peran serta masyarakat dalam asuhan kebidanan
komunitas itu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pelayanan kesehatan ibu dalam
asuhan kebidanan komunitas.
2. Untuk mengetahui dan memahami pelayanan keluarga berencana
dalam asuhan kebidanan komunitas.
3. Untuk mengetahui dan memahami pelayanan kesehatan anak dalam
asuhan kebidanan komunitas.
4. Dan untuk mengetahui dan memahami peran serta masyarakat dalam
asuhan kebidanan komunitas itu sendiri.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kesehatan Ibu
Bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu yang
dilakukan pada :
1. Pra Hamil
Pelayanan yang diberikan sebelum hamil bagi pasangan suami
istri. Pelayanan yang diberikan meliputi penyuluhan tanda-tanda
kehamilan, program KIA, pencegahan resiko kehamilan (Turrahmi, Hirfa.
2017).
2. Hamil
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi ibu hamil agar terwujud
derajad kesehatan yang optimal. Diharapkan dengan pelayanan dan
informasi dari bidan bisa setiap ibu hamil dapat menjalani kehamilannya
dengan tenang. Serta siap menghadapi persalinan.
3. Persalinan
Pelayanan persalinan diberikan kepada ibu bersalin dalam bentuk
lima aspek dasar. Lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam
persalinan yang bersih dan aman meliputi:
a. Membuat keputusan klinik
b. Asuhan sayang ibu
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan
e. Rujukan
3. Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Pelayanan ibu nifas (post partum) seperti : perawatan kesehatan diri,

3
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi
sehari-hari
4. Menyusui
Ibu menyusui adalah pemberian susu kepada bayi atau anak kecil
dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Promosi kesehatan pada ibu
menyusui adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku yang dapat
berpengaruh terdapat perilaku dan kualitas kesehatan terhadap ibu
menyusui. Serta mengajarkan kepada ibu bagaimana teknik dan cara
menyusui yang benar agar tidak terjadi lecet atau luka pada puting susu
ibu. (Turrahmi, Hirfa. 2017).

B. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


1. Penyuluhan KB
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau
AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang
membutuhkan perhatian khusus atau maslah (diabetes atau tekanan darah
tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut
sehingga masalah utama dapat diketahui melalui anamnesis dan setiap
klien dapat memilih kontrasepsi yang diinginkan. Salah satu usaha untuk
menciptakan kesejahteraan adalah member nasihat perkawinan,
pengobatan, kemandulan,dan memperkecil angka kelahiran. Program KB
adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan
bertujuan untuk turutserta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual,
dan sosial penduduk Indonesia.
Tujuan program KB adalah memperkecil angka kelahiran,
menjaga kesehatan ibu dan anak, serta membatasi kehamilan jika jumlah
anak sudah mencukupi. Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan
cara senagai berikut:

4
a. Pasangan usia subur yang istrinya mmpunyai keadaan “4 terlalu”,
yaitu terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering hamil, dan
terlalu tua akan mendapat prioritas pelayanan KB.
b. Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi
dengan keuntungan dan kelemahan masing-masing sehingga ia
dapat menetukan pilihannya.
c. Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi dengan
keuntungan dan kelemahannya sehingga ia dapat menetukan
pilihannya.
d. Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayann KB diberikan
kepada klien agar dapat ditentukan metode yang paling cocok
dengan hasil pemeriksaannya.
e. Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakaian
berbagai metode kontrasepasi.
Kegiatan KB merupakan salah satu komponen dari pelayanan
kesehatan reproduksi esensial (PKRE) yang dpaat dilaksankan ditiap
tingkat pelayanan sesuia dengan kewenangannya, yaitu:
a. Pelayanan di tingkat desa
1) Konseling KB.
2) Pelayanan KB, kecuali implant dan metode operatif.
3) Pertolongan pertama efek samping KB.
4) Rujukan pelayanan KB. (Turrahmi, Hirfa. 2017).
b. Pelayanan ditingkat puskesmas
1) Konseling KB
2) Pelayanan KB, sesuai dengan kemampuan
3) Pertolongan pertama komplikasi dan kegagalan KB serta
penanganan efek samping KB
4) Rujukan pelayanan KB
5) Pembinanaan pelayanan di tingkat desa (Turrahmi, Hirfa.
2017).

5
c. Pelayanan di tingkat rujukan KB
1) Konseling KB
2) Pelayanan semua jenis metode KB
3) Penanganan komplikasi dan kegagalan KB serta penanganan
efek samping KB
4) Penanganan kasus rujukan pelayanan KB
5) Pembinaan pelayanan di tingkat puskesmas. (Turrahmi, Hirfa.
2017).
2. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
a. Kondom
Kodom adalah sarung karet tipis penutup penis yang
menampung cairan sperma pada saat pria ejakulasi. Tingkat
keberhasilannya 80-95%.
Keuntungan kondom sebagai berikut:
1) Murah, mudah dilipat, tidak perlu resep dokter.
2) Mudah dipakai sendiri.
3) Dapat mencegah penularan penyakit kelamin.
Kerugiannya sebagai berikut:
1) Selalu harus memakai kondom yang baru.
2) Selalu harus ada persediaan.
3) Kadang-kadang, ada yang tidak tahan (alergi) terhadap
karetnya.
4) Sobek jika memasukannya tergesa-gesa.
5) Mengganggu kenyamanan bersenggama.
Cara penggunaan adalah menyarungkannya pada alat kelamin
laki-laki yang sudah tegang (ereksi), dari ujung zakar (penis) sampai
kepangkalnya pada saat akan bersenggama. Sesudah selesai
senggama, dikeluarkan dari liang senggama, sebelum penis menjadi
lemas.
b. Pil KB

6
Pil ini adalah hormon yang mengandung estrogen dan
progesteron atau progesteron saja yangdiminum setiap hari selama
21 atau 28 hari. Tingkat keberhasilannya 92-99%.
Keuntungannya :
1) Kesuburan segera kembali.
2) Mengurangi rasa kejang/nyeri perut waktu haid.
3) Terlindung dari penyakit radang panggul (PPP) dan kehamilan
diluar rahim.
4) Mudah menggunakannya.
5) Mencegah anemia karena kekurangan gizi.
6) Mengurangi resiko kanker ovarium (kandung telur).
7) Produksi ASI tidak dipengaruhi oleh pil yang hanya
mengandung progesterone (pi mini, yaitu exclution)
Kerugiannya:
1) Pemakai harus disiplin meminum pil setiap hari. Jika tidak,
kemungkinan hamil tinggi.
2) Dapat mempengaruhi produksi ASI untuk pil yang
mengandung estrogen.
3) Dapat meningkatkan resiko infeksi klamidia/jamur di sekitar
kemaluan wanita.
4) Tidak dianjurkan pada wanita yang berusia di atas 35 tahun
dan perokok karena akan mempengaruhi keseimbangan
metabolism tubuh.
Cara penggunaan pil, pertama diminum pada hari kelima
haid, seterusnya berturut-turut setiap hari 1 pil. Jika pemakai lupa
meminumnya satu hari maka segera minum 2 tablet keesokan
harinya, kecuali pemakai yakin sedang tidak hamil.
c. Suntik
Metode ini adalah hormon progesterone yang disuntikan ke
bokong/ otot panggul atau lenganatas setiap 3 bulan atau hormone

7
estrogen yang disuntikan setiap 1 bulan sekali. Tingkat
keberhasilannya lebih dari 99%.
Keuntungannya sebagai berikut.
1) Praktis,efektif,dan aman
2) Tidak mempengaruhi ASI, cocok digunakan untuk ibu
menyesui.
3) Tidak terbatas usia.
Kerugiannya sebagai berikut.
1) Kembalinya kesuburan agak lama.
2) Harus kembali ke tempat pelayanan
3) Tidak dianjurkan bagi penderita kanker, tekanan darah tinggi,
jantung, dan hati.
Cara penggunaannya adalah sebagai berikut.
1) Depo provera disuntikan ke dalam otot (intramuskular) setiap 3
bulan sekali. Dengan kelonggaran batas waktu suntik, dapat
diberikan kurang 1 minggu atau lebih dari patokan.
2) Cyclofem disuntikan setiap 4 minggu ke dalam otot
intramuscular.
d. Susuk KB/Implan
Susuk ini terdiri dari 1 atau 6 kapsul (sebesar korek api) yang
dimasukkan ke bawah kulit lengan atas secara perlahan melepaskan
hormone progesterone selama 3 atau 5 tahun. Tingkat
keberhasilannya/efektivitasnya 97-99%.
Keuntungannya sebagai berikut:
1) Tidak menekan produksi ASI.
2) Praktis, efektif.
3) Tidak harus mengingat-ingat.
4) Masa pakai jangka panjang (3 atau 5 tahun).
5) Kesuburan cepat kembali setelah pengangkatan.
6) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormone
estrogen.

8
Kerugiannya sebagai berikut:
1) Susuk KB/implan harus dipasang dan dinagkat oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
2) Dapat menyebabkan pola haid berubah.
3) Pemakai tidak dapat memasang sendiri. Saat pemasangan yang
tepat adalah 1-2 hari setelah menstruasi.
e. IUD/AKDR
Alat kontrasepsi ini adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan
ke dalam rahim. Bentuknya bermacam-macam dan terbuat dari
plastic yang dililit tembaga. Waktu penggunaannya 10 tahun.
Tingkat keberhasilannya 99 %.
Keuntungannya sebagai berikut:
1) Praktis dan ekonomis
2) Efektivitasnya tinggi (angka kegagalan kecil)
3) Kesuburan segera kembali jika alat dikeluarkan.
4) Tidak menggangu pemberian ASI.
Kerugiannya, yaitu dapat keluar sendiri jika IUD tidak cocok dengan
ukuran rahim pemakai.
C. Pelayanan Kesehatan Anak
1. Pengertian
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan di bidang
kesehatan yang menyangkut kesehatan anak balita. Balita merupakan
anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak balita (Hikmawati,
Isna M.Kes. 2011)
2. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus
disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap

9
kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan,
termasuk bidan dan dokter.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian
kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif
dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan
rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi
bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
1) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan
balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
2) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anak
3) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan
kesehatan dan gizi balita (Hikmawati, Isna M.Kes. 2011)
b. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin
yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan
mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh
yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk
melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa
sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap
Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A
dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali
dalam satu tahun.

10
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
1) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang
berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
2) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada
balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia
( mata kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada
mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada
selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi
yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu
bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A
secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita.
Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari
kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah
kebawah (Turrahmi, Hirfa. 2017).
c. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu
untuk balita mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang,

11
apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas
balita (Hikmawati, Isna M.Kes. 2011)
d. Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan
tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan
MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan
kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu,
Polindes, Poskesdes, dan lain-lain).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS
tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang
sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan
penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia
WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang
menguntungkan, yaitu:
1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam
tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan
non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
asalkan sudah dilatih).

12
2) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya
banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus
balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan).
e. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak
yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-
penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk
rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak
akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat,
misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari
kematian.
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada
bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC,
tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau
bidan, dan di Rumah sakit.
Imunisasi wajib diantaranya:
1) BCG
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit
tuberkulosis. Pada anak yang telah mendapat vaksinasi BCG
diharapkan dianya kan terhindar dari penyakit tuberkulosis,
ataupun kalau terinfeksi bentukna adalah ringan, tidak
menimbulkan infeksi yang berat seperti tuberkulosis otak,
tulang ataupun melibatkan organ tubuh yang lain.
2) Polio Oral Vaksin

13
Mengandung tiga macam virus hidup yang telah
dilemahkan, yang dapat digunakan dalam memberikan daya
lindung terbadap kelumpuhan dan kematian
3) Vaksin Hepatitis B
Pemberian vaksin ini sangat bermanfaat untuk
memberikan perlindungan agar tidak terjadi penyakit hati yang
kronis, yang rasa berlanjut dengan terjadi karsinoma hati.

4) Vaksin campak
Memberi kekebalan terhadap penyakit campak
5) DPT
Memberikan kekebalan terhadap penyakit dipteri
pertusis dan tetanus
f. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
1) Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
2) Pemberian makanan bayi
3) Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
4) Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
5) peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan
pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal
idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan balita
(Hikmawati, Isna M.Kes. 2011)
D. Peran Serta Masyarakat
1. Definisi
Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga,
lembaga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas
pada umumnya :
a. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya
sendiri, keluarga dan masyarakat.

14
b. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya
peningkatan kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga
termotivasi untuk memecahkan masalah kesehatan yang di
hadapinya.
c. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam
perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang
dilandasi dengan semangat gotong royong.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat
yang dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat
dalam rangka menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan
masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam bidang
kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar
mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka
meningkatkanmutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Macam-macam
peran serta masyarakat yaitu:
a. Pelatihan dukun
b. Pelatihan kader kesehatan masyarakat
c. Kursus ibu
d. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e. Posyandu
f. Dana sehat (Turrahmi, Hirfa. 2017).

2. Tujuan
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh
bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara
lerorgerasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga

15
berencana menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan
tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan, seperti:
a. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan
mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak
dan keluarga berencana.
b. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam
pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan keluarga terutama
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
c. Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat.
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan
program peran serta masyarakat yang meningkatkan peran dan
kemandirian dan kerja sama dengan lembaga–lembaga non pemerintah
yang memiliki visi sesuai, yaitu meningkatkan kuntitas dan kualitas
kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan masyarakat,
memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam proses
pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan
masyarakat .
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
a. Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang
nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk
berperan serta menjadi lebih besar.
b. Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau
ajakan untuk berperan serta dan masyarakat melihat memangg ada
hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.
c. Memiliki keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu
dan orang mempunyai keterampilan sesuai dengan keterampilan
tersebut maka orang tertarik untuk berperan serta.

16
d. Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal
kegiatan masyarakat sudah diikut sertakan jika rasa memiliki ini
bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peran serta akan
dapat di lestarikan.
e. Faktor tokoh masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat
melihat bahwa tokoh – tokoh masyarakat atau pimpinan kader
yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperan
serta.

4. Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat


Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan
ekologi manusia. Manusia didorong agar berupaya mengembangkan
kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga di
masyarakat. Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta
adalah :
a. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di
masyarakat melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.
b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan
memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan
menggerakkan sumber daya yang dimilikinya.
c. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat
melalui kader yang telah terlatih.
5. Pendataan Sasaran
Adapun sasaran dalam pendataan sasaran ini adalah :
a. Semua masyarakat yang berpenghasilan rendah maupun menengah
baik pedesaan maupun perkotaan.
b. Unsur lintas sektor dan lintas program yang terkait.
c. Kader teknis yang tersedia.
d. Organisasi masyarakat.

17
e. Masyarakat umum.
Adapun tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan
oleh bidan komunitas, yaitu :
a. Pengumpulan data
b. Pencatatan data
c. Pengolahan data
d. Pembuatan Grafik PWS KIA
E. Hasil Penelitian
Contoh Jurnal 1
ISSN 2087 2429 92
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 2, No. 3, November 2015
Aplikasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas
Cinunuk
Lutfi Ambarwati, dkk.
Puskesmas Cinunuk merupakan satu diantara tiga puskesmas yang
terdapat di wilayah Kecamatan Cileunyi, di bawah naungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung. Puskesmas Cinunuk melayani pasien, baik pasien
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maupun pasien umum.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Cinunuk meliputi
pemeriksaan umum, laboratorium, poli gigi, Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pelayanan KIA meliputi :
1. Pencatatan pendaftaran pasien KIA
2. Pencatatan pemeriksaan dan kunjungan ulang peserta Keluarga
Berencana (KB)
3. Pencatatan surat pasien KIA (surat tindakan medik (informed consent)
pelayanan kontrasepsi dan surat rujukan)
4. Pencatatan pemeriksaan dan perkembangan kehamilan
5. Pencatatan pemeriksaan dan pelayanan bayi (pemeriksaan bayi sakit
dengan sistem Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) usia < 2
bulan, pemeriksaan balita sakit dengan sistem Manajemen Terpadu

18
Balita Sakit (MTBS) usia > 2 bulan-5 tahun, pemeriksaan bayi neonatus
(usia 6 jam-28 hari), dan pemeriksaan bayi (usia 29 hari-1 tahun))
6. Pencatatan pemeriksaan dan pelayanan balita (pemeriksaan balita sakit
dengan sistem Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pemeriksaan
balita dengan sistem Simulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) usia 3 bulan-5 tahun, dan pemeriksaan balita)
7. Pencatatan rekam medis pasien KIA
8. Laporan pelayanan peserta KB (laporan bulanan klinik KB)
9. Laporan kohort (kohort ibu hamil, kohort bayi, dan kohort balita).
Aplikasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mampu
1. Memfasilitasi bidan Puskesmas Cinunuk dalam mengelola data
pendaftaran pasien KIA
2. Data pemeriksaan dan kunjungan pasien KIA
3. Data surat pasien KIA dan data rekam medis dengan cepat dan akurat;
memfasilitasi bidan Puskesmas Cinunuk dalam pembuatan laporan
pelayanan peserta KB dan laporan kohort
4. Memfasilitasi bidan Puskesmas Cinunuk dalam pencarian data terhadap
pasien KIA, baik pasien baru maupun pasien lama yang sering
berkunjung; memfasilitasi bidan Puskesmas Cinunuk dalam
penyampaian pesan berupa Short Message Service (SMS) Broadcast
untuk mengingatkan pasien KIA tentang jadwal kunjungan ulang
peserta KB, jadwal imunisasi dan pemberian vitamin yang akan
dikirimkan 3 hari sebelum jadwal kunjungan ulang pasien KIA bulan
selanjutnya
Contoh Jurnal 2
Jurnal SAWALA Vol 6 No 2, Oktober 2018. Hlm 126-139
p-ISSN 2302-2231, e-ISSN 2598-4039
Pengaruh Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Terhadap Peningkatan
Kesehatan Masyarakat
Rosilawati

19
Pelayanan kesehatan yang diberikan adalah pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan
keperawatan, termasuk didalamnya pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.
Berdasarkan seluruh pendapat para ahli tersebut di atas bahwa dalam
menanggulangi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diperlukan pelayanan yang
optimal dengan memperhatikan azas pelayanan yang dikemukakan oleh
Ratminto & Atik Septi Winarsih Keseluruhan azas pelayanan di atas,
dimaksudkan untuk melayani Kesehatan Ibu dan Anak didalamnya
pemeriksaan kehamilan, komplikasi kebidanan, Pertolongan Persalinan
oleh Tenaga Kesehatan, nifas, Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi,
Kunjungan Bayi, Imunisasi Bayi, Pelayanan Anak Balita, Pemberian
Makanan Pendamping ASI, Perawatan Balita Gizi Buruk, dan Penjaringan
Kesehatan Anak Sekolah Dasar, sehingga masyarakat dapat meningkatkan
kesehatannya. Berdasarkan analaisis bahwa pengaruh pelayanan
Kesehatan Ibu dan Anak sebesar 89,61%;peningkatan kesehatan
masyarakat mencapai persentase sebesar 86,61%.
Koefisien korelasi antar pelayanan Kesehatan Ibu Anak dengan
peningkatan kesehatan masyarakat diperoleh nilai korelasi (r) sebesar
0,999 Sedangkan t hitung sebesar 193,5> t table sebesar 1,66, ini berarti
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelayanan kesehatan
Ibu Anak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Sedangkan
Koefisien determinasi diperoleh sebesar 99,8% ini menandakan bahwa
pelayanan Kesehatan Ibu Anak sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat sebesar 99,8%. Kemudian
sisanya yaitu 0,2% berarti ada faktor lain yang turut mempengaruhi
peningkatan kesehatan masyarakat.
Contoh jurnal 3
Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana Di Kecamatan Unaaha
Kabupaten Konawe
Budiman

20
Peningkatan kualitas dalam pelayanan keluarga berencana dilakukan
dengan tujuan disamping membantu akseptor KB untuk mencapai kesehatan
individu dalam tingkat yang optimal, juga sangat potensial untuk menurunkan
angka fertilitas melalui peningkatan pemakaian alat kontrasepsi. Menurut
SDKI, (2007) kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi lainnya merupakan cara bagaimana klien diperlakukan oleh sistem
pelayanan yang tersedia. Kualitas pelayanan mencakup enam aspek, yaitu
ketersediaan metode kontrasepsi, kualitas informasi yang diberikan kepada
klien (akseptor), hubungan interpersonal antara pemberi layanan dan
akseptor, kemampuan teknis petugas pelayanan, mekanisme pelayanan
lanjutan, dan ketepatan pemberian layanan.
Berdasarkan uraian di atas, Kecamatan Unaaha sebagai pusat ibu kota
Kabupaten Konawe memiliki jumlah pasangan usia subur (PUS) tahun 2007
sebanyak 3,511 dengan jumlah peserta KB aktif sebanyak 2,363 (67,30%)
sedangkan tahun 2008 PUS berjumlah 3,624 dengan jumlah peserta KB aktif
2,688 (74,17% ) adapun jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor pada
tahun 2007 dan 2008. Dari data tersebut di atas, menunjukkan bahwa jumlah
peserta KB aktif di Kecamatan Unaaha cukup tinggi. Namun, jika dilihat dari
tujuh jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor yaitu Pil, Suntik, IUD,
Implant/Susuk KB, MOW, MOP dan Kondom. Berdasarkan data tersebut,
memperlihatkan bahwa jumlah peserta KB aktif di Kecamatan Unaaha cukup
tinggi. Secara empiris, belum diketahui apakah tingginya kepesertaan KB
aktif di Kecamatan ini diikuti pula dengan peningkatan kualitas pelayanan
yang diberikan oleh pemberi layanan (Provider).
Pilihan terhadap metode kontrasepsi umumnya merupakan keputusan
yang dilandaskan berbagai pertimbangan dari akseptor yang berkaitan dengan
unsurunsur pilihan pribadi, metode yang disediakan dan ditawarkan oleh
petugas, kecocokan metode yang tujuan pemakainya dan pengetahuan
akseptor terhadap metode yang dipilih. Persepsi Akseptor di Kecamatan
Unaaha masih sangat rendah tingkat penerimaan informasi yang diberikan
oleh petugas KB. Meskipun tidak semua akseptor menerima informasi secara

21
lengkap dan bahkan ada yang mengatakan tidak pernah mendengar apapun.
Beberapa akseptor yang mendapat informasi tentang alat kontrasepsi
mengatakan sudah cukup jelas, dan dapat mengerti informasi informasi yang
disampaikan, meskipun informasi tentang efek samping sangat sedikit.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan ibu bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
yang optimal bagi ibu yang dilakukan pada :
1. Hamil
2. Persalinan
3. Nifas
4. Menyusui (Turrahmi, Hirfa. 2017).
Pelayanan kesehatan KB Bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan
anak dalam keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera melalui pemberian kontrasepsi. Kegiatannya meliputi :
1. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
2. Pelayanan kontrasepsi
3. Pembinaan dan pengayoman medis kontrasepsi peserta KB
4. Pelayanan rujukan KB
5. Pencatatan dan pelaporan (Turrahmi, Hirfa. 2017).
Pelayanan Kesehatan Anak meliputi:
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
2. Pemberian Kapsul Vitamin A

22
3. Pelayanan Posyandu
4. Manajemen Terpadu Balita Sakit
5. Pelayanan Immunisasi
6. Konseling pada keluarga balita
Macam-macam peran serta masyarakat yaitu:
1. Pelatihan dukun
2. Pelatihan kader kesehatan masyarakat
3. Kursus ibu
4. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
5. Posyandu
6. Dana sehat (Turrahmi, Hirfa. 2017).

B. Saran
Makalah ini telah disusun berdasarkan materi pembelajaran yang ada.
Namun, saya menyadari masih banyak kesalahan maupun kekurangan baik dalam
penulisan maupun isi. Oleh karena itu, kami minta kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita yang mempelajarinya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, Isna M.Kes. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Nuha


medika. Yogjakarta
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015.
Turrahmi, Hirfa. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta:
FKKUMJ.
Budiman. 2008. Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana Di Kecamatan Unaaha
Kabupaten Konawe. file:///C:/Users/HP/Downloads/13333-27435-1-
SM.pdf
SDKI, 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional. Jakarta, Indonesia.

24

Anda mungkin juga menyukai