Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KP-KIA (KELOMPOK PEMINAT KESEHATAN IBU

DAN ANAK) DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan KP-KIA ini. Kemudian shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Laporan KP-KIA ini merupakan salah satu tugas dinas Puskesmas di program
studi Sarjana Terapan Kebidanan. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada teman-teman kelompok dan tak lupa kepada pihak-
pihak yang ikut membantu proses pembuatan laporan ini hingga selesai. Yaitu:.

1. Ibu Dwi Hendriani,M.Kes, selaku pembimbing institusi Poltekkes Kaltim

2. Ibu Hj. Heni Suryani M.Keb, selaku pembimbing institusi Poltekkes Kaltim

3. Ibu Rezki Puspitaningsih,S.Tr,Keb, selaku pembimbing institusi Poltekkes


Kaltim

4. Ibu Shafa,S.Tr,Keb, selaku pembimbing Lahan Puskesmas Remaja Samarinda

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan


dalam penulisan laporan KP-KIA ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Samarinda, Februari 2021

Kelompok IV
HeDAFTAR ISI

Lembar Pengesahan……………………………………………………………

Kata Pengantar………………………………………………………………...i

Daftar Isi………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..
1.3 Tujuan………………………………………………………………….

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori Imunisasi Dasar Pada Bayi……………………..


2.2 Kepatuhan Dalam Pemberian Imunisasi………………………………

BAB III PEMBAHASAN

3.1 KamiDekap……………………………………………………………
3.2 Inovasi Dedukasi………………………………………………………
3.3 Strategi Inovasi………………………………………………………..
3.4 Pelaksanaan Inovasi…………………………………………………..

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………
4.2 Saran…………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan ditentukan berdasarkan
indikator AKI dan AKB. Hal ini juga menggambarkan kualitas ibu dan anak di
Indonesia. Tingginya AKI, AKBA dan AKB termasuk tantangan paling berat
untuk mencapai MDG’s pada tahun 2015. MDG’s merupakan komitmen nasional
dan global dalam upaya lebih menyejahterakan masyarakat melalui pengurangan
kemiskinan dan kelaparan, pendidikan, pemberdayaan perempuan, kesehatan, dan
kelestarian lingkungan yang tercakup dalam 8 goals dan ditargetkan tercapai di
tahun 2015. Untuk kesehatan ibu diharapkan terjadi penurunan kematian ibu ¾
dibanding kondisi tahun 1990 demikian pula untuk kematian anak terjadi
penurunan 2/3. Untuk Indonesia diharapkan kematian ibu turun menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup dan kematian bayi dan balita 23 per 1000 kelahiran
hidup dan 32 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan anak tidak
terkecuali peningkatan akses dan kualitas pelayanan melalui peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan termasuk bidan, jaminan kesehatan dan meningkatkan
outreach pelayanan utamanya bagi daerah yang sulit akses. Permenkes nomor 97
tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa hamil, persalinan dan sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi Bahan Ajar KESEHATAN
IBU DAN ANAK serta pelayanan kesehatan seksual adalah bukti kesungguhan
pemerintah dalam peningkatan pelayanan kepada ibu dan anak. Penurunan
kematian dan peningkatan kualitas ibu dan anak utamanya neonatus mencapai
hasil yang diharapkan seiring dengan peningkatan pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Peningkatan capaian pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan tidak
berkorelasi signifikan dengan penurunan kematian ibu dan neonatal. Dari hasil
SDKI 2007 dan SDKI 2012 capaian cakupan antenatal, persalinan oleh tenaga
kesehatan dan cakupan pelayanan neonatus adalah dari 66 %, 46 % dan 43,9 %
menjadi 95,7%, 83,1% dan 48 %. Selain itu, data menunjukan bahwa kematian
ibu dari 228 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan bayi 34 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup.
Dengan melihat data ini maka dapat dipastikan walaupun bukan satu-satunya
namun kualitas pelayanan baik antenatal maupun pertolongan persalinan dan
pelayanan nifas serta kunjungan neonatal menjadi hal krusial yang harus
diperbaiki. Tidak terkecuali perbaikan dalam implementasi kurikulum pendidikan
agar dihasilkan anak didik kebidanan yang kompeten dan patuh terhadap standar
pelayanan. Tidak hanya terkait dengan kematian namun juga kondisi ibu dan anak
dikaitkan dengan kualitas hidupnya. Diharapkan semua ibu sehat baik fisik dan
mental diawali sejak masa remaja sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan
maksimal, demikian pula anak lahir sehat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
potensi yang dimiliki.
Bidan sebagai petugas kesehatan diharapkan mampu menjangkau
pelayanannya sampai ke masyarakat. Untuk efektifitas peningkatan pelayanan
kesehatan, bidan bekerja sama dengan masyarakat mengembangkan wahana yang
ada di masyarakat untuk berperan aktif dalam bidang kesehatan. Wahana atau
forum yang ada di masyarakat yang dipandang mampu untuk berperan aktif
dalam meningkatkan kesehatan salah satunya adalah KP-KIA (Kelompok
Peminat Kesehatan Ibu dan Anak).
Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA) merupakan kelompok
yang mempunyai kegiatan belajar tentang kesehatan ibu dan anak, yang
beranggotakan semua ibu hamil yang ada di wilayah desa. Kegiatan ini dibimbing
oleh bidan setempat dan pengelola KIA di Puskesmas karena kegiatan ini
merupakan bagian dari kegiatan posyandu yang dilaksanakan di luar jadwal
posyandu atau lebih dikenal dengan kegiatan kelas ibu hamil. Di dalam
pelaksanaan Kelas Ibu hamil ini terjadi suatu bentuk komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE) yang lebih tepat karena pelayanan konseling secara perorangan
masih memiliki kelemahan-kelemahan yakni memakan waktu yang lama serta
materi yang disampaikan juga terbatas. Penerapan Kelas Ibu Hamil merupakan
suatu  bentuk forum pertemuan dimana Proses Pembelajaran dilakukan secara
sederhana, mudah dimengerti dan mempunyai umpan balik yang bermakna bagi
kesehatan diri ibu hamil. Disamping itu hal yang paling penting dan mendasar
dari program  pembentukan kelas ibu hamil ini adalah meningkatkan
pengetahuan(Kognitif)  dari ibu hamil tersebut.

Dari uraian latar belakang diatas di dapat rumusan masalah sebagai


berikut:
1. Apa pengertian KP-KIA?
2. Apa tujuan KP-KIA?
3. Siapa saja Pelaksana KP-KIA?
4. Apa penentu keberhasilan KP-KIA?
5. Apa saja tugas pelaksana KP-KIA?

1.2 Tujuan
2. Tujuan Umum
Diharapkan setelah membaca laporan ini kita dapat mengerti dan
mengetahui tentang forum peran serta masyarakat di bidang KP-KIA pada
asuhan kebidanan komunitas.
3. Tujuan Khusus
Diharapkan setelah membaca laporan ini, dapat memahami dan
mengerti tentang Pengertian, Tujuan, Pelaksana, Penentu Keberhasilan,
dan Tugas pelaksana KP-KIA.
1.3 Manfaat Penulisan
2. Manfaat Teoritis
Mahasiswa dapat mengetahui dan memperoleh wawasan yang luas
tentang KP-KIA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui lebih luas tentang KP-KIA.
b. Bagi institusi
Untuk menambah referensi di perpustakaan kampus dan
memperbanyak informasi tentang KP-KIA.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian KP-KIA


Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA) adalah suatu
kelompok yang mempunyai kegiatan belajar tentang kesehatan ibu dan anak,
yang beranggotakan semua ibu hamil dan menyusui yang ada di wilayah desa.
Kegiatan ini dibimbing oleh kader posyandu setempat karena kegiatan ini
merupakan bagian dari kegiatan posyandu yang dilaksanakan di luar jadwal
posyandu.

2.2 Tujuan
1. Agar ibu hamil dan menyusui mengetahui cara yang baik dan menjaga
kesehatan sendiri dan anaknya.
2. Agar ibu hamil dan menyusui mengetahui pentingnya dan melakukan
pemeriksaan ke puskesmas dan posyandu sejak hamil dini dan setelah
melahirkan.
3. Agar ibu hamil dan menyusui mengetahui dan mempergunakan
kontraseosi yang efektif dan tepat.

2.3 Pelaksana
1. Pelaksana utama : dokter puskesmas, pengelola KP-KIA kecamatan, kader
ibu hamil dan menyusui
2. Pelaksana pendukung : camat, sektor tingkat kecamatan, PKK, kepala desa
atau lurah, LKMD, dan tokoh masyarakat.
3. Pelaksan pembina : subdit dinkes kebidanan dan kandungan pusat, subdit
KIA provinsi dan tim pengelola peminat KIA kabupaten/kota.
2.4 Penentu Keberhasilan
Terlaksananya program KP-KIA ditentukan oleh:
1. Faktor manusia atau SDM ( teknis dan human realtion).
2. Faktor pengelola (perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi).
3. Faktor sarana (untuk latihan dan kegiatan kelompok belajar).

2.5 Tugas Pelaksana


1. Subdit dinkes kebidanan gabungan pusat
a. Bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan program KP-KIA di
seluruh provinsi
b. Mengusahakan tersedianya dana dan sarana sesuai denga rencana dan
jadwal pelaksanaan program.
c. Memberikan pengarahan dan bimbingan secara berkala kepada
pengelola KP-KIA.
d. Menyusun rencana pembinaan dan pengembangan KP-KIA secara
nasioanal.
e. Melaksanakan pemantauan secara berkala terhadap latihan dan
pelaksanaan KP-KIA.
f. Melaksanakan evaluasi atas hasil pelaksanaan program dan
merumuskan langkah tindak lanjut.
2. Sub dinas KIA provinsi
a. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan program KP-KIA di
provinsi yang bersangkutan termasuk pengiriman biaya latihan dan
distribusi media cetak.
b. Bertindak sebagai pelatih dalam orientasi kepala puskesmas dan bidan
tentang metodologi latihan yang dilaksanakan secara regional.
c. Menyusun rencana pembinaan dan pengmbangan kelompok KP-KIA
provinsi.
d. Memberikan arahan dan bimbingan berkala kepada pengelola tingkat
kabupaten/kota.
e. Melaksanakan pemantauan berkala terhadap latihan dan pelaksanaan
kegiatan.
3. Tim pengelola KP-KIA kabupaten/kota
a. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan program KP-KIA di
kabupaten/kota yang bersangkutan termasuk pengiriman biaya latihan
dan distribusi media cetak.
b. Bertindak sebagai pelatih dalam orientasi kepala puskesmas dan bidan
tentang metodologi latihan yang dilaksanakan secara regional.
c. Memberikan arahan dan bimbingan berkala kepada tim puskesmas
dan kader.
d. Melaksanakan pemantauan berkala terhadap latihan dan pelaksanaan
kegiatan.
4. Pimpinan puskesmas
a. Bertanggungjawab atas pelaksanaan dan pemantauan program KP-
KIA tingkat kecamatan.
b. Menjelaskan tujuan dan kegiatan program KP-KIA kepada staf
puskesmas dalam rangka membentuk tim puskesmas.
c. Menjelaskan tujuan dan kegiatan program KP-KIA kepada camat,
sektor, PKK, kepala desa, LKMD, dalam rangka membentuk tim
pengelola KP-KIA tingkat kecamatan.
d. Menggali sumber daya (dana dana sarana) lokal untuk menunjang
keterbatasan dana untuk pelaksanaan latihna kelompok belajar.
e. Mengarahkan dan membimbing pengelola KP-KIA dan staf
puskesmas dalam pelaksanaan program latihan dan kegiatan
kelompok.
f. Melakukan konsultasi kepa kepala dinas kesehatan.
g. Bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan latihan kader dan distribusi
media serta kegiatan kelompok belajar.
5. Tim puskesmas
a. Mengidentifikasi ketersediaan kader dari kegiatan atau sektor lain
pada desa terpilih.
b. Menjelaskan tujuan dan kegiatan program KP-kIA kepada kepala
desa, tim penggerak PKK desa, pengurus LKMD, kepala dukun dan
tokoh masyarakat.
c. Mencari dan emilih calon kader yang sesuai dengan kriteria (kader
posyandu, atau siapa saja yang bisa baca tulis dan diterima
masyarakat).
d. Mempersiapkan latihan kader KP-KIA yang meliputi penyusunan
jadwal, penentuan lokasi, mengirimkan undangan, dan menyiapkan
media latihan atau ala-alat peraga.
e. Menggali peran serta masyarakat dan instansi desa lokal dalam
pelaksanaan latihan.
f. Bertindak sebagai pelatih dalam pelatihan kader KP-KIA.
g. Memberikan informas nama dan alamat dukun terlatih di wilayah
kerja puskesmas kepada kader KP-KIA.
h. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada kader KP-KIA.
i. Melakukan konsultasi berkala di antara tim puskesmas dan tim KP-
KIA kecamatan.
j. Menggali pernyataan-pernyataan positif maupun negatif tentang KP-
KIA dari para anggota kelompok belajar,
k. Membuat laporan triwulan kepada dinas kesehatan dengan tembusan
kepada tingkat pusat.
6. Camat
a. Mengundang anggota tim pengelola tingkat kecamatan untuk
mendapat penjelasan tentang program dari kepala puskesmas.
b. Meminta kepada anggota tim pengelola tingkat kecamatan untuk
membantu kelancaran program.
c. Memberikan bantuan pemikiran dana, sarana dan tempat untuk
kelancaran program.
d. Memberikan saran kepada tim puskesmas, tim kecamatan dan kades
dalam pemilihan kader.
e. Memberikan petunjuk kepada kepala desa dan kader dalam proses
pembentukan kelompok belajar.
f. Memberikan saran kepada tim puskesmas, tim kecamatan dan kades
tentang upaya kelancaran kelompok belajar.
7. Kepala desa
a. Membantu tim puskesmas dalam memilih dan menetapkan calon
kader.
b. Membantu tim puskesmas dan kader dalam mencari bentuk organisasi
yang tepat untuk KP-KIA.
c. Membantu kader dalam pembentukan kelompok belajar.
d. Memberikan bantuan sarana dan dana untuk kelancaran program.
e. Memberikan petunjuk dan bimbingan kepada kader dalam
melaksanakan tugasnya.
8. Kader
a. Membantu kelompok peminat belajar KIA.
b. Menjadi pembimbing dalam kegiatan kelompok.
c. Menganjurkan kepada ibu hamil untuk periksa ke posyandu atau
puskesmas minimal 4 kali dan minta pertolongan persalinan kepada
tenaga kesehatan.
d. Menganjurkan kepada ibu menyusui untuk memeriksakan diri ke
posyandu atau puskesmas minimal 4 kali dalam setahun.
e. Mengirim atau merujuk anggota kelompok yang menderita kelainan
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
f. Mengisi buku harian setiap kali kegiatan dilaksanakan.
g. Melakukan konsultasi berkala dengan kades, PKK dan pengelola KP-
KIA puskesmas.

BAB III

PELAKSANAAN

A. KP-KIA DI PUSKESMAS REMAJA


1. SASARAN KEGIATAN
Peserta yang mengikuti kegiatan adalah ibu hamil di sekitar wilayah
kerja puskesmas remaja yang dapat menghadiri kegiatan Kelas Ibu Hamil.

2. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Kelas Ibu Hamil dilaksaankan pada:

Hari/Tanggal : Senin,15 februari 2021 – Kamis, 18 februari 2021

Pukul : 10.00 WITA- Selesai

Tempat : Masjid Al-Muhajirin Jl.Pemuda 1

3. KP-KIA PUSKESMAS REMAJA


a) Gerakan Sayang Ibu
Kegiatan gerakan sayang ibu dipuskesmas remaja sempat tidak
terjalankan karena pandemi.
Adapun kegiatan didalam gerakan sayang ibu adalah
a) Kelas ibu hamil
b) Senam hamil
c) Pendataan Ibu hamil, ibu nifas, bayi baru lahir, serta lansia yang
berada dalam cakupan puskesmas juanda
Kelompok IV mengaktifkan kembali Gerak Sayang Ibu dengan
melakukan kegiatan Kelas Ibu Hamil. Kemudian kelompok IV
memberikan inovasi baru yaitu gantungan kunci dalam bentuk kartu
materi mengenai materi-materi dalam kelas ibu hamil, meliputi
kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan bayi sehari-hari. Adapun
gantungan kunci ini diberi nama “Mommy Card” dimana kartu ini dapat
digunakan sebagai pengganti leaflet dalam menjelaskan materi kelas ibu
hamil yang telah disampaikan.
Mommy Card adalah kartu-kartu yang berisi materi kelas ibu hamil
yang dibentuk menjadi gantungan kunci untuk memudahkan para ibu
membawa dan membaca kembali materi yang telah disampaikan oleh
pemateri kelas ibu hamil sehingga materi-materi tersebut dapat
dipahami dan dipelajari lebih lanjut oleh para ibu di rumah maupun di
berbagai kegiatan kesehariannya. Mommy Card ini dibagikan saat
pengadaan kelas ibu hamil Adapun kegiatan kelas ibu hamil yang
diadakan adalah sebagai berikut :

SUSUNAN ACARA KELAS IBU HAMIL

NO KEGIATAN PJ
Septin Adri
1 Pembukaan oleh Moderator Anti
10.00 - Doa
-
10.15
2 Sambutan bidan pelaksana di Puskesmas Remaja Kak Sri
10.15 Febri, Amd.
- Keb
10.25
3 Pre-Test Sisca
10.25 Oktavianti
-
10.35
4 Pemaparan materi kelas ibu hamil pertemuan 1 mengenai Asti Yunita
10.35 kehamilan
-
10.55
5 Sesi Tanya Jawab Bidan
10.55 Pelaksana
- dan
11.10 Mahasiswa
6 Post-Test Risda Rofina
11.10
-
11.20
7 Pembagian Souvenir, Konsumsi, dan Mommy Card Fadila
11.20 Agustina
-
11.25
8 Sesi foto Bersama Asfi Tsalist
11.25
-
11.30
9 Penutup Septin Adri
11.30 - Apresiasi antusias bumil Anti
- - Ucapan terimakasih
11.35 - Doa

4. METODE KEGIATAN
Dalam Melaksanakan Kelas Ibu Hamil dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan ibu hamil dengan meminta nomor hp dan membuat
grub WhatsApp untuk mengundang para ibu hamil.
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, tempat
kegiatan yaitu di Masjid Al Muhajirin Jalan Pemuda 1. Sarana kegiatan
yaitu, matras dan spanduk.
3. Mempersipakan materi alat bantu penyuluhan yang terdiri dari lembar
balik kelas ibu hamil, soal pre-post test, alat tulis, dan jadwal
pelaksanaan kelas ibu hamil pada tanggal 15-18 Februari 2021 pukul
10.00-selesai.
4. Mempersiapkan konsumsi, souvenir dan mommy card untuk diberikan
setelah pertemuan selesai.

5. ANGGARAN

No Alat Jumlah Harga


.
1. Souvenir 10 buah Rp. 60.000
2. Mommy Card 10 buah Rp. 75.000
3. Masker 10 pcs Rp. 100.000

Sumber dana anggaran melalui iuran pribadi masing-masing anggota


kelompok.
BAB IV

PEMBAHASAN

KP-KIA adalah suatu kelompok yang mempunyai kegiatan belajar tentang


kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini dibimbing oleh bidan pelaksana puskemas,
karana kegiatan ini merupakan bagian dari program kesehatan ibu. Berdasarkan
pengertian tersebut, salah satu kegiatan ytang dapat dikembangkan dalam mendukung
kesehatan ibu adalah dengan melakukan kegiatan kelas ibu hamil yang sejalan dalam
mengungangi AKI dan AKB di wilayah setempat. Pelaksanaan kegiatan kelas ibu
hamil ini merupakan program dari Puskesmas Remaja yang diaktifkan Kembali pada
masa pandemi untuk memberi ilmu mengenai kehamilan, persalinan, nifas hingga
perawatan bayi sehari-hari dengan tetap menjalankan sesuai prtokol kesehatan yang
berlaku.
Tujuan KP-KIA juga sejalan dengan kegiatan kelas ibu hamil yang terdiri dari
kesehatan diri sendiri, melakukan pemeriksaan ke puskesmas atau pelayanan
kesehatan sejak hamil dan setelah melahirkan serta dapat mengetahui dan
mempergunakan kontrasepsi yang efektif dan tepat setelah melahirkan. Semua tujuan
tersebut dapat tercapai dan terpantau karena materi-materi dalam empat pertemuan
kelas ibu hamil yang dilaksanakan telah menejlaskan secara lengkap mengenai hal
tersebut sehingga wawasan para ibu hamil dapat bertambah dan dapat
mempersiapkan kelahiran dengan lancer nantinya.
Pelaksanaan kelas ibu hamil dipertanggungjawabkan oleh bidan pelaksana
pemegang program KIA sehingga program tersebut menjadi agenda rutin dalam
pemberian informasi dan ilmu kesehatan bagi para ibu hamil. Kelompok kelas ibu
hamil ini merupakana wadah dalam menyampaikan materi, bertukar pendapat dan
saling berbagi ilmu antara tenaga kesehatan dan para ibu hamil.
Penentu keberhasilan dalam KP-KIA dipengaruhi dari berbagai faktor
diantaranya, faktor manusia atau SDM (teknis dan human relation), faktor pengelola
(perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi), dan faktor sarana (untuk
latihan dan kegiatan kelompok belajar). Dalam kegiatan kelas ibu hamil yang
dilaksanakan oleh Puskemas Remaja di Masjid Al-Muhajirin Jalan Pemuda 1 yang
dilaksanakan selama 4 hari dari tanggal 15-18 Februari telah didukung oleh semua
faktor tersebut. Salah satu inovasi kami adalah Mommy Card. Mommy Card adalah
kartu-kartu yang berisi materi kelas ibu hamil yang dibentuk menjadi gantungan
kunci untuk memudahkan para ibu membawa dan membaca kembali materi yang
telah disampaikan oleh pemateri kelas ibu hamil sehingga materi-materi tersebut
dapat dipahami dan dipelajari lebih lanjut oleh para ibu di rumah maupun di berbagai
kegiatan kesehariannya inovasi kami merupakan salah satu pendukung faktor
pengelola dan faktor sarana dimana para ibu hamil dapat membaca Kembali materi
yang telah diberikan selama kelas ibu hamil berlangsung dengan lebih efektif dan
dalam bentuk yang lebih menarik.
Pada evaluasi selama pelaksanaan kelas ibu hamil berlangsung. Semua
pelaksana dan peserta berperan aktif dalam menjalankan kegiatan. Adapun hasil;
pretest dan postest yang diberikan setiap pertemuan telah mencapai angka 80-90%
ibu telah memahami dan menjawab pertanyaan dengan baik sehingga dapat dijadikan
penilaian bahwa pemaparan materi selama kelas ibu hamil berlangsung telah
tersampikan dengan baik dan diharapkan dapat menambah wawasan ibu dalam
menjaga kesehatan dari kehamilan hingga masa nifasnya sehingga terwujudnya
keberhasilan KP-KIA yang sejalan dengan tujuannya.
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Salah satu penyebab tingginya AKI/AKB adalah tingkat
pengetahuan dan kesadaran masyarakat (ibu hamil dan keluarga)
yang masih rendah untuk mendeteksi secara dini faktor resiko
selama masa kehamilan dan persalinan. Melalui Kelas Ibu Hamil,
ibu - ibu hamil yang bergabung dalam satu kelompok dapat saling
mengenal dan membagi pengalaman kehamilannya dan
mendapatkan informasi penting mengenai kehamilan dan
persalinan dari petugas kesehatan sehingga pada akhirnya mereka
siap untuk melahirkan dengan sehat dan selamat.
2. KP-KIA adalah suatu kelompok yang mempunyai kegiatan belajar
tentang kesehatan ibu dan anak, yang beranggotakan semua ibu
hamil dan menyusui yang ada di wilayah desa. Kegiatan ini
dibimbing oleh bidan pelaksana program KIA, karana kegiatan ini
merupakan bagian dari kegiatan Puskesmas diluar jam pelayanan.

4.2 Saran

Menurunkan AKI/AKB merupakan tanggung jawab bersama. Namun semua


ini bisa terjadi apabila stakeholder, bidan pelaksana serta semua peserta kegiatan
yang terlibat didalamnya dapat berkerjasama secara kooperatif dan berperan aktif
dalam menjalankan serta mewujudkan kebehasilan dalam kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed S., et. al.. 2014. “Resistance to Polio Vaccination in Some Muslim
Communities and the Actual Islamic Perspectives”. Research J. Pharm and
Tech. 7(4). pp 1-2.

Baumeister, Roy F, et. al. 2017. “The Strength Model of Self- Control”. Association
for Psychological Science. Vol 16. pp 351 – 355.

Bingham A, Gaspar F, et. al., 2012. “Community Perceptions of Malaria and


Vaccines in Two Districts of Mozambique”. Malaria Journal. 11. pp 394.

Boerner F, Keelan J, et. al. 2013. “Understanding the interplay of factors informing
vaccination behavior in the three Canadian provinces”. Landes
Bioscience. 9 (7). pp 1477-1484

Choi JY, Lee SH. 2016. “Does prenatal care increase access to child coverage in
Tikritcity”. Middle East J. Fam. Med.; 6: pp 8–10.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Jawa Tengah: Semarang

Dinh TA, Rosenthal SL, Doan ED, Trang T, Pham VH, et al. 2017. “Attitudes of
Mother in Da Nang, Vietnam toward a human papillomavirus Vaccine”. J
Adolesc Health 40. pp 559 – 563.Tickner S, Leman PJ, Woodcock A.
2016. “Factors underlying suboptimal Childhood immunization”. Elsevier
24. pp 7030 – 7036.

Hu Y, Li Q, et.al. 2013. “Determinants of Childhood Immunization Uptake among


SocioEconomically Disadvantaged Migrants in East China”. Int J Environ
Res Public Health. 10(7): pp 2845–2856.

I.G.N Ranuh, Dkk. 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Badan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia.

IDAI. 2015. “Menyoroti Kontroversi Seputar Imunisasi”. Retrieved: 20 Februari


2016. From: http://www.idai.or.id/artikel.

Indonesia K kesehatan R. Buku Ajar Imunisasi.; 2019.


https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung-
penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html.
Isyani R, Umbul W. 2014. “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Imunisasai Dasar di Kelurahan Krembangan Utara ”. Jurnal Berkala
Epidemiologi vol 2. pp 59 – 70.

Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta : Kementrian


Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan
dan JICA

Kemenkes RI. 2017. Permenkes No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan


Imunisasi. Available in :
https://drive.google.com/file/d/0Bw3gr3_wn1NoYzk4c3VVLWxOd00/vie
w

Kemenkes RI. 2018. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap. Available in :


http://www.depkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-
imunisasirutin-lengkap-ini-rinciannya.html

Lorenz C, Khalid M. 2012. “Influencing factors on vaccination uptake in Pakistan”.


Journal of Pakistam Medical Association.

Martin E. 2014. Flexible Bodies: Tracking Immunity in American Culture – From the
Days of Polio to the AIDS Epidemic. 25 Beacon Street, Boston: Beacon
Press.

Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta

Reluga TC, Bauch CT, et. al.. 2016. “ Evolving public perceptions and stability in

Ruijs WLM, Hautvast JLA, et. al.. 2013. “Religious subgroups influencing
vaccination coverage in the Dutch Bible belt: an ecological study”. BMC
Public Health. Vol 11. pp 102.

Sarab K, Abedalrahman A, et. al.. 2018. “Factors predicting immunization coverage


in Tikritcity”. Middle East J. Fam. Med.; 6: pp 8–10.
Smith PJ, Kennedy AM, et.al. 2016. “Association Between Health Care Providers’
Influence on Parents Who Have Concerns About Vaccine Safety and
Vaccination Coverage Concerns”. Official Journal of American Journal of
Pediatrics. Vol 5. pp 118.

Sturm LA, Mays RM, Zimet GD. 2015. “Parental Beliefs and Decision Making
About Child and Adolescent immunization: From Polio to Sexually
Transmitted Infections”. J Dev Behav Pediatr 26. pp 441 – 52.

Thomas TL, Strickland O, et. al.. 2013. “ Parental Human Papillomavirus Vaccine
Survey (PHPVS): Nurse led instrument development and psychometric
testing for use in research and primary care screening”. Journal of Nursing
Measurement. Vol 21(1). pp 96-109.

Tversky A, Kahneman D. 2014. “Judgment Under Uncertainty: Heuristics and


Biases”. Science New York, N.Y 185. pp 1124 – 1131.

vaccine uptake”. Elsevier; 204(2): pp 185-198.

Yahya AN. Kemenkes: 83,9 Persen Pelayanan Imunisasi Terdampak Pandemi Covid-
19. Kompas.com.
https://nasional.kompas.com/read/2020/06/08/14150131/kemenkes-839-
persen-pelayanan-imunisasi-terdampak-pandemi-covid-19. Published
2020.

Anda mungkin juga menyukai