Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DI POLINDES


BUNTEN TIMUR
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUNTEN BARAT
KABUPATEN SAMPANG

Disusun Oleh :
NOER ASYIA ANNISYA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan selama di
Polindes Bunten Timur Sampang.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan Asuhan
Kebidanan selanjutnya.

Sampang,     November 2022

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas atau postpartum adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan seperti semula. Masa
nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Sulistyawati.2015)
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas yaitu terjadi
pengerutan pada uterus yang merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Uterus mengalami perubahan
paling besar pada akhir persalinan kala tiga, ukuran uterus kira-kira sebesar pada saat
kehamilan 20 minggu dan beratnya 1000 gr, dan ukuran ini cepat mengecil sehingga
pada akhir minggu pertama masa nifas beratnya kira-kira 500 gr. Involusio ini dapat
dibuktikan oleh fakta bahwa pada pemeriksaan abdomen (Williams,2012).

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraiakan diatas, maka asuhan

kebidanan sangat dibutuhkan untuk menangani ibu nifas.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan
pendokumentasian dengan langkah SOAP
2. Tujuan khusus

a. Untuk mendapatkan data Subjektif pada ibu nifas


b. Untuk mendapatkan data Objektif pada ibu nifas
c. Untuk dapat menegakkan Assesment (diagnosa, masalah, dan kebutuhan)
d. Dapat melakukan planning dan asuhan pada ibu nifas

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Masa Nifas


1. Pengertian Masa Nifas (Post Partum)
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan
banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup
kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik
(Yuliana & Hakim, 2020).

2. Tahapan Masa Nifas (Post Partum)


Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita
selama masa nifas, yaitu sebagai berikut:
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di
perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan. pemulihan
menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu Later puerperium,
yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang diperlukan oleh ibu
untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa berminggu – minggu, bulan dan
tahun.

3. Proses Adaptasi Psikologis Masa Nifas (Post Partum)


Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum Menurut
Sutanto (2019):
a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.

4
5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke
kondisi normal.
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.

b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)


Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut:
1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan
sedih (baby blues).
2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan teng gung
jawab akan bayinya.
3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya
tahan tubuh
4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong,
menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi. 6.
Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
7) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat tersinggung,
dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran. Dianjur kan untuk
berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.

c. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)


1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke
rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi

4. Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)

5
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi
post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan
antara lain Risa & Rika (2014):
1) Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk
meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
Tabel 1 Perubahan Uterus
2) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea
yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post
partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan
sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai
hari ke14. 11
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post
partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin
disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan
nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea
yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu,
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

6
secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
4) Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari
ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap
lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
5) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan
kurangnya aktivitas tubuh
6) Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini
adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan
mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah
partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma
pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur
menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba.
Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
9) Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji
antara lain:
a) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. 13
7
Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu
Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/
menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
c) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi post
partum.
d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

5. Kebutuhan Masa Post Partum


a. Nutrisi dan Cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Kebutuhan gizi iba saat menyusui adalah sebagai berikut:
1) Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
2) Diet berimbang protein, mineral dan vitamin
3) Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (+8 gelas)
4) Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan
5) Kapsul Vit. A 200.000 unit
b. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) adalah kebijaksanaan agar secepatnya tenaga
kesehatan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidur membimbing secepat
mungkin untuk berjalan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidur dalam 24 - 48 jam postpartum. Hal ini dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak
dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit jantung
penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.
Keuntungan dari ambulasi dini:
1) Ibu merasa lebih sehat

8
2) Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.
3) Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.
4) Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak memengaruhi
penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

c. Eliminasi
Setelah 6 jam post partum diharapkan. ibu dapat berkemih, jika kandung kemih penuh
atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi.
Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (predlo urine) pada post partum:
Berkurangnya tekanan intra abdominal.
1) Otot-otot perut masih lemah.
2) Edema dan uretra
3) Dinding kandung kemih kurang sensitif
4) Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar setelah hari kedua
post partum jika hari ketiga belum delekasi bisa diberi obat pencahar oral atau
rektal.
d. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu
kebersihan tubuh pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap
terjaga.
Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
2) Mengajarkan ibu cara memberikan alat kelamin dengan sabun dan air dari depan ke
belakang
3) Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
4) Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
alat kelamin
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi luka jahit pada alat kelamin,
menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut (Elisabeth Siwi Walyani,
2017).

6. Tanda –Tanda Bahaya Masa Nifas (Post Partum)

9
a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi haid biasa
atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu
setengah jam)
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung Sakit Kepala yang terus menerus.
nyeri epigastrium, atau, masalah penglihatan.
d. Pembengkakan pada wajah dan tangan Deman muntah, rasa sakit sewaktu buang air
seni, atau merasa tidak enak badan Payudara yang memerah panas dan/atau sakit.
e. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan Rasa sakit. warna
merah, kelembutan dan/atau pembengkakan pada kaki.
f. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri-sendiri atau bayi.
g. Merasa sangat letih atau bernafas terengah – engah (Wilujeng & Hartati, 2018).

7. Infeksi Masa Nifas


Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua pera dangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas. Infeksi setelah persalinan disebabkan oleh bakteri atau kuman. Infeksi masa
nifas ini menjadi penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI)(Anik Maryunani, 2017).
a. Tanda dan Gejala Masa Nifas
Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, Oleh karena itu,
demam menjadi gejala yang penting untuk diwaspadai apabila terjadi pada ibu
postpartum. Demam pada masa nifas sering disebut morbiditas nifas dan merupakan
indeks kejadian infeksi nifas. Morbiditas nifas ini ditandai dengan suhu 38'C atau lebih
yang terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam
postpartum dalam 10 hari pertama masa nifas. Gambaran klinis infeksi nifas dapat
berbentuk:
1) Infeksi Lokal Pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna
kulit, pengeluaran lokhea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa nyeri,
temperatur badan dapat meningkat.
2) Infeksi Umum Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah
menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan terasa sesak,
kesadaran gelisah sampai menurundan koma, terjadi gangguan involusi uterus,
lokhea berbau dan bernanah kotor.
b. Faktor Penyebab Infeksi
1) Persalinan lama, khususnya dengan kasus pecah ketuban terlebih dahulu.
10
2) Pecah ketuban sudah lama sebelum persalinan.
3) Pemeriksaan vagina berulang-ulang selama persalinan, khususnya untuk kasus pecah
ketuban.
4) Teknik aseptik tidak sempurna.
5) Tidak memperhatikan teknik cuci tangan.
6) Manipulasi intrauteri (misal: eksplorasi uteri, penge luaran plasenta manual). 7)
Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka seperti laseri yang tidak diperbaiki.
8) Hematoma.
9) Hemorargia, khususnya jika kehilangan darah lebih dari 1.000 ml.
10) Pelahiran operatif, terutama pelahiran melalui SC.
11) Retensi sisa plasenta atau membran janin.
12) Perawatan perineum tidak memadai.
13) Infeksi vagina atau serviks yang tidak ditangani.

B. Perawatan Ibu Nifas (Post Partum)


1. Tujuan Perawatan Nifas (Post Partum)
Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan
selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019)
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nitas adalah
untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan infeksi,
penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat
lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik
maupun psikologis harus diberikan oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk
menjaga kebersihan badan, mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari
depan ke belakang dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi
sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif Melaksanakan skrining yang
komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan bertugas untuk melakukan pengawasan
11
kala IV yang meliputi pemeriksaan placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV,
pengawasan konsistensi rahim dan pengawasan KU ibu. Bila ditemukan
permasalahan maka segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan
pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang
perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di antara lain kebutuhan gizi
ibu menyusui
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin
yang cukup
3) Minum sedikitnya 3liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan mulai dan putting
susu yang tidak lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.

2. Kunjungan Masa Nifas (Post Partum)


a. Kunjungan I (6 jam – 2 hari setelah persalinan)
Tujuan Kunjungan:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lainperdarahan rujuk jika perdarahan berlanjut
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah pedarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi

b. Kunjungan II (3 - 7 hari setelah persalinan)


12
Tujuan kunjungan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

c. Kunjungan III (8 hari – 28 hari setelah persalinan)


Tujuan kunjungan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal yaitu uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

d. Kunjungan IV (29 hari – 42 hari setelah persalinan)


Tujuan kunjungan:
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit - penyulit yang ia atau bayi alam
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Wahyuni, 2018)

C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang
digunakan oleh seorang bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis. Menurut Nani sutirnah, dkk (2019) Cara pengisian pendokumentasian ini
disajikan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi.
13
1. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat,
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, yaitu
meliputi data subyektif dan data obyektif.
a. Data Subyektif
1) Identitas
a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.
b) Umur: Semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap semua fase
penyembuhan luka sehubungan dengan adanya gangguan sirkulasi dan
koagulasi, respon inflamasi yang lebih lambat dan penurunan aktivitas
fibroblast (Johnson dan Taylor, 2005).
c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita berpengaruh terhadap
pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola kebiasaan sehari-hari (Pola nutrisi,
pola eliminasi, personal hygiene, pola istirahat dan aktivitas) dan adat istiadat
yang dianut.
d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat membimbing dan
mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.
e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu sehingga tenaga
kesehatan dapat melalukan komunikasi dengan istilah bahasa yang sesuai
dengan pendidikan terakhirnya, termasuk dalam hal pemberian konseling.
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian status
gizinya (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini dapat dikaitkan antara status gizi
dengan proses penyembuhan luka ibu. Jika tingkat sosial ekonominya rendah,
kemungkinan penyembuhan luka pada jalan lahir berlangsung lama. Ditambah
dengan rasa malas untuk merawat dirinya.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam melakukan
follow up terhadap perkembangan ibu.
2) Keluhan Utama
Persoalan yang dirasakan pada ibu nifas adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri
ulu hati, konstipasi, kaki bengkak, nyeri perut setelah lahir, payudara membesar,
nyeri tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah, keringat
berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid
(Varney, dkk, 2007).
3) Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu
14
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya yaitu :
abortus, lahir mati, lahir hidup dan apakah dalam kesehatan yang baik, apakah
terdapat komplikasi atau intervensi pada kehamilan, persalinan ataupun masa nifas
sebelumnya, dan apakah ibu hamil itu mengetahui penyebabnya (Sulisyawati,
2009).

4) Riwayat kehamilan sekarang


a) Untuk mengetahui kapan ibu hari pertama haid terakhir (HPHT), karena
dengan HPHT kita bisa mengetahui apakah bayi yang dilahirkan cukup bulan
atau tidak.
b) Apakah ibu pernah periksa antenatal care (ANC) dan berapa kali.
c) Berapa kali ibu mendapatkan suntikkan imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
d) Apakah pernah mengalami masalah selama kehamilan
e) Kapan pertama kali ibu merasakan gerakkan janinnya
5) Riwayat persalinan sekarang
a) Jenis persalinan: Untuk mengetahui apakah klien melahirkan secara spontan
atau SC. Pada ibu nifas normal klien melahirkan secara spontan.
b) Komplikasi dalam persalinan: untuk mengetahui selama persalinan normal
atau tidak. Pada kasus ibu nifas dengan luka episiotomi selama persalinan
normal namun memerlukan tindakan episiotomi karena mengalami indikasi dari
tindakan episiotomi.
c) Perineum: untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau tidak. Pada
nifas normal pun bisa juga dilakukan episiotomi.
d) Perdarahan: untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II, III
selama proses persalinan, pada masa nifas normal perdarahan tidak boleh lebih
dari 500 cc.
e) Proses persalinan
6) Riwayat penyakit Riwayat penyakit yang dikaji ialah sebagai berikut:
a) Riwayat penyakit sekarang Untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita ibu pada saat ini yang ada hubungannya dengan proses persalinan
dan kepada bayinya.

15
b) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui adanya riwayat atau penyakit
akut bahkan kronis seperti penyakit Diametes Mellitus, jantung, asma,
hipertensi yang bisa saja berpengaruh pada proses persalinan.
7) Riwayat Kontrasepsi
Untuk mengetahui apakah pasien pernah menjadi akseptor KB atau tidak, jika iya
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi tersebut, serta rencana KB setelah bersalin (Marmi, 2014:180).

8) pola kebutuhan sehari – hari


a) Nutrisi Pengkajian pola nutrisi berupa pola makan ibu saat masa nifas,
frekuensi makan ibu, komposisi makanan ibu, dan pantang makan yang
dilakukan ibu.
b) Eliminasi
Pengkajian meliputi frekuensi buang air kecil dan buang air besar ibu,
masalah buang air, dan keluhan buang air. Ibu diminta untuk buang air
kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih melebihi 100cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kmih penuh, tidak perlu
menunggu 8 jam untuk kateterisasi. ibu postpartum diharapkan dapat
buang air besar (defekasi) setelah hari ke-2 postpartum. Jika hari ke-3
belum juga buang air besar, maka perlu diberikan obat pencahar peroral
atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa
BAB, maka dilakukan klisma (huknah).
c) Istirahat
Mengkaji bagaimana pola tidur ibu, berapa jam ibu tidur dalam sehari,
apakah ada keluhan pada pola tidur ibu. Bila ada, menganjurkan ibu
istirahat cukup untuk mencegah kelelahan. Sarankan ibu untuk kembali
melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur
siang atau beristirahat selama bayi tidur. Ibu mengatur kegiatan rumahnya
sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang hari kirakira
2 jam dan malam hari 7-8 jam. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu
dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI, memperlambat
involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, dan mengakibatkan depresi
16
d) Personal Hygiene
Dikaji untuk mngetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genetalia, berapa kali ibu mandi, cara cebok ibu,
cara ibu merawat luka periniumnya, dan frekuensi ganti pembalut karena
pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. Mandi minimal 2x/hari,
gosok gigi minimal 2x/hari, ganti pembalut setiap kali penuh atau sudah
lembab.
e) Seksual
Apakah ibu sudah melakukan hubungan seksual selama masa nifasnya.
Ibbu dapat dianjurkan melakukan hubungan seksual apabila perdarahan
telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan
atau pada 6-8 minggu postpartum.
9) Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya, peran suami
setelah kelahiran anaknya, bounding antara ibu dan bayinya dan dukungan
keluarga. Wanita mengalami banyak perubahan emosi atau psikososial selama
masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu sehingga tidak
sedikit ibu menunjukkan depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan

b. Data Obyektif
Data yang diperoleh dari apa saja yang dilihat dan dirasakan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium (Kuswanti dan Melina,
2014:77).
Pemeriksaan fisik untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin serta mendeteksi dini adanya komplikasi.
1) Status generalis
a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan umum ibu baik normal atau
tidak
b) Kesadaran: untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu apakah
compomentis, apatis, samnolen atau koma.
c) Tanda-tanda vital, yakni:
(1)Tekanan darah: normalnya 120/80 mmHg
(2)Nadi: normalnya 80-100 x/m
(3)Suhu badan: normalnya 36,5-37,5ºC
17
(4)Pernapasan: normalnya 16-24 x/m
2) Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan secara melihat dengan indra
penglihat. Adapun pemeriksaa fisik yang dilakukan secara inspeksi yakni
sebagai berikut:
a) Wajah: pucat atau tidak
b) Mata: conjungtiva pucat atau tidak, skelra ikterus atau tidak dan mata
cekung atau tidak
c) Hidung: apakah ada pernapasang cuping hidung atau tidak.
d) Mulut: kering atau lembab, pucat atau tidak
e) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
f) Payudara: apakah pembesaran payudara normal atau tidak, apakah ada
hyperpigemntasi pada daerah areola, apakah ada penonjolan putting susu
atau tidak. Pada kasus masa nifas, setelah ibu bersalinan kondisi putting
susu sangat menunjang ketika bayi menghisap putting susu ibu untuk
mendapatkan ASI.
g) Abdomen: apakah atau bekas luka operasi atau tidak, pembesaran perut
ibu sesuai dengan masa involusi uteri atau tidak.
h) Genetalia: ada pengeluaran lochia, adakah varices, oedem, ada jahitan
atau tidak.
i) Anus: ada hemoroid atau tidak.
j) Ekstremitas: ada varices atau tidak, pada ibu nifas dengan luka episiotomi
pergerakkan ekstremitas bawah agak lamban akibat nyeri yang dirasakan
ibu di jahitan episiotomi bila terlalu bergerak.
3) Palpasi Palpasi ialah pemeriksaan fisik yang dilakukan denga cara meraba.
Pemeriksaan fisik terfokus dengan cara palpasi sebagai berikut:
a) Wajah : ada oedem atau tidak.
b) Mata : apakah konjungtiva merah muda atau pucat.
c) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak, adakah
pembesaran vena jugularis atau tidak.
d) Payudara : untuk mengetahui apakah ada pengeluaran colostrums atau
tidak dan apakah ada nyeri tekan atau tidak.

18
e) Abdomen : untuk menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU) untuk ibu
nifas TFU di hari ketiga ialah 2 jari bawah pusat, apakah kontrkasi uterus
baik (teraba bundar dan keras) atau tidak.
f) Gentelia: untuk mengkaji nyeri, pembengkakan, warna, jumlah, bau
konsistensi lochia, ada jahitan atau tidak.
g) Ekstremitas: ada oedem atau tidak.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin: Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin sangat bervariasi
akibat fluktuasi volume darah, volume plasma dan kadar volume sel darah
merah (Varney, dkk, 2007).
b) Protein Urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein dan glukosa
(Varney, dkk, 2006).

2. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan


Perumusan diagnosa masa nifas disesuaikan dengan nomenklatur
kebidanan, misalnya P2A0 usia 22 tahun postpartum fisiologis. Perumusan
disesuaikan dengan kondisi ibu. Menurut Varney, dkk (2007), ketidaknyamanan
yang dirasakan pada ibu nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara
membesar, nyeri tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah,
keringat berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu mengalami
hemoroid.
3. Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi ibu,
tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif. Rencana
tindakan asuhan kebidanan pada masa nifas disesuaikan dengan kebijakan program
nasional, antara lain :
a. Periksa tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan pervaginam
lainnya serta payudara.
b. Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai kebutuhan nutrisi,
eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam
nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga
berencana.
c. Berikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
4. Pelaksanaan
19
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan rencana
asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan
aman berdasarkan evidence based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada masa nifas, adalah:
a. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan
cairan pervaginam lainnya serta payudara.
b. Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri,
istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara
menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.
c. Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

5. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat, dikomunikasikan dengan ibu
dan atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi ibu.
a. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan
cairan pervaginam lainnya serta payudara.
b. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai kebutuhan nutrisi,
eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual,
senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan payudara
dan keluarga berencana.
c. Ibu telah memilih metode kontrasepsi dan telah mendapatkannya.
6. Dokumentasi
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,
singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam
bentuk SOAP.
a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.
b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap klien.
c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.

20
d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan
secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS NORMAL PADA Ny. “K” P4004 HARI KE-3
DI POLINDES BUNTEN TIMUR PUSKESMAS BUNTEN BARAT SAMPANG

I. SUBYEKTIF :

Tanggal: 1 November 2022 Jam : 16.00 WIB


1. Identitas Pasien:
Nama : Ny“ K“ NamaSuami : Tn “ M “
Umur : 34 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Madura/Indonesia Suku/bangsa : Madura/Indonesia
Alamat : Dsn Tengah Timur Desa Bunten Timur
2. Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke empatnya 3 hari yang lalu dan
ingin memeriksakan keadaannya.
21
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan saat ini pengeluaran ASI nya masih sedikit
4. Riwayat Perkawinan
Pernikahan ke : 1 (satu)
Usia menikah : 18 tahun
Lama menikah : ± 16 tahun
5. Riwayat obstetric
a) Riwayat menstruasi
Menarche : 12 th
Siklus : ± 28 hari
Lama : 6 – 7 hari
Warna : merah
Bau : anyir
Fluor Albus : tidak ada
Dysmenorhea : tidak ada
b) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Persalinan Nifas
Hamil
Jenis BB/PB Komplik Kompl
ke Lahir UK Penolong JK Laktasi
Persalinan Lahir asi ikasi
9/5/2009
1 Aterm Normal Bidan P 3100/49 - Ada -
8/3/2012
2 Aterm Normal Bidan P 3300/50 - Ada -
3 24/3/2014 Aterm Normal Bidan P 3300/50 - Ada -

c) Riwayat Kehamilan sekarang


HPHT : 23-01- 2022
TP : 30-10-2022
Periksa ANC : sebanyak 5 kali
Imunisasi TT : ibu mengatakan pada kehamilan kali ini tidak
mendapatkan imunisasi TT karena sudah
mendapatkan pada ketiga kehamilan sebelumnya.
Masalah selama kehamilan : tidak ada

22
Gerakan janin : ibu mengatakan mulai merasakan gerakan janin
sejak usia kehamilan 4 bulan.
d) Riwayat persalinan sekarang

a. Tanggal Persalinan : 29 Oktober 2022 Jam: 17.00 WIB


b. Tempat Persalinan : Polindes Bunten Timur

c. Jenis Persalinan : Normal

d. Penolong : Bidan

e. Keadaan bayi Baru Lahir

Lahir tanggal : 29 Oktober 2022

BB/PB : 3500 gr/ 50cm

Jenis Kelamin : Perempuan

Apgar score : 9/1

Cacat bawaan : tidak ada

Masa gestasi : 39 – 40 minggu

Komplikasi : tidak ada

Air ketuban : jernih


f. Lama Persalinan

Kala I : 8 jam

Kala II : 15 menit

Kala III : 5 menit

Kala IV : 1 – 2 jam
Total jumlah Perdarahan : ± 100cc

Keadaan Plasenta : Lengkap

Perineum : luka lecet

Penyulit Persalinan : Tidak ada


6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan sebelum hamil pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis
23
suntik 3 bulan dan merencanakan akan menggunakan alat kontrasepsi yang
sama jika sudah 40 hari.
7. Riwayat Kesehatan

i. Penyakit yang pernah/sedang di derita

Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita


penyakit menular (TBC, hepatitis dan PMS), penyakit menurun
(DM, Hipertensi dan asma), penyakit menahun (Jantung).
ii. Penyakit yang pernah/sedang di derita keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak sedang dan
tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis dan
PMS), penyakit menurun (DM, Hipertensi dan asma), penyakit
menahun (Jantung).

8. Pola kebutuhan sehari – hari


a. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3-4 x/hr dengan menu seimbang, nasi lauk pauk
sayur dan buah-buahan serta ibu juga memperbanyak minum air putih.
b. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAK normal dan baru bisa BAB hari ini ( hari ketiga
setelah melahirkan anaknya).
c. Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidurnya sedikit terganggu setelah melahirkan karena
menyusui anaknya di malam hari
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari dan mengganti pembalut apabila basah
atau penuh.
e. Seksual
Ibu mengatakan belum melakukan aktivitas seksual setelah melahirkan
anaknya.
9.Data psikososial
a. Respon Ibu dan Keluarga terhadap Kelahiran Bayi
24
Ibu mengatakan sangat gembira dan bersyukur karena anak keempatnya
lahir dengan selamat.
b. Rencana Menyusukan Bayi
Ibu mengatakan berencana menyusui bayinya sendiri sampai bayi
berumur 2 tahun dan suaminya menyetujuinya.
c. Tingkat Pengetahuan Ibu
Ibu mengatakan mengetahui cara merawat bayi sehari-hari
d. Rencana Mengasuh Bayi
Ibu mengatakan akan merawat bayinya sendiri dirumah bersama suami
dan keluarganya.

II. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,5⁰C
Pernafasan : 20 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
d. Berat badan : 62 kg
e. Tinggi badan : 150 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut : Hitam, bersih, tidak ada ketombe.
Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah
muda.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen atau cairan
yang keluar.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada karies gigi, tidak ada gigi berlubang,
25
tidak ada pembengkakan gusi, lidah
bersih.
b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c. Dada (payudara) : putting susu menonjol, areola hitam, pengeluaran
ASI sedikit.
d. Abdomen
1) Inspeksi
Pembesaran : Sesuai masa nifas
Bekas luka operasi : Tidak ada
2) Palpasi
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi : Kuat
Konsistensi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
e. Genetalia : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada
varises, terdapat lecet di perineum tanpa jahitan
, tidak ada pembengkakan, lochea rubra, berwarna
merah berbau khas.
f. Anus : Tidak terdapat hemoroid.
g. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema, kuku bersih berwarna merah
muda tidak pucat, tidak ada kelainan.
Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak
ada kelainan.
3. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium HB : 11,2 gr %
2. Pemeriksaan penunjang lainnya Tidak dilakukan

III. ASSESSMENT
1. Interpretasi Data
a. Diagnosa kebidanan
Ibu P4Ab0Ah0 usia 34 tahun nifas hari ke-3 fisiologis
b. Masalah
Pengeluaran ASI sedikit
26
2. Diagnosa potensial
-
3. Identifikasi kebutuhan segera
Mengajarkan ibu bagaimana melakukan perawatan payudara dan cara
menyusui yang benar

IV. PLAN
1) Perencanaan
1. Beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu dan keluarga masalah yang ditemukan dari hasil pemeriksaan
3. Ajarkan ibu cara perawatan payudara
4. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar
5. Anjurkan ibu istirahat yang cukup
6. Anjurkan ibu menjaga kebersihan genetalia
7. Berikan KIE tanda bahaya masa nifas
8. Anjurkan ibu untuk kembali 1-2 minggu lagi atau saat ada keluhan
9. Pencatatan pelaporan

2) Pelaksanaan
Tanggal : 1 November 2022
Jam : 16.20
a. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik yaitu hasil
pemeriksaan tekanan darah 120/70 mmhg, nadi 80 x/m, pernafasan 20 x/m,
suhu 36,5o C, fundus teraba pertengahan 2 jari dibawah pusat, pengeluaran
lokhea berupa lokhea rubra
Hasil: Ibu mengerti hasil pemeriksaan dan senang bahwa dirinya dalam
keadaan baik
b. Memberitahu ibu tentang pengeluaran ASI yang sedikit, namun tidak perlu
khawatir karena hal ini biasa terjadi pada tahap awal proses menyusui dan
dapat diatasi dengan melakukan perawatan payudara.
Hasil: Ibu mengerti keadaannya dan merasa lebih tenang
c. Mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara, dengan cara :
 Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama
3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk lalu bersihkan
27
kerak-kerak pada putting susu
 Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting
susu yang datar
 Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari

 Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara bergantian


kira-kira 5 menit (air hangat dahulu). Keringkan dengan handuk dan
pakailah BH khusus yang dapat menopang dan menyangga
payudara.

 Lakukan Pengurutan I Mengurut payudara dengan sisi kelingking


dari arah pangkal ke arah putting susu.

 Pengurutan II Membuat gerakan memutar sambil menekan dari


pangkal payudara dan berakhir pada putting susu (dilakukan 5-6
kali/20-30 kali) pada kedua payudara

 Pengurutan III Meletakkan kedua tangan diantara payudara,


mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara
dan lepaskan keduanya perlahan.
Hasil: Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan dapat mempraktekkan dengan
baik

d. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, yakni dengan cara :


• Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.
• Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.
• Areola tidak terlihat dengan jelas.
• Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan
ASInya.
• Bayi terlihat tenang dan senang.
• Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu.

Hasil: Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan dapat mempraktekkan dengan
baik

e. Menganjurkan ibu istirahat yang cukup seperti tidur siang disela-sla saat bayi
tertidur dan tidur malam serta mengurangi pekerjaan berat supaya ibu tidak
kelelahan dan mempercepat proses pemulihan.
28
Hasil: Ibu mengerti dan akan istirahat yang cukup

f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan alat genetalia supaya tidak terjadi


infeksi yaitu membersihkan pada saat mandi, setelah BAB/BAK,
membersihkan dari arah depan ke belakang. Dan mengganti pembalut setiap 4
jam sekali atau apabila sudah terasa penuh.

Hasil: Ibu bersedia menjaga kebersihan alat genetalianya.

g. Memberikan ibu konseling tentang tanda bahaya pada masa nifas yaitu
kontraksi uterus buruk, perdarahan abnormal dari jalan lahir, pengeluaran
lokhea berbau menusuk, kemerahan pada payudara/infeksi, suhu tubuh tinggi.
Apabila ibu mengalami tanda bahaya masa nifas segera melakukan
pemeriksaan pada tenaga kesehatan terdekat

Hasil : Ibu paham mengenai tanda bahaya masa nifas dan akan
memeriksakan ke tenaga kesehatan apabila mengalami salah satu tanda
bahaya yang telah disebutkan

h. Menganjurkan ibu kembali 1-2 minggu kemudian atau apabila ada keluhan
Hasil : Ibu bersedia kembali
i. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan
Hasil : Pendokumentasian telah dilakukan

3) Evaluasi
Tanggal: 1-11-2022 jam: 16.15 WIB
S : Ibu mengatakan sudah mengerti apa yang telah di jelaskan
O : Ibu dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan tentang perawatan
payudara, cara menyusui yg benar dan tanda bahaya nifas.
TD: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/ menit, suhu: 36,5 ˚C, respirasi: 20 x/ menit
KU: baik
TFU : 2 jari dibawah pusat
Lochea : rubra
Kontaksi uterus : baik
Konsistensi uterus : keras
Kandung kemih : kosong
Pengeluaran ASI masih sedikit
29
A : P40004 Post Partum Hari ke 3 Fisiologis
P : Berikan HE tentang:
• Istirahat
• personal hygiene
• Tanda bahaya nifas
• Follow up, 1 – 2 minggu lagi / bila ada keluhan 

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Pada Ny. K umur 34 tahun
P4A0 di polindes Bunten Timur ditemukan hasil sebagai berikut:
Pengkajian Pada pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data dasar tentang
keadaan pasien. Pada studi kasus ini penulis melakukan pengkajian terhadap ibu nifas
normal pada Ny. K umur 34 tahun didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Data Subjektif
Data yang diperoleh dengan cara anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data pasien ibu nifas dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, baik secara langsung pada pasien ibu bersalin maupun
kepada keluarga pasien (Walyani dan Purwoastuti, 2015:185).
a) Biodata
b) Keluhan yang dirasakan ibu saat ini
c) Riwayat kehamilan ini tentang kunjungan, masalah, imunisasi, dan gerakan
janin.

30
d) Riwayat persalinan ini tentang persalinan ini meliputi adakah jenis
persalinan, lama persalinan, komplikasi, penolong, dan perdarahan
e) Riwayat kontrasepsi
f) Riwayat penyakit yang pernah ibu dan keluarga derita.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari apa saja yang dilihat dan dirasakan sewaktu
melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium (Kuswanti dan Melina,
2014:77).
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan
d) Pemeriksaan fisik
e) Leher
f) Payudara : pembesaran, putting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan
lecet pada putting), ASI sudah keluar, adakah pembengkakan, radang atau
benjolan abnormal.
g) Abdomen : tinggi fundus uteri, kontraksi uteri
h) Kandung kemih penuh/kosong
i) Genetalia
j) Ekstremitas
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb : 11,2 gr%
Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang penulis peroleh pada Ny. K 34 tahun
P4A0 didapatkan data ibu dan keluarga tidak sedang atau tidak pernah menderita
penyakit menurun,menular atau menahun. Keadaan umum baik, conjungtiva merah,
TD = 120/70 mmHg, N = 80 x/menit, R = 20 x/menit, S = 36,5oC. Puting payudara
menonjol, pengeluaran ASI sedikit, TFU 2 jari bawah pusat, lochea rubra.
Pemeriksaan penunjang Hb dalam batas normal. Berdasarkan data yang diperoleh
penulis dapat menegakkan diagnosa kebidanan Ny. K P4A0 34 tahun post partum hari
ke 3.
Penatalaksanaan yang diberikan yaitu mengajarkan bagaimana cara melakukan
perawatan payudara dan cara menyusui yang benar, serta memberikan KIE tentang

31
istirahat, personal hygiene dan tanda bahaya masa nifas. Pembahasan berdasarkan
tinjauan teori dan kasus tidak di temukan kesenjangan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. K usia 34 tahun
P4Ab0 post partum hari ke -3, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
asuhan masa nifas normal Ny K telah sesuai dengan teori.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk
melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas sesuai standar profesi kebidanan
dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang

32
didapat diperkuliahan dengan praktik yang nyata di lahan, serta dapat
mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan
terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam menangani
dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara menyeluruh, serta
mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi pada ibu
nifas.
3. Bagi Klien
Agar ibudapat memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan seputar
masa nifas, serta diharapkan dapat melaksanakan anjuran atau konseling yang
telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, A. 2014. Buku Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Penerbit
Andi Sulistyawati, A. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
ANDI OFFSET
Walyani siwi elisabeth, purwoastuti endang.tn asuhan kebidanan masa nifas dan
menyusui
Maryunani, A. 2015. Asuhan Ibu Nifas dan Asuhan Ibu Menyusui. Jakarta: In Media
Cunningham, et al. 2012 Obtetri Williams. Volume 1. Jakarta : EGC.
Yuliana, W., & Hakim, B. (2020). Emodemo dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Ambarwati, E, & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Cendikia
33
Press.
Sutanto,AndinaVita.2019.Nifas Dan Menyusui.Yogyakarta:Pustaka Baru Press.192
halaman
Wulandari,NurFuri.2020.HappyExclusiveBreastfeeding.Yogyakarta: Laksana.199 halaman
Risa Pitriani, & Rika Andriyani. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal. CV BUDI UTAMA. www.deepublish.co.id
Wilujeng, R. D., & Hartati, A. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas. Akademi
Kebidanan Griya Husada Surabaya, 82.
Wahyuningsih, sri. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Di Lengkapi
Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta :
Deepublish Publisher.
Varney, Hellen. 1997. Pelatihan Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai