Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners

Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :
ADINDA DEWI UTARI
221FK04054

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi


Tanggal responsi : Tanggal responsi :

Raden Netty Rustikayanti S.Kp., M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Post Partum


Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis
dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan
yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).

B. Tahapan Masa Post Partum


Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita selama masa
nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di
perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu
c. Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu yang
diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa
bermingguminggu, bulan dan tahun.

C. Adaptasi Fisiologis Masa Nifas (Post Partum)


Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah
melahirkan antara lain Risa & Rika (2014) :
1) Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
INVOLUSI Bobot Uterus TFU
Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat
Uri lahir 750 gram Lembek ( 2 jari di
bawah pusat)
1 Minggu 500 gram Pertengahan pusat
dan simfisis
2 Minggu 350 gram Tidak teraba diatas
simfisis
6 Minggu 50-60 gram Bertambah kecil
8 Minggu 30 gram Sebesar normal

2) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan
warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis
berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a. Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisasisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir serta berlangsung dari hari
ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampaihari ke14.
d. Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks,
dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung
selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap pada awal periode post
partum menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin
disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa
yang berlanjut dapat menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai
dengan nyeri pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan
nanah berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea
yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina
kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil.
5) Perubahan Sistem
Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu
persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
6) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme
sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan)
antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon
estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada
waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tibatiba. Volume darah bertambah,
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal
ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi
sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada
hari ketiga sampai kelima postpartum.
9) Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain:
a) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi
biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya
infeksi pada endometrium.
b) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi
sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi
100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan
post partum.
c) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya
preeklampsi post partum.
d) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada
masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
D. Perubahan Psikologis Masa Post Partum
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum menurut Sutanto
(2019) :
- Fase Taking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
a) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
b) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
c) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
d) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
e) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke
kondisi normal.
f) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi.
g) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.

- Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)


a) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (baby blues).
b) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung
jawab akan bayinya.
c) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan
daya tahan tubuh.
d) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggen dong,
menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
e) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
f) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
g) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya.
h) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai teguran.
i) Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita pada fase ini
dan perlu memberi support.

- Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)


a) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke
rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
b) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami
kebutuhan bayi

E. Tujuan Perawatan Nifas


Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019):
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas
Tujuan perawatan masa nitas adalah untuk mendeteksi adanya kemungkinan
adanya pendarahan post partum, dan infeksi, penolong persalinan harus waspada,
sekurang-kurangnya satu jam post partum untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah
melahirkan, lebih lebih bila partus berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan
oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan,
mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun
dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang dan baru
sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan
bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan
pengawasan KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan
tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan tentang
perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan pentingnya di
antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui:
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
A. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
B. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
C. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui
D. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.

F. Patofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah
umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12
jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira
1 smpai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada
di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis Uterus pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali beratsebelum hamil.
Uterus akan mengalami proses involusi yangdimulai segera setelah plasenta
keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi mempengaruhi
perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira 500 gram setelah 1
minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2 minggu pasca melahirkan.
Satu minggusetelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen danprogesteron bertanggung jawab
untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormon menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah
penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot
polos uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, kondsi tersebut sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi
plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3
minggu.
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula
darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan
dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang
terakumulasi selama masa hamil.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi
FSH ketika kadar prolaktin meningkat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang yang paling penting adalah laboratorium untuk menilai
torium untuk menilai Hb darah, Hb darah, terutama bila Hb kurang dari 8gr/dL.
Selain itu, juga diperlukan pemeriksaan golongan darah untuk keperluan transfusi bila
untuk keperluan transfusi bila dibutuhkan.
2. Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan USG dan radiologi untuk melihat ada
tidaknya gumpalan darah dan retensi sisa plasenta. Untuk pemeriksaan USG, perlu
diperhatikan pada saat periode antenatal yang dapt melihat adanya resiko tinggi atau
factor predisposisi terjadinya perdarahan postpartum, seperti plasenta previa.
3. Pada kegawatdaruratan post partum terdapat beberapa pemeriksaan penunjang khusus
untuk  menilaian kegawatdaruratan yaitu MDCT (multi-detector computed
tomography) yang lebih sensitive untuk mendeteksi perdarahan aktif. Selain itu CT
memiliki keunggulan pada kecepatan imaging dan jangkauan pada seluruh abdomen.
Kemudian untuk mennilai kegawatdaruratan yang kedua dengan  Protrombin Time
(PT) dan Activated Partial  Thromboplastin Time (APTT) sebagai pemeriksaan untuk
melihat pembekuan darah dalam satuan detik. PT merupakan pemeriksaan untuk
melihat factor pembekuan darah ekstrinsik, sedangkan APTT adalah pemeriksaan
untuk melihat factor pembekuan darah intrinsic (Saifudin, 2014).

H. Komplikasi

1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat antonia
uteri, retensio plaseta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio
uteri.
b. Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab
perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta,
infeksi postpartum.

Pada trauma atau laserasi jalan lahir bisa terjadi robekan perineum, vagina
serviks, forniks dan rahim. Keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
apabila tidak segera diatasi. Robekan jalan lahir atau ruptur perineum sekitar klitoris dan
uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin sangat sulit untuk diperbaiki.
Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau
vena yang besar, episitomi luas, ada penundaan antara episitomi dan persalinan, atau ada
penundaan antara persalinan dan perbaikan episitomi.

2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24
jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh masuk kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan postpartum.
Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat yang tidak steril,
luka robekan jaljalan lahir, perdarahan, pre-eklamsia, dan kebersihan daerah
perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat terjadi karena
beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang, gizi,
pendidikan, dan usia.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang
didapat baik pengalaman pribadi maupun pengalaman oranglain.
b. Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu
karena ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah akan sulit
menerima masukan dari pihak lain.
c. Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada
orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan suplai
darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya penyakit
pendamping seperti diabetes melitus sehingga penyembuhan luka lebih cepat
terjadi pada usia muda dari pada usia tua.
d. Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya
protein, vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral renik zink dan
tembaga. Kolagen adalalah protein yang terbentuk dari asam amino yang
diperoleh fibroblas dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan untuk
mensintesis kolagen. Vitamin A dapat mengurangi efek negatif stereroid pada
penyembuhan luka (Siska S, 2019).

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Berisi nama pasien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku, alamat, no. RM, tanggal masuk, tanggal  pengkajian dan diagnosa
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Identitas penanggungjawab
Berisi nama penanggung jawab pasien dan hubungan dengan pasien.
2. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat masuk RS dan saat ini)
Keluhan yang paling dasar atau utama yang pasien katakan
2) Alasan masuk RS dan perjalanan penyakit saat ini
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit yang dimulai
dari pasien masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai saat dilakukan
pengkajian.
b. Riwayat Haid
Umur Menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, perkiraan tanggal partus.
c. Riwayat Perkawinan Kehamilan
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium :
USG, darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan,
dan pengobatan yang diperoleh.
2) Riwayat persalinan
- Riwayat persalinan lalu : GPA, umur kehamilan saat
bersalin, jenis  persalinan,  persalinan, penolong
penolong persalinan, persalinan, BB bayi, kelainan
kelainan fisik, kondisi anak saat ini.
- Riwayat t nifas pada persalinan persalinan lalu : pernah
mengalami mengalami demam, keadaan lochea, kondisi
perdarahan selama nifas, tingkat aktivitas setelah
melahirkan, keadaan  perineal, abdominal, nyeri pada
payudara, payudara, kesulitan kesulitan eliminasi,
keberhasilan pemberian ASI, respon, dan support
keluarga.
- Riwayat persalinan saat ini : kapan timbul
his, pembukaan,  pembukaan, bloody show, kondisi
kondisi ketuban, ketuban, lama pesalinan,  pesalinan,
dengan episiotomy episiotomy atau tidak, kondisi
kondisi perineum  perineum dan jaringan jaringan
sekitar sekitar vagina, vagina, dilakukan dilakukan
anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran
pengeluaran plasenta, plasenta, kelengkapan
kelengkapan plasenta, plasenta, jumlah  perdarahan.
- Riwayat new born : apakah bayi lahir spontan atau
dengan induksi/tind dengan induksi/tindakan khusus,
akan khusus, kondisi bayi kondisi bayi saat lahir  saat
lahir  (langsung menangis atau tidak), apakah
membutuhkan resusitasi, nilai APGAR, jenis kelamin
bayi, BB, panjang  panjang badan, kelainan kelainan
konginetal, konginetal, apakah dilakukan dilakukan
bonding  bonding attachment attachment secara dini
dengan ibunya, ibunya, apakah langsung diberikan ASI
atau susu formula.
- Riwayat KB dan perencanaan keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan
kontrasepsi yang akan datang atau yang akan datang
atau rencana penambaha rencana penambahan anggota
keluarga di anggota keluarga dimasa mendatang.
- Status kesehatan masa lalu
Berisikan riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya
pasien pernah dirawat di rs atau tida  pernah dirawat di
rs atau tidak, dan riwayat alergi terhadap obat, alkohol
dan lain sebagainya.
- Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit
yang diturunkan secara genetic, menular, konginetal,
atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
3. Pola kebutuhan dasar
a. Aktifitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri, dan melakukan eliminasi, serta pola berpakaian.
b. Istirahat dan Tidur  Istirahat dan Tidur 
Waktu (lama, kapan), nyaman atau tidak, penggunaan lampu atau tidak.
c. Nutrisi
Menu makan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein,
vitamin, tinggi serat), frekuensi, nafsu makan, pola minum, jumlah,
frekuensi.
d. Eliminasi
Apakah terjadi dieresis, adakah inkontinensia atau retensi urine karena
takut luka episiotomy, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum.
e. Personal Hygiene
Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genetalia, pola berpakaian.
f. Persepsi-sensori
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara, episiotomi,
trauma perineal, hemoriod, kontraksi kuat (afterpain) dan teratur dalam
periode 24 jam kuat dan teratur dalam periode 24 jam pertama dan akan
berkurang akan berkurang
setiap hari.
4. Pemeriksaan fisik 
Status generalis dan head to toe.
a. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada Ibu. Periksa tanda-
tanda vital tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah
melahirkan atau sampai stabil, kemudian periksa setiap 30 menit untuk
jam-jam berikutnya. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan
kemungkinan adanya infeksi. Tekanan darah mungkin sedikit
meningkat karena upaya untuk persalinan dan keletihan. Tekanan
darah yang menurun perlu diwaspadai kemungkinan adanya
perdarahan post partum.
1) Tekanan darah, normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum.
2) Suhu, suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38 C. Pada hari ke 4
setelah persalinan suhu Ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih
dari 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus
diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
3) Nadi, nadi normal pada Ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi Ibu
akan melambat melambat sampai sekitar sekitar 60 x/menit x/menit
yakni pada waktu habis persalinan persalinan karena ibu dalam
keadaan keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu
pertama post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-
kira 110x/mnt. Bisa juga terjadi gejala shock karena infeksi
khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
4) Pernafasan, pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit. Pada umumnya
respirasi lambat atau bahkan normal. Mengapa demikian, tidak lain
karena Ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat.Bila ada respirasi cepat  post   partum (> 30 x/mnt) mungkin
karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
b. Kepala dan wajah
1) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut, dan kerontokan
rambut.
2) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji adanya flek hitam.
3) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena
perdarahan saat persalinan.
4) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita pilek atau
sinusitis.
5) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,
atau gigi yang berlubang. Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu
masuk bagi mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
6) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran
pembesaran kelenjar kelenjar tiroid. tiroid. Kelenjar Kelenjar limfe
yang membesar  membesar  dapat menunjukan adanya infeksi,
ditunjang dengan adanya data yang lain seperti hipertermi, nyeri, dan
bengkak.
7) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada
telinga  peradangan pada telinga.
c. Pemeriksaan thorak 
1) Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti
pembesaran masif, gerakan if, gerakan yang tidak yang tidak simetris
pada perubahan posisi kontur atau permukaan yang tidak rata seperti
adanya retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan
kemungkinan adanya tumor. Warna kulit, kaji adanya kemerahan
pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan.
2) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada
nyeri tekan guna apakah ada nyeri tekan guna menentukan status
laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama post partum, payudara tidak
banyak   berubah  berubah kecil kecuali sekresi kolostrum kolostrum
yang banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati perubahan
payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda tanda
kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri
tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan
lebih nyaman setelah menyusui.
d. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba. Kaji keadaan abdomen, apakah
lembek atau keras. apakah lembek atau keras. Abdomen yang keras
menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan dapat
diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya dan
dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
2) Palpasi Abdomen
Tinggi fundus uteri: Segera setelah persalinan TFU 2 cm dibawah
pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas  pusat dan menurun
kira-kira 1 cm setiap hari.
 Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah pusat
 Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah pusat
 Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan pusat-
symfisis
 Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba lagi.
- Kontraksi, kontraksi lemah atau perut teraba lunak  menunjukan
konteraksi uterus kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan.
- Posisi, posisi fundus apakah sentral atau latera atau lateral. Posisi
lateral biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan
jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus
yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian
tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari
pertama setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat
ukurannya berkurang oleh involusi.
- Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot pada otot
rektus abdominis akibat pembesaran uterus jika dipalpasi.
e. Ekstremitas atas dan bawah
1) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau tidak.
Pemeriksaan varises sangat penting karena ibu setelah melahirkan
mempunyai kecenderungan untuk mengalami varises pada beberapa
pembuluh darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan hormonal.
2) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya tromboflebitis
sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal.
3) Perineum, kebersihan Perhatikan kebersihan perineum ibu.
4) Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.
- REEDA (red, edema, echymosis, discharge, loss of 
approximation)
- Lochea
Kaji jumlah, warna, konsis na, konsistensi dan bau dan bau
lokhia pada ibu post partum. Perubahan warna harus sesuai.
Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia
yang sudah berwarna merah muda atau keputihan. keputihan.
Jika warna lokhia masih merah maka ibu mengalami komplikasi
postpartum.  Lokhia yang berbau busuk yang dinamankan
Lokhia  purulenta menunjukan adanya infeksi disaluran
reproduksi dan harus segera ditangani.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan menurut SDKI 2016 :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik, luka episiotomy post partum spontan
2. Perubahan pola eliminasi BAK (disuria) b.d trauma perineum
3. Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) b.d trauma persalinan
4. Resiko defisit volume cairan b.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka episiotomy post partum spontan
6. Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab member asuhan pada bayi
7. Resiko gang ko gangguan parenting b.d kurangnya pengetahuan ten uan tentang cara
merawat bayi
8. Ketidakefektifan menyusui b.d suplai ASI tidak cukup.

C. INTERVENSI

D Tujuan dan Kriteria Hasil INTERVENSI


X
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Pengkajian nyeri secara komprehensif
keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor tanda-tanda vital
jam diharapkan nyeri pasien 3. Berikan teknik nonfarmakologis berupa
berkurang dengan kriteria kompres didingin (Efektivitas kompres
hasil: hangat dan kompres
- Melaporkan bahwa 4. Dingin terhadap inensitas nyeri luka
nyeri berkurang perineum pada ibu post partum PKM Siti
- Mampu mengontrol Julaeha Pekanbaru) (Elly S. & Wita R., 2019)
nyeri dengan 5. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
menggunakan teknik 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
non farmakologi
analgetik
- Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas
dan tanda nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkuranf
- Tanda vital dalam
rentang normal
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.
keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan pasien tidak 2. Anjurkan berkemih 6-8 jam post
partum
mengalalami gangguan
3. Berikan teknik merangsang
eliminasi (BAK) dengan
berkemih seperti rendam duduk,
kriteria hasil:
alirkan air keran.
- Ibu dapat berkemih
4. Kolaborasi pemasangan kateter
sendiri dalam 6-8 jam
post partum tidak
merasa sakit saat BAK,
jumlah urine 1,5-2
liter/hari
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, Warna, bau,
keperawatan selama 3 x 24 dan konsistensi. Kaji bising usus setiap 8 jam
jam diharapkan konstipasi 2. Anjurkan pasien untuk melakukan ambulasi
tidak terjadi pada pasien sesuai toleransi dan meningkat secara
dengan kriteria hasil : progresif
- Pasien dapat BAB 3. Pertahankan diet reguler dengan kudapan
maksimal hari ke 3 diantara makanan, tingkatkan makan buah
post partum, feses dan sayur
lunak dan warna khas 4. Anjurkan ibu BAB pada WC duduk
feses, bau khas feses, 5. Kolaborasi pemberian laksantia supositoria
tidak ada kesulitan
BAB
4 Setelah dilakukan tindakan 1.Monitor tanda-tada vital (Nadi, Suhu, dan RR). ).
keperawatan selama 3 x 24 PePeririksa periksa ulang kadar Hb/Ht
jam diharapkan pasien tidak 2. Monitor status hidrasi (turgorkulit)
kekurangan volume cairan 3. Catat intake output dan hitung balance cairan
dengan kriteria hasil : dalam 24 jam.
- Cairan masuk dan 4. Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu.
keluar seimbang,
Hb/Ht dalam batas
normal (12,0-16,0
gr/dL)
5 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi serta TTV
keperawatan selama 3 x 24 2. Kaji luka perineum, keadaan jahitan
jam diharapkan resiko infeksi 3. Memberikan Vulva hygiene
teratasi dengan kriteria hasil: (hubungan vulva hygiene dengan pencegahan
- Tanda-tanda vital infeksi luka perineum pada ibu post partum di RS
dalam batas Pancaran Kasih GMIM Manado) (Yolanda B,
normal dkk, 2015)
TD : 120/80 mmHg 4. Lakukan perawatan luka pada area luka dengan
N : 60-100 x/menit teknik aseptic
RR : 20 x/menit 5. Ajarkan pasien membasuh vulva dengan cara
S : 36,5-37,5˚C yang benar
- Bebas dari tanda dan 6. Sarankan kepada pasien agar menggati pembalut
gejala 4 jam sekali
Infeksi 7. Kolaborasi dengan dokter dalam
- Menunjukkan
kemampuauan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal (5000-
10.000)
6 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji rutinitas tidur yang biasa klien lakukan
keperawatan selama 3 x 24 2. Berikan perawatan petang hari misalnya :
jam diharapkan Gangguan personal hygiene
pola titidur teratasi dengan 3. Ajarkan teknik non farmakologis (distraksi)
kriteria hasil: 4. Kolaborasi dengan dokteter dalam pemberian
- Kuantitas dan kualitas analgetik
tidur meningkat
7 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan suaminya.
keperawatan selama 3 x 24 2. Dorong untuk menceritakan kesulitan menjadi
jam diharapkan resiko orangtua
gangguan proses parenting 3. Beri kesempatan pasien untuk melakukan
teratasi dengan kriteria hasil: perawatan bayi secara mandiri
- Pasien dapat merawat 4. Latih ibu untuk perawatan payudara secara
bayi secara mandiri mandiri dan teratur
(memandikan, 5. Libatkan suami dan keluarga dalam membantu
menyusui, dan pasien merawat bayinya.
merawat tali pusat)
8 Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau pembengkakan payudara yang
keperawatan selama 3 x 24 berhubungan dengan ketidaknyamanan atau sakit
jam diharapkan keberhasilan 2. Lakukan pijat oksitosin untuk memperlancar ASI
menyusui bayi meningkat 3. Ajarkan pasien mengenai langkah-langkah pijat
dengan kriteria hasil: oksitosin
- Pengeluararan ASI 4. Libatkan keluarga untuk memberikan dan
cukup adekuat memberikan dukungan pada pasien.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Beberapa petunjuk pada
implementasi  petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut: adalah sebagai
berikut:
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat.
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi.
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian
tujuan dan kriteria hasil. Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
catatan perkembangan dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif,
Assesment, dan Planning)

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, R. Wulandari, A. Nurrohmah. (2020). Metode Pijat Bayi Sebagai Upaya Meningkatkan
Berat Badan Bayi. Universitas Aisyiyah Surakarta

Andriyani Rika dan Risa Pitriani. (2014). Panduan Lengkap Kebidanan Ibu Nifas Normal (Askeb
III). Yogyakarta: Deepublish.

Saifuddin AB, editor. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2014.
Sri Wahyuningsih. (2019). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum. CV BUDI UTAMA.
www.deepublish.co.id

Sutanto, AndinaVita. 2019. Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.192 halaman

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Yuliana Wahida, & Hakim, B. N. (2020). Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan Masa Nifas. In
asuhan kebidanan masa nifas (p. 2). https://books.google.co.id/books?
id=PZgMEAAAQBAJ&pg=PA1&dq=peng
ertian+masa+nifas&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj0n7mb0OrtAhVNAXIKH
WrhAm4Q6AEwAXoECAMQAg#v=onepage&q=pengertian masa nifas&f=false

Anda mungkin juga menyukai