Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

Laporan Pendahuluan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program

Profesi Ners
Keperawatan Maternitas

Disusun oleh:
Asri Kartika S
221FK04061

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi


Tgl responsi: Tgl responsi:

Raden Nety Rustikayanti , S.Kp., M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERSFAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI
KENCANABANDUNG
2022
1.1 Konsep Post Partum
1.1.1 Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu. Pada masa nifas akan mengalami perubahan baik fisik maupun
psikis. Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis
baik untuk ibu maupun bayi, apabila tidak ditangani segera dengan
efektif dapat membahayakan kesehatan atau kematian bayi ibu (
Rasumawati, 2018 ).
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum
berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu
kali. Multipara (pleuripara) adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup
beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari
lima kali (Manuaba, 2012).
1.1.2 Tahap-tahapan post partum
Masa post partum dibagi dalam tiga tahap sebagai berikut (Wahyuningsih,
2019) :
1. Immediate Post Partum (setelah plasenta lahir 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang
sering terjadi misalnya atonia uteri oleh karena itu perlu melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah ibu dan
suhu
2. Early Post Partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Late Post Partum ( 1 minggu – 6 minggu)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
1.1.3 Perubahan Fisiologis Post partum
Pada perubahan fisiologis masa nifas ini, terdiri atas beberapa sistem
menurut (Bobak, 2005) & (Ambarwati E,R,Diah,W ,2010) yaitu
1. Perubahan pada sistem Reproduksi
a) Involusi uteri
Involusi atau pengurutan uterus merupakan suatu proses dimana uetus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir ekibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Perubahan- perubahan normal pada uterus selama
post partum.
Tabel 2.1 Perubahan perubahan normal pada uterus selama post
partum

Menurut Reeder, (2012) tinggi fundus uteri (TFU) pada hari pertama
setinggi pusat, pada hari kedua 1 jari di bawah pusat, pada hari ke tiga
2 jari di bawah pusat, pada hari ke empat 2 jari di atas simpisis, pada
hari ke tujuh 1 jari d atas simpisis, pada hari kesepuluh setinggi
simpisis.
Menurut Walyani (2017) uterus berangsur- angsur menjadi
kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil:
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000 gr.
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750 gr.
3) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba pertengahan
pusat dengan simpisis, berat uterus 500 gr.
4) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr.
5) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50 gr
b) Tempaat plasenta
Segera setelah plasenta keluar dan ketuban dikeluarkan, kontriksi
vasikuler dan thrombosis menurunkan tempat plasenta kesuatu area
yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
c) Serviks (mulut rahim)
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan 18 jam setelah
pasca partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi padat
dan kembali ke bentuk semula. Warna serviks sendiri berwarna
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah, bentuknya seperti
corong karena disebabkan oleh korpus uteri yang mengadakan
kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga pada
perbatasan antara korpus uteri dan servik terbentuk cincin
d) Lochea
Lochea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Mikroorganisme ditemukan pada lochea yang menumpuk di
vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahwa bila
discharge diambil dari rongga uterus (menurut Chunningham, Gary,
et all 2006). Karakteristik lochea:
6) Lochea Rubra atau Merah (Kruenta)
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 3 masa post partum.
Cairan yang keluar berwarna marah karena berisih darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan mekonium.
7) Lochea Serosa
Lochea ini muncul pada hari ke 4 sampai hari ke 7 masa post
partum. Lochea serosa ini berwarna merah muda sampai cokelat,
tidak berbau tidak ada bekuan.
8) Lochea Alba
Lochea ini muncul pada minggu ke pertama sampai pada minggu
ke 3 post partum. Lochea ini krem sampai kekuningan mungkin
kecoklatan, tidak berbau.
e) Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8
minggu post partum. Segera setelah melahirkan, perineum menjadi
kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi
pada saat perineum mengalami robekan, pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
(Ambarwati E,R,Diah,W, 2010).
2. Perubahan pada sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan. Dehidrasi, kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur
dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian
cairan yang cukup. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010).
3. Perubahan pada sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama post melahirkan.
Kadangkadang puerperium mengalami sulit buang air kecil, karena
sfingter ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus
sphinter ani selama persalinan. Kadang-kadang edema dari triogonium
menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi retensio urine,
kandung kemih dalam puerperium sangat kurang sensitive dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah
buang air kecil masih tertinggal urine residual. ( normal kuang lebih 150cc
). (Ambarwati E,R,Diah,W. 2010).
4. Perubahan pada sistem Musculoskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi
retrofleksi, karena rotundum menjadi kendor.Stabilisasi secara sempurna
terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-
serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya
uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk
sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan. Perubahan endokrin,
menurut (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010) yaitu :
a) Hormon plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-
hormon yang diproduksi oleh plasenta.ahormon plasenta menurun
dengan cepat setelah persalinan.
b) Hormon pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
c) Hormon oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang
(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama
tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan plasenta.
Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan kontraksi,
mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita
yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang
keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus kembali ke bentuk
normal dan pengeluaran air susu.
d) Hipotalamik pituitary ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi
lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama
itu bersifat anovulasi yang dikarenakannya rendah kadar estrogen dan
progesteron.
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital menurut (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010)
yaitu :
a) Suhu badan
Dalam 24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5oc –
38oc ) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan
dan kelelahan apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi.
Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembendungan
asi, buah dada akan menjadi bengkak berwarna merah karena ada
banyak asi bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
endometrium, mastitis, traktus urognitalis atau sistem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Setiap denyut nadi
yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan
oleh infeksi atau perdarahan postpartum tertunda.
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah kemungkina tekanan darah akan rendah
setelah melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi
pada post partum menandakan terjadinya prekeklamsi post partum
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal maka
pernapasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan kusus di
saluran pernapasan . Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada
persalian pervagina akan kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila
kelahiran melalui Section Caesaria (SC) kehilangan darah akan dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan haemokonsentrasi.
Apabila persalinan pervagina haemokonsentrasi akan naik dan pada
SC haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4
– 6 minggu. (Ambarwati E,R,Diah, 2010).
Faktor-faktor pembekuan darah meningkat pada hari pertama
post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah akan lebih mengental dengan peningkatan fiskositas
sehingga menigkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari
masa post partum. Kira-kira selama kehamilan dan masa terjadi
kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan
peningkatan sel darah pada kehamilan di asosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 postpartum
dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.(Ambarwati
E,R,Diah, W, 2010)
Menurut Kumalasari (2015), perubahan fisiologis dan psikologis post partum
Perubahan Psikologis
a) Perubahan Taking In Merupakan periode terjadi setelah 1 sampai 2 hari
dari persalinan, masa terjadi interaksi dan kontak yang lama antara
ayah, ibu dan bayi.
b) Periode Taking Hold Merupakan berlangsung pada hari ke 3 sampai
hari ke 4 post partum, ibu berusaha bertanggung jawab terhadap
bayinya dengan berusaha untuk menguasai perawatan bayi.
c) Periode Letting Go Merupakan terjadi setelah ibu pulang ke rumah,
pada masa ibu hamil mengambil tanggung jawab terhadap bayi
1.2 Tanda dan gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai
berikut:
1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.

1.3 Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila
setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial
yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna
bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).

1.4 Perjalanan penyakit (Patofisiologi)


Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah,
kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simpisis pubis Uterus pada waktu hamil penuh baratnya
11 kali beratsebelum hamil.
Uterus akan mengalami proses involusiyangdimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi
mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi kira-kira
500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan menjadi 350 gram setelah 2
minggu pasca melahirkan. Satu minggusetelah melahirkan uterus berada di
dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan
esterogen danprogesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon menyebabkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsungjaringan hipertrofi yang
berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas
kontraksi otot otot polos uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar.
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-
5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin. Regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakaiwaktu 2 sampai 3 minggu.
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam
menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama
pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat.

1.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut Kumalasari I (2015), antara lain:
pemeriksaan urine, Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika
Hb <10 gr% dibutuhkan suplemen Fe), eritrosit, leukosit dan trombosit.

1.6 Komplikasi
2. Perdarahan Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita
selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah: kehilangan
darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan
pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kehilangan darah lebih dai 500 cc.
b) Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg.
c) Hb turun sampai 3 gram %.

Tiga penyebap utama perdarahan antara lain :

 Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi


dengan baik dan ini merupakan sebab utama dari perdarahan post
partum.
 laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
 Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.
d) Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka.
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut
pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wiknjosastro, 2009).
3. Infeksi puerperalis Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama
masa post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1%-8%, ditandai adanya
kenaikan suhu > 38 0 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum
4. Endometritis Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membran
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis.
5. Mastitis Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertama post partum
6. Infeksi saluran kemih Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum,
pembedahan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
7. Tromboplebitis dan thrombosis Semasa hamil dan masa awal post partum,
faktor koagulasi dan meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem
vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan trombus dipembuluh
darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah) dan thrombosis (pembentukan
trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari 500- 750 kelahiran
pada 3 hari pertama post partum
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan

denganmengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan

diketahuiberbagai permasalahan yang ada.

1. Data Subjektif

a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut

Anggraini (2010),meliputi :

1) Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila

perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya

resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi

belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk

terjadi perdarahan dalam post partum. Untuk respon

nyeri, umur juga mempengaruhi karena pada umur

anak-anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada

umur orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika

sudah patologis dan mengalamikerusakan fungsi. Pada

lansia cenderung memendam nyeri yangdialami, karena

mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah


yangharus di jalani dan mereka takut kalau mengalami

penyakit berat ataumeninggal jika nyeri di periksakan.

3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut

untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam

berdoa.

4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan seharihari. Orang belajar dari budayanya,

bagaimana seharusnya merekaberespon terhadap nyeri

misalnya seperti suatu daerah menganutkepercayaan

bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima

karenamereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak

megeluh jika adanyeri.

5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan

untukmengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,

sehingga perawatdapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya. Bilapasien memiliki

pengetahuan yang baik terhadap perawatan lukamaka

luka akan sembuh pada hari ke tujuh setelah persalinan

dan bilatidak dirawat dengan baik maka akan terjadi

infeksi pada pasien postpartum.

6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosialekonominya, karena ini juga mempengaruhi

dalam gizi pasientersebut.


7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah biladiperlukan.b. Keluhan utamaUntuk

mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan

dengan masanifas, misalnya pasien merasa kontraksi,

nyeri pada jalan lahir karenaadanya jahitan pada

perineum (Ambarwati, 2010). Keluhan utama padaibu

post partum dengan involusi uterus (Bobak, 2009).

c. Riwayat KesehatanMenurut Ambarwati (2010), riwayat

kesehatan meliputi :

1) Riwayat kesehatan yang laluData ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya riwayatatau penyakit

akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus hipertensi,

asma yang dapat mempengaruhi pada masa post

partumini.

2) Riwayat kesehatan sekarangData ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya penyakityang diderita

pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa

postpartum dan bayinya.

3) Riwayat kesehatan keluargaData ini diperlukan untuk

mengetahui kemungkinan adanya pengaruhpenyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan

bayinya,yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya, mengetahuiapakah ada riwayat penyakit

menurun seperti asma, jantung, DM danhipertensi dan


penyakit menular seperti asma / TBC

(Prawirohardjo,2005).

d. Riwayat MenstruasiUntuk mengetahui kapan mulai

menstruasi, siklus mentruasi, lamanyamenstruasi, banyaknya

darah menstruasi, teratur / tidak menstruasinya,sifat darah

menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu

menstruasidisebut disminorea (Estiwidani, 2008).

e. Riwayat PerkawinanPada status perkawinan yang ditanyakan

adalah kawin syah, berapa kali,usia menikah berapa tahun,

dengan suami usia berapa, lama perkawinan,dan sudah

mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008).

f. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang laluUntuk

mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat

persalinanyaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran,

lamanya melahirkan,dan cara melahirkan. Masalah /

gangguan kesehatan yang timbul sewaktuhamil dan

melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat

badanbayi sewaktu lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis

kelamin bayi,keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan

(Estiwidani, 2008).Paritas mempengaruhi persepsi terhadap

nyeri persalinan karenaprimipara mempunyai proses

persalinan yang lama dan lebih melelahkandengan multipara.

Hal ini disebabkan karena serviks pada klien

primiparamemerlukan tenaga yang lebih besar untuk


mengalami peregangankarena pengaruh intensitas konstraksi

lebih besar selama kala Ipersalinan. Selain itu, pada ibu

dengan primipara menunjukanpeningkatan kecemasan dan

keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeriselama persalinan.

g. Riwayat Keluarga BerencanaUntuk mengetahui apakah

pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenisapa, berapa

lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi

sertarencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke

kontrasepsi apa(Anggraini, 2010).

h. Riwayat Kehamilan SekarangMenurut Saifuddin (2006),

meliputi :

1) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya

2) Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.

3) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.

4) Selama hamil berapa kali ibu periksa

5) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan

6) Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan

berapaminggu

7) Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah

dilakukan imunisasi TT selama hamil.

8) Keadaan psikologisUntuk mengetahui tentang perasaan ibu

sekarang, apakah ibu merasatakut atau cemas dengan

keadaan sekarang (Nursalam, 2008).


Riwayat Sosial BudayaUntuk mengetahui kehamilan ini

direncanakan / tidak, diterima /tidak, jenis kelamin yang

diharapkan dan untuk mengetahui pasiendan keluarga yang

menganut adat istiadat yang akan menguntungkan

atau merugikan pasien khususnya pada post partum misalnya

pada kebiasaan makan dilarang makan ikan atau yang amis-

amis (Anggraini, 2010).

9) Penggunaan obat-obatan / rokokUntuk mengetahui apakah

ibu mengkonsumsi obat terlarang ataukahibu merokok

(Manuaba, 2007).

2. Data ObjektifData objektif adalah data yang sesungguhnya dapat

diobservasi dandilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).

a. Status generalis

1) Keadaan umumUntuk mengetahui apakah ibu dalam

keadaan baik, cukup ataukurang (Prihardjo, 2007). Pada

kasus keadaan umum ibu baik(Varney, 2007).

2) KesadaranUntuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah

composmentis(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua

pertanyaan tentangkeadaan sekelilingnya), apatis (tidak

menanggapi rangsangan /acuh tak acuh, tidak peduli)

somnolen (kesadaran yang segan untukberhubungan

dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh),

spoor(keadaan yang menyerupai tidur), koma (tidak bisa

dibangunkan,tidak ada respon terhadap rangsangan


apapun, tidak ada responkornea maupun reflek muntah,

mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)

(Novi, 2009). Pada kasus kesadarancomposmentis

(Varney, 2007).

3) Tanda- tanda Vital

a) Tekanan darah untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada

beberapa kasusditemukan keadaan dimana jika ibu post

partum merasakan nyeri maka tekanan darah akan meningkat,

tetapi keadaan ini akan menghilang dengan sendirinya

apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya dalam 2

bulan pengobatan (Anggraini, 2010). Batas normalnya

110/60– 140/90 mmHg (Monica, 2005).

b) Nadi untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam

menit (Saifuddin, 2008). Batas normal nadi berkisar antara 60

– 80 x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa

nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini

salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit

atau karena kehilangandarah yang berlebihan (Anggraini,

2010).

c) Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C.

Sesudahpartus dapat naik 0,5°C dari keadaan normal tetapi

tidakmelebihi 38°C (Wiknjosastro, 2006). Suhu normal

manusia adalah 36,6°C-37,6°C (Potter dan Perry, 2005).


Suhu ibu postpartum dengan episiotomi dapat meningkat bila

terjadi infeksi,atau tanda REEDA (+).

d) Respirasi untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang

dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya

12 – 20x/menit (Potter dan Perry, 2005).

4) Tinggi badan untuk mengetahui, Fundus uteri Fundus harus berada

dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus. Bila uterus

lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser kearah

kanan midline , periksa adanya distensi kandung kemih. h)Kandung

kemih Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu

cepat terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena.

(Wiknjosastro, 2006).

5) LILAUntuk mengetahui status gizi pasien (Wiknjosastro, 2006).

b. Pemeriksaan Sistematis

1) Inspeksi

a) Rambut untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok

atau tidak(Nursalam, 2008).

b) Muka untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak

adakahkelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008)

c) Mata untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva,

anemia / tidak, sklera ikterik / tidak (Nursalam, 2008)d)

Mulut / gigi / gusi untuk mengetahui ada stomatitis atau

tidak, keadaan gigi, gusiberdarah atau tidak (Nursalam, 2008)


d) Abdomen untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak,

adastrie atau tidak,ada tidaknya linea alba nigra (Saifuddin,

2006).

e) Vulva untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda

infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan

perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada kasus episiotomy vulva

kadang bisamenjadi edema, perineum ruptur jika terjadi

infeksi, maka akanterlihat kemerahan, jahitan basah dan

mengeluarkan nanah sertabau busuk.

2) Palpasi

a) Leher untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid,

adabenjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar

limfe(Nursalam, 2008).

b) Dadauntuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak,

adabenjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam,

2004).

c) Abdomenuntuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah,

tinggi fundus uteri (Saifuddin, 2006).

d) Ekstremitasuntuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema

atau tidak terdapat varices atau tidak (Prihardjo, 2007).


2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan

involusi uterus, proses pengembalian ukuran rahim ke

ukuran semula.

2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin.

3. Resiko hipovolemia berhubungan dengan kekurangan

intake cairan.

4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi.

5. Resiko infeksi behubungan dengan trauma jaringan/luka

episiotomi post partum.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika
Anggraini,Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Rihamma.
Bobak, Lowdermik, Jansen. (2009). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EGC.
Brayshaw E. Senam hamil dan nifas pedoman praktis bidan. Jakarta: EGC; 2008.
Estiwidani dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Fitramaya.
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi

Ketidaknyamanan pasca partum Setalah dilakukan tindakan keperawatan Defenisi :


1.
berhubungan dengan involusi diharapkan masalah tentang ketinyamanan Mengidentifikasi dan merawat ibu

uterus, proses pengembalian pasca partum teratasi dengan kriteria hasil : segera setelah melahirkan sampai

ukuran rahim ke ukuran semula Definisi : dengan enam minggu.

Definisi : Perasaan nyaman yang berhubungan Tindakan :

Perasaan tidak nyaman yang dengan kondisi setelah melahirkan Observasi :

berhubungan dengan kondisi - Monitor tanda-tanda vital

setelah melahirkan 1. Keluhan tidak nyaman menurun - Monitor keadaan lokia (misal :

2. Meringis cukup menurun warna, jumlah, bau dan bekuan)

3. Luka episiotomi menurun - Periksa perineum atau robekan

4. Kontraksi uterus meningkat (kemerahan, edema, ekimosis,

pengeluaran, penyatuan jahitan)


7

- Monitor nyeri

- Monitor status pencernaan

- Monitor tanda human

- Identifikasi kemampuan ibu

merawat bayi

- Identifikasi adanya masalah

adaptasi psikologis ibu post

partum

Terapeutik :

- Berikan teknik non farmakologi

tentang latihan senam nifas

- Kontak lingkungan yang

memperberat rasa nyeri ( suhu,


pencahayaan, kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :

- Jelaskan penyebab dan pemicu

nyeri

- Jelasakan strategi pereda

nyeri

- Anjurkan monitor nyeri

secaramandiri

- Anjurkan teknik

nonfarmakologis untuk,

mengurangi nyeri.

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

Nyeri melahirkan berhubungan Setalah dilakukan tindakan keperawatan1 x


2. Definisi :
dengan pengeluaran janin 24 jam diharapkan masalah tentang nyeri

yang dirasakan dapat teratasi dengan Mengidentifikasi dan mengelola

kriteria hasil : pengalaman sensorik atau emosional


yang berkaitan dengan kerusakan

Definisi : jaringan atau fungsional dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas


Tindakan untuk meredakan pengalaman
ringan hingga berat dan konstan
sensorik atau emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan Tindakan :

- Melaporkan nyeri terkontrol cukup Observasi :

menurun
- Identifikasi lokasi, karakteristik,
- Kemampuan mengenali onset nyeri
durasi, frekuensi, kualitas,
cukup meningkat
intensitas nyeri
- Kemampuan mengenali penyebab
- Identifikasi skala nyeri
nyeri meningkat
- Identifikasi respon nyeri non

verbal

- Identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan


nyeri

- Identifikasi pengetahuan dan

keyakinan tentang nyeri

- Identifikasi pengaruh budaya

terhadap respon nyeri

- Identifikasi pengaruh nyeri pada

kualitas hidup monitor

keberhasilan terapi

komplementer yang sudah

diberikan

- Monitor efek samping

penggunaan analgetik.

Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri

(mis: Akupresur, terapi musik,

teknik imajinasi terbimbing)

- Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri (mis :

suhu ruangan, pencahayaan,

kebisingan)

- Fasilitas istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam pemilihan

strategi meredakan nyeri

Edukasi :

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan

nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri

secara mandiri

- Anjurkan menggunakan

analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis

untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian analgetik

Resiko Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan


3. Definisi :
berhubungan dengan kekurangan diharapkan masalah tentang resiko
intake cairan hipovolemia dapat teratasi dengan kriteria
Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi : hasil :
penurunan volume cairan intravaskuler
Berisiko mengalami penurunan Definisi :

volume cairan intravaskuler, Kondisi volume cairan intravaskuler, Tindakan :

interstisiel dan/atau intraseluler interstisiel, dan/atau intraseluler


Observasi :
- Kekuatan nadi cukup meningkat
- Periksa tanda dan gejala
- Turgor kulit cukup meningkat
hipovolemia (mis : frekuensi
- Output urin sedang
nadi meningkat, nadi teraba
- Keluhan haus meningkat
lemah, tekanan darah menurun,
- Konsentrasi urin sedang
tekanan nadi menyempit, turgor

kulit menurun, membran

mukosa kering, volume urin

menurun, hematokrit

meningkat, haus, lemah)


- Monitor intake dan output

cairan

Terapeutik :

- Hitung kubutuhan cairan

- Berikan posisi modifled

trendelenburg

- Berikan asupan cairan oral

Edukasi :

- Anjurkan memperbanyak

asupan cairan oral

- Anjurkan menghindari

perubahan posisi mendadak

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV

isotonis (mis : NaCl, RL)

- Kolaborasi pemberian cairan IV

hipotonis (mis : glukosa 2,5%,

NaCl 0,4%)

- Kolaborasi pemberian cairan

koloid (mis : albumin,

plasmanate)

- Kolaborasi pemberian produk

darah

Defisit pengetahuan Setalah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan :


4.
berhubungan dengan kurang diharapkan masalah tentang pengetahuan Observasi :

terpapar informasi dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Identifikasi kesiapan dan

Definisi : 1. Perilaku sesuai anjuran verbalisasi kemampuan menerima


Ketiadaan atau kurangnya minat dalam belajar cukup informasi

informasi kognitif yang barkaitan meningkat - Identifikasi faktor-faktor yang

dengan topik tertentu 2. Kemampuan menjelaskan tentang dapat meningkatkan dan

suatu topik meningkat menurunkan motivasi perilaku

3. Kemampuan menggambarkan hidup bersih dan sehat

pengalaman sebelumnya yang


Terapeutik :
sesuai dengan topik cukup

meningkat - Sediakan materi dan media

4. Perilaku sesuai dengan pendidikan kesehatan

pengetahuan - Jadwalkan pendidikan

kesehatan sesuai kesepakatan

- Berikan kesempatan untuk

bertanya

Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang

dapat mempengaruhi kesehatan

- Ajarkan perilaku hidup bersih

dan sehat

- Ajarkan strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, Pengontrolan infeksi


5.
dengan trauma jaringan/luka faktor resiko infeksi pada klien dengan Observasi

episiotomi post partum kriteria hasi: - Monitor tanda dan gejala infeksi

- Tidak ada tanda-tanda infeksi - Monitor adanya luka

- Status imune klien adekuat - Kaji adanya luka

Terapeutik

- Pertahankan teknik aseptik


- Cuci tangan setiap sebelum dan

sesudah tindakan

- Tingkatkan intake cairan

- Inspeksi kulit dan mukosa

terhadap panas, drainase

Edukasi

- Ajarkan pasien dan keluarga

tanda dan gejala infeksi

- Dorong masukan cairan

- Dorong istirahat

- Kolaborasi penggunaan

analgetik
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi

keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari

rencana keperawatan tercapai atau tidak.


1.7 Pathway

Anda mungkin juga menyukai