Disusun Oleh:
Asri Febriyanti E.0105.20.006
Baharudin Ependi E.0105.20.009
Bayu Latifatul Alimah E.0105.20.010
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Riyansah E.0105.20.037
Siti Stuwaibah Aslamiyyah E.0105.20.043
Kelompok 6
Diploma 3 Keperawatan
A. DEFINISI
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, periode ini tidak
pasti sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun
merupakan masa yang relative tidak kompleks dibandingkan kehamilan, nifas ditandai
oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi yang serius (Larasati, 2015).
Postpartum (peurperium)adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan , menurut depatermen kesehatan RI dalam Padila (2014) , postpartum
adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya
kembali alat kandungannya ke keadaan sebelum hamil dan lamanya masa postpartum
kurang lebih 6 minggu (Siska, 2019)
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium
merupakan waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
reproduksinya seperti saat sebelum hamil atau disebut involusi terhitung dari
selesai persalinan hingga dalam jangka waktu kurang lebih 6 Minggu atau
42 hari (Maritalia, 2017).
B. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
C. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan Gejala dari ketidaknyamanan postpartum yaitu :
1. Mengeluh tidak nyaman
2. Tampak meringis
3. Terdapat kontraksi uterus
4. Luka episiotomi
5. Payudara bengkak
6. Tekanan darah meningkat
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Berkeringat berlebihan
9. Merintih
10. Hemoroid
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Perubahan uterus
Persalinan normal
Massa nifas
Menyusui
tidak efektif
F. KLASIFIKASI POSTPARTUM
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2011)
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan
harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekan
darah, dan suhu.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Hafifah, 2011) Pemeriksaan post partum meliputi:
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta
I. KOMPLIKASI
Menurut (Hafifah, 2011).
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan
nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau
nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus
M. DISCHARGE PLANNING
Menurut Sutanto (2019)
a. Lakukan konsultasi layanan sosial untuk mengidentifikasi masalah
b. Ditawari patch nikotin saat masuk jika mereka adalah pengguna tembakau
c. Lakukan skrining obat urin dan, jika diindikasikan secara klinis, tes konfirmasi
d. Mintalah surat pemulangan dikirim ke penyedia perawatan primer wanita tersebut
(sisipkan weblink) serta penyedia pasca-melahirkan untuk membantu
berkomunikasi kekhawatiran. Ini mungkin dua penyedia yang berbeda.
N. HOME CARE
Menurut Sutanto (2019)
Selain perdarahan, ada juga bahaya lain yang mengancam ibu, yaitu infeksi pada
masa nifas. Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan untuk mencegah infeksi dan
meningkatkan proses penyembuhan dengan perawatan asepsis, kebersihan diri,
perawatan perineum, perawatan hemorargie, peningkatan eliminasi, pengkajian
terhadap involusi uteri, lokhea, episiotomy dan after pain. Perawat juga mengajarkan
tentang perawatan payudara dan teknik menyusui. Perawat juga member informasi
tentang aktivitas, istirahat, latihan, makanan, cairan, perawatan kulit, hubungan
seksual, fisiologi pasca partum, pelayanan kesehatan ibu, tanda-tanda bahaya dan
kunjungan ulang 6 minggu pasca partum.
Penyuluhan Hal – hal yang harus diketahui ibu selama menjalani masa nifas di
rumah :
a. Aktivitas
Aktivitas yang cukup beralasan sangat dianjurkan untuk dilakukan. Tidur siang
harus dilakukan untuk memulihkan tenaga ibu.
b. Higiene personal
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari
sangat dianjurkan , setelah ibu cukup kuat beraktifitas untuk melaukan hygiene
personal. Hygine personal dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada
ibu, misalnya mengganti pembalut.
c. Hubungan seksual.
Hubungan seksual tidak boleh dilakuakn segera karena involusi uteri belum
kembali normal dan kemungkinan luka episiotomy belum pulih. 70% wanita
melakukan hubungan seksual pada minggu ke -8 pasca partum. Banyak ibu yang
masih takut untuk melakukan hubungan seksual karena trauma persalian atau ibu
takut terjadi perdarahan. Lebih dari 90% primipara mengungkapkan bahwa
mereka mulai aktif melakukan hubungan seksual pada minggu ke-8 pascapartum.
Wanita dianjurkan untuk menyusui bayinya karena dengan menyusui akan
menekan produksi estertogen yang tentu akan berpengaruh pada pemulihan alat-
alat kandungan. Beri ibu konseling tengtang hubungan seksual setelah persalian,
yakni ibu tidak perlu takut untuk melakukan hubungan seksual setalah 6 minggu
pascapartum.
d. Istirahat
Setelah bayi lahir, kebanyakan wanita sangat emosional dan merasa letih.
Umumnya mereka tertidur sejenak. Ketika bangun, ia sangat ingin melihat dan
menggendong bayinya. Ibu dapat bangkit dari tempat tidur, tetapi banyak wanita
lebih suka di tempat tidurselama 24 jam pertama dan menikmati istirahatnya.
Setelah itu, sebaiknya ia bangkit dan berjalan untuk meningkatkan otot-ototnya,
meningkatkan aliran darah, dan mempercepat pengeringan lochea.
e. Lochea
Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang telah mengerut kembali ke
ukuran semula. Pada saat hamil rahim melindungi janin dari lingkungan luar,
menyediakan gizi melalui plasenta, dan akhirnya dengan kontraksi ototnya
mengeluarkan bayi ke dunia. Lochea terdiri dari darah tempat plasenta menempel
dan luruhan dinding rahim yang berkembang sangat besar selama kehamilan.
Dalam 5 hari pertama setelah kelahiran, lochea sebagian besar terdiri dari darah
sehingga berwarna merah. Lima sampai 10 hari berikutnya warnanya menjadi
coklat kemerahan karena jumlah darah yang hilanglebih sedikit dan lebih banyak
luruhan dinding rahim yang dikeluarkan. Pada hari ke-12, warnanya pucat
kekuningan atau putih, luruhan ini mungkin berlanjut dengan jumlah bervariasi
selama 6 minggu. Biasanya, luruhan ini akan berhenti pada akhir minggu ke-3.
Lama lochea merah bervariasi, kadang-kadang masih berlanjut 10 hari atau
lebih, atau lochea merah mungkin muncul pada minggu berikutnya.
f. After pain
Jika perineum robek atau dilakukan episiotomi saat melahirkan, Ibu akan
merasakan sakit diperineum yang mungkin berlanjut sampai beberapa minggu
atau beberapa bulan. jika pasien mengalami sembelit dan merasa kurang nyaman,
sebaiknya meminta pegobatan. Biasanya obat pencahar ringan atau obat pencahar
supositoria (seperti Bisacodyl) diberikan. Ambeien sering terjadi selama
kehamilan, kadang juga terjadi selama persalinan. Pada beberapa wanita,
menyebabkan rasa tidak nyaman. Pengobatannya menggunakan salep penahan
rasa sakit dan berusaha mendorongnya ke dalam lubang anus setelah membuang
kotoran.
g. Sakit punggung
Sakit punggung tampaknya sangat lazim pada wanita yang memakai obat bius
epidural atau menjalani tahap kedua persalinan yang panjang. Beberapa wanita
juga melaporkan sakit di leher atau di bahu. Sakit punggung ini terjadi selama
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah melahirkan.
h. Eliminasi
Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadang-kadang Ibu merasa susah
berkemih karena robekan selama melahirkan pada jaringan vagina dan jaringan di
sekeliling kandung kemih. Periksa dini di rumah sakit akan membantu masalah
ini. beberapa wanita mengalami kesulitan menahan keluarnya urine sehingga
selalu basah dalam beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan.
i. Depresi pascapartum
Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan
menjadi sangat tertekan dan mencari bantuan dokter. Wanita yang lain berusaha
melanjutkan hidupnya. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasanya muncul
pada 6-12 minggu pertama setelah kelahira, tetapi mungkin tidak akan diketahui
sampai jauh setelah itu. Karena alasan ini, dokter meminta Ibu untuk mengisi
sebuah kuosionerpendek (Skala depresi Postpartum Edinburg) dalam kunjungan
dokter setelah melahirkan. selain itu, dokter akan mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui apakah Ibu ada kecenderungan mengalami depresi. ibu yang rentan
adalah Ibu yang :
Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang mengalami depresi;
Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua di masa anak-anak atau
remaja, misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat;
Mempunyai keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak dan
remaja;
Tidak mempunyai dukungan positif dari suami atau pasangan selama dan
setelah kelahiran;
Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan;
Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari waktu
ke waktu;dan
Mungkin mempunyai pengalaman negatif dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan selama kehamilan (misalnya tidak komunikasi dan informasi).
Beberapa tanda depresi adalah kesedihan, sulit tidur, hilang selera makan, hilang
konsentrasi, perasaan tidak dapat mengatasi suatu masalah, sensitif, dan cemas.
Dalam kasus yang lebih parah, konsultasi psikiatris mungkin diperlukan. Penting
mendapatkan bantuan secepatnya karena seorang wanita yang mengalami depresi
lebih dari 4 bulan lebih, mungkin akan mengalami depresi dalam kehamilan
berikutnya.
j. Kontrasepsi
Pemberian ASI berarti memberi susu dari payudara Ibu secara teratur. Dengan
demikian ibu akan terlindung terhadapa kehamilan dan tidek perlu menggunakan
kontrsepsi. jika Ibu memilih menggunakan mengganti ASI, resiko kehamilan
terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Karena itu, sebaiknya bicarakan dengan
dokter tentang kontrasepsi paga kunjungan minggu ke-6.
O. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Menurut Reeder, Martin & Koniak-griffin (2012) pengkajian fisiologis
pascapartum difokuskan pada proses involusi organ reproduksi dan
perubahan biofisik sistem tubuh lainnya, sedangkan pengkajian psikososial
meliputi pengkajian faktor emosional; perilaku; dan sosial pada masa
pascapartum
1. Identitas Pasien : Nama, jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat
pendidikan, dll,
2. Riwayat Obstetri
a) Riwayat Kehamilan
persalinan dan nifas yang lalu
b) Riwayat Kehamilan Sekarang Meliputi : Keadaan waktu hamil keluhan
yang di rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama,
kehamilan (ANC), hamil ke berapa
c) Riwayat Genekologi
1) Riwayat menstruasi:
a) Menarche
b) Siklus haid
c) Lama haid
d) Banyak haid
e) Dismenorhoe
f) HPHT
g) HPL
2) Riwayat pernikahan :
a) Usia pernikahan suami-istri
b) Pernikahan Riwayat KB: Apakah klien mengikuti program
KB/tidak, Jenis KB yang di gunakan
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga terdapat penyakit keturunan, ataupun
penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang
dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau masalah. Tanda-tanda
vital yang sering digunakan sebagai indikator bagi tubuh yang mengalami
gangguan atau masalah kesehatan adalah nadi, pernafasan, suhu, dan tekanan
darah. Tanda-tanda vital ini biasanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Artinya, bila suhu meningkat, maka nadi dan pernafasan juga akan
meningkat, dan sebaliknya. Tanda-tanda vital yang berubah selama masa
nifas adalah :
a. Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,50C dari
keadaan normal (360C – 37,50C), namun tidak lebih dari 380C. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses
persalinan. Setelah 12 jam postpartum, suhu tubuh yang meningkat tadi
akan kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali ke
keadaan normal atau bahkan meningkat, maka perlu dicurigai terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi (Maritalia,2017).
b. Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat
proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah
proses persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lebih
lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110 – 140mmHg.
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan
pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.
Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada
systole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau preeklamsia post partum.
d. Pernafasan
Frekwensi pernafasan normal berkisar antara 18 – 24 kali permenit. Pada
saat partus frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan
oksigen yang tinggi unuk tenaga ibu meneran atau mengejan dan
mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi.
Setelah partus selesai, frekwensi pernafasan akan kembali normal.
Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi.
2. Hormon
Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar hormone estrogen dan
progesterone. Hormone tersebut berfungsi untuk mempertahankan agar
dinding uterus tetap tumbuh dan berproliferasi sebagai media tempat
tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi. Sekitar 1-2 minggu sebelum
partus dimulai, kadar hormone estrogen dan progesterone akan menurun.
Memasuki trimester kedua kehamilan, mulai terjadi peningkatan kadar
hormone prolaktin dan prostaglandin. Hormone prolaktin akan
merangsang pembentukan air susu pada kelenjar mammae dan
prostaglandin memicu sekresi oksitosin yang menyebabkan timbulnya
kontraksi uterus. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat
sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam darah
ibu dipengaruhi oleh frekwensi menyusui, lama setiap kali menyusui, dan
nutrisi yang dikonsumsi ibu selama menyusui. Hormone prolaktin ini akan
menekan sekresi Folikel Stimulating Hormon (FSH) sehingga mencegah
terjadinya ovulasi. Oleh karena itu, memberikan ASI pada bayi dapat
menjadi alternative metode KB yang dikenal dengan MAL (Metode
Amenorhea Laktasi) (Maritalia, 2017).
3. Sistem Peredaran Darah (Cardio Vascular)
Perubahan hormone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya
hemodilusi sehingga kadar Hemoglobin (Hb) wanita hamil biasanya
sedikit lebih rendah dibandingan dengan wanita tidak hamil. Selain itu,
terdapat hubungan antara sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin
melalui plasenta. Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah
tersebut akan terputus sehingga volume darah ibu relative akan
meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban
kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh
system homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan kembali normal.
Biasanya ini terjadi sekitar 1sampai 2 minggu setelah melahirkan
(Maritalia, 2017).
4. Sistem Pencernaan
Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (Sectio Caesarea) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1 – 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu
makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu
banyak pada saat proses melahirkan (Maritalia, 2017). Buang air besar
(BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1 – 3 hari pertama
postpartum. Hal ini karena penurunan tonus otot selama proses persalinan.
Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan
dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus
atau perineum setiap kali akan BAB juga mempengaruhi defekasi secara
spontan. Faktor-faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi
pada ibu nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur
perlu dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal (Maritalia, 2017).
5. Sistem Perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil menyebabkan peningkatan fungsi
ginjal, sedangkan penurunan kadar hormone steroid setelah wanita
melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama
postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan waktu sekitar 2 sampai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke
keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus
urinarius bisa menetap selama 3 bulan (Maritalia, 2017). Terdapatnya
laktosa dalam urin (laktosuria positif) pada ib menyusui merupakan hal
yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat selama
postpartum, merupakan akibat autolisis uterus yang mengalami involusi.
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan
proteinuria ringan selama satu sampai dua hari postpartum. Hal ini terjadi
pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita dengan
persalinan normal atau pada wanita dengan partus macet atau partus lama
yang disertai dehidrasi (Maritalia, 2017).
Dalam 12 jam pertama postpartum, ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme
untuk mengurangi retensi cairan selama masa hamil ialah diaphoresis luas,
terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah
melahirkan. Dieresis postpartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada ekstermitas bawah,
dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan
berat badan sekitar 2,5 kg selama postpartum. Pengeluaran kelebihan
cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan
metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of
pregnancy) (Maritalia, 2017).
Trauma yang terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan sewaktu bayi melewati jalan lahir dapat menyebabkan dinding
kandung kemih mengalami hiperemi dan edema. Kandung kemih yang
edema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi,
pengosongan yang tak sempurna dan urine residual, kecuali jika dilakukan
asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan
saat tidak merasa untuk berkemih. Pemasangan kateter dapat
menimbulkan trauma pada kandung kemih, uretra dan meatus urinarius
(Maritalia, 2017).
Adanya trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih
setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul
akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi
menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih,
seiring dieresis postpartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan
dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa
menghambat uterus berkontraksi dengan baik (Maritalia, 2017). Pada
masa postpartum tetap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat
menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga
mengganggu proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi berlebih
pada kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni).
Dengan mengosongkan kandung kemih biasanya akan pulih kembali
dalam 5 – 7 hari setelah bayi lahir (Maritalia, 2017).
6. Sistem Integumen
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpegmentasi pada wajah
(cloasma gravidarum), leher, mammae, dinding perut dan beberapa lipatan
sendi karena pengaruh hormone, akan menghilang selama masa nifas
(Maritalia, 2017).
7. Sistem Musculoskeletal
Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan menjadi longgar,
kendur, dan melebar selama beberapa minggu atau bahkan
sampai beberapa bulan akibat peregangan yang begitu lama selama hamil.
Ambulasi dini, mobilisasi dan senam nifas sangat dianjurkan untuk
mengatasi hal tersebut. Pada wanita yang athenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominalis sehingga seolah-olah sebagian dari dinding
perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah ini menonjol jika berdiri atau mengejan
(Maritalia,2017).
4. ANALISA DATA
berubah, Diaforesis
Masa nifas
Perubahan fisiologis
Kontraksi uterus
Adekuat
Infolus
Nyeri Akut
Perubahan psikologis
Taking hold
Butuh informasi
Deficit pengetahuan
Perubahan Fisiologis
Payudara
Pembentukan Asi
Kelainan Pada Asi
Masa nifas
Perubahan fisiologis
Kontraksi uterus
Tidak adekuat
Perdarahan
Resiko perdarahan
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d Mengeluh nyeri, Tampak
Meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, Diaforesis
2. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi d.d Menanyakan
masalah yang dihadapi, Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku berlebihan
3. Menyusui Tidak Efektif b.d Ketidakadekuatan suplai ASI d.d Kelelahan
maternal, kecemasan materna, Bayi tidak mampu melekat pada payudara
ibu, Asi tidak menetes/memancar, Nyeri dan/atau lecet terus menerus
setelah minggu kedua
4. Risiko perdarahan d.d Komplikasi kehamilan (Ketuban pecah sebelum
waktunya)
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Intervensi Utama
pencedera fisik d.d keperawatan selama 1×24 (Manajemen Nyeri)
(Manajemen Nyeri)
DS : Mengeluh jam di harapkan Tingkat
nyeri Nyeri Menurun, dengan Observasi Observasi
DO : Tampak kriteria hasil : 1. Identifikasi skala 1. Untuk
Meringis, gelisah, nyeri mengidentifikasi
1. Keluhan nyeri
frekuensi nadi 2. Identifikasi faktor skala nyeri
menurun
meningkat, sulit yang memperberat 2. Untuk
2. Meringis menurun
tidur, tekanan darah dan memperingan mengidentifikasi
3. Gelisah menurun
meningkat, pola nyeri faktor yang
4. Kesulitan tidur
napas berubah, memperberat dan
menurun Terapeutik
nafsu makan memperingan
5. Diaforesis menurun
berubah, Diaforesis 1. Berikan teknik nyeri
6. Anoreksia menurun
nonfarmakologis
7. Perineum terasa untuk mengurangi Terapeutik
tertekan menurun rasa nyeri 1. Untuk
8. Uterus teraba memberikan
Edukasi
membulat menurun teknik
9. Ketegangan otot 1. Jelaskan strategi nonfarmakologis
menurun meredakan nyeri untuk mengurangi
10. Frekuensi nadi 2. Anjurkan rasa nyeri
membaik Menggunakan Edukasi
11. Pola napas analgetik secara 1. Untuk
membaik tepat menjelaskan
12. Tekanan darah Kolaborasi strategi
membaik meredakan nyeri
1. Kolaborasi
13. Nafsu makan 2. Untuk
pemberian analgetik
membaik menganjurkan
14. Pola tidur membaik Menggunakan
Intervensi Pendukung
analgetik secara
(Edukasi teknik napas)
tepat
Kolaborasi
Observasi
1. Untuk
1. Identifikasi kesiapan
mengurangi rasa
dan kemampuan
nyeri
menerima informasi
Terapeutik
Intervensi Pendukung
1. Sediakan materi dan
(Edukasi teknik napas)
media pendidikan
kesehatan
Observasi
Edukasi
1. Untuk
1. Jelaskan tujuan dan
mengidentifikasi
manfaat teknik napas
kesiapan dan
2. Anjurkan
kemampuan
memposisikan tubuh
menerima
senyanan mungkin
informasi
3. Ajarkan melalukan
Terapeutik
inspirasi dan
1. Untuk
ekspirasi denfab menyediakan
menghirup udara materi dan media
melalui hidung dan
Edukasi
menghembuskan
udara mulut secara 1. Untuk
perlahan menjelaskan
menghembuskan memposisikan
1. Identifikasi dengan
ibu kelapa
Terapeutik
Intervensi Pendukung
1. Hindari memegang (Promosi Perlekatan)
kepala bayi Observasi
1. Untuk
Edukasi
mengidentifikasi
1. Anjurkan bayi yang kemampuan bayi
mendekati ke arah mengisap dan
payudara ibu dari menelan ASI.
bagian-bagian 2. Untuk
bawah mengidentifikasi
2. Anjurkan ibu untuk payudara ibu
menyusui menunggu Terapeutik
mulut bayi terbuka 1. Untuk
lebar sehingga areola menghindari
bagian bawah dapat memegang kepala
masuk sempurna bayi
Edukasi
1. Untuk
menganjurkan
bayi yang
mendekati ke
arah payudara ibu
dari bagian-
bagian bawah
2. Untuk
menganjurkan ibu
untuk menyusui
menunggu mulut
bayi terbuka lebar
sehingga areola
bagian bawah
dapat masuk
sempurna
Observasi
Intervensi Pendukung
1. Monitor tanda -
(Perawatan Pasca
tanda vital
Persalinan)
2. Periksa perineum
atau robekan
Observasi
3. Monitor nyeri
1. Untuk memonitor
Terapeutik
tanda - tanda vital
1. Masase fundus
2. Untuk memeriksa
sampai kontraksi
perineum atau
kuat
robekan
2. Berikan kenyamanan
3. Untuk memonitor
pada ibu
nyeri
3. Diskusikan tentang Terapeutik
perubahan fisik dan 1. Untuk memasase
psikologis ibu fundus sampai
postpartum kontraksi kuat
Untuk
Edukasi
memberikan
1. Ajarkan cara kenyamanan pada
perawatan perineum ibu
yang tepat 2. Untuk
2. Ajarkan ibu mendiskusikan
mengatasi nyeri tentang
secara perubahan fisik
nonfarmakogis dan psikologis
Daftar Pusaka
PPNI.T. P (2016) Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1 Jakarta DPP PPNI.
PPNI. T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi
dan Indikator Dignostik ((cetakan II) 1 ed). Jakarta. DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKT): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.