Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTNATAL NORMAL NY.E G2P1A0 DENGAN GRAVIDA ATERM RUANG


VERLOS KAMER RSUD BAYU ASIH PURWAKARTA
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas)
Dosen Pembimbing: NS. Dedeh Sri Rahayu, MAN

Disusun Oleh:
Asri Febriyanti E.0105.20.006
Baharudin Ependi E.0105.20.009
Bayu Latifatul Alimah E.0105.20.010
Deliyanti Herliani E.0105.20.011
Riyansah E.0105.20.037
Siti Stuwaibah Aslamiyyah E.0105.20.043

Kelompok 6

Diploma 3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi

Tahun Akademik 2020-2021


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Masa nifas adalah suatu periode pertama setelah kelahiran, periode ini tidak
pasti sebagian besar menganggapnya antara 4 minggu hingga 6 minggu. Walaupun
merupakan masa yang relative tidak kompleks dibandingkan kehamilan, nifas ditandai
oleh banyak perubahan fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut dapat
menyebabkan komplikasi yang serius (Larasati, 2015).
Postpartum (peurperium)adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan , menurut depatermen kesehatan RI dalam Padila (2014) , postpartum
adalah masa sesudah persalinan terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya
kembali alat kandungannya ke keadaan sebelum hamil dan lamanya masa postpartum
kurang lebih 6 minggu (Siska, 2019)
Masa nifas atau post partum atau disebut juga masa puerperium
merupakan waktu yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
reproduksinya seperti saat sebelum hamil atau disebut involusi terhitung dari
selesai persalinan hingga dalam jangka waktu kurang lebih 6 Minggu atau
42 hari (Maritalia, 2017).
B. ETIOLOGI
Menurut Dewi Vivian, Sunarsih (2013), Etiologi post partum
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Post partum dini
Post partum dini adalah atonia uteri, laserasi jalan lahir, robekan jalan lahir dan
hematoma.
b. Post partum lambat
Post partum lambat adalah tertinggalnya sebagian plasenta, ubinvolusi didaerah
insersi plasenta dari luka bekas secsio sesaria.
C. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan Gejala dari ketidaknyamanan postpartum yaitu :
1. Mengeluh tidak nyaman
2. Tampak meringis
3. Terdapat kontraksi uterus
4. Luka episiotomi
5. Payudara bengkak
6. Tekanan darah meningkat
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Berkeringat berlebihan
9. Merintih
10. Hemoroid
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:

1. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.


2. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan).
3. Masa menyusui anak dimulai.
4. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
D. PATOFISIOLOGI
a. Adaptasi fisiologis
Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Post Partum) Sistem tubuh ibu akan kembali
beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post partum. Organ-organ tubuh
ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara lain Risa & Rika
(2014):
1) Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan
palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).

Tabel 1
Perubahan uterus

Waktu TFU Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr
1 Minggu ½ pst symps 500 gr
2 Minggu Tidak teraba 350 gr
6 Minggu Bertambah kecil 50 gr
8 Minggu Normal 30 gr
2) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya:
a) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah
segar, jaringan sisa- sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.
b) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir,
serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-
7 sampai hari ke14.
d) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang
menetap pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya
sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri
pada abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah
berbau busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran
lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3) Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4) Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.
5) Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong,
pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya
asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
6) Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung,
biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher
kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen
yang besifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
7) Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera
setelah partus, pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot
uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan. Ligamen-
ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan,
secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
8) Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba
- tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi
kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga
sampai kelima postpartum.
9) Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang
harus dikaji antara lain:
a) Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik
sedikit (37,50 – 38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu
badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik
lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
b) Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut
nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100x/ menit, harus waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi
atau perdarahan post partum.
c) Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan
terjadinya preeklampsi post partum.
d) Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
b. Adaptasi psikologis
Berikut ini 3 tahap penyesuaian psikologi ibu dalam masa post partum
Menurut Sutanto (2019) :
a. Fase Talking In (Setelah melahirkan sampai hari ke dua)
1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
3) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
4) Ibu akan mengulangi pengalaman pengalaman waktu melahirkan.
5) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh ke kondisi normal.
6) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi.
7) Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh
tidak berlangsung normal.
8) Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah
sebagai berikut:
b. Fase Taking Hold (Hari ke-3 sampai 10)
1) Ibu merasa merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul
perasaan sedih (baby blues).
2) Ibu memperhatikan kemampuan men jadi orang tua dan meningkatkan
tenggung jawab akan bayinya.
3) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB
dan daya tahan tubuh.
4) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti
menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
6) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
7) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak
mampu membesarkan bayinya.
8) Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya, cepat
tersinggung, dan cenderung menganggap pemberi tahuan bidan sebagai
teguran.
Dianjur kan untuk berhati-hati dalam berko munikasi dengan wanita ini dan perlu
memberi support.
c. Fase Letting Go (Hari ke-10sampai akhir masa nifas)
1) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya. Setelah ibu
pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi
E. PATHWAY
Menurut Masriroh (2013)

Penyebab persalinan ( penurunan


hormon, plasenta menjadi tua,
distensi rahim )

Persalinan normal

Massa nifas

Perubahan fisiologis Payudara Perubahan Psikologis

Kontraksi Uterus Tidak Adekuat Penurunan hormon Taking Hold


progresteron dan
Adekuat estrogen
Kontraksi Uterus Belajar tentang hal baru &
Lemah mengalami perubahan yang
Kontrakasi Uterus sifgnifikan
Peningkatan hormon
kuat Resiko prolaktin
Pendarahan
Butuh
Infolus Informasi
Pembentukan
Asi
Nyeri Akut Kurang
pengetahuan
Kelainan pada
Asi

Menyusui
tidak efektif
F. KLASIFIKASI POSTPARTUM
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut (Hafifah, 2011)
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering
terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan
harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekan
darah, dan suhu.

2. Periode early pod partum antara 24 jam sampai 1 minggu


Pada fase ini dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta iba dapat menyusui dengan haik

3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu


Pada periode ini hidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling keluarga berencana.
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan
post partum adalah sebagai berikut:
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Memperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
2. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan
anak.
3. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu.
Penataklasanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : Istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : Memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke- 2 : Mulai latihan duduk
e. Hari ke- 3 : Diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Hafifah, 2011) Pemeriksaan post partum meliputi:
1. Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan, dll
3. Payudara: air susu, puting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum.
5. Sekret yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta

I. KOMPLIKASI
Menurut (Hafifah, 2011).
a. Perdarahan post partum (apabila kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24
jam pertama setelah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (rad ang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjadi keras
dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan
nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3
°C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau
nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
c. Gangguan psikologis
1) Depresi post partum
2) Post partum Blues
3) Post partum Psikosa
d. Gangguan involusi uterus

J. TUJUAN PENGAWASAN POSTPARTUM


Dalam masa nifas ini, ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah Sri Wahyuningsih, (2019)
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas Tujuan perawatan masa nitas adalah
untuk mendeteksi adanya kemungkinan adanya pendarahan post partum, dan
infeksi, penolong persalinan harus waspada, sekurang-kurangnya satu jam post
partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, lebih lebih bila partus
berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan
oleh penolong persalinan ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan,
mengajarkan ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air bersihkan daerah di sekitar vulva dahulu, dari depan ke belakang
dan baru sekitar anus. Sarankan ibu mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudahnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi
sarankan ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
c. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Bidan
bertugas untuk melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan
placenta, pengawasan TFU, pengawasan PPV, pengawasan konsistensi rahim dan
pengawasan KU ibu. Bila ditemukan permasalahan maka segera melakukan
tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri Memberikan pelayanan kesehatan
tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat. Ibu post partum harus diberikan pendidikan
pentingnya di antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum
menyusui).
e. Memberikan pendidikan tentang laktasi dan perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui Menyusui tetap dilakukan
mulai dan putting susu yang tidak lecet.
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan.

K. TAHAPAN POST NATAL


Beberapa tahapan pada masa nifas (Maritalia, 2017) adalah sebagai berikut :
1. Puerperium dini
Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu yang melahirkan spontan tanpa
komplikasi dalam 6 jam pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi dini
atau segera. Ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Merupakan masa pemulihan yang berlangsung selama kurang lebih 6 Minggu atau
42 hari, dimana organ-organ reproduksi secara berangsur- angsur akan kembali ke
keadaan saat sebelum hamil.
3. Remote puerperium
Merupakan waktu yang diperlukan ibu untuk dapat pulih kembali terutama saat
hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. Pada tahap ini rentang waktu
yang dialami setiap ibu akan berbeda tergantung dari berat ringannya komplikasi
yang dialami selama hamil ataupun persalinan.
Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh
wanita selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah
di perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu
Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah
waktu yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu
sehat bisa berminggu - minggu, bulan dan tahun.

L. CIRI-CIRI FAMILY CENTER MATERNITY CARE DI RUANG


POSTPARTUM
1. Preventif
2. Melaksanakan kelas untuk pendidikan prenatal OT
3. Mengikutsertakan kedalam perawatan kehamilan / persalinan
4. Mengatur kamar bersalin seperti rumah
5. Menetapkan peraturan yang fleksibel
6. Kontak bayi ibu sedini mungkin
7. Sistem kunjungan tidak ketat
8. Mengikutsertakan anak 2 dalam proses persalinan
9. Romming in
10. Pada perawatan BBL intensif , keluarga tetap ikut serta
11. Pemulangan klien secepat mungkin
Model edukasi postnatal dengan pendekatan Family Centered Maternity Care
(FCMC) merupakan salah satu metode edukasi dalam upaya peningkatan pengetahuan
bagi ibu nifas dengan melibatkan keluarga sebagai sosial support dalam deteksi dini
masalah pada masa nifas dan upaya promotif sehingga dapat mengurangi angka kesa-
kitan dan kematian pada ibu nifas. Menurut Bowman dkk (2014) dalam Asmuji
(2014) Mode Edukasi Postnatal ini menjadi alternatif pilihan yang tepat bagi petugas
kesehatan untuk menyiapkan ibu nifas dalam beradaptasi menjalankan tugas tugas
perkembangan yang akan dijalaninya.
a. Keterlibatan Keluarga dalam Pemberian Edukasi
b. Keterlibatan Suami dalam Pemberian Edukasi

M. DISCHARGE PLANNING
Menurut Sutanto (2019)
a. Lakukan konsultasi layanan sosial untuk mengidentifikasi masalah
b. Ditawari patch nikotin saat masuk jika mereka adalah pengguna tembakau
c. Lakukan skrining obat urin dan, jika diindikasikan secara klinis, tes konfirmasi
d. Mintalah surat pemulangan dikirim ke penyedia perawatan primer wanita tersebut
(sisipkan weblink) serta penyedia pasca-melahirkan untuk membantu
berkomunikasi kekhawatiran. Ini mungkin dua penyedia yang berbeda.

N. HOME CARE
Menurut Sutanto (2019)

Dalam hal ini perawat hanya berwenang memberikan perawatan homecare


setelah pasien tersebut memasuki masa post partum atau setelah melahirkan. Masa
nifas (puerperium) menurut Sarwono Prawirohardjo adalah dimulai setelah placenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula atau
sebelum hamil, yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Masa nifas menurut
Rustam Mochtar adalah masa pulih kembali yang dimulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil yang lamanya 6-8 minggu.
Definisi lain masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Menurut Hanifah
Wiknjosastro, masa nifas adalah dimulai setelah persalian selesai dan berakhir setelah
6 minggu. Bahaya terbesar yang biasanya terjadi pada masa nifas adalah hemoragie
atau perdarahan. Oleh karena itu, pengkajian tanda vital, syok hipovolemik, tinggi
fundus uteri (untuk mengetahui intensitas kontraksi), distensi uteri, sifat dan jumlah
lokhea, hemostasis perineum, ketidaknyamanan, bonding attachment dan status
emosional sangat penting dilakukan untuk mengurangi bahaya masa nifas.

Selain perdarahan, ada juga bahaya lain yang mengancam ibu, yaitu infeksi pada
masa nifas. Intervensi terhadap gangguan ini difokuskan untuk mencegah infeksi dan
meningkatkan proses penyembuhan dengan perawatan asepsis, kebersihan diri,
perawatan perineum, perawatan hemorargie, peningkatan eliminasi, pengkajian
terhadap involusi uteri, lokhea, episiotomy dan after pain. Perawat juga mengajarkan
tentang perawatan payudara dan teknik menyusui. Perawat juga member informasi
tentang aktivitas, istirahat, latihan, makanan, cairan, perawatan kulit, hubungan
seksual, fisiologi pasca partum, pelayanan kesehatan ibu, tanda-tanda bahaya dan
kunjungan ulang 6 minggu pasca partum.

Penyuluhan Hal – hal yang harus diketahui ibu selama menjalani masa nifas di
rumah :
a. Aktivitas
Aktivitas yang cukup beralasan sangat dianjurkan untuk dilakukan. Tidur siang
harus dilakukan untuk memulihkan tenaga ibu.
b. Higiene personal
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari
sangat dianjurkan , setelah ibu cukup kuat beraktifitas untuk melaukan hygiene
personal. Hygine personal dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada
ibu, misalnya mengganti pembalut.
c. Hubungan seksual.
Hubungan seksual tidak boleh dilakuakn segera karena involusi uteri belum
kembali normal dan kemungkinan luka episiotomy belum pulih. 70% wanita
melakukan hubungan seksual pada minggu ke -8 pasca partum. Banyak ibu yang
masih takut untuk melakukan hubungan seksual karena trauma persalian atau ibu
takut terjadi perdarahan. Lebih dari 90% primipara mengungkapkan bahwa
mereka mulai aktif melakukan hubungan seksual pada minggu ke-8 pascapartum.
Wanita dianjurkan untuk menyusui bayinya karena dengan menyusui akan
menekan produksi estertogen yang tentu akan berpengaruh pada pemulihan alat-
alat kandungan. Beri ibu konseling tengtang hubungan seksual setelah persalian,
yakni ibu tidak perlu takut untuk melakukan hubungan seksual setalah 6 minggu
pascapartum.
d. Istirahat
Setelah bayi lahir, kebanyakan wanita sangat emosional dan merasa letih.
Umumnya mereka tertidur sejenak. Ketika bangun, ia sangat ingin melihat dan
menggendong bayinya. Ibu dapat bangkit dari tempat tidur, tetapi banyak wanita
lebih suka di tempat tidurselama 24 jam pertama dan menikmati istirahatnya.
Setelah itu, sebaiknya ia bangkit dan berjalan untuk meningkatkan otot-ototnya,
meningkatkan aliran darah, dan mempercepat pengeringan lochea.
e. Lochea
Lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang telah mengerut kembali ke
ukuran semula. Pada saat hamil rahim melindungi janin dari lingkungan luar,
menyediakan gizi melalui plasenta, dan akhirnya dengan kontraksi ototnya
mengeluarkan bayi ke dunia. Lochea terdiri dari darah tempat plasenta menempel
dan luruhan dinding rahim yang berkembang sangat besar selama kehamilan.
Dalam 5 hari pertama setelah kelahiran, lochea sebagian besar terdiri dari darah
sehingga berwarna merah. Lima sampai 10 hari berikutnya warnanya menjadi
coklat kemerahan karena jumlah darah yang hilanglebih sedikit dan lebih banyak
luruhan dinding rahim yang dikeluarkan. Pada hari ke-12, warnanya pucat
kekuningan atau putih, luruhan ini mungkin berlanjut dengan jumlah bervariasi
selama 6 minggu. Biasanya, luruhan ini akan berhenti pada akhir minggu ke-3.
Lama lochea merah bervariasi, kadang-kadang masih berlanjut 10 hari atau
lebih, atau lochea merah mungkin muncul pada minggu berikutnya.
f. After pain
Jika perineum robek atau dilakukan episiotomi saat melahirkan, Ibu akan
merasakan sakit diperineum yang mungkin berlanjut sampai beberapa minggu
atau beberapa bulan. jika pasien mengalami sembelit dan merasa kurang nyaman,
sebaiknya meminta pegobatan. Biasanya obat pencahar ringan atau obat pencahar
supositoria (seperti Bisacodyl) diberikan. Ambeien sering terjadi selama
kehamilan, kadang juga terjadi selama persalinan. Pada beberapa wanita,
menyebabkan rasa tidak nyaman. Pengobatannya menggunakan salep penahan
rasa sakit dan berusaha mendorongnya ke dalam lubang anus setelah membuang
kotoran.
g. Sakit punggung
Sakit punggung tampaknya sangat lazim pada wanita yang memakai obat bius
epidural atau menjalani tahap kedua persalinan yang panjang. Beberapa wanita
juga melaporkan sakit di leher atau di bahu. Sakit punggung ini terjadi selama
beberapa minggu atau beberapa bulan setelah melahirkan.
h. Eliminasi
Dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadang-kadang Ibu merasa susah
berkemih karena robekan selama melahirkan pada jaringan vagina dan jaringan di
sekeliling kandung kemih. Periksa dini di rumah sakit akan membantu masalah
ini. beberapa wanita mengalami kesulitan menahan keluarnya urine sehingga
selalu basah dalam beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan.
i. Depresi pascapartum
Antara 8-12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan
menjadi sangat tertekan dan mencari bantuan dokter. Wanita yang lain berusaha
melanjutkan hidupnya. Depresi yang terdeteksi secara klinis biasanya muncul
pada 6-12 minggu pertama setelah kelahira, tetapi mungkin tidak akan diketahui
sampai jauh setelah itu. Karena alasan ini, dokter meminta Ibu untuk mengisi
sebuah kuosionerpendek (Skala depresi Postpartum Edinburg) dalam kunjungan
dokter setelah melahirkan. selain itu, dokter akan mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui apakah Ibu ada kecenderungan mengalami depresi. ibu yang rentan
adalah Ibu yang :
 Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang mengalami depresi;
 Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua di masa anak-anak atau
remaja, misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat;
 Mempunyai keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anak-anak dan
remaja;
 Tidak mempunyai dukungan positif dari suami atau pasangan selama dan
setelah kelahiran;
 Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan;
 Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat bayi dari waktu
ke waktu;dan
 Mungkin mempunyai pengalaman negatif dalam berhubungan dengan tenaga
kesehatan selama kehamilan (misalnya tidak komunikasi dan informasi).

Beberapa tanda depresi adalah kesedihan, sulit tidur, hilang selera makan, hilang
konsentrasi, perasaan tidak dapat mengatasi suatu masalah, sensitif, dan cemas.
Dalam kasus yang lebih parah, konsultasi psikiatris mungkin diperlukan. Penting
mendapatkan bantuan secepatnya karena seorang wanita yang mengalami depresi
lebih dari 4 bulan lebih, mungkin akan mengalami depresi dalam kehamilan
berikutnya.

j. Kontrasepsi
Pemberian ASI berarti memberi susu dari payudara Ibu secara teratur. Dengan
demikian ibu akan terlindung terhadapa kehamilan dan tidek perlu menggunakan
kontrsepsi. jika Ibu memilih menggunakan mengganti ASI, resiko kehamilan
terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Karena itu, sebaiknya bicarakan dengan
dokter tentang kontrasepsi paga kunjungan minggu ke-6.
O. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Menurut Reeder, Martin & Koniak-griffin (2012) pengkajian fisiologis
pascapartum difokuskan pada proses involusi organ reproduksi dan
perubahan biofisik sistem tubuh lainnya, sedangkan pengkajian psikososial
meliputi pengkajian faktor emosional; perilaku; dan sosial pada masa
pascapartum
1. Identitas Pasien : Nama, jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat
pendidikan, dll,
2. Riwayat Obstetri
a) Riwayat Kehamilan
persalinan dan nifas yang lalu
b) Riwayat Kehamilan Sekarang Meliputi : Keadaan waktu hamil keluhan
yang di rasakan selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama,
kehamilan (ANC), hamil ke berapa
c) Riwayat Genekologi
1) Riwayat menstruasi:
a) Menarche
b) Siklus haid
c) Lama haid
d) Banyak haid
e) Dismenorhoe
f) HPHT
g) HPL
2) Riwayat pernikahan :
a) Usia pernikahan suami-istri
b) Pernikahan Riwayat KB: Apakah klien mengikuti program
KB/tidak, Jenis KB yang di gunakan
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga terdapat penyakit keturunan, ataupun
penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital merupakan tanda-tanda penting pada tubuh yang
dapat berubah bila tubuh mengalami gangguan atau masalah. Tanda-tanda
vital yang sering digunakan sebagai indikator bagi tubuh yang mengalami
gangguan atau masalah kesehatan adalah nadi, pernafasan, suhu, dan tekanan
darah. Tanda-tanda vital ini biasanya saling mempengaruhi satu sama lain.
Artinya, bila suhu meningkat, maka nadi dan pernafasan juga akan
meningkat, dan sebaliknya. Tanda-tanda vital yang berubah selama masa
nifas adalah :
a. Suhu Tubuh
Setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,50C dari
keadaan normal (360C – 37,50C), namun tidak lebih dari 380C. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses
persalinan. Setelah 12 jam postpartum, suhu tubuh yang meningkat tadi
akan kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali ke
keadaan normal atau bahkan meningkat, maka perlu dicurigai terhadap
kemungkinan terjadinya infeksi (Maritalia,2017).
b. Nadi
Denyut nadi normal berkisar antara 60-80 kali per menit. Pada saat
proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Setelah
proses persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lebih
lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal.
c. Tekanan Darah
Tekanan darah normal untuk systole berkisar antara 110 – 140mmHg.
Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan
pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan.
Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada
systole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya
hipertensi atau preeklamsia post partum.
d. Pernafasan
Frekwensi pernafasan normal berkisar antara 18 – 24 kali permenit. Pada
saat partus frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan
oksigen yang tinggi unuk tenaga ibu meneran atau mengejan dan
mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi.
Setelah partus selesai, frekwensi pernafasan akan kembali normal.
Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan denyut
nadi.
2. Hormon
Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar hormone estrogen dan
progesterone. Hormone tersebut berfungsi untuk mempertahankan agar
dinding uterus tetap tumbuh dan berproliferasi sebagai media tempat
tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi. Sekitar 1-2 minggu sebelum
partus dimulai, kadar hormone estrogen dan progesterone akan menurun.
Memasuki trimester kedua kehamilan, mulai terjadi peningkatan kadar
hormone prolaktin dan prostaglandin. Hormone prolaktin akan
merangsang pembentukan air susu pada kelenjar mammae dan
prostaglandin memicu sekresi oksitosin yang menyebabkan timbulnya
kontraksi uterus. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat
sampai sekitar 6 minggu setelah melahirkan. Kadar prolaktin dalam darah
ibu dipengaruhi oleh frekwensi menyusui, lama setiap kali menyusui, dan
nutrisi yang dikonsumsi ibu selama menyusui. Hormone prolaktin ini akan
menekan sekresi Folikel Stimulating Hormon (FSH) sehingga mencegah
terjadinya ovulasi. Oleh karena itu, memberikan ASI pada bayi dapat
menjadi alternative metode KB yang dikenal dengan MAL (Metode
Amenorhea Laktasi) (Maritalia, 2017).
3. Sistem Peredaran Darah (Cardio Vascular)
Perubahan hormone selama hamil dapat menyebabkan terjadinya
hemodilusi sehingga kadar Hemoglobin (Hb) wanita hamil biasanya
sedikit lebih rendah dibandingan dengan wanita tidak hamil. Selain itu,
terdapat hubungan antara sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi janin
melalui plasenta. Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah
tersebut akan terputus sehingga volume darah ibu relative akan
meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban
kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh
system homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah akan kembali normal.
Biasanya ini terjadi sekitar 1sampai 2 minggu setelah melahirkan
(Maritalia, 2017).
4. Sistem Pencernaan

Pada ibu yang melahirkan dengan cara operasi (Sectio Caesarea) biasanya
membutuhkan waktu sekitar 1 – 3 hari agar fungsi saluran cerna dan nafsu
makan dapat kembali normal. Ibu yang melahirkan secara spontan
biasanya lebih cepat lapar karena telah mengeluarkan energi yang begitu
banyak pada saat proses melahirkan (Maritalia, 2017). Buang air besar
(BAB) biasanya mengalami perubahan pada 1 – 3 hari pertama
postpartum. Hal ini karena penurunan tonus otot selama proses persalinan.
Selain itu, enema sebelum melahirkan, kurang asupan nutrisi dan
dehidrasi serta dugaan ibu terhadap timbulnya rasa nyeri disekitar anus
atau perineum setiap kali akan BAB juga mempengaruhi defekasi secara
spontan. Faktor-faktor tersebut sering menyebabkan timbulnya konstipasi
pada ibu nifas dalam minggu pertama. Kebiasaan defekasi yang teratur
perlu dilatih kembali setelah tonus otot kembali normal (Maritalia, 2017).

5. Sistem Perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil menyebabkan peningkatan fungsi
ginjal, sedangkan penurunan kadar hormone steroid setelah wanita
melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama
postpartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah
wanita melahirkan. Diperlukan waktu sekitar 2 sampai 8 minggu supaya
hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke
keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus
urinarius bisa menetap selama 3 bulan (Maritalia, 2017). Terdapatnya
laktosa dalam urin (laktosuria positif) pada ib menyusui merupakan hal
yang normal. BUN (Blood Urea Nitrogen), yang meningkat selama
postpartum, merupakan akibat autolisis uterus yang mengalami involusi.
Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan
proteinuria ringan selama satu sampai dua hari postpartum. Hal ini terjadi
pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita dengan
persalinan normal atau pada wanita dengan partus macet atau partus lama
yang disertai dehidrasi (Maritalia, 2017).
Dalam 12 jam pertama postpartum, ibu mulai membuang kelebihan
cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah satu mekanisme
untuk mengurangi retensi cairan selama masa hamil ialah diaphoresis luas,
terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah
melahirkan. Dieresis postpartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar
estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada ekstermitas bawah,
dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan
mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan
melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan
berat badan sekitar 2,5 kg selama postpartum. Pengeluaran kelebihan
cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan
metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of
pregnancy) (Maritalia, 2017).
Trauma yang terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan sewaktu bayi melewati jalan lahir dapat menyebabkan dinding
kandung kemih mengalami hiperemi dan edema. Kandung kemih yang
edema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi,
pengosongan yang tak sempurna dan urine residual, kecuali jika dilakukan
asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan
saat tidak merasa untuk berkemih. Pemasangan kateter dapat
menimbulkan trauma pada kandung kemih, uretra dan meatus urinarius
(Maritalia, 2017).
Adanya trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih
setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul
akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi
menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih,
seiring dieresis postpartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih.
Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan
dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa
menghambat uterus berkontraksi dengan baik (Maritalia, 2017). Pada
masa postpartum tetap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat
menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga
mengganggu proses berkemih normal. Apabila terjadi distensi berlebih
pada kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni).
Dengan mengosongkan kandung kemih biasanya akan pulih kembali
dalam 5 – 7 hari setelah bayi lahir (Maritalia, 2017).
6. Sistem Integumen
Perubahan kulit selama kehamilan berupa hiperpegmentasi pada wajah
(cloasma gravidarum), leher, mammae, dinding perut dan beberapa lipatan
sendi karena pengaruh hormone, akan menghilang selama masa nifas
(Maritalia, 2017).
7. Sistem Musculoskeletal
Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan menjadi longgar,
kendur, dan melebar selama beberapa minggu atau bahkan
sampai beberapa bulan akibat peregangan yang begitu lama selama hamil.
Ambulasi dini, mobilisasi dan senam nifas sangat dianjurkan untuk
mengatasi hal tersebut. Pada wanita yang athenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominalis sehingga seolah-olah sebagian dari dinding
perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.
Tempat yang lemah ini menonjol jika berdiri atau mengejan
(Maritalia,2017).

4. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


.

1. DS : Mengeluh nyeri Penyebab persalinan (penurunan Nyeri akut


DO : Tampak Meringis, hormone, plasenta menjadi tua,
gelisah, frekuensi nadi distensi Rahim)
meningkat, sulit tidur, tekanan

darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan Persalinan normal

berubah, Diaforesis 

Masa nifas

Perubahan fisiologis

Kontraksi uterus

Adekuat

Kontraksi Uterus Kuat

Infolus

Nyeri Akut

2. DS : Menanyakan masalah Penyebab persalinan (penurunan Deficit


yang dihadapi hormone, plasenta menjadi tua, pengetahuan
distensi Rahim)
DO : Menunjukan perilaku
tidak sesuai anjuran, 
menunjukkan persepsi yang
Persalinan normal
keliru terhadap masalah,
menjalani pemeriksaan yang 
tidak tepat, menunjukkan Masa nifas
perilaku berlebihan

Perubahan psikologis

Taking hold

Belajar tentang hal baru dan


mengalami perubahan yang
signifikan

Butuh informasi

Deficit pengetahuan

3. DS : Kelelahan maternal, Penyebab persalinan (penurunan Menyusui Tidak


kecemasan maternal hormone, plasenta menjadi tua, efektif
distensi Rahim)
DO : Bayi tidak mampu
melekat pada payudara ibu, 
Asi tidak menetes/memancar,
Persalinan normal
Nyeri dan/atau lecet terus
menerus setelah minggu 
kedua Masa nifas

Perubahan Fisiologis

Payudara

Penurunan Hormon progresteron


& estrogen

Peningkatan Hormon Proklatin

Pembentukan Asi


Kelainan Pada Asi

Menyusui tidak efektif

4. DS: Penyebab persalinan (penurunan Resiko


hormone, plasenta menjadi tua, perdarahan
-
distensi Rahim)
DO:

-
Persalinan normal

Masa nifas

Perubahan fisiologis

Kontraksi uterus

Tidak adekuat

Kontraksi uterus lemah

Perdarahan

Resiko perdarahan
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik d.d Mengeluh nyeri, Tampak
Meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah
meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, Diaforesis
2. Defisit pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi d.d Menanyakan
masalah yang dihadapi, Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukkan perilaku berlebihan
3. Menyusui Tidak Efektif b.d Ketidakadekuatan suplai ASI d.d Kelelahan
maternal, kecemasan materna, Bayi tidak mampu melekat pada payudara
ibu, Asi tidak menetes/memancar, Nyeri dan/atau lecet terus menerus
setelah minggu kedua
4. Risiko perdarahan d.d Komplikasi kehamilan (Ketuban pecah sebelum
waktunya)

6. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Intervensi Utama
pencedera fisik d.d keperawatan selama 1×24 (Manajemen Nyeri)
(Manajemen Nyeri)
DS : Mengeluh jam di harapkan Tingkat
nyeri Nyeri Menurun, dengan Observasi Observasi
DO : Tampak kriteria hasil : 1. Identifikasi skala 1. Untuk
Meringis, gelisah, nyeri mengidentifikasi
1. Keluhan nyeri
frekuensi nadi 2. Identifikasi faktor skala nyeri
menurun
meningkat, sulit yang memperberat 2. Untuk
2. Meringis menurun
tidur, tekanan darah dan memperingan mengidentifikasi
3. Gelisah menurun
meningkat, pola nyeri faktor yang
4. Kesulitan tidur
napas berubah, memperberat dan
menurun Terapeutik
nafsu makan memperingan
5. Diaforesis menurun
berubah, Diaforesis 1. Berikan teknik nyeri
6. Anoreksia menurun
nonfarmakologis
7. Perineum terasa untuk mengurangi Terapeutik
tertekan menurun rasa nyeri 1. Untuk
8. Uterus teraba memberikan
Edukasi
membulat menurun teknik
9. Ketegangan otot 1. Jelaskan strategi nonfarmakologis
menurun meredakan nyeri untuk mengurangi
10. Frekuensi nadi 2. Anjurkan rasa nyeri
membaik Menggunakan Edukasi
11. Pola napas analgetik secara 1. Untuk
membaik tepat menjelaskan
12. Tekanan darah Kolaborasi strategi
membaik meredakan nyeri
1. Kolaborasi
13. Nafsu makan 2. Untuk
pemberian analgetik
membaik menganjurkan
14. Pola tidur membaik Menggunakan
Intervensi Pendukung
analgetik secara
(Edukasi teknik napas)
tepat
Kolaborasi
Observasi
1. Untuk
1. Identifikasi kesiapan
mengurangi rasa
dan kemampuan
nyeri
menerima informasi
Terapeutik
Intervensi Pendukung
1. Sediakan materi dan
(Edukasi teknik napas)
media pendidikan
kesehatan
Observasi
Edukasi
1. Untuk
1. Jelaskan tujuan dan
mengidentifikasi
manfaat teknik napas
kesiapan dan
2. Anjurkan
kemampuan
memposisikan tubuh
menerima
senyanan mungkin
informasi
3. Ajarkan melalukan
Terapeutik
inspirasi dan
1. Untuk
ekspirasi denfab menyediakan
menghirup udara materi dan media
melalui hidung dan
Edukasi
menghembuskan
udara mulut secara 1. Untuk

perlahan menjelaskan

4. Demonstrasikan tujuan dan

menarik napas manfaat teknik

selama 4 detik, napas

menahan napas 2. Untuk

selama 2 detik, dan menganjurkan

menghembuskan memposisikan

napas selama 8 detik tubuh senyanan


mungkin
3. Untuk
mengajarkan
melalukan
inspirasi dan
ekspirasi dengan
menghirup udara
melalui hidung
dan
menghembuskan
udara mulut
secara perlahan
4. Untuk
mendemonstrasik
an menarik napas
selama 4 detik,
menahan napas
selama 2 detik,
dan
menghembuskan
napas selama 8
detik

2. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Intervensi Utama


b.d Kurang terpapar keperawatan selama 1×24 (Edukasi Kesehatan) (Edukasi Kesehatan)
informasi d.d jam di harapkan Tingkat
DS : Menanyakan Pengetahuan Membaik, Observasi Observasi
masalah yang dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kesiapan 1. Untuk
dihadapi dan kemampuan mengidentifikasi
1. Perilaku sesuai
DO : Menunjukan menerima informasi kesiapan dan
anjuran meningkat
perilaku tidak 2. Identifikasi faktor- kemampuan
2. Verbalisasi minat
sesuai anjuran, faktor yang dapat menerima
dalam belajar
menunjukkan meningkatkan dan informasi
meningkat
persepsi yang keliru menurunkan 2. Untuk
3. Kemampuan
terhadap masalah, motivasi perilaku mengidentifikasi
menjelaskan
menjalani hidup bersih dan faktor-faktor yang
pengetahuan
pemeriksaan yang sehat dapat
tentang suatu topik
tidak tepat, Terapeutik meningkatkan
meningkat
menunjukkan 1. Sediakan materi dan dan menurunkan
4. Perilaku sesuai
perilaku berlebihan media pendidikan motivasi perilaku
dengan pengetahuan
kesehatan hidup bersih dan
meningkat
Edukasi sehat
5. Pertanyaan tentang
1. Jelaskan faktor Terapeutik
masalah yang
risiko yang dapat 1. Untuk
dihadapi menurun
mempengaruhi menyediakan
6. Perilaku membaik
kesehatan materi dan media
2. Ajarkan perilaku pendidikan
hidup bersih dan kesehatan
sehat Edukasi
3. Ajarkan strategi 1. Untuk
yang dapat menjelaskan
digunakan untuk faktor risiko yang
meningkatkan dapat
perilaku hidup bersih mempengaruhi
dan sehat
Intervensi Pendukung kesehatan
(Edukasi Nutrisi) 2. Untuk
mengajarkan
Observasi
perilaku hidup
1. Periksa status gizi
bersih dan sehat
kemampuan
3. Untuk
pemenuhan
mengajarkan
kebutuhan gizi
strategi yang
Terapeutik
dapat digunakan
1. Persiapkan materi
untuk
dan media seperti
meningkatkan
jenis-jenis nutrisi,
perilaku hidup
tabel makanan
bersih dan sehat
penukar, cara
mengelola, cara
menakar makanan Intervensi Pendukung
Edukasi (Edukasi Nutrisi)
1. Ajarkan cara
melaksanakan diet Observasi
sesuai program 1. Untuk memeriksa
2. Ajarkan pasien dan status gizi
keluarga memantau kemampuan
kondisi kekurangan pemenuhan
nutrisi kebutuhan gizi
Terapeutik
1. Untuk
mempersiapkan
materi dan media
seperti jenis-jenis
nutrisi, tabel
makanan
penukar, cara
mengelola, cara
menakae
makanan
Edukasi
1. Untuk
mengajarkan cara
melaksanakan
diet sesuai
program
2. Untuk
mengajarkan
pasien dan
keluarga
memantau
kondisi
kekurangan
nutrisi

3. Menyusui Tidak Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Intervensi Utama


Efektif b.d keperawatan selama 1×24 ( Edukasi Menyusui) ( Edukasi Menyusui)
Ketidakadekuatan jam di harapkan Status
suplai ASI d.d Menyusui Membaik, Observasi Observasi
DS : Kelelahan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tujuan 1. Untuk
maternal, atau keinginan mengidentifikasi
1. Perlekatan bayi
kecemasan materna menyusui tujuan atau
pada payudara ibu
DO : Bayi tidak keinginan
meningkat Terapeutik
mampu melekat menyusui
2. Kemampuan ibu
1. Sediakan materi dan
pada payudara ibu,
memposisikan bayi
media pendidikan Terapeutik
Asi tidak
dengan benar
kesehatan 1. Untuk
menetes/memancar,
meningkat
2. Dukung ibu menyediakan
Nyeri dan/atau lecet
3. Tetesan/Pancaran
meningkatkan materi dan media
terus menerus
ASI meningkat
kepercayaan diri pendidikan
setelah minggu
4. Lecet pada puting
dalam menyusui kesehatan
kedua
menurun
3. Libatkan sistem 2. Untuk
5. Kelelahan maternal
pendukung : mendukung ibu
menurun
6. Kecemasan suami,keluarga dan meningkatkan
maternal menurun tenaga kesehatan kepercayaan diri
dalam menyusui
Edukasi
3. Untuk melibatkan
1. Ajarkan 4 posisi sistem pendukung
(empat) posisi : suami,keluarga
menyusui dan dan tenaga
perlekatan (lacth on) kesehatan
dengan benar Edukasi
2. Ajarkan perawatan 1. Untuk
payudara antepartum mengajarkan 4
dengan posisi (empat)
mengkompres posisi menyusui
dengan kapas yang dan perlekatan
telah diberikan (lacth on) dengan
minyak kelapa benar
2. Untuk
Intervensi Pendukung mengajarkan
perawatan
(Promosi Perlekatan)
payudara
Observasi antepartum

1. Identifikasi dengan

kemampuan bayi mengkompres

mengisap dan dengan kapas

menelan ASI. yang telah

2. Identifikasi payudara diberikan minyak

ibu kelapa

Terapeutik
Intervensi Pendukung
1. Hindari memegang (Promosi Perlekatan)
kepala bayi Observasi
1. Untuk
Edukasi
mengidentifikasi
1. Anjurkan bayi yang kemampuan bayi
mendekati ke arah mengisap dan
payudara ibu dari menelan ASI.
bagian-bagian 2. Untuk
bawah mengidentifikasi
2. Anjurkan ibu untuk payudara ibu
menyusui menunggu Terapeutik
mulut bayi terbuka 1. Untuk
lebar sehingga areola menghindari
bagian bawah dapat memegang kepala
masuk sempurna bayi
Edukasi
1. Untuk
menganjurkan
bayi yang
mendekati ke
arah payudara ibu
dari bagian-
bagian bawah
2. Untuk
menganjurkan ibu
untuk menyusui
menunggu mulut
bayi terbuka lebar
sehingga areola
bagian bawah
dapat masuk
sempurna

4. Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama Intervensi Utama


d.d Komplikasi keperawatan selama 1×24 (Pencegahan Perdarahan) (Pencegahan
kehamilan (Ketuban jam di harapkan Tingkat Perdarahan)
pecah sebelum Perdarahan Menurun, Observasi 1. Untuk memonitor
waktunya) dengan kriteria hasil : 1. Monitor nilai nilai hematokrit
hematokrit atau atau hemoglobin
1. Kelembapan
membran mukosa hemoglobin sebelum sebelum dan
meningkat dan setelah setelah
2. Distensi abdomen kehilangan darah kehilangan darah
menurun 2. Monitor koagulasi 2. Untuk memonitor
3. Perdarahan vagina koagulasi
Terapeutik
menurun Terapeutik
4. Hemoglobin 1. Pertahankan bed rest 1. Untuk
membaik selama perdarahan mempertahankan
5. Hematokrit Edukasi bed rest selama
membaik 1. Jelaskan tanda dan perdarahan
6. Tekanan darah gejala perdarahan Edukasi
membaik Kolaborasi 1. Untuk
7. Suhu tubuh 1. Kolaborasi menjelaskan
membaik pemberian obat tanda dan gejala
pengontrol perdarahan
perdarahan Kolaborasi
1. Untuk
mengkolaborasi
Intervensi Pendukung
pemberian obat
(Perawatan Pasca
pengontrol
Persalinan)
perdarahan

Observasi
Intervensi Pendukung
1. Monitor tanda -
(Perawatan Pasca
tanda vital
Persalinan)
2. Periksa perineum
atau robekan
Observasi
3. Monitor nyeri
1. Untuk memonitor
Terapeutik
tanda - tanda vital
1. Masase fundus
2. Untuk memeriksa
sampai kontraksi
perineum atau
kuat
robekan
2. Berikan kenyamanan
3. Untuk memonitor
pada ibu
nyeri
3. Diskusikan tentang Terapeutik
perubahan fisik dan 1. Untuk memasase
psikologis ibu fundus sampai
postpartum kontraksi kuat
Untuk
Edukasi
memberikan
1. Ajarkan cara kenyamanan pada
perawatan perineum ibu
yang tepat 2. Untuk
2. Ajarkan ibu mendiskusikan
mengatasi nyeri tentang
secara perubahan fisik
nonfarmakogis dan psikologis

Kolaborasi ibu postpartum


Edukasi
1. Rujuk ke konselor
1. Untuk
laktasi
mengajarkan cara
perawatan
perineum yang
tepat
2. Untuk
mengajarkan ibu
mengatasi nyeri
secara
nonfarmakogis
Kolaborasi
1. Untuk merujuk
ke konselor
laktasi

Daftar Pusaka
PPNI.T. P (2016) Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1 Jakarta DPP PPNI.
PPNI. T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Definisi
dan Indikator Dignostik ((cetakan II) 1 ed). Jakarta. DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) I ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKT): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai