Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL

(PLASENTA PREVIA)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pembimbing: NS. Dedeh Sri Rahayu, MAN

Disusun Oleh:

Asri Febriyanti E.0105.20.006

Kelompok 6

Diploma 3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Budi Luhur Cimahi

Tahun Akademik 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan dengan judul “LAPORAN PENDAHULUAN PLASENTA
PREVIA" dengan tepat waktu. Adapun pembuatan laporan ini dilakukan sebagai pemenuhan
tugas dan nilai tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas. Mudah – mudahan laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna, baik bentuk
maupun Teknik penulisannya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman,
serta kemampuan menulis dalam menelaah suatu masalah.

Dalam proses penyelesaian laporan ini kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan
dan saran dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran selama praktek dan penyusunan laporan.
2. Kedua Orang Tua kami yang telah mendoakan dan memberikan semangat selama
berlangsungnya praktek Daring
3. NS. Dedeh Sri Rahayu, MAN selaku pembimbing praktek daring Keperawatan
Maternitas
4. Teman seperjuangan yang telah bekerja sama dalam menjalankan tugas dan saling
mendukung satu sama lain.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi pembaca.

Cimahi, April 2022

i
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang masalah.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................................1

1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1. KONSEP TEORI..................................................................................................................3

2.1.1 Definisi............................................................................................................................3

2.1.2 Etiologi............................................................................................................................3

2.1.3 Manifestasi Klinik...........................................................................................................4

2.1.4 Patofisiologi.....................................................................................................................5

2.1.5 Pathway...........................................................................................................................7

2.1.6 Klasifikasi........................................................................................................................8

2.1.7 Faktor Risiko...................................................................................................................8

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................9

2.1.9 Penatalaksanaan.............................................................................................................10

2.1.10 Komplikasi..................................................................................................................11

2.2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................12

2.2.1 Pengkajian.....................................................................................................................12

ii
2.2.2 Analisa Data..................................................................................................................14

2.2.3 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................18

2.2.4 Intervensi Keperawatan.................................................................................................19

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................29

A. Kesimpulan.........................................................................................................................29

B. Saran...................................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................30

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah


Plasenta previa adalah komplikasi dalam kehamilan biasanya ditandai dengan
pendarahan pada vagina tanpa rasa nyeri pada trimester ketiga, dimana letak plasenta
menutupi ostium uteri interna. Umumnya kategori plasenta previa adalah total, partial
dan marginal. Plasenta previa totalis merupakan plasenta menutupi seluruh ostium
internal plasenta previa parsial adalah plasenta tertanam dekat dan sebagian menutupi
internal ostium dan plasenta previa marginal merupakan plasenta terletak 2-3 cm dari
ostium uteri internum (Almnabri et al., 2017).
Plasenta previa bisa menimbulkan masalah kesehatan yang signifikan karena
penderita mungkin akan dirawat di rumah sakit untuk observasi karena penderita
mungkin akan membutuhkan tranfusi darah dan berisiko untuk melahirkan secara
prematur (Wiknjosastro, 2010).
Plasenta previa dapat menyebabkan ibu dan janin mengalami risiko tinggi dan hal
ini merupakan salah satu kedaruratan kebidanan. Bantuan medis merupakan hal yang
sangat penting untuk menyelamatkan ibu dan janin (Fraser, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Pada Post Natal Plasenta Previa?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Post Natal Plasenta Previa?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan Post Natal Plasenta Previa
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Post Natal Plasenta Previa sehingga dapat
menentukan Diagnosa dan Perencanaanya.

1
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pentingnya dukungan sosial
keluarga.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan sumber data yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya,
sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang pentingnya dukungan sosial
keluarga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN POST NATAL PLASENTA PREVIA

2.1. KONSEP TEORI


2.1.1 Definisi
Menurut Nugroho (2012) plasenta previa yaitu plasenta yang letaknya abnormal,
karena plasenta terletak pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostinum uteri internum.
Adapun menurut Prawirohardjo (2014) plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostinum uteri internum.
Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah
rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri intemum
(OUI). Plasenta previa merupakan sal itu penyebab perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum merupakan perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28
minggu. Sampai saat ini penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini, yaitu multiparitas dan
cacat rahim, riwayat bedah sesar, usia 35 tahun. atau lebih, ibu hamil yang merokok,
riwayat kuretase, riwayat kehamilan ganda dan riwayat miomektomi (Manuaba, 2014).

2.1.2 Etiologi
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi
berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas luka operasi
uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih
rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab palcenta previa yang masuk akal.

3
Selain itu, kehamilan multiple/lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang lebih
besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi salah satu penyebab terjadinya
placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan
yang mungkin mengurangi suplai darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk
implantasi rendah pada kehamilan berikutnya (Prawirohardjo 2014).
Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu:
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan
oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implanmtasi, endometrium
yang tipis sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan
nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande multi
para, primigravida tua, bekas seesio sesarea, bekas operasi dan leiomioma uteri.
(Norma, dkk. 2013)
c. Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :
1. Endometrium yang inferior
2. Chorion leave yang persesiten
3. Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada
desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan
bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis.

2.1.3 Manifestasi Klinik


Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan biasanya terjadi pada
akhir trimester II hingga trimester III atau sebelum persalinan, perdarahan uterus keluar
tanpa disertai rasa nyeri. Perdara pertama biasanya sedikit kemudian berhenti sendiri,
namun perdarahan berulng tanpa sebab yang jelas akan timbul kembali. Pada plasenta
letak rendah, perdarahan baru terjadi pada saat mulai persalinan, bisa sedikit sampai
banyak mirip dengan solusio plasenta. Perdarahan berat disebabkan segmen bawah rahim
tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim sehingga dapat menyebabkan
perdarahan berlangsung hingga pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah
disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah

4
mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran plasenta
dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta
(Prawirohardjo, 2010).
Menurut Nugroho (2012) manifestasi klinis plasenta previa diantara lain:
1. Perdarahan jalan lahir berwarna merah segar tanpa rasa nyeri, tanpa sebab terutama
pada multi gravida pada kehamilan setelah 20 minggu
2. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasaanya belum masuk pintu atas panggul.
3. Pemeriksaan inspekulo: perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.

2.1.4 Patofisiologi
Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada trimester
ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan karena
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan. Menurut manumba (2014), implementasi
plasenta disegmen bawah rahim disebabkan:
a. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga yaitu plasenta previa yang
memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit. perdarahan diperkirakan
terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (SBR) pada
trimester tiga Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim (SBR)
lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti olch plasenta yang melekat disitu tinpa
diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu
mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna merah segar,berlainan dengan darah
yang disebabkanoleh solusio plasenta yang bewarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim (SBR)

5
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. (Epriliani, 2017)

6
2.1.5 Pathway
Menurut Nugroho (2012)

7
2.1.6 Klasifikasi
Menurut Novianti (2014) ada 4 klasifikasi dari plasenta previa, yaitu:
1. Plasenta previa totalis: plasenta menutupi seluruh ostinum uteri internum
2. Plasenta previa lateralis: plasenta menutupi sebagian dari ostium uteri intenum
3. Plasenta previa marginalis tepi plasenta berada tepat pada tepi ostinum uteri
internum
4. Plasenta letak rendah: plasenta berada 3-4 cm pada tepi ostium uteri internum
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa yaitu perdarahan rasa nyeri yang
biasanya terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau
sesudahnya, perdarahan secara tiba-tiba. Pasien dengan plasenta previa dapat
digolongkan kedalam beberapa kelompok yaitu:
a. Kelompok dengan janin prematur tetapi tidak terdapat kebutuhan
yang mendesak untuk melahirkan janin tersebut,
b. Kelompok dengan janin dalam waktu 3 minggu menjelang alerm,
c. Kelompok yang berada dalam proses persalinan dan
d. Kelompok dengan perdarahan yang begitu hebat sehingga uterus harus
dikosongkan meskipun janin masih imatur. Penatalaksanaan yang tepal adalah
pengurangan aktivitas fisik, menghindari pemeriksaan dalam dan pemberian
cairan infus berupa elektrolit dan tranfusi jika perdarahan terus menerus.

2.1.7 Faktor Risiko


Faktor risiko perdarahan antepartum untuk plasenta previa menurut Prawiroharjo
(2010) adalah paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misal bekas bedah cesar atau
miomektomi, perokok, cacat bekas bedah cesar, plasenta yang terlalu besar seperti pada
kehamilan ganda dan eritoblastosis fetalis bisa yang dapat menyebabkan pertumbuhan
plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
segmen ostium uteri internum.
Faktor predisposisi plasenta previa menurut Jordan (2014) yang merupakan faktor
risiko plasenta previa adalah usia ibu> 35 tahun, Multiparitas, ibu dengan riwayat
bedah cesar, infertilitas buatan, perokok, Alpha Feloprotein (AFP), ibu dengan
kehamilan kembar, Jarak kehamilan yang terlalu dekat serta riwayat ibu dengan

8
kuretase. Manuaba (2012) menambahkan bahwa mioma uteri dan malnutrisi merupakan
juga merupakan faktor risiko plasenta previa.
Faktor risiko plasenta previa menurut Mochtar dalam Norma (2013) adalah:
1. Usia ibu> 35 tahun
2. Paritas banyak
3. Endometrium cacat oleh karena bekas cesar atau bekas kuretase
4. Jarak persalinan yang dikat yaitu kurang dari 2 tahun
5. Mioma uteri
6. Polip endometrium
7. Kehamilan kembar
8. Ibu yang merokok
9. Riwayat plasenta previa sebelumnya
10. Adanya luka jaringan parut sehingga dapat menyebabkan hipoplasia endometrium
sedangkan faktor lainnya adalah reaksi korpus luteum melambat.

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Novianti (2014) pada plasenta previa pemeriksaan penunjang yang
dilakukan adalah:
a. USG untuk diagnosis pasti yang menentukan letak plasenta
b. Pemeriksaan darah: hemoglobin dan hematokrit
c. Sinar X: menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh janin.
d. Pengkajian vaginal: pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi
seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada
vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek
kelahiran secara cesar.
e. Isotop Scanning: lokasi penempatan placenta.
f. Amniocentesis: jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin/spingomyelin

9
[LS] atau kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan
operasi direkomendasikan jika paru-paru fetal sudah matur.

2.1.9 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
Menurut Nugroho (2012) penatalaksanaan plasenta previa diantara lain:
1. Harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas operasi.
2. Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri,
tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut (misal
batuk, mengedan karena sulit buang air besar).
3. Pasang infus NaCl fisiologis, bila tidak memungkinkan berikan peroral.
4. Pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk
mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat pendarahan.
5. Bila terjadi renjatan, segera lakukan pemberian cairan dan tranfusi darah.
6. Pengelolaan plasenta previa tergantung dari banyaknya perdarahan, umur
kehamilan dan derajat plasenta previa.
7. Jangan melakukan pemeriksaan dalam atau tampon vagina, karena akan
memperbanyak perdarahan dan menyebabkan infeksi.
a. Bila usia kehamilan <37 minggu dan TBF <2500 gram:
1) Perdarahan sedikit keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan
konservatif sampai umur kehamilan aterm. Penangan berupa tiring baring,
hematinic, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari tidak ada
perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila pasien berjalan tetap taka da
perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan agar tidak coitus, tidak
bekerja keras dan segera ke rumah sakit jika terjadi perdarahan. Nasihan ini juga
dianjurkan bagi pasien yang didiagnosis plasenta previa dengan USG namun
tidak mengalami perdarahan.
2) Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin maka
dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif.
b. Bila usia kehamilan >37 minggu/ lebih dan TBF <2500 gram:

10
1) Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera
mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam atau perabdominal.
2) Persalina pervaginam diindikasikan pada plasenta previa marginalis, plasenta
previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau
lebih.
3) Pada kasus tersebut bila tidak banyak perdarahan maka dapat dilakukan
pemecahan kulit ketuban agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas
panggul menekan plasenta yang berdarah.
4) Bila tidak adekuat dapat diberikan pitosin drip. Namun bila perdarahan tetap
ada maka dilakukan seksio sesar.
5) Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan untuk plasenta previa totalis baik
janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis.

2.1.10 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa
menurut manuaba (2014), yaitu:
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemi bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi pada perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c. Asfiksia intauterine sampai dengan kematian

11
2.2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Menurut Novianti (2014)
Pengkajian merupakan tahap awal untuk mengumpulkan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan dan
kesehatan klien meliputi;
1. Pengumpulan data
a. Anamnesa
b. Identitas klien: Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan
alamat, medicalrecord dll.
c. Keluhan utama: Gejala pertama : perdarahan pada kehamilan setelah 28:
minggu/trimester III.
d. Sifat perdarahan : tanpa sebab, tanpa nyeri berulang
e. Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek : terbentuknya SBR,
terbukanya osteum/manspulasi intravaginal/rectal.
f. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh
darah dan placenta.
g. Inspeksi
h. Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit
i. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia
j. Palpasi abdomen
k. Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah
l. Sering dijumpai kesalahan letak
m. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang/floating
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Obstetri Memberikan imformasi yang penting mengenai sebelumnya
agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang
Riwayat obstetri meliputi:
1. Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
2. Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

12
3. Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
4. Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
5. Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan
6. Komplikasi pada bayi
7. Rencana menyusui bayi
b. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada
janin.
d. Riwayat penyakit dan operasi
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi,
dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1. Rambut dan kulit Terjadi peningkatan pigmentasi pada arcola, puning susu
dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan
paha Laju pertumbuhan rambut berkurang
2. Wajah Mata: pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3. Leher
4. Buah dada/ payudara Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler

13
5. Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatın frekuensi nadi, Penurunan resistensi
pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi
hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen
menjadi pernapasan dada.
6. Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
7. Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda
Chandwick), Hipertropi epithelium
8. Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung.
Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal.
b. Khusus
1. Tinggi fundus uteri
2. Posisi dan persentasi janin
3. Panggul dan janin lahir
4. Denyut jantung janin

2.2.2 Analisa Data


Menurut PPNI, T. P. (2017)
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Mengeluh nyeri Kehamilan ganda, Nyeri Akut
DO : Tampak meringis, Multiparitas, Riwayat aborsi,
gelisah, frekuensi nadi Kehaman pada usia tua,
meningkat, sulit tidur, Merokok dan kokain
tekanan darah 
meningkat, pola napas Plasenta Previa
berubah, nafsu makan 

14
berubah, diaforesis Menutupi pembukaan jalan
lahir

Secsio

Luka post Operasi

Merangsang area sensorik

Nyeri Akut
2. DS : Parastesia, nyeri Kehamilan ganda, Perfusi Perifer
ekstermitas Multiparitas, Riwayat aborsi, Tidak Efektif
DO : Pengisian kapiler Kehaman pada usia tua,
<3 detik, nadi perifer Merokok dan kokain
menurun atau tidak 
teraba, akral teraba Plasenta Previa
dingin, warna kulit 
pucat, turgor kulit Pembentukan segmen bawah
menurun uterus dan dilatasi ostium uteri

Tipisnya pembuluh darah
serviks dan uterus segmen

Kontraksi uterus

Perdarahan

Volume darah

Perfusi Perifer Tidak Efektif

15
3. DO : Merasa Lemah, Kehamilan ganda, Hipovolemia
mengeluh haus Multiparitas, Riwayat aborsi,
DO : Frekuensi nadi Kehaman pada usia tua,
meningkat, nadi teraba Merokok dan kokain
lemah, tekanan darah 
menurun, turgor kulit Plasenta Previa
menurun, membran 
mukosa kering, Pembentukan segmen bawah
hematokrit meningkat, uterus dan dilatasi ostium uteri
suhu tubuh meningkat, 
konsentrasi urin Tipisnya pembuluh darah
meningkat serviks dan uterus segmen

Kontraksi uterus

Perdarahan

Hipovolemia
4. DS : - Kehamilan ganda, Resiko Syok
DO : - Multiparitas, Riwayat aborsi,
Kehaman pada usia tua,
Merokok dan kokain

Plasenta Previa

Pembentukan segmen bawah
uterus dan dilatasi ostium uteri

Tipisnya pembuluh darah
serviks dan uterus segmen

16

Kontraksi uterus

Perdarahan

Hipovolemia

Resiko Syok
5. DS : - Kehamilan ganda, Resiko Cedera
DO : - Multiparitas, Riwayat aborsi, Pada Ibu
Kehaman pada usia tua,
Merokok dan kokain

Plasenta Previa

Pembentukan segmen bawah
uterus dan dilatasi ostium uteri

Tipisnya pembuluh darah
serviks dan uterus segmen

Kontraksi uterus

Perdarahan

Hipovolemia

Resiko Cedera Pada Ibu
6. DS : - Kehamilan ganda, Resiko Infeksi
DO : - Multiparitas, Riwayat aborsi,

17
Kehaman pada usia tua,
Merokok dan kokain

Plasenta Previa

Menutupi pembukaan jalan
lahir

Secsio

Luka post Operasi

Resiko Infeksi

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


Menurut PPNI, T. P. (2017)
1. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Mengeluh nyeri, Tampak meringis,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola
napas berubah, nafsu makan berubah, diaforesis
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin d.d
Parastesia, nyeri ekstermitas, Pengisian kapiler <3 detik, nadi perifer menurun
atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun
3. Hipovolemia b.d Kehilangan Cairan Aktif d.d Merasa Lemah, mengeluh haus,
Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu tubuh meningkat,
konsentrasi urin meningkat
4. Resiko Syok d.d Kekurangan Volume Cairan
5. Resiko Cedera Pada Ibu d.d Usia Ibu (<15 tahun atau >35 tahun), Masalah
Kontraksi
6. Resiko Infeksi d.d Efek Prosedur Invasif

18
2.2.4 Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI, T. P. (2018)
No Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Akut Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
b.d Agen dilakukan a. Manajemen Nyeri a. Manajemen Nyeri
Pencedera tindakan  Observasi  Observasi
Fisik d.d keperawatan 1. Identifikasi skala 1. Untuk
DS : selama 1×24 nyeri mengidentifikasi
Mengeluh jam di 2. Identifikasi faktor skala nyeri
nyeri harapkan yang memperberat 2. Untuk
DO : Tingkat dan memperingan mengidentifikasi
Tampak Nyeri nyeri faktor yang
meringis, Menurun,  Terapeutik memperberat dan
gelisah, dengan 1. Berikan teknik memperingan nyeri
frekuensi kriteria nonfarmakologis  Terapeutik
nadi hasil : untuk mengurangi 1. Untuk memberikan
meningkat, 1. Keluhan rasa nyeri teknik
sulit tidur, nyeri  Edukasi nonfarmakologis
tekanan menurun 1. Jelaskan strategi untuk mengurangi
darah 2. Meringis meredakan nyeri rasa nyeri
meningkat, menurun 2. Anjurkan  Edukasi
pola napas 3. Gelisah Menggunakan 1. Untuk menjelaskan
berubah, menurun analgetik secara tepat strategi meredakan
nafsu makan 4. Kesulitan  Kolaborasi nyeri
berubah, tidur 1. Kolaborasi 2. Untuk

19
diaforesis menurun pemberian analgetik menganjurkan
5. Diaforesis B. Intervensi Menggunakan
menurun Pendukung analgetik secara tepat
6. Perineum a. Pemantauan Nyeri  Kolaborasi
terasa  Observasi 1. Untuk
tertekan 1. Monitor kuliatas mengkolaborasi
menurun nyeri pemberian analgetik
7. Uterus  Terapeutik B. Intervensi
teraba 1. Atur interval Pendukung
membulat waktu pemantauan a. Pemantauan Nyeri
menurun sesuai dengan  Observasi
8. kondisi pasien 1. Untuk memonitor
Ketegangan  Edukasi kuliatas nyeri
otot 1. Jelaskan tujuan  Terapeutik
menurun dan prosedur 1. Untuk mengatur
9. Frekuensi pemantauan interval waktu
nadi pemantauan sesuai
membaik dengan kondisi
10. Pola pasien
napas  Edukasi
membaik 1. Untuk menjelaskan
11. Tekanan tujuan dan prosedur
darah pemantauan
membaik
12. Nafsu
makan
membaik
2. Perfusi Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
Perifer Tidak dilakukan a. Perawatan a. Perawatan
Efektif b.d tindakan Sirkulasi Sirkulasi
Penurunan keperawatan  Observasi  Observasi

20
Konsentrasi selama 1×24 1. Periksa sirkulasi 1. Untuk memeriksa
Hemoglobin jam perifer sirkulasi perifer
d.d DS : diharapkan  Terapeutik  Terapeutik
Parastesia, Perfusi 1. Lakukan 1. Untuk melakukan
nyeri Perifer pencegahan infeksi pencegahan infeksi
ekstermitas Meningkat,  Edukasi  Edukasi
DO : dengan 1. Anjurkan 1. Untuk
Pengisian Kriteria berolahraga rutin menganjurkan
kapiler <3 hasil: 2. Ajarkan program berolahraga rutin
detik, nadi 1. Denyut diet untuk 2. Untuk
perifer nadi perifer memperbaiki mengajarkan
menurun meningkat sirkulasi program diet untuk
atau tidak 2. Warna B. Intervensi memperbaiki
teraba, akral kulit pucat Pendukung sirkulasi
teraba menurun a. Edukasi Proses B. Intervensi
dingin, 3. Nyeri Penyakit Pendukung
warna kulit ekstermitas  Observasi a. Edukasi Proses
pucat, turgor menurun 1. Identifikasi Penyakit
kulit 4. Parastesia kesiapan dan  Observasi
menurun menurun kemampuan 1. Untuk
5. menerima informasi mengidentifikasi
Kelemahan  Terapeutik kesiapan dan
otot 1. Sediakan materi kemampuan
menurun dan media menerima informasi
6. Pengisian pendidikan  Terapeutik
kapiler kesehatan 1. Untuk
membaik menyediakan materi
 Edukasi
7. Akral dan media
1. Ajarkan cara
membaik pendidikan kesehatan
meredakan atau
8. Turgor
mengatasi gejala  Edukasi
kulit

21
membaik yang dirasakan 1. Untuk
mengajarkan cara
meredakan atau
mengatasi gejala
yang dirasakan
3. Hipovolemia Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
b.d dilakukan a. Manajemen a. Manajemen
Kehilangan tindakan Hipovolemia Hipovolemia
Cairan Aktif keperawatan  Observasi  Observasi
d.d DS : selama 1×24 1. Periksa tanda dan 1. Untuk memeriksa
Merasa jam gejala hipovolemia tanda dan gejala
Lemah, diharapkan 2. Monitor Intake hipovolemia
mengeluh Status dan output cairan 2. Untuk memonitor
haus DO : Cairan  Terapeutik Intake dan output
Frekuensi Membaik, 1. Hitung kebutuhan cairan
nadi dengan cairan  Terapeutik
meningkat, Kriteria  Edukasi 1. Untuk menghitung
nadi teraba hasil: 1. Anjurkan kebutuhan cairan
lemah, 1. Kekuaran memperbanyak  Edukasi
tekanan nadi asupan cairan oral 1. Untuk
darah meningkat  Kolaborasi menganjurkan
menurun, 2. Turgor 1. Kolaborasi memperbanyak
turgor kulit kulit pemberian cairan IV asupan cairan oral
menurun, meningkat isotonis (NaCl dan  Kolaborasi
membran 3. Dispnea RL) 1. Untuk
mukosa Menurun 2. Kolaborasi mengkolaborasi
kering, 4. Perasaan pemberian produk pemberian cairan IV
hematokrit lemah darah isotonis (NaCl dan
meningkat, menurun B. Intervensi RL)
suhu tubuh 5. Keluhan Pendukung 2. Untuk
meningkat, haus a. Manajemen mengkolaborasi

22
konsentrasi menurun Perdarahan pemberian produk
urin 6. Pervaginam Pasca darah
meningkat Konsentrasi Persalinan B. Intervensi
urine  Observasi Pendukung
menurun 1. Periksa uterus a. Manajemen
7. Frekuensi 2. Identifikasi Perdarahan
nadi penyebab kehilangan Pervaginam Pasca
membaik darah Persalinan
8. Tekanan 3. Monitor risiko  Observasi
darah terjadinya 1. Untuk memeriksa
membaik perdarahan uterus
9. Tekanan 4. Monitor jumlah 2. Untuk
nadi kehilangan darah mengidentifikasi
membaik 5. Monitor kadar Hb, penyebab kehilangan
10. Ht, PT dan APPT darah
Membran sebelum dan sesudah 3. Untuk memonitor
mukosa perdarahan risiko terjadinya
membaik  Terapeutik perdarahan
11. Kadar 1. Pasang IV line 4. Untuk memonitor
Hb dan Ht dengan selang infus jumlah kehilangan
membaik tranfusi darah
12. Intake 2. Lakukan pijat 5. Untuk memonitor
cairan uterus untuk kadar Hb, Ht, PT dan
membaik merangsang APPT sebelum dan
13. Suhu kontraksi uterus sesudah perdarahan
tubuh  Kolaborasi  Terapeutik
membaik 1. Kolaborasi 1. Untuk memasang
pemberian tranfusi IV line dengan selang
darah infus tranfusi
2. Untuk melakukan
pijat uterus untuk

23
merangsang
kontraksi uterus
 Kolaborasi
1. Untuk
mengkolaborasi
pemberian tranfusi
darah
4. Resiko Syok Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
d.d dilakukan a. Pencegahan Syok a. Pencegahan Syok
Kekurangan tindakan  Observasi  Observasi
Volume keperawatan 1. Monitor status 1. Untuk memonitor
Cairan selama 1×24 cairan status cairan
jam  Terapeutik  Terapeutik
diharapkan 1. Lakukan skin test 1. Untuk melakukan
Tingkat untuk mencegah skin test untuk
Syok reaksi alergi mencegah reaksi
Menurun,  Edukasi alergi
dengan 1. Jelaskan penyebab  Edukasi
Kriteria atau faktor risiko 1. Untuk menjelaskan
hasil: syok penyebab atau faktor
1. Kekuatan  Kolaborasi risiko syok
nadi 1. Kolaborasi  Kolaborasi
meningkat pemberian IV dan 1. Untuk
2. Output tranfusi darah mengkolaborasi
Urine B. Intervensi pemberian IV dan
meningkat Pendukung tranfusi darah
3. Tingkat a. Edukasi Terapi B. Intervensi
kesadaran Cairan Pendukung
meningkat a. Edukasi Terapi
 Observasi
4. Akral Cairan
1. Identifikasi
dingin
kesiapan dan

24
menurun kemampuan  Observasi
5. Pucat menerima informasi 1. Untuk
menurun  Terapeutik mengidentifikasi
6. Haus 1. Sediakan materi kesiapan dan
menurun dan media kemampuan
7. Tekanan pendidikan menerima informasi
darah kesehatan  Terapeutik
membaik  Edukasi 1. Untuk
8. Frekuensi 1. Jelaskan menyediakan materi
nadi dan pentingnya cairan dan media
respirasi bagi tubuh pendidikan kesehatan
membaik 2. Ajarkan mengatasi  Edukasi
masalah kekurangan 1. Untuk menjelaskan
atau kelebihan cairan pentingnya cairan
secara mandiri bagi tubuh
2. Untuk
mengajarkan
mengatasi masalah
kekurangan atau
kelebihan cairan
secara mandiri
5. Resiko Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
Cedera Pada dilakukan a. Pencegahan a. Pencegahan
Ibu d.d Usia tindakan Cedera Cedera
Ibu (<15 keperawatan  Observasi  Observasi
tahun atau selama 1×24 1. Identifikasi area 1. Untuk
>35 tahun), jam lingkungan yang mengidentifikasi area
Masalah diharapkan berpotensi lingkungan yang
Kontraksi Tingkat menyebabkan cedera berpotensi
Cedera  Terapeutik menyebabkan cedera
Menurun, 1. Sediakan

25
dengan pencahayaan yang  Terapeutik
Kriteria memadai 1. Untuk
hasil: 2. Gunakan menyediakan
1. Toleransi pengaman tempat pencahayaan yang
aktivitas tidur sesuai dengan memadai
meningkat kebijakan fasilitas 2. Untuk
2. Nafsu pelayanan kesehatan menggunakan
makan 3. Diskusikan pengaman tempat
meningkat mengenai latihan dan tidur sesuai dengan
3. Kejadian terapi fisik yang kebijakan fasilitas
cedera diperlukan pelayanan kesehatan
menurun  Edukasi 3. Untuk
4. 1. Jelaskan alasan mendiskusikan
Ketegangan intervensi mengenai latihan dan
otot pencegahan jatuh ke terapi fisik yang
menurun pasien dan keluarga diperlukan
5. B. Intervensi  Edukasi
Perdarahan Pendukung 1. Untuk menjelaskan
menurun a. Perawatan Pasca alasan intervensi
6. Tekanan Persalinan pencegahan jatuh ke
darah  Observasi pasien dan keluarga
membaik 1. Monitor tanda - B. Intervensi
tanda vital Pendukung
2. Periksa perineum a. Perawatan Pasca
atau robekan Persalinan
3. Monitor nyeri  Observasi
 Terapeutik 1. Untuk memonitor
1. Masase fundus tanda - tanda vital
sampai kontraksi 2. Untuk memeriksa
kuat perineum atau
2. Berikan robekan

26
kenyamanan pada 3. Untuk memonitor
ibu nyeri
3. Diskusikan  Terapeutik
tentang perubahan 1. Untuk memasase
fisik dan psikologis fundus sampai
ibu postpartum kontraksi kuat
 Edukasi 2. Untuk memberikan
1. Jelaskan kenyamanan pada ibu
pemeriksaan pada 3. Untuk
ibu dan bayi secara mendiskusikan
rutin tentang perubahan
2. Ajarkan cara fisik dan psikologis
perawatan perineum ibu postpartum
yang tepat  Edukasi
 Kolaborasi 1. Untuk menjelaskan
1. Rujuk ke konselor pemeriksaan pada ibu
laktasi dan bayi secara rutin
2. Untuk
mengajarkan cara
perawatan perineum
yang tepat
 Kolaborasi
1. Untuk merujuk ke
konselor laktasi
6. Resiko Setelah A. Intervensi Utama A. Intervensi Utama
Infeksi d.d dilakukan a. Pencegahan a. Pencegahan Infeksi
Efek tindakan Infeksi  Observasi
Prosedur keperawatan  Observasi 1. Untuk memonitor
Invasif selama 1×24 1. Monitor tanda dan tanda dan gejala
jam gejala infeksi lokal infeksi lokal dan
diharapkan dan sistemik

27
Tingkat  Terapeutik sistemik
Infeksi 1. Pertahankan  Terapeutik
Menurun, tekhnik aseptik pada 1. Untuk
dengan pasien beresiko mempertahankan
Kriteria tinggi tekhnik aseptik pada
hasil:  Edukasi pasien beresiko
1. Nafsu 1. Jelaskan tanda dan tinggi
makan gejala infeksi  Edukasi
meningkat 2. Ajarkan cara 1. Untuk menjelaskan
2. Demam memeriksa kondisi tanda dan gejala
menurun luka atau luka infeksi
3. Nyeri operasi 2. Untuk
Menurun 3. Anjurkan mengajarkan cara
4. Letargi meningkatkan memeriksa kondisi
menurun asupan nutrisi dan luka atau luka operasi
5. Kultur cairan 3. Untuk
darah  Kolaborasi menganjurkan
membaik 1. Kolaborasi meningkatkan asupan
pemberian Imunisasi nutrisi dan cairan
B. Intervensi  Kolaborasi
Pendukung 1. Untuk
a. Perawatan mengkolaborasi
Perineum pemberian Imunisasi
 Observasi B. Intervensi
1. Inspeksi insisi Pendukung
atau robekan a. Perawatan
perineum Perineum
 Terapeutik  Observasi
1. Berikan posisi 1. Untuk
nyaman menginspeksi insisi
2. Bersihkan area atau robekan

28
perineum secara perineum
teratur  Terapeutik
 Edukasi 1. Untuk memberikan
1. Ajarkan pasien posisi nyaman
dan keluarga 2. Untuk
mengobservasi tanda membersihkan area
abnormal pada perineum secara
perineum teratur
 Kolaborasi  Edukasi
1. Kolaborasi 1. Untuk
pemberian mengajarkan pasien
antiinflamasi dan keluarga
mengobservasi tanda
abnormal pada
perineum
 Kolaborasi
1. Untuk
mengkolaborasi
pemberian
antiinflamasi
aktivitas rahim

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

29
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang
abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebgaian atau seluruh
permukaan jalan lahir (Ostium Uteri Internum).
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan dari
endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggan
sebagai mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa
(Santoso, 2010). Faktor resiko terjadinya plasenta previa yaitu usia, paritas, riwayat seksio
sesaria, riwayat abortus.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah mengenai profil Post Natal Plasenta Previa dalam
keperawatan maternitas komunitas penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis juga berharap para pembaca memberi masukan serta sarannya untuk
kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Epriliana, Putu. (2017). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Plasenta Previa. Politeknik Kesehatan Denpasar: Naskah Dipublikasikan
30
NANDA. (2012). Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran
EGC: Jakarta
Novianti, Ulfa. (2014). Laporan Pendahuluan Plasenta Previa. STIKES Hangtuah Tanjung
Pinang: Naskah Dipublikasikan
Nugroho, Akbar. (2012). Laporan Pendahuluan Operasi SC Dengan Plasenta Previa.
Universitas Brawijaya Malang: Nasakah Dipublikasikan
Prawirohardjo, Bumi. (2014). Laporan Pendahuluan Plasenta Previa. STIKES Hangtuah
Tanjung Pinang: Naskah Dipublikasikan
PPNIT. P (2016) Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1.Jakarta DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDK) Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) 1 ed). Jakarta. DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

31

Anda mungkin juga menyukai