Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA NY.

N G2P1A0
PARTURIENT PRETERM DENGAN PLASENTA PREVIA
DI RS DUSTIRA KOTA CIMAHI
Tugas ini disuusn untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan IIIB
Dosen pembimbing : Bd. Santi Sofiyanti, S.Keb., M.Kes., AIFO

Disusun oleh:
Agnia Oktavia P17324118019
Arum Mutiasari P17324118048
Asyifa Utami Insan K. P17324118007
Annisa Fathulluluu P17324118017
Lidya Rizky Ramdhanisa P17324118049
Milania Raihan Putri S. P17324118028
Neng Riska Rifka S. P17324118044
Nida’ Salma Majidah P17324118020
Nida Fatimah Zahra P17324118012
Nurul Dzakiyyah P17324118052
Nur Syifa Yudhiani P17324118029
Salsabila Aufa Nuraini P17324118039
Selvy Dwi Wahyuni P17324118005
Siti Munawaroh P17324118045

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG


POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tak lupa terpanjatkan kepada Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas laporan kasus mengenai Asuhan Kebidanan Patologis
pada Ny. N G2P1A0 Parturient Preterm Dengan Plasenta Previa di RS Dustira
Kota Cimahi, meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Penyusunan makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan IIIB.
Dalam proses penyusunan laporan kasus ini tentu tidak lepas dari bantuan,
arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima
kasih atas segala masukan yang membangun dalam menyelesaikan makalah ini
terkhusus kepada Ibu Bd. Santi Sofiyanti, S.Keb., M.Kes., AIFO selaku
pembimbing institusi serta bidan-bidan maupun perawat yang menjadi preceptor
kami di RS Dustira Kota Cimahi.
Meski demikian, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari kata
sempurna dan masih banyak sekali kekurangan serta kekeliruan di dalam
penulisannya, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat disampaikan. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang yang membacanya.

Cimahi, April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................2
1.3 Manfaat...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Pengertian Plasenta Previa..................................................................3
2.2 Etiologi Plasenta Previa......................................................................3
2.3 Faktor Resiko Plasenta Previa............................................................4
2.4 Patofisiologi Plasenta Previa..............................................................5
2.5 Gambaran Klinis Plasenta Previa.......................................................5
2.6 Komplikasi Plasenta Previa................................................................6
2.7 Diagnosis............................................................................................6
2.8 Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa.............................................7
2.9 Penatalaksanaan..................................................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................9
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................24
5.1 Kesimpulan.......................................................................................24
5.2 Saran.................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO, kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau
dalam periode 42 hari setelah persalinan akibat semua penyebab yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung, terkait dengan atau diperberat
oleh kehamilan dan penanganannya. Berdasarkan data, sekitar 80% kematian
maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,
persalinan, dan nifas. Menurut Ketua Komite Ilmiah International
Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health
(ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana mengatakan hingga tahun 2019 AKI di
Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Adapun
salah satu komplikasi dari tiga penyebab utama kematian adalah perdarahan.
Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu terbagi
menjadi dua, yaitu perdarahan antepartum dan postpartum. Perdarahan
antepartum disebabkan oleh beberapa hal antara lain abortus, plasenta previa,
solusio plasenta, dan inversi uterus yang mana masalah ini merupakan
penyebab langsung paling banyak mengakibatkan kematian pada ibu.
Plasenta previa merupakan salah satu perdarahan antepartum dan
plasenta letak rendah termasuk klasifikasi dari plasenta previa. Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR)
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI).
Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7% sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih
rendah yaitu <1% (Prawihardjo, 2008).
Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun kerusakan
endometrium pada persalinan sebelumnya serta gangguan vaskularisasi
desidua dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya plasenta previa.
Melihat permasalahan tersebut, kelompok akan membahas tentang
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.N dengan Plasenta Previa di
Rumah Sakit Tk II Dustira agar dapat mengantisipasi tanda bahaya pada

1
kehamilan, persalinan dan nifas sehingga klien mendapatkan asuhan yang
berkualitas dan tidak menyumbang AKI ataupun AKB di Indonesia.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kesesuaian asuhan pada kasus Ny. N G2P1A0 gravida
33-34 minggu dengan plasenta previa antara teori, standar asuhan yang
ada, dan praktik nyata.

1.3 Manfaat
1. Laporan kasus ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan
meningkatkan kemampuan dalam menganalisis manajemen kasus dengan
plasenta previa.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Plasenta Previa


Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah Rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau rendah
pembukaan jalan lahir. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding
depan, dinding belakang Rahim atau didaerah fundus uteri. (Iswara, 2017)
Plasenta previa digunakan untuk menggambarkan plasenta yang
berimplantasi diatas atau sangat berdekatan dengan ostium uteri internum.
Terdapat beberapa kemungkinan atau klasifikasi :
1. Plasenta previa totalis atau komplit
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum. Pada kejadian ini
bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, karena resiko perdarahannya
yang hebat.
2. Plasenta previa parsialis
Plasenta menutupi sebagian dari ostium uteri internum. Pada jenis ini
resiko untuk perdarahannya pun besar, dan biasanya pada janin tetap tidak
dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis
Plasenta yang tepiannya berada di pinggir ostium uteri internum. Hanya
pada bagian tepiannya saja yang menutupi ostium uteri internum.
Biasanya dapat dipertimbangkan untuk bias lahir normal, namun resiko
perdarahannya pun cukup besar.
4. Plasenta letak rendah atau plasenta lateralis
Plasenta berimplantasi pada segmen bawah uterus sedemikian rupa
sehingga tepi plasenta tidak mencapai ostium internum, tetapi terletak
berdekatan dengan ostium tersebut. (Cunningham, 2010)

2.2 Etiologi Plasenta Previa


Penyebab dari plasenta previa ini meningkat kejadiannya pada
keadaan endometrium yang kurang baik, misalnya seperti atrofi endometrium

3
atau kurang baiknya sistem peredaran di desidua. Keadaan tersebut bisa
ditemukan pada :
1. Multipara, kejadian meningkat pada ibu dengan jarak kehamilan yang
pendek.
2. Mioma uteri.
3. Kuretasi yang berulang.
4. Umur > 35 tahun
5. Adanya riwayat section caesarea.
6. Adanya riwayat abortus.
7. Plasenta yang besar dan juga luas (biasa terjadi pada kehamilan kembar).
8. Wanita yang sebelumnya mempunyai riwayat plasenta previa.
Keadaan tersebut disebabkan oleh keadaan endometrium yang kurang
baik, sehingga pertumbuhan plasenta mejadi lebih luas untuk mencukupi
kebutuhan janin itu sendiri. Plasenta tumbuh meluas dan melebar hingga
akhirnya mendekati ostium uteri internum.

2.3 Faktor Resiko Plasenta Previa


1. Usia Ibu
Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa.
Insiden plasenta previa meningkatkan secara bermakna pada setiap
peningkatan kelompok usia ibu. Bertambahnya usia ibu di AS telah
menyebabkan peningkatan insiden total plasenta previa, mereka yang
berusia lebih dari 35 tahun memiliki risiko 1,1% untuk mengalami
plasenta previa, dibandingkan dengan risiko pada perempuan yang berusia
kurang dari 35 tahun. (Cunningham, 2010)
2. Multiparitas
Multiparitas juga berkaitan dengan peningkatan risiko plasenta
previa. Dilaporkan pada perempuan dengan 5 atau lebih merupakan
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan insiden pada
perempuan dengan paritas yang lebih sedikit. Angka kejadian plasenta
previa 40% lebih tinggi pada kehamilan dengan janin multiple

4
dibandingkan dengan kehamilan dengan janin tunggal. (Cunningham,
2010)
3. Riwayat Section Saesaria
Gesteland (dalam Cunningham, 2010) menjelaskan bahwa riwayat
kelahiran Caesar meningkatkan risiko plasenta previa. Risiko plasenta
previa meningkat secara progresif seiring dengan bertambahnya paritas
dan jumlah pelahiran Caesar yang pernah dijalani. Diperkirakan
kemungkinan terjadinya plasenta meningkat lebih dari delapan kali lipat
pada perempuan dengan paritas lebih dari empat dan pernah menjalani
lebih dari empat kali pelahiran Caesar. Terakhir, riwayat insisi uterus
dengan plasenta previa meningkatkan kemungkinan diperlukannya
histerektomi untuk mengendalikan perdarah dari planseta akreta, inkreta,
atau perkreta. (Cunningham, 2010)

2.4 Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan
20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serat
menipis. Umunya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek kaena lepasnya plasenta
dari dinding uterus atau karena perobekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
(Sudarti, 2014)

2.5 Gambaran Klinis Plasenta Previa


1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.
6. Waktu terjadinya saat hamil.

5
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Denyut jantung janin ada.
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
12. Presentasi mungkin abnormal.

2.6 Komplikasi Plasenta Previa


Menurut Maryunani (2016) menjelaskan ada 2 komplikasi plasenta
previa, yaitu:
1. Plasenta previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi baik bagi ibu
meupun pada janin yang dikandungnya, yaitu:
a. Perdarahan yang hebat dan syok sebelum atau setelah persalinan yang
dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
b. Persalinan premature atau preterm (sebelum usia kehamilan 37
minggu) yang mana merupakan risiko terbesar bagi janin
c. Defect persalinan
1) Defect persalinan terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang
dipengaruhi oleh plasenta previa daripada kehamilan yang tidak
dipengaruhinya.
2) Sampai saat ini penyebabnya tidak diketahui.
d. Infeksi.
e. Laserasi serviks.
f. Plasenta akreta.
2. Plasenta previa dapat menghambat perkembangan janin
a. Meskipun beberapa penelitian sering menemukan masalah
pertumbuhan janin pada plasenta previa.
b. Beberapa penelitian lainnya tidak menemukan perbedaan antara bayi-
bayi pada kelainan ini dengan bayi-bayi dari kehamilan normal.

2.7 Diagnosis
1. Anamnesis

6
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri terutama pada multigravida, banyaknya perdarahan tidak
dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan
hematokrit.
2. Pemeriksaan Luar
Bagian bawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi
kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul
mengelak ke samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.
3. Pemeriksaan In Spekulo
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai.
4. Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonagrafi. Ultrasonagrafi penentuan letak plasenta
dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi
bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
5. Pemeriksaan Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak
tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta letak
rendah.
6. Diagnosis Plasenta Previa Secara Defenitif.
Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara langsung
melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang sangat banyak dan pada
ibu dengan anemia berat, tidak dianjurkan melakukan PDMO sebagai
upaya menetukan diagnosis.

2.8 Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa


Pemeriksaan penunjang menurut Maryunasi (2016) sebagai berikut:
1. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap
2. Kardiotokografi (KTG), Doppler, Laennec untuk mengetahui
kesejahteraan janin

7
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan penunjang menurut Ayu T.D (2016) sebagai berikut:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, Hematocrit
2. Pemeriksaan USG : dengan pemeriksaan USG ini dapat ditemukan
plasenta atau jarak tepi terhadapat ostium
3. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul. Ada kelainan letak janin
4. Pemeriksaan inspekulo : secara hati-hati dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain.

2.9 Penatalaksanaan
Tindakan pada plasenta previa :
1. Tindakan dasar umum. Memantau tekanan darah, nadi, dan hemoglobin,
memberi oksigen, memasang infuse, member ekspander plasma atau
serum yang diawetkan. Usahakan pemberian darah lengkap yang telah
diawetkan dalam jumlah mencukupi.
2. Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesarea segera
dilakukan setelah pengobatan syok dimulai.
3. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta previa
totalis atau parsialis, segera lakukan seksio sesaria; karena plasenta letak
rendah (plasenta tidak terlihat jika lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm),
pecahkan selaput ketuban dan berikan infuse oksitosin; jika perdarahan
tidak berhenti, lakukan persalinan pervagina dengan forsep atau ekstraksi
vakum; jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.
4. Tindakan setelah melahirkan.
a. Cegah syok (syok hemoragik)
b. Pantau urin dengan kateter menetap
c. Pantau sistem koagulasi (koagulopati)
d. Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit.

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. N G2P1A0 GRAVIDA


33-34 MINGGU DENGAN PLASENTA PREVIA
DI RS DUSTIRA CIMAHI

Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2021


Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Burangrang RS Dustira
Nama Pengkaji : Kelompok 4
No. RM : 00631962

I. SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. H
Usia : 38 tahun Usia : 47 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Padang Suku : Ambon
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : TNI
Alamat : Jl. H. Bakar Hujung Kaler RT/RW 001/006 Kelurahan
Utama Kecamatan Cimahi Selatan

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 1,5 jam yang
lalu tidak disertai rasa nyeri, keluhan disertai perut kram tegang terutama
di bagian bawah, gerakan janin masih dirasakan, keluhan tidak disertai
dengan demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan sesak nafas.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang


HPHT : Agustus 2020

9
TP : Mei 2021
Status Kehamilan : G2P1A0
Usia Kehamilan : 33-34 minggu
Gerakan Janin : Aktif
Pemeriksaan Sebelumnya : Periksa ANC di PMB Bidan Purwanti rutin
tiap bulan, USG di dr. David, Sp. OG
Status Imunisasi TT : Lengkap
Obat yang dikonsumsi : Tidak ada

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu

Tgl/Tahun Usia Jenis Anak


Tempat Penolong
Persalinan Kehamilan Persalinan JK BB PB
2019 RS Aterm SC Dokter L 3300 50
Hamil ini

5. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB

6. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit baik ibu atau keluarga seperti
jantung, asma, hipertensi, diabetes mellitus, hepatitis dan lain-lain.

7. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat ginekologi seperti infertilitas, infeksi
virus, PMS, endometritis, polip servix, myoma, CA servix, dan lain-lain.

8. Pola Kebutuhan Sehari-hari


a. Pola Istirahat
1) Siang : 1 - 2 jam/hari
2) Malam : 6 - 7 jam/hari
b. Pola Nutrisi dan Hidrasi
1) Makan : 2 - 3 x/hari

10
2) Minum : 7 - 8 gelas/hari
c. Pola Eliminasi
1) BAB : 1 x/hari
2) BAK : 9 - 10 x/hari

II. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg R : 20 x/mnt
N : 82 x/mnt S : 36 °C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Simetris
b. Mata
Konjungtiva : Tidak anemis
Sklera : Tidak ikterik
c. Leher
Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran
Vena Jugularis : Tidak ada pembengkakan
KGB : Tidak ada pembesaran
d. Dada
Payudara : Simetris
Benjolan : Tidak ada
Puting Susu : Menonjol
Retraksi : Tidak ada
Kolostrum : Ada
e. Ekstremitas atas dan bawah
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflex : Positif
f. Abdomen
Inspeksi : Ada luka bekas operasi

11
TFU : 29 cm TBJ : (29 – 11) x 155 = 2790 gr
Leopold 1 : Teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold 2 : Teraba bagian seperti papan di sebelah kanan
Leopold 3 : Teraba bagian bulat, keras, melenting, belum
masuk PAP
DJJ : 142 x/mnt, reguler
g. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11,7 g/dl
USG : Plasenta menutupi seluruh ostium internal
(dilakukan di RS Dustira pada tanggal 19 Maret 2021)

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 33-34 minggu dengan plasenta previa, janin tunggal hidup.
Diagnosa Potensial : Kelahiran premature dan syok hipovolemik

IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui
2. Kolaborasi dengan dokter
Evaluasi : Melakukan pemeriksaan USG dan memberikan obat
sesuai
advice dokter yaitu RL + bricasma 1 ampul, Dexametason
2 x 6mg dan Profenid suppositoria 2
3. Menganjurkan ibu untuk rawat inap
Evaluasi : Ibu bersedia
4. Melakukan pemantauan dan observasi keadaan ibu dan janin
Evaluasi : Observasi TTV, PPV, dan DJJ
5. Mengajarkan ibu teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa
sakit ketika mulas
Evaluasi : Ibu mengerti dan bisa melakukannya
6. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi
Evaluasi : Ibu sudah makan dan minum

12
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat
Evaluasi : Ibu mengerti

Data Perkembangan Pasien


Tanggal Pengkajian : 19 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Pasien mengatakan perdarahan masih ada dan disertai rasa mulas

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg R :
20x/m
N : 80x/m S : 36 °C
4. Auskultasi : DJJ : 148x/m, reguler

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 33-34 minggu dengan premature kontraksi dan plasenta
previa, janin tunggal hidup.
Diagnosa Potensial : Kelahiran premature dan syok hipovolemik

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengerti
2. Observasi TTV dan DJJ
Evaluasi : Observasi sudah dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi ketika rasa mulas terasa
Evaluasi : Ibu bisa melakukannya
4. Kolaborasi dengan dokter

13
Evaluasi : Memberikan obat atas advice dokter yaitu larutan infus
RL
500 cc + Bricasma 1 ampul 20 tpm, dexametason 2x1 dan
profenid supositoria 2x1

Data Perkembangan Pasien


Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 12.00 WIB

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan gerakan janin aktif, rasa mules berkurang dan sudah
tidak keluar flek

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – tanda Vital : TD : 110/70 mmHg R : 20x/m
N : 80x/m S : 36.5 °C
4. Auskultasi : DJJ : 140x/m, reguler

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 34-35 minggu dengan premature kontraksi dan plasenta
previa, janin tunggal hidup.
Diagnosa Potensial : Kelahiran premature dan syok hipovolemik

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui
2. Observasi TTV dan DJJ
Evaluasi : Observasi sudah dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk bedrest

14
Evaluasi : Ibu bersedia

Data Perkembangan Pasien


Tanggal Pengkajian : 21 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan keluar lendir darah dari jalan lahir dan sedikit rasa
mules

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – tanda vital : TD : 120/70 mmHg R : 20x/m
N : 82x/m S : 36.5 °C
4. Auskultasi : DJJ : 140x/m, reguler

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 34-35 minggu dengan premature kontraksi dan plasenta
previa, janin tunggal hidup.
Diagnosa Potensial : Kelahiran premature dan syok hipovolemik

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keleuraga mengetahui
2. Observasi TTV dan DJJ
Evaluasi : Observasi sudah dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk bedrest
Evaluasi : Ibu bersedia
4. Kolaborasi dengan dokter
Evaluasi : Konsultasi sudah dilakukan

15
Data Perkembangan Pasien
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan sudah siap untuk operasi section caesarea dan sudah
puasa

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – tanda Vital : TD : 110/70 mmHg R :
18x/m
N : 82x/m S : 36.5
4. Auskultasi : DJJ : 140x/m, reguller

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 34-35 minggu dengan premature kontraksi dan plasenta
previa, janin tunggal hidup.
Diagnosa Potensial : Kelahiran premature dan syok hipovolemik

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui
2. Melakukan pemantauan kondisi pasien dengan melakukan observasi
TTV dan DJJ
Evaluasi : Observasi sudah dilakukan
3. Melakukan pemasangan kateterisasi
Evaluasi : DC sudah terpasang

16
4. Menganjurkan ibu untuk cuci tangan
Evaluasi : Ibu sudah cucui tangan
5. Menganjurkan ibu untuk puasa
Evaluasi : Ibu mengerti
6. Kolaborasi dengan dokter untuk rencana operasi SC
Evaluasi : Jadwal SC sudah ada

Data Perkembangan Pasien


Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan keluar flek dan terasa mulas

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg R :
20x/m
N : 80x/m S : 36°C
4. Auskultasi : DJJ : 142x/m, reguller

III. ANALISA
G2P1A0 gravida 34-35 minggu dengan premature kontraksi dan plasenta
previa, janin tunggal hidup.
Diagnosa Potensial : Kelahiran premature dan syok hipovolemik

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui
2. Memindahkan ibu ke ruang operasi untuk tindakan SC

17
Evaluasi : Ibu sudah berada di ruang operasi
3. Membantu ibu persiapan masuk ruang operasi
Evaluasi : Ibu sudah siap untuk operasi
4. Melakukan pemantauan DJJ
Evaluasi : DJJ baik
5. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan SC
Evaluasi : SC telah dilakukan

Data Perkembangan Nifas


Tanggal Pengkajian : 23 Maret 2021
Waktu Pengkajian : 15.00 WIB

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan nyeri luka bekas operasi berkurang

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda – tanda Vital : TD : 120/70 mmHg R :
20x/m
N : 84x/m S : 36°C
4. Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat
Luka bekas operasi tertutup perban
5. Perdarahan : Lochea rubra

III. ANALISA
P2A0 post SC atas indikasi plasenta previa, postpartum 1 hari

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui

18
2. Observasi TTV
Evaluasi : Observasi sudah dilakukan
3. Menganjurkan ibu untuk makan dan istirahat
Evaluasi : Ibu mengerti
4. Melakukan pencabutan infus
Evaluasi : Infus sudah dicabut
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi
Evaluasi : Ibu sudah bisa posisi duduk
6. Kolaborasi dengan dokter
Evaluasi : Konsultasi telah dilakukan

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS 2 HARI PADA NY. N P2A0 POST SC


ATAS INDIKASI PLASENTA PREVIA
DI RS DUSTIRA CIMAHI

Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2021


Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Burangrang RS Dustira

I. SUBJEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan sudah mulai membaik dan nyeri bekas operasi sudah
berkurang

II. OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda – tanda vital : TD : 120/80 mmHg R : 20x/m
N : 80x/m S : 36.6°C
4. Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat

19
Luka bekas operasi baik, jahitan luar
kering
5. Perdarahan : Lochea rubra

III. ANALISA
P2A0 Post SC atas indikasi plasenta previa, postpartum 2 hari

IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui
2. Melakukan ganti perban
Evaluasi : Perban sudah diganti
3. Kolaborasi dengan dokter untuk rencana pulang
Evaluasi : Ibu sudah bisa pulang atas saran dokter
4. Memberikan KIE tentang perawatan luka operasi
Evaluasi : Ibu mengerti
5. Memberikan KIE tentang nutrisi masa nifas
Evaluasi : Ibu mengerti
6. Memberikan KIE tentang tanda bahaya nifas
Evaluasi : Ibu mengerti
7. Memberi surat pulang dan menggunting gelang identitas
Evaluasi : Ibu sudah bisa pulang
8. Memberi tahu jadwal kunjungan ulang tanggal 29 Maret 2021 di Poli
Kebidanan
Evaluasi : Ibu mengetahui

20
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian pada kasus di atas, dari data subjektif dan
objektif pasien yang sudah dikaji sebelumnya, didapat bahwa Ny. N mengalami
kasus plasenta previa. Hal ini kemudian ditegakkan dengan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dokter obgyn yaitu dari hasil USG yang didapat.
Hanya, pengkaji dalam hal ini tidak melakukan pengkajian mendalam dari hasil
USG yang didapat.
Dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa Ny. N seorang G2P1A0
datang dengan keluhan bahwa ibu datang dengan keluar darah dari jalan lahir
sejak 1,5 jam yang lalu tidak disertai rasa nyeri, disertai perut kram tegang
terutama di bagian bawah, keluhan tidak disertai dengan demam, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan dan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TFU ibu
sesuai umur kehamilan yaitu 29 cm dan pada palpasi abdomen didapatkan leopold
I teraba bagian bulat, lunak tidak melenting (bokong) lalu di bagian leopold II
teraba bagian tahanan besar di sebelah kanan dan di leopold III teraba bagian
bulat, keras, melenting dan belum masuk PAP (kepala). DJJ = 142 x/menit. Pada
pemeriksaan penunjang (USG) didapatkan hasil bahwa plasenta menutupi seluruh
ostium internum dan USG dilakukan pada tanggal 19 maret 2021 di Rumah Sakit
Dustira.
Perdarahan antepartum karena plasenta previa biasa terjadi sejak
kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus mulai terbentuk dan melebar.
Umumnya terjadi pada saat trimester ke III karena segmen bawah uterus
mengalami bayak perubahan. Pada Ny. N, pendarahan antepartum terjadi akibat
plasenta previa, yaitu suatu keadaan dimana letak plasenta yang abnormal dan
terletak pada segmen bawah uterus sehingga plasenta menutupi seluruh jalan lahir.
Hal ini didukung oleh terjadinya perdarahan dari jalan lahir berupa adanya
perdarahan yang keluar dari jalan lahir berupa darah segar serta hasil USG yang
menunjukkan pertumbuhan plasenta pada ostium internum dan menutupi
keseluruhan bagian tersebut sehingga memberi kesan plasenta previa totalis.

21
Perdarahan pervaginam pada plasenta previa terjadi tiba-tiba tanpa sebab.
Hal ini terjadi karena pembentukan segmen bawah rahim berlangsung
berkelanjutan secara bertahap dan perlahan, laserasi baru akan terjadi dan
perdarahan pun akan berulang sekalipun tanpa sebab, seperti coitus ataupun
trauma. Perdarahan dapat pula terjadi karena pinggir plasenta terlepas akibat tidak
dapat mengikuti kontraksi uterus (Braxton Hicks/kontraksi palsu) yang meningkat
pada kehamila aterm. Plasenta previa juga memiliki faktor resiko, salah satunya
yang sesuai dengan pasien ini adalah riwayat sectio caesaria. Menurut Gesteland,
dkk. (2004) riwayat kelahiran caesar meningkatkan risiko plasenta previa. Risiko
plasenta previa meningkat secara progresif seiring dengan bertambahnya paritas
dan jumlah pelahiran caesar yang pernah dijalani.
Menurut Prawirohardjo (2009), tindakan atau penatalaksanaan yang dapat
dilakukan kepada pasien yang mengalami plasenta previa adalah sebagai berikut:
1. Tindakan dasar umum. Memantau tekanan darah, nadi, dan hemoglobin,
memberi oksigen, memasang infuse, member ekspander plasma atau serum
yang diawetkan. Usahakan pemberian darah lengkap yang telah diawetkan
dalam jumlah mencukupi.
2. Pada perdarahan yang mengancam nyawa, seksio sesarea segera dilakukan
setelah pengobatan syok dimulai.
3. Pada perdarahan yang tetap hebat atau meningkat karena plasenta previa
totalis atau parsialis, segera lakukan seksio sesaria; karena plasenta letak
rendah (plasenta tidak terlihat jika lebar mulut serviks sekitar 4-5 cm),
pecahkan selaput ketuban dan berikan infuse oksitosin; jika perdarahan tidak
berhenti, lakukan persalinan pervagina dengan forsep atau ekstraksi vakum;
jika perdarahan tidak berhenti lakukan seksio sesaria.
4. Tindakan setelah melahirkan.
a. Cegah syok (syok hemoragik)
b. Pantau urin dengan kateter menetap
c. Pantau sistem koagulasi (koagulopati)
d. Pada bayi, pantau hemoglobin, hitung eritrosit, dan hematokrit.
Berdasarkan penatalaksaan pada paragraf di atas, pasien dapat dikelola dan
diberikan asuhan sebagaimana semestinya. Pada Ny. N sendiri, asuhan yang

22
diberikan sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ibu, diantaranya adalah
dengan memantau tekanan darah, nadi, dan hemoglobin ibu, memasang infus RL,
dan memberi obat-obatan sesuai kebutuhan ibu dengan kolaborasi dengan dokter
Sp. OG, diantaranya adalah Bricasma 1 ampul 20 tpm, dexametason 2x1 dan
profenid supositoria 2x1. Ditinjau dari hal diatas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam hal ini, baik secara teori dan penatalaksaan di lapangan sudah
sesuai.

23
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Placenta previa merupakan salah satu perdarahan antepartum dimana
terdapat plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Pada kasus Ny. N
G2P1A0 gravida 33-34 minggu dengan plasenta previa, diagnosa ditegakkan
berdasarkan hasil anamnesa bahwa terdapat pengeluaran darah dari jalan lahir
berupa darah segar dan tidak disertai rasa nyeri. Diagnosa ini diperkuat
dengan hasil USG yang menunjukkan pertumbuhan plasenta pada ostium
internum dan menutupi keseluruhan bagian tersebut sehingga memberi kesan
plasenta previa totalis. Faktor resiko yang menyebabkan terjadinya placenta
previa pada kasus sesuai dengan teori adalah riwayat sectio caesaria pada
kehamilan sebelumnya. Berdasarkan penatalaksanaan yang telah dilakukan,
penanganan kasus pada Ny. N G2P1A0 gravida 33-34 minggu dengan
plasenta previa di RS Tk. II Dustira sudah sesuai dengan kebutuhan pasien
dan teori yang ada sebagaimana mestinya.

5.2 Saran
Berdasarkan asuhan kebidanan pada studi kasus yang telah
dilaksanakan maka dapat disampaikan beberapa saran, yaitu :
1. Bidan dapat melakukan tindakan awal umum seperti memantau keadaan
ibu (tanda-tanda vital), memberi oksigen, memasang infus, stabilisasi
keadaan ibu.
2. Bidan dapat melakukan kolaborasi dengan dr.SpOG untuk penanganan
lanjut pada kasus ini seperti pemberian obat bricasma, dexamethasone,
dan profenid supositoria.
3. Bidan dapat melakukan tindakan kegawatdaruratan sesuai dengan teori
dan kewenangan bidan
4. Bidan dapat mendeteksi plasenta previa dengan melakukan pengkajian
faktor risiko pada saat ANC.

24
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ and Spong CY.
Obstetri Williams. Edisi 23, Vol 2. Terj. Pendit BU, Setia R. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2014 hal: 795-845.
Iswara R. Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Plasenta Previa Periode 2015-2016
di RSU Sundari; 2017.
Itedal A, Qurashi M, Moawia A, Sayed M. Association of caesarean section and
multiparity with placenta previa in Sudan. IOSR Jurnal of Dental and
Medicinal Sciences. 2015; 14 (7): 29-32.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu
di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2013.
Maesaroh S dan Oktarina Y. Faktor-faktor yang berhubungan kejadian plasenta
previa. Lampung; 2020.
Maryunani A. Asuhan Kegawat daruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: TIM;
2013. Hal: 166.
Prawirohardjo, S. Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
Sukarni I. Patologi Kehamilan Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
WHO. Maternal mortality [Internet]. WHO. 2019 [cited 30 March 2021]. Diakses
dari : https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-
mortality

Catatan:
- data fokus pada kasus premature kontraksi blm ada, hanya berdasarkan
data subjektif: mules saja? bagaimana dengan hasil pengkajian fisiknya
(his)?
- Sehingga belum nampak kronologisnya kenapa dilakukan SC

25
- pada pemantuan nifas, kenapa tidak dikaji proses menyusui? bagaimana
dengan ASI nya? ada atau tidak? karena bayi preterm dalam perawatan,
adakah masalah dalam menyusui
Yang masuk kedalam pembahasan:
- Apa yang menjadi faktor resiko pada kasus ini?
- keluhan yang dirasakan ibu sdh sesuai dengan teori?
- apakah penatalaksanaan sdh sesuai dengan teori>
- bagaimana peran bidan pada kasus ini?

26

Anda mungkin juga menyukai