Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA Ny.R DENGAN

KASUS LETAK SUNGSANG DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABUPATEN BANGGAI

Oleh :

LISNA BTE BAHARUDDIN, S.Tr.Keb


NIM. 21821155

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

IIK STRADA INDONESIA

2021
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

PADA Ny.R DENGAN KASUS LETAK SUNGSANG ” di RSUD


Kabupaten Banggai telah disetujui oleh pembimbing penyususn asuhan pada :

Hari/tanggal : 10 Desember 2021

Luwuk, 10 Desember 2021


Mahasiswa

Lisna Bte Baharuddin, S.Tr.Keb

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

(Bd. Tety Ripursari, SST., M.Kes) (Rizki Khairunissa, S.ST)


NIK. NIP. 199202042019032001

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan tugas akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Persalinan Pada Ny.R Dengan
Kasus Letak Sungsang Di RSUD Kabupaten Banggai” dengan baik dan lancar.
Laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA Indonesia. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan rendah hati.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang sangat berarti
dan dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak
terhingga kepada :
1. Bd. Tety Ripursari, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing
2. Rizki Khairunissa, S.ST, selaku Pembimbing Lahan
3. Ny. “R” dan keluarga yang telah bersedia untuk menjadi subjek studi kasus saya dalam
laporan tugas akhir ini.
4. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu penulis menyelesaikan laporan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan
yang ada pada penulis. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis
demi perbaikan yang akan datang.
Atas partisipasi dan dukungan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima
kasih dan memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi semua
pihak yang membaca. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Luwuk,10 Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii


KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Tujuan .............................................................................................. 2
1.3. Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1. Kajian dari sumber pustaka.............................................................. 3
2.2. Tinjauan menejemen 7 langkah askeb dengan Varney ................... 20
BAB 3 Tinjauan Kasus....................................................................................... 21
BAB 4 Pembahasan............................................................................................ 26
BAB 5 Kesimpulan dan Saran ........................................................................... 27
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 27
5.2. Saran ................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR SINGKATAN

SC : Sectio Caesaria

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada dibagian bawah
rahim, bukan belakang kepala. Malposisi adalah penunjuk (presenting part) tidak
berada di anterior. Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan
presentasi kepala sebesar 96,8 %, bokong 2,7 %, letak lintang 0,3 %, majemuk
0,1 %, muka 0,05 %, dan dahi 0,01 %,. Apabila janin dalam keadaan
malpresentasi atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan yang lama atau
bahkan macet.
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya adalah bokong, kaki atau kombinasi keduannya. Dengan insiden 3-
4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan (≥ 37
minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling sering
dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25 – 30 %, dari sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. (Prawirohardjo, 2013)
Kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi di
berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit yang
besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30%. Persalinan kepala pada
letak sungsang tidak mempunyai mekanisme “maulage” karena susunan tulang
dasar kepala yang padat dan rapat, sehingga hanya mempunyai waktu 8 menit,
setelah bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai
mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar. (Manuaba,
1998)
Manajemen presentasi bokong mengalami perubahan yang mengarah
kepada semakin dipilihnya cara persalinan bedah sesar dibandingkan vaginal.
Pada tahun 1990 sebanyak kasus presentasi bokong dilahirkan secara bedah sesar,
sedangkan pada tahun 1970 hanya sebanyak 11,6 %. Kecenderungan tersebut

1
sangat berkaitan dengan bukti-bukti yang menunjukkan hubungan cara persalinan
dengan resiko kematian atau morbiditas perinatal. Meskipun nilai ambang
dilakukannya bedah sesar pada kasus presentasi bokong semakin tinggi,
keterampilan melakukan persalinan vaginal masih tetap diperlukan. Kontroversi
masih terjadi dalam pilihan cara perslinan pada presntasi bokong. Hal tersebut
hendaknya tidak membuat kekhawatiran terjadinya kematian atau morbiditas
perinatal membuat semua kasus presentasi bokong dilakukan bedah sesar.
(Prawirohardjo, 2013)
Berdasarkan kasus diatas, maka Penulis tertarik mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Persalinan Pada Ny.R Dengan Kasus Letak Sungsang Di RSUD
Kabupaten Banggai”.
1.2. Tujuan
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Persalinan letak sungsang terhadap
Ny.R G2P0A1 dengan menggunakan Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney
1.3. Manfaat
1.2.1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu bersalin dengan
Presentasi Letak Sungsang.
1.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah wawasan khususnya
dalam asuhan kebidanan persalinan pada ibu bersalin dengan Presentasi
Letak Sungsang.
1.2.3. Bagi Mahasiswa
Sebagai upaya peningkatan pengetahuan dalam memberikan asuhan
kebidanan persalinan yang sesuai dengan 7 langkah Varney.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Kajian dari sumber pustaka


5.2.1. Persalinan
1.2.2.1. Pengetian
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis
yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa
social yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan.
Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya.
Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama
keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin
(Saifuddin,2006).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Prawirohardjo, 2007).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin +
uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan lain (Mochtar,2011)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun janin
(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).
1.2.2.2. Sebab-sebab mulanya persalinan
Sebab yang didasari terjadinya partus secara teoritis masih
merupakan kumpula teoritis yang kompleks teori yang turut
memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan antara lain :
teori hormonal, Prostaglandin, Struktur uterus, Sirkulasi uterus,

3
pengaruh saraf dan nutrisi hal inilah yang diduga memberikan
pengaruh sehingga partus dimulai.
1) Penurunan kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,
sebaiknya estrogen meningkatkan kontraksi otot rahim. Selama
kehamilan, terdapat keseimbangan antara kadar progesterone
dan estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga timbul his.
2) Teori Oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxcytosin bertambah. Oleh karena
itu timbul kontraksi otot-otot rahim.
3) Peregangan Otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot
rahim sehingga timbulah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang
peranan penting oleh karena itu pada anchepalus kelahiran
sering lebih lama.
5) Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15
hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan
kontraksi miometrium (Yeyeh, 2009)
1.2.2.3. Tanda permulaann persalinan
Menurut Manuaba (2007), tanda permulaan persalinan meliputi :
1) Leghtening (pengosongan)
Dapat dirasakan oleh ibu sebagain perataan perut bagian atas
dan peningkatan tonjolan pada perut bagian bawah.
2) Persalinan palsu
Selama 4 sampai 8 minggu terakhir masa kehamilan, rahim
menjadi kontraksi tak teratur yang biasanya tidak nyeri.

4
3) Pembukaan serviks
Serviks sering dirasakan melunak sebagai akibat dari
peningkatan kandunagan air dan lisis kolagen.
1.2.2.4. Tanda-tanda Inpartu
Tanda inpartu menurut Manuaba (2008), yaitu :
1) Rasa sakit karena adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
2) Keluar bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks yaitu :
Pelunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan
serviks.
1.2.2.5. Tahapan persalinan
Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2011) dibagi 4 kala
yaitu :
1) Kala I
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (affacement). Darah berasal
dari pecahnya pembuluh darah kapiler disekitar kanalis servisis
akibat pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka,
dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
(1) Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan 0- 3
cm. Lamanya 7-8 jam.
(2) Fase Aktif

5
Berlangsung selama 6 jam, serviks membuka dari 4 cm
sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering. Dibagi
dalam 3 fase yaitu :
a) Fase Akselerasi :
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b) Fase Dilatasi Maksimal :
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 cm sampai menjadi 9 cm.
c) Fase Deselerasi :
Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
2) Kala II
Kala II disebut kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan
kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala II
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Kala II berlangsung ± 1,5 jam.
3) Kala III
Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding
uterus dan dilahirkan. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras
dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lahir dalam 6 sampai 15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau tekanan pada
fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 - 30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100 - 200 cc.
4) Kala IV
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam. Pada
1 jam pertama, observasi dilakukan setiap 15 menit, sedangkan
pada jam ke 2 observasi dilakukan setiap 30 menit.

6
1.2.2.6. Faktor yang berperan dalam persalinan
Menurut Wiknjosastro (2002), factor yang berperan dalam
persalinan yaitu:
1) Kekuatan-kekuatan pada ibu seperti kekuatan his dan kekuatan
mengedan
2) Keadaan jalan lahir
3) Janin dan Plasenta
4) Psikis ibu bersalin
5) Penolong

5.2.2. Sungsang
2.1.2.1. Pengertian
Letak sungsang merupakan letak janin yang memanjang
dengan bokong sebagai bagian terendah (persentasi bokong).
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin
yang membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada
bagian bawah dimana bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih
dahulu daripada anggota badan lainnya. (Sondakh,2013).
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya.
(Prawirohardjo, 2013)
Persalinan letak sungsang adalah persalinan yang terjadi
pada letak bokong yang lahir terlebih dahulu dari pada yang
bagian-bagian lainnya. Pada letak kepala, kepala yang merupakan
bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan persalinan letak
sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan
lahir terkhir. (Manuaba, 1998)
2.1.2.2. Diagnosis
Pergerakan anak teraba oleh ibu di perut bagian bawah,di
bawah pusat, dan ibu sering merasa adanaya benda keras (kepala)

7
mendesak tulang iga. Pada pemeriksaan secara palpasi, akan teraba
bagian keras, bundar, dan melenting pada fundus uteri, sedangkan
pada bagian atas dari simpisis akan teraba bagian yang kurang
bundar dan lunak.(Sondakh,2013)
Pada punggung anak setinggi pusat akan terdengar bunyi
jantung anak jika pembukaan sudah besar, maka dapt teraba tiga
tonjolan tulang pada pemeriksaan dalam. Tiga tonjolan tulang
tersebut adalah kedua tuber ossis ischii dan ujung ost sacrum.
Selain itu, diantara tiga tonjolan tulang tersebut dapat diraba dan
anus dan genetalia anak.(Sondakh,2013).
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada
pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian
yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus
uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut
menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain daripada
kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas
dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus. (Sondakh,2013).
Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar
tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus
mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada
keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I. ( Magnetic Resonance
Imaging). Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya
bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis

8
iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. (Manuaba,1998).
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain
dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak
tangan.Pada persalinan lama, bokong janin mengalami edema,
sehingga kadang-kadang sulit membedakan wajah dan bokong..
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut
akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada
presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong.
(Ningrum,2012).
2.1.2.3. Bentuk-bentuk Letak Sungsang
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditetukan
beberapa bentuk letak sungsang sebagai berikut:
1) Letak bokong murni
(1) Teraba bokong
(2) Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
(3) Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2) Letak bokong kaki sempurna
(1) Teraba bokong
(2) Kedua kaki berada di samping bokong
3) Letak bokong tak sempurna
(1) Teraba bokong
(2) Di samping bokong teraba satu kaki
4) Letak kaki

9
(1) Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau
lutut
(2) Dapat dibedakan: letak kaki, bila kaki terendah; letak lutut
bila lutut terendah. Untuk menentukan berbagai letak
sungsang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
dalam, pemeriksaan poto abdomen , dan pemeriksaan
ultasonografi.(Manuaba,1998)
2.1.2.4. Penyebab Letak Sungsang
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:
1) Sudut ibu
2) Keadaan rahim
(1) Rahim arkuatus
(2) Septum pada rahim
(3) Uterus dupleks
(4) Mioma bersama kehamilan
3) Keadaan plasenta
(1) Plasenta letak rendah
(2) Plasenta previa
4) Keadaan jalan lahir
(1) Kesempitan panggul
(2) Deformitas tulang panggul
(3) Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke
posisi kepala. (Manuaba,1998)
5) Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak
sungsang:
(1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
(2) Hidrosefalus atau anensefalus
(3) Kehamilan kembar
(4) Hidramnion atau oligohidromnion

10
(5) Prematuritas.
Dalam keadaan normal, bokong mencari tempat yang lebih
luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Di samping
itu kepala janin merupakan bagian terbesar dank eras serta
paling berat. Melalui hokum gaya berat. Melalui hokum
gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas
panggul. Dengan gerakan kaki janin, keteganagn
ligamentum rotundum dan kontraksi Braxton hicks, kepala
janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.
(Manuaba,1998).
Penyebab letak sungsang adalah sebagai berikut:
(1) Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang lonjong,
jumlah air ketuban masih banyak, dan ukuran kepala anak
relative besar.
(2) Hidramnion sehingga anak mudah bergerak.
(3) Plasenta previa karena menghalangi turunnya kedalam pintu
atas panggul.
(4) Bentuk rahim yang abnormal, seperti uterus bikornis.
(5) Panggul sempit.
(6) Kelainan bentuk kepala, yaitu hidrosefalus dan anensefalus
karena kepala urang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
2.1.2.5. Konsep penatalaksanaan Letak Sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan
perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat
permanen sampai dengan kematian bayi. Mnghadapi kehamilan
letak sungsang dapat diambil tindakan.
1) Saat kehamilan melakukan versi luar
Diusahakan melalui versi luar kea rah letak kepala. Versi luar
(eksternal versi) dilakukan pula pada kasus letak melintang
yang dapat menuju letak kepala atau letak bokong.

11
2) Pertolongan persalinan sungsang pervaginam.
Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginamyang tidak
sempat atau tidak berhasil dilakukan versi luar adalah:
(1) Perrsalinan menurut metode brach
Persalinan brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali
his dan mengejan, sedangkan penolong membnatu
melakukan hiperlordose. Teknik melakukan hiperlordose
adalah sebagai berikut:
a) Saat bokong tampak disuntikkan oksitosin 5 unit
b) Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara brach
(kedua ibu jari pada kedua paha bayi, dan keempat jari
kedua tangan lainnya memegang bokong bayi)
c) Dilakukan hiperlordose dengan melengkungkan bokong
kea rah perut ibu
d) Seseorang membantu melakukan tekanan kristeller
pada fundus uteri, saat his dan mengejan
e) Lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan
kepala bayi
f) Bayi diletakkan di perut ibu untuk pemotongan tali
pusat dan selanjutnya di rawat sebagaiman mestinya.
Bila persalinan dengan satu kali his dan mengejan tidak
berhasil, maka pertolongan brach dianggap gagal, dan
dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid).
(2) Ekstraksi bokong parsial
Persalinan dengan ekstraksi bokong parsial dimaksudkan
bahwa:
a) Persalinan bokong sampai umbilicus berlangsung
dengan kekuatan sendiri.
b) Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala

12
c) Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan: secara
klasik, secara muller, dan loeuset.
(a) Pertolongan ekstraksi bokong secara klasik
Teknik ekstraksi bokong parsial, secar klasik
dilakukan sebagai berikut :
1. Tangan memegang bokong dengan telnjuk pada
spina ischiadiak anterior superior.
2. Tarik curam ke bawah samapi ujung scapula
tampak.
3. Badan anak dipegang sehingga perut anak
didekatkan keperut siibu dengan demikian
kedudukan bahu belakang samapai persendian
siku.
4. Tangn belakang dilahirkan, degan mendorong
persendian siku menelusuri badabn bayi.
5. Selanjutnya badan anak dipegang sedemikian
rupa, sehingga punggung anak mendekati
panggul ibu
6. Tangan lainnya menelusuru bahu depan, menuju
persendian siku selanjutnya lengan atas
dilahirkan denagn dorrongan pada persendian
siku.
7. Persalinan kepala dilakukan sebgai berikut:
- Badan anak seluruhnya ditunggangkan pada
tangan kiri
- Jari tengah dimasukkan kedalam mulut si
bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi
- Dua jari lain menekan pada os maksiliaris
umtuk membantu fleksi kepala

13
- Tanagn kanan memegang leher bayi,
menarik curam ke bawah sehingga
suboksiput berada dibawah simfisis sebagai
hipomoklion
- Kepala bayi dilahirkan melakukan tarikan
tangan kana, samba melakukan putaran kea
rah perut ibu
- Berturut-turut lahir, dagu, mulut, dahi dan
kepala seluruhnya
- Seelah bayi lahirr diletakkan di atas perut si
ibu, tali pusat dipotong, lendir dibersihkan
dan selanjutnya dirawat sebagaimana
mestinya. (Manuaba,1998).
(b) Persalianan ekstaraksi bokong parsial menurut
Mueller.
Persalinan ekstraksi bokong parsial menurrut
muellerr tidak banyak mempunyai pperbedaan
dengan secara “klasik”. Perbedaannya terletak pada
persalinan lengan depan dilakukan terlebih dahulu
dengan jalan :
1. Punggung bayi didekatkan ke punggung ibu,
sehingga scapula tampak.
2. Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju
lengan atas, sampai persendian siku untuk
melahirkan lengan atas.
3. Perut bayi didekatkan ke perut ibu, tanagn lain
menelusuri bahu belakang, samapi persendian
siku, dan selanjutnya lengan belakang
dilahirkan.

14
4. Persalinan kepala dilakukan menurut tekhnik
mauriceau.
5. Setelah bayi lahir tali pusat dipotong dan
dibersihkan untuk dirawat sebagaimana
mestinya.(Manuaba,1998)
(c) Pertolongan persalinan bahu menurut loevset.
Konsep tekhnik loevset untuk melahirkan
bersasarkan:
Perbedaan panjang jalan lahir depan dan belakang
1. Bahu depan yang berada dibaawah simfisis bila
diputar menjadi bahu belakang kedudukannya
menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi
persalinan.
2. Bahu belakang setelah putaran 90 derajat
menjadi bahu depan, kedudukannya menjadi
lebih rendah sehingga otomatis terjadi perslinan.
3. Pada waktu melakukan putaran disertai tarikan
sehingga dengan putaran tersebut kedua bahu
dapat dilahirkan.
4. Persalianan kepala dapat dilakukan dengan
tekhnik mauriceau.
(3) Persalinan kepala
a) Pertolongan prsalinan kepala menurut Mauriceau-veit
Smellie.
Bila terjadi kegagalan persalinan kepala dapat
dilakukan pertolongan secara Mauriceau(Viet Smellie):
(a) Badan anak ditunggangkan pada tanagn kiri
(b) Tali pusat dilonggarkan
(c) Jari tengah dimasukkan kedalam mulut bayi, dua
lain diletakkan pada tulang pipimserta menekan kea

15
rah badan bayi sehingga fleksi kepala dapt
dipertahankan
(d) Tanagn kanan memegang leher bayi, menarik
curam ke bawah sampai suboksiput sebagai
hipomoklion, kepala bayi diputar keatas sehingga
berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi,
kepala bayi seluruhnya.
b) Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep.
Kegagalan persalinan kepala dengan tekhnik
Maureceau Viet Smellie dapat diteruskan dengan
ekstraksi forsep :
1. Seluruh badan bayi dibungkus dengan duk steril
diangkat keatas sehingga kepala bayi mudah dilihat
untuk aplikasi forsep.
2. Daun forsep kiri dipasang terlebih dahulu, diikuti
daun forsep kanan, dilakuan penguncian forsep.
3. Badan bayi ditunggangkan pada gagang forsep.
4. Dilakukan tarikan curam kebawah sehingga
suboksiput berada di bawah simfisi, dilakukan
tarikan katas sehingg berturut-turut lahir dagu,
mulut dan hidung.
5. Mata dan dahi diikuti seluruh kepala bayi.
6. Bayi diletakkan di atas perut ibu, untuk memotong
tali pusat.
7. Lendir dibersihkan dari jalan napas.
8. Selanjutnya dilakukan perawatan sebagaimana
mestinya. (Manuaba,1998).
(4) Ekstraksi bokong totalis
Ekstraksi bokong total bila diproses persainan Letak
sungsang seluruhnya dilakukan dengan kekuatan dari

16
penolong sendiri. Bentu pertolongan ekstraksi bokong dan
ekstraksi kaki (satu kaki, dua kaki).
a) Ekstraksi bokong.
Ekstraksi bokong dilakukan sebagai berikut:
(a) Jari telunjuk tanagn kana dimasukkan agar dapat
mencapai pelipatan paha depan.
(b) Dengan mengait pada spina ischiadika anterior
superior dilakuakan tarikan curam ke bawah
sehingga trochanter depan dapat dilahirkan.
(c) Setelah rtochanter depan lahir dilakukan tarikan ke
atas sehingga trochanter belakang mencapai
perineum.
(d) Setelah trochanter belakang mencapai perineum
telunjuk tangan kiri dimasukkan ke pelipatan paha,
dan mencapai spina ischiadika anterior superior
belakang.
(e) Dengan kedua telunjuk dilakukan persalinan seperti
metode seara klasik, kombinasi dengan tindakan
loevset.
(f) Persalinan kepala dilakukan menurut Mauriceau V.
Smellie.
(g) Setelah bayi lahir dilakukan perawatan sebagaiman
mestinya. (Manuaba,1998).
b) Ekstraksi kaki
Ekstraksi kaki lebih mudah dibandingkan ekstraksi
bokong. oleh karena itu, bila diperkirakan akan
melakukan ekstraksi bokong diubah menjadi letak kaki.
Menurunkan kaki berdasarkan profilaksis pinard, yaitu
pembukaan sedikitnya 7 cm, ketuban telah pecah atau
dipecahkan, dan diturunkan kaki ke depan. Bila

17
terdapat indikasi dilakukan ekstraksi, kaki dengan
seluruh kekuatan berasal dari penolong persalinan.
Tekhnik lainnya sama dengan dengan di atas.
(Manuaba, 1998).
3) Pertolongan persalinan dengan seksio sesarea
2.1.2.6. Komplikasi persalinan Letak Sungsang
Pertologan persalinan letak sungsang secara fisiologis
dilakukan menurut metode brach. Kegagalan pertolongan secara
brach diikuti oleh persalinan dengan ekstraksi bokong parsial atau
dengan ekstraksi total yang dapat menimbulkan komplikasi.
Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagai sebagai
berikut:
1) Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu: perdarahan, robekan jalan lahirr, dan
infeksi.
2) Komplikasi pada bayi.
Trias komplikasi bayi: asfiksi, trauma persalinan, infeksi.
(1) Asfiksia bayi.
Dapat disebabkan oleh:
a) Kemacetan persalinan kepala: aspirasi air ketuban-
lendir
b) Perdarahan jaringan atau edema jaringan otak
c) Kerusakan medulla oblongata
d) Kerusakan persendian tulang leher
e) Kematian bayi karena asfiksia berat
(2) Trauma persalinan
a) Dislokasi- fraktur persendian, tulang ekstermitas
b) Kerusakan alat vital: lien, hati, paru-paru atau jantung
c) Dislokasi fraktura persendian tulang leher: fraktura
tulang dasar kepala; fraktur tulang kepala: kerusakan

18
pada mata, hidung atau telinga; kerusakan pada
jaringan otak.
(3) Infeksi dapat terjadi karena:
a) Persalinan berlangsung lama
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
2.1.2.7. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan sungsang yaitu pada letak ini
dimulai dengan garis pangkal paha yang masuk secara serong ke
dalam pintu atas panggul. Bagian bokong depan memutar kea rah
depan setelah mengalami rintanagan yang berasal dari otot-otot
dasar panggul sehingga terjadi laterofleksi.
Bokong depan akan terliaht paad vulva dan denagn
trokhanter depan sebagai hipomoklionnya dan secara laterofleksi
dari badan lahirlah bokong belakang pada pinggir depan perineum
dan disusul dengan bokong depan. Setelah itu, terjadi putar paksi
luar, punggung berputar sedikit kedepan sehingga bahu dapat
masuk pintu atas panggul. Oleh karena itu, punggung berputar
lagi ke samping.(Sondakh,2013).
Ketika bahu sudah saatnya untuk lahir, kepala dalam
keadaan fleksi masuk pintu atas panggul dengan ukuran
melintang pintu atas panggul. Kepala ini mengadakan putaran
paksi sedemikian rupa hingga kuduk/tengkuk terdapat di bawah
simfisis dan dagu disebelah belakang. Kemudian, pada perineum
secara berturut-turut lahir bagian-bagian janin, seperti dagu,
mulut, hidung, dahi, dan belakang kepala,(Sondakh,2013).
Bokong masuk atas panggul dapat melintang atu miring
mengikuti jalan lahir dan melakukan jalan lahir dan melakukan
putar faksi dalam sehingga trochanter depan berada di baawah
simfisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion, akan

19
lahir trochanter belakang, dan selanjutnya seluruh bokong lahir.
Sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan mengikuti jalan
lahir dan menhgikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi
dalam sehingga bahu depan berada dibawah simfisis. Dengan
bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang
bersama dengan tenaga belakang diikuti kelahiran bahu depan dan
tangan depan. (Manuaba,1998).
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki
jalan lahir daapt melintang atau miring, serta melakukan putar
paksi dalam sehingga suboksiput berada dibaawah simfisis.
Suboksiput menjadi hipomoklon, berturut-turut akan lahir, dagu,
mulut, muka dan kepala seluruhnya. Persalianan kepala
mempunyai waktu terbatas 8 menit, setelah bokong lahir.
Melampaui batas 8 menit dapat meimbulkan kesakitan atau
kematian bayi.(Manuaba, 1998).

2.2. Tinjauan menejemen 7 langkah askeb dengan Varney


Manajemen kebidanan adalah pendekataan yang dilakukan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dan pengkajiañ,
interpretasi data, diagnosa potensial, diagnosa masalah, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (Depkes RI, 1999).
Proses manajemen terdiri dan 7 Iangkah yang berurutan dimana setiap
langkah disempurnakan secara peiodik. Proses dimulai dengan mengumpulkan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersehut membentuk
suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan
tetapi setiap Iangkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih
rinci dan itu bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien.
2.1.1. Pengkajian
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

20
1) Riwayat Kesehatan.
2) Pemeriksaan Fisik sesuai dengan kebutuhannya.
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil
studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan sernua informasi yang akurat dan
semua sumber ang berkaitán dengan kondisi klien.
2.1.2. Interretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
1) Masalah
Masalah akan timbul jika akseptor menyatakan secara lisan mengenai
keluhannya.
2) Kebutuhan
Kebutuhan dapat timbul setelah dalam pengkajian ditemukan hal-hal
yang mernbutuhkan informasi dan arahan dan tenaga kësehatan.
2.1.3. Diagnose dan Masalah Potensial
Pada langkah ketiga ini kita mengidentifikasi atau diganosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila rnemungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
2.1.4. Tindakan Segera
Meñgidentiñkasi perlunya tindakan segera oieh bidan atau dokter dan atau
untuk dikosultasikan atau ditangani bersama dengan anggota team
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dan proses manajemen
kebidanan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi dan

21
data yang dikumpulkan dapat rnenunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera, sementara yang lain, harus menunggu, intrpretasi dokter.
2.1.5. Perencanaan (Planning)
Masing-masing jenis rencana manajemen disesuaikan dengan interpretasi
data yang berhubungan dengan interpretasi data dasar dan
memasukkannya ke dalam antisipasi masalah atau merupakan kegiatan
rutin manajernen wanita dalam antenatal visip.
2.1.6. Pelaksanaan (Implementasi)
Pe1aksanan disesuaikan dengan rencana manajemen yang telah dibuat,
demi kelancaran dalam penatalaksanaan harus berpedoman pada
intervensi.
2.1.7. Evaluasi
Pada langkah terakhir mi dilakukan evaluasi keaktifan asuhan yang sudah
diberikan meluputi teratasi masalah apakah sudah sesuai dengan
diagnosanya. Dalam evaluasi akan ditemukan perkembangan kesehatan
klien, apakah membaik, memburuk atau tidak ada perubahan setelah
dilakukan asuhan teori kebidanan (Vamey, 1997).

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGI


DENGAN LETAK SUNGSANG

NO REG : 183080/2021
Nama Istri : Ny “R” Nama Suami : Tn “P”
Umur : 29 Tahun Umur : 32 Tahun
Alamat : Jl. Imam Bonjol Rt. / Rw . : -/-
Pendidikan : D4 Pendidikan Suami : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan Suami : PNS

ANAMNESA.
Tanggal : 08 Desember 2021 Oleh : Lisna Bte Baharuddin
1. Pasien datang Hari : Rabu Tanggal : 08 Desember 2021 jam : 01.00 Wita
2. Gravida : GII P0 A1
3. Haid terakhir : 28 Februari 2021
4. Tafsiran Persalinan : 07 November 2021
5. Perkawinan : 1 kali,
Dengan suami sekarang : 3 Tahun
Umur pertama kali kawin : 26 Tahun
Riwayat persalinan yang lalu : 12 Minggu, Mengalami Keguguran ( Abortus )
6. Mulai sakit : Hari Selasa tanggal 07 November jam 22.00 Wita.
7. Pengeluaran pervaginam : Belum mengeluarkan lender atau darah.

STATUS PRESENT :
 Keadaan umum : Baik
 kesadaran : Compsmentis
 TB : 149 BB :63 kg
 Tensi : 120/80mmhg
 Nadi :80 x/i suhu : 36,5°c pernafasan : 24x/i
 Anggota gerak : Simetris kiri dan kanan oedema : Tidak ada
 varises : Tidak ada
 Reflek : Patela (+)
 Tinggi FU : 32 cm 3 jari bawah prosesus xypodeus
 His : 1-2x/10 menit
 BJA : 136x/i (puki)

23
LEOPOLD I : TFU 3 jari di bawah px, bagian yang terdapat difundus uteri adalah keras
(kepala)
LEOPOLD II : Bagian perut sebelah kiri teraba lebar, keras, seperti papan, memanjang dan
pada perut bagian kanan teraba bagian terkecil janin.
LEOPOLD III : Pada bagian bawah teraba bagian yang bulat (bokong)
LEOPOLD IV : kepala belum masuk PAP.

Kala 1 ( kala pembukaan)


Tanggal 08 Desember 2021 jam : 02.00
Hasil VT : 1 cm ketuban (+) H1 bagian terendah teraba bokong

Diagnosa : GII P0 AI , gestasi 41 minggu, tunggal hidup, intra uteri, situs membujur,
habitus fleksi, presentasi bokong, kala 1 fase laten, dengan K/U ibu dan
bayi baik.

Rencana Asuhan : Tanggal 08 Desember 2021


Inpartu Kala 1 Fase Laten
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan ±1 jam ibu dalam keadaan tenang
dan ibu mengetahui tentang persalinan yang akan di hadapi.
: Kondisi ibu dan janin tetap dalam keadaan baik
Kriteria : Ibu : TTV : Dalam batas normal
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 60-80 x/menit
S : 36,50C - 370, 5 C
R : 16-24 x/menit
Bayi : - DJJ dalam batas normal : 120-160 x/menit
- AS : 9-10

Rencana Tindakan
1. Konsul/kolaborasi dengan Dr.Obgyn.
R/ untuk mengetahui tindakan apa yang harus di lakukan.
2. Melakukan inform consent.
R/ Agar semua tindakan yang akan di lakukan mendapat persetujuan dari semua
pihak dan dapat di pertanggung jawabkan.
3. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga kemungkinan cara persalinan.
R/ Ibu dan keluarga tahu tentang cara persalinan yang akan di hadapi.
4. Memberi tahu hasil pemeriksaan
R/ Agar ibu tahu tentang hasil pemeriksaan yang telah di lakukan.

24
5. Observasi TTV
R/ Untuk memantau keadaan umum ibu.

Implementasi :
08 Desember 2021
1. Konsul/kolaborasi dengan Dr.Obgyn.
2. Melakukan inform consent.
3. Memberikan penjelasan pada pasien kemungkinan persalinan.
4. Memberi tahu hasil pemeriksaan pada ibu.
5. Observasi TTV.

Evaluasi :
08 Desember 2021
1. Telah dilakukan konsul dan akan direncanakan secsio cesarean
2. Ibu dan keluarga telah tanda tangan persetujuan inform consent.
3. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan yang dijelaskan.
5. Hasil pemeriksaan TTv
TTV TD : 120/80 MmHg
N : 84 x/i
R : 20x/i
S : 36,5oC
Evaluasi SOAP

S : Ibu dan keluarga menginginkan persalinannya di lakukan dengan SC.


O : Observasi CHPB
A : Ny”R ”G2P0A1 UK 41 minggu dengan inpartu kala 1 fase laten letak
sungsang dengan rencana SC dengan KU ibu dan janin baik.
P : - Inform Consent.
- Persiapan pasien meliputi mental dan psikis
- Persiapan ibu
- Memakai baju operasi
- Pasang infus dan memasukkan obat.
- Skern dan pasang DK
- Persiapan alat.
- Kirim pasien ke tempat OK
- Lakukan timbang terima.

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny. R yaitu 41 minggu. Saat di
ruang bersalin pukul 02.00 WITA, dilakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil yaitu
effacement 15%, pembukaan 1 cm, ketuban negative, presentasi bokong, dengan his yang
belum adekuat (1 x dalam 10 menit dengan durasi 10-15 detik). Setelah dilakukan kolaborasi
dengan dokter SpOG, dokter menyarankan diklakukan tindakan operasi section caesarea (SC)
dikarenakan ada indikasi atau dicurigai panggul sempit karena tinggi badan ibu <150 cm dan
ini merupakan kelahiran pertama bagi ibu. Setelah dijelaskan kepada ibu dan keluarga
tentang keadaan ibu, ibu dan keluarga sudah mengerti dengan keadaannya dan bersedia
dilakukan persalinan secara section caesaria (SC). Persiapan sebelum di lakukannya operasi
sectio caesarea ibu dan keluarga menandatangani inform consert, kemudian ibu dianjurkan
untuk tidak makan dan munim lagi/ puasa, pasang IVFD, dilakukan pencukuran didaerah
sekitar abdomen/ daerah yang akan di operasi dan juga daerah vagina, dilakukan pemasangan
kateter dan mengganti baju ibu dengan baju khusus ruang operasi dan topi operasi. Masuk
ruang operasi pukul 03.00 WITA dan selesai operasi pukul 03.40 WITA, ibu segera di
pindahkan ke ruang pemulihan, pukul 03.50 WITA ibu telah sadar hasil monitor tanda-tanda
vital dalam batas normal, TD : 110/70 mmHg, R : 20 x/menit, Nadi : 80 x/menit, T : 36°C,
SpO2 : 98%. Dilakukan observasi ku, ttv dan perdarahan ibu pada kala IV post sc. Hasil ttv
melalui monitor dalam batas normal, perdarahan ± 100 cc. ibu masih belum bisa
menggerakkan kaki nya. Pukul 05.50 WIB ibu pindah ruangan. Penulis tidak dapat mengikuti
proses berlangsungnya operasi dikarenakan adanya kebijakan dari pihak rumah sakit.

26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Asuhan persalinan dilakukan pada tanggal 08 Desember 2021 pukul 02.00 WIB
dilakukan tindakan operasi sc, pukul 03.40 WIB operasi selesai. Selama operasi
berlangsung penulis tidak dapat mengikuti proses berlangsungnya operasi dikarenakan
kebijakan oleh rumah sakit. Selama operasi berlangsung tidak ada masalah yang terjadi.
Pada asuhan persalinan normal secara komperehensif pada Ny. R tidak dapat dilakukan
karena posisi bayi sungsang dan dicurigai ukuran panggul Ny.R sempit, proses persalinan
Ny.R berlangsung secara sectio caesarea dengan penyulit letak sungsang.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi penulis
Diharapkan dapat menjadi masukan dan pembelajaran dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan sejak masa kehamilan sampai pelayanan kontrasepsi yang
baik dan benar, terutama dalam melakukan asuhan dan dalam pengambilan
keputusan.
5.2.2. Bagi profesi/bidan
Diharapkan dapat menjadi masukan dan pembelajaran dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan sejak masa kehamilan sampai pelayanan kontrasepsi yang
baik dan benar, terutama dalam melakukan asuhan dan dalam pengambilan
keputusan.
5.2.3. Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan tenaga
kesehatan yang lebih profesional dan berkualitas dan dapat bersaing dalam dunia
kesehatan

27
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam.2011. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 3. Jakarta : EGC
Johariyan. Ningrum, Ema Wahyu. 2012. Asuhan KebidananPersalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Trans Info Media
Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan edisi Keempat. Jakarta : Bina Pustaka
Sondakh, Jenny J. S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga

28

Anda mungkin juga menyukai