Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PERSALINAN


“PENANGANAN ROBEK JALAN LAHIR”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik


Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Oleh:

WINDA YULIANA SARI


NIM. 202207010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN STIKES SAPTA BAKTI TAHUN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI PERSALINAN
“PENANGANAN ROBEK JALAN LAHIR”

Oleh:
WINDA YULIANA SARI
NIM. 202207010

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Nurul Maulani,M.Tr.Keb Roly, S. Tr, Keb


NIP:196604081988032005

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Sari Widyaningsih, SST, M.Kes


NIDN : 02.030389.03

ii
KATAPENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,atas rahmat dan hidayah Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Komprehensif terkait
Asuhan Kebidanan Persalinan tentang Penanganan Robek Jalan Lahir. Penulisan
Laporan Komprehensif ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik Asuhan
Kebidanan Persalinan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKes Sapta Bakti.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan
terima kasihkepada:
1. Ibu Hj, Djusmalinar, SKM.M.Kes selaku Ketua STIKes Sapta Bakti
2. Ibu Sari Widyaningsih, M.Kes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan STIKes Sapta Bakti
3. Ibu Nurul Maulani,M.Tr.Keb Selaku Pembimbing Akademik
4. Ibu Roly, S.Tr.Keb selaku Pembimbing Lahan di PMB Roly Kedurang
5. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya laporan ini
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu . Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan
laporan pendahuluan ini ,sehingga masukan membangun kami harapkan untuk
kesempurnaan laporan ini.

Bengkulu , Juni 2023

Winda Yuliana Sari

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB I TINJAUAN TEORI
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Ruang Lingkup..................................................................................... 2
D. Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN............................................. 4

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 11


..........................................................................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun
2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Angka
diperkirakan akan meningkat mencapai 6,3 juta pada tahun 2050 jika tidak
mendapat perhatian dan penanganan yang lebih (Fathus, 2014).Di Asia
rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam
masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di Asia.
Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia secara
keseluruhan 52% di karenakan persalinan dengan bayi berat lahir cukup atau
lebih (Fathus, 2014).
Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan
kondisi perineum yang terkena lokhea dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum(Herawati, 2014).
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan
lahir. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat di
hindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul
dilalui oleh kepala janin dengan cepat dan adanya robekan perineum ini di
bagi menjadi robekan perineum derajat 1, robekan perineum derajat 2, 3 dan
4 (Rukiah, 2010).
Penyebab terjadinya ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor
yaitu faktor maternal dan janin. Faktor janin yang menjadi penyebab
terjadinya ruptur perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang
abnormal, distosia bahu, kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan lahir
yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko terjadinya rupture

1
perineum hal ini disebabkan oleh karena perineum tidak cukup kuat menahan
regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar (Fathus, 2014).
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di
Indonesia. Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan
setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Perlukaan perineum umumnya terjadi
unilateral, namun dapatjuga bilateral. Perlukaan pada diafragma
urogenetalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan
normal atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka kulit perineum
atau pada vagina., sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian
dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadiprolapsus genetalis
(Fathus, 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui bagaimana tata cara
mengedukasi informasi tentang “Patologis Penanganan Robek Jalan Lahir”
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan Patologis Penanganan Robek Jalan
Lahir
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan Patologis Penanganan Robek
Jalan Lahir
c. Mahasiswa mampu menjelaskan edukasi informasi tentang Patologis
Penanganan Robek Jalan Lahir

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan
pelayananan kebidanan yang berfokus pada Implementasi Asuhan Kebidanan
Patologi Pada Ibu bersalin dengan penanganan robekan jalan lahir di PMB
Roly.
D. Manfaat

2
1. Bagi Institusi
Bagi mahasiswa prodi profesi kebidanan laporan ini bisa dijadikan
sebagai bahan pembelajaran mengenai asuhan kebidanan patologi pada
ibu bersalin dengan mengedukasi informasi tentang manfaat Penanganan
Robek Jalan Lahir.
2. Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan informasi untuk petugas kesehatan pada asuhan kebidanan
patologi pada ibu bersalin dengan memberikan pengetahuan dan manfaat
tentang Penanganan Robek Jalan Lahir

3
. BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

1. Pengertian
Perineum adalah jaringan antara vesti bulum vulva dan anus dan
panjang kira-kira 4cm (Maimunah,2012).Sedangkan menurut kamus Dorland
perineum adalah daerah antara kedua belah paha,antara vulva dan
anus.Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata- rata 4cm
(Saifuddin,2012). Laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada
perineum sewaktu persalinan (Mochtar, 2010). Perenium berada diantara
vulva dan anus yang panjangnya kira-kira 4cm.
Rupture merupakan robeknya kontinuitas suatu jaringan, sedangkan
rupture perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada
saat persalinan. Jenis rupture perineum terbagi 2 yaitu rupture spontan dan
rupture karena tindakan episiotomi, rupture spontan adalah dimana perenium
robek dengan sendirinya sedangkan rupture karena tindakan episiotomi yaitu
pelebaran jalan lahir menggunakan gunting episiotomi. Penyebab terjadinya
rupture perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu factor maternal dan janin
(Cunningham, 2009).
Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya rupture perineum
adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu, kelainan
bokong dan lain-lain. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat
meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum hal ini disebabkan oleh
karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan
berat badan bayi yang besar (Wiknjosastro, 2017).

4
2. Penyebab
1. Faktor Maternal
a. Partus presipitatus
Tetania uteri adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering
sehingga tidak ada relaksasi rahim Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya partus presipitatus yang dapat menyebabkan persalinan
diatas kendaraan, dikamar mandi dan tidak sempat dilakukan
pertolongan. Akibatnya terjadilah luka luka jalan lahir yang luas pada
serviks, vagina dan perineum, dan pada bayi dapat terjadi perdarahan
intrakranial. Pada presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan
karena janin lahir tiba-tibadan cepat (Mochtar, 2010).
b. Mengejan terlalu kuat
Pada saat persalinan diperlukan tenaga/power dari ibu bentuk
dorongan meneran. Dorongan meneran tersebut muncul bersamaan
dengan munculnya his atau kontraksi rahim. His yang bagus dapat
memebuka jalan lahir dengan cepat, namun hal ini dipengaruhi cara
ibu mengejan,artinya jika hisnya bagus tetapi ibu menerannya tidak
kuat maka tidak akan terjadi pembukaan jalanl lahir. Sedangkan jika
ibu mengejan terlalu kuat saat melahirkan kepala yang merupakan
diameter terbesar janin maka akan menyebabkan laserasi perineum.
Bila kepala telah mulai lahir, ibu diminta bernafas panjang, untuk
menghindarkan tenaga mengejan karena sinciput, muka dan dagu
yang mempunyai ukuran panjang akan mempengaruhi perineum.
Kepala lahir hendaknya pada akhir kontraksi agar kekuatan tidak
terlalu kuat (Ibrahim, 2014).
c. Primipara
Bila kepala janin telah sampai didasar panggul,vulva mulai
membuka. Rambut kepala janin mulai tampak perineum dan anus
tampak mulai teregang. Perineum mulai lebih tinggi, sedangkan anus
mulai membuka anus yang pada mulanya berbentuk bulat, kemudian
berbentuk“D”. Yang tampak dalam anus adalah dinding depan

5
rektum. Perineum bila tidak ditahan, akan robek (ruptureperineum),
terutama pada primigravida. Perineum ditahan dengan tangan kanan,
sebaiknya dengan kain kasasteria (Saifuddin, 2013).
d. Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul tidak merupakan bidang yang datar, tetapi
terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai
dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang
terakhir ini lebih kecil dari pada biasa, makasud utarcus pubis
mengecil (kurang dari 800). Agar dalam hal ini kepala janin dapat
lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu
bawah panggul. Dengan diameter sagitali sposterior yang cukup
panjang persalinan pervaginam dapat dilaksanakan, walaupun dengan
perlukaan luas pada perineum (Saifuddin, 2012).
e. Varises Vulva
Wanita hamil sering mengeluh tentang pelebaran pembuluh
darah, yang terjadi pada tungkai, vagina, vulva, dan terjadi wasir.
Selain kelihatan kurang baik, pelebaran pembuluh darah ini dapat
merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun
saat persalinan. Kesulitan yang mungkin adalah saat persalinan
dengan varises vulva yang besar saat episiotomi dapat terjadi
perdarahan (Manuaba,2010).
f. Kelenturan jalan lahir
Perineum,walaupun bukan alat kelamin,namun selalu terlibat
dalam proses persalinan.Apabila perineum cukup lunak dan
elastis,maka lahirnya kepala tidak mengalami kesukaran. Biasanya
perineum robek dan paling sering terjadi rupture perinei tingkatIIdan
tingkat III(Saifuddin, 2012).
2. Faktor Janin
1) Janin Besar
Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram.
Persalinan dengan berat badan janinbesar dapat menyebabkan

6
terjadinya laserasi perineum (Mochtar, 2010). Berat badan janin dapat
mempengaruhi persalinan dan laserasi perineum. Bayi yang
mempunyai berat badan yang besar dapat menimbulkan penyulit
dalam persalinan diantaranya adalah partus lama, partus macet dan
distosia bahu (Jones, 2011).
2) Presentasi defleksi
Presentasi defleksi yang dimaksud dalam hal ini adalah presentasi
puncak kepala dan presentasi dahi. Presentasi puncak kepala bagian
terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
Ubun-ubun Besar (UUB) yang paling rendah, danUUB sudah berputar
kedepan. Menurut statistic hal ini terjadi pada 1% dari seluruh
persalinan. Komplikasi yang terjadi pada ibu adalah partus yang lama
atau robekan jalan lahir yang lebih luas (Mochtar, 2010).
3) Presentasi bokong
Presentasi bokong atau letak sungsang adalah janin yang letaknya
memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan
bokong di bawah (Mochtar, 2010). Persalinan dengan penyulit seperti
sungsang merupakan indikasi untuk melakukan episiotomi
(Saifuddin,2012).
4) Distosia bahu
Distosia bahu adalah suatu keadaan yang memerlukan tambahan
manuver obstetrik karena jika dilakukan dengan tarikan biasa kearah
belakang pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi
(Cunningham, beralaskan kain kasa atau kain doek steril, supaya tidak
terjadi robekan perineum (Mochtar, 2010).
5) Anjuran posisi meneran
Penolong persalinan harus memfasilitasi ibu dalam memilih
sendiri posisi meneran dan menjelaskan alternative- alternative posisi
meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif (Sumarah, 2009)

7
6) Episiotomi
Penyembuhan luka pada perineum akan lebih sempurna bila
pinggirnya lurus dan otot-otot mudah dijahit. Pada persalinan spontan
sering terjadi robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir
yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan perineum
sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk melancarkan
jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada saat
kepala janin tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum
(Saifuddin, 2007).
7) DerajatLaserasi perineum
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan,yaitu sebagai
berikut :
a. Derajat I : luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina,
komisura posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi lukabaik.
b. Derajat II :robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot
perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan laserasi perineum.
c. Derajat III : robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum,otot perineum hingga otot
sfingterani.
d. Derajat IV : robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,otot sfingterani
sampai ke dinding depan rektum.(Sisw, 2013).
3. Penanganan
1. Ruptur perineum tingkat 1
Ruptur perineum tingkat 1 merupakan tipe robekan yang tergolong
kecil dan paling ringan. Pada tingkat ini, bagian yang robek adalah kulit di
sekitar permukaan mulut vagina atau kulit perineum. Ruptur perineum
tingkat 1 biasanya tidak memerlukan jahitan dan bisa sembuh dalam waktu
sekitar 1 minggu. Meski robekan tergolong ringan, kondisi ini dapat

8
menyebabkan sedikit rasa nyeri atau perih ketika buang air kecil, duduk,
batuk, bersin, atau berhubungan seksual.
2. Ruptur perineum tingkat 2
Pada ruptur perineum tingkat 2, bagian yang robek adalah kulit dan
otot-otot perineum di bagian dalam vagina. Kondisi ini perlu ditangani
dengan jahitan dan membutuhkan waktu sekitar beberapa minggu untuk
sembuh. Sama seperti ruptur perineum tipe 1, robekan tipe ini juga akan
menimbulkan rasa tidak nyaman saat melakukan aktivitas tertentu.
3. Ruptur perineum tingkat 3
Ruptur perineum tingkat 3 terjadi ketika robekan terjadi pada kulit
dan otot vagina, perineum, hingga anus. Kondisi ini perlu mendapatkan
penanganan dokter karena bisa menyebabkan perdarahan yang berat.
4. Ruptur perineum tingkat 4
Ruptur perineum tingkat 4 adalah tingkatan ruptur perineum yang
paling berat. Kondisi ini terjadi ketika robekan sudah mencapai anus dan
rektum atau bahkan usus besar. Kondisi ini perlu ditangani dengan operasi.

4. Perawatan
1. Istirahat yang cukup
2. Konsumsi makanan dengan asupan gizi seimbang, perbanyak konsumsi
makanan tinggi protein untuk membantu penyembuhan luka., perbanyak
konsumsi buah dan sayur
3. Penuhi kebutuhan cairan tubuh, perbanyak konsumsi air putih
4. Hindari mengejan terlalu kuat saat BAB
5. Merawat luka dengan baik, sebaiknya dilakukan kontrol rutin dengan
dokter yang merawat
6. Hindari luka terkena basah terlebih dahulu, keringkan dengan benar
selepas BAK maupun BAB
7. Konsumsi obat sesuai anjuran dokter dan hindari konsumsi obat tanpa
anjuran dokter
8. Hindari duduk terlalu lama, lakukan relaksasi. Saat tidur atau berbaring

9
latihan miring kiri dan kanan agar mengurangi tekanan berlebih pada area
luka
9. Menjaga kebersihan luka
10. Rutin mencuci tangan
11. Sabar selama proses penyembuhan, dan ikuti anjuran dokter yang merawat

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Nama Pengkaji : Winda Yuliana Sari
Tempat Pengkajian : PMB Roly
Tanggal Pengkajian : Juni 2023

1. Pengkajian Data Subjektif (S)


1. Biodata
Nama : Ny. R Nama : Tn. A
Usia : 29 tahun Usia : 31 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Suku / Bangsa : Indonesia Suku / : Indonesia


Bangsa
Alamat : Desa Palak Siring Alamat : Desa Palak Siring

3. Keluhan Utama
Ibu datang ingin memeriksaan kehamilannya.
Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah sejak tadi malam.
4. Status Perkawinan
Perkawinan ke : 1x
Usia saat menikah : 28 tahun
Lama perkawinan : ± 1 Tahun
5. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 29 hari Jumlah : 3x ganti pembalut
Lamanya : 6 hari Nyeri Haid : Tidak
Keluhan : tidak ada

11
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
Anak Tahun Usia Jenis Tempat Penol Ni
Penyulit Ana kJK/
ke Lahir Kehamilan Persalinan Bersalin ong fas
BB/
2 2009 38 Minggu Normal BPM Roly Bida Tidak ada LK/ Norm
n 3000/50 al
1. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) GPA : G1P0A0
2) HPHT : 20-09-2022
3) TP : 27- 06 - 2023
4) Usia Kehamilan: 36 minggu ( 9 bulan)
5) ANC
TM I : 2x di BPM oleh bidan dan dokter
TM II : 1x di BPM oleh Bidan
TM III : 1x di BPM oleh Bidan
6) Tablet Fe: Diberikan 90 tablet Fe, telah habis diminum
7) Keluhan selama hamil
TM I : Mual
TM II : Tidak Ada Keluhan
TM III : susah tidur
2. Riwayat Alat Kontrasepsi : Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan
Pasien tidak ada penyakit keturunan dan tidak pernah menderita penyakit jantung,
asma, ginjal serta penyakit menular seperti IMS, Hepatitis, dan lain-lain. Pasien
tidak pernah operasi dan tidak ada riwayat kehamilan kembar
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit jantung, asma, ginjal dan penyakit
menular seprti IMS, Hepatitis, dan lain-lain. Keluarga tidak memiliki keturunan bayi
kembar
5. Riwayat Imunisasi TT: Lengkap

12
6. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi
1) Makan : nasi, lauk pauk
Frekuensi : 3x/ hari
2) Minum : Air Putih
Jenis Frekuensi : <6 gelas/ hari
b. Eliminasi : 5-6 x/hari
1) BAK Frekuensi Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
2) BAB Frekuensi Konsistensi : 2x/ minggu
Warna Keluhan : keras
c. Istirahat :
Siang : 15-30 menit
Malam : 6-7jam/hari
a. Personal Hygiene
Mandi : 2x/ hari
Gentian pakaian dalam : 3x/hari
b. Aktivitas : kegiatan sehari-sehari melakukan
pekerjaan rumah
c. Aktivitas seksual : 2 kali/minggu
7. Psikologi :
a Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Harmonis
b. Tanggapan suami, dan keluarga terhadap kehamilan : Menerima
c Pengambilan keputusan dalam keluarga : Musyawarah
d Adat/kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : Tidak ada
e Rencana persalinan : Di BPM
f Rencana merawat bayi : Sendiri
g Persiapan persalinan yang dilakukan : Perlengkapan administrasi dan
keperluan ibu dan bayi

13
2. Pengkajian Data Objektif (O)
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x / menit
Suhu : 36,7o C
RR : 20x / menit
Berat badan saat ini : 62 Kg
BB sebelum hamil : 56 Kg
Tinggi badan : 155 cm
LILA : 24 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Kepala : wajah simetris, rambut tidak rontok, tidak ada ketombe

b) Muka : tidak ada oedema, tidak pucat


c) Mata : Lingkaran mata agak hitam,tidak ada oedema,
konjungtiva tidak anemi, skelera putih
d) Telinga : simetris, tidak ada infeksi
e)
Hidung : tidak ada polip, secret dan cuping hidung
f) Mulut dan Gigi : bibir lembab, tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak
ada karies gigi
g) Leher :tidak ada benjolan pada leher, tidak ada pembesaran
vena jugularis dan kelenjar tiroid
h) Dada :simetris, tidaknya tertraksi intercostae,
pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi.
i) Payudara :tidak ada benjolan, massa, aerola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol

14
j) Abdomen :tidak ada distensi abdomen, bising usus normal dan tidak
ada bekas luka operasi, ada linea nigra dan tidak ada
striae
k) Genitalia :tidak ada kelainan, ada pengeluaran cairan
Pervaginam
l) Ekstremitas
Atas : kuku-kuku tidak pucat dan tidak ada oedema
Bawah : kuku-kuku tidak pucat dan tidak ada oedema
dan varises
Palpasi
a) Leher : tidak teraba pembesaran vena jugulasir, kelenjar
limfe dan tyroid
tidak ada nyeri tekan, massa dan ada pengeluaran
b) Payudara :
kolostrum
c)
Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari bawah px (Mc. Donald= 29 cm), pada
fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting (bokong
janin)
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba bagian memanjang, keras
seperti papan (punggung bayi) dan bagian kiri perut
ibu teraba bagian kecil janin
(ekstremitas)
Leopold III : bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting
(kepala janin) dan masih bisa digoyangkan

Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk PAP


DJJ : 142x/menit
d) Ekstremitas : reflek patella +
3. Pemeriksaan Penunjang :
1. HB : 15 gr/dL
2. HIV : Non Reaktif (-)
3. HbSAg : Non Reaktif(-)

15
4. MS (Sifilis) : Non Reaktif(-)
B. Analisis (A)
Ny.R usia 29 tahun G1P0A0 UH 36 minggu, janin tunggal, hidup, presentasi
kepala, intrauterin, keadaan janin baik
C. Penatalaksanaan (P)
1. Memberitahu hasil pemeriksaan TTV pada ibu bahwa keadaan ibu baik, dilihat
dari TD 110/70 mmHg, nadi 82 x/m, pernapasan 20 x/m, suhu 36,7°C,DJJ 142
x/menit, dan janin baik, bagian terbawah janin kepala
Evaluasi: ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan
2. KIE klien untuk berjalan-jalan kecil jika masih kuat
Evaluasi: ibu mengikuti anjuran bidan
3. Beritahu klien bahwa jangan meneran dahulu ketika kontraksi
Evaluasi: ibu mengikuti anjuran bidan
4. Menyiapkan alat dan tempat untuk menolong persalinan
Evaluasi: bidan telah melakukan persiapan
5. Memberikan inform consent kepada pasien dan keluarga
Evaluasi: ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan
6. Memantau kemajuan persalinan
Evaluasi: bidan telah melakukan pemantauan
Kala II
Subjektif: Ibu mengatakan mulas semakin kencang dan ada rasa seperti ingin meneran
Objektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 82x / menit
Suhu : 36,7o C
RR : 20x / menit
HIS : 5X dalam 10 menit
- Vulva membuka dan ada dorongan ingin meneran, perineum menonjol
- Pemeriksaan dalam

16
- Dinding vagina : tidak ada luka jahitan
- Porsio : tidak teraba
- Ketuban : jernih
- Pembukaan : 10 cm
- Presentasi : kepala
Analisis : Ny.R usia 29 tahun G1P0A0 UH 36 minggu kala II
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga akan dilakukan persalinan normal
Evaluasi: ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan
2. Melihat tanda gejala kala II
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasa ada tekanan pada anus
c. Perineum menonjol , vulva dan spiinter ani menonjol
Evaluasi: bidan telah melakukan pemantauan
3. Menyiapkan alat dan tempat untuk menolong persalinan
Evaluasi: bidan telah melakukan persiapan
Kala III
Subjektif : Ibu mengatakan bahagia atas kelahiran bayinya
Objektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kontraksi : Keras
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung kemih : Kosong
: Tali pusat terjulur dari dalam uterus yang masih terlihat
Inspeksi
didalam pintu vagina
HIS : 5X dalam 10 menit

Analisis : Ny.R usia 29 tahun P1A0 UH kala III persalinan


Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu akan diberikan suntik oksitosin

17
Evaluasi: ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan
2. Setelah 2 menit pasca persalinan klem tali pusat
3. Menyelimuti bayi dan ibu
4. Setelah uterus berkontraksi , merengangkan tali pusat , hentikan perengangan
tali pusat jika uterus tidak berkontraksi berikut dan mengulangi prosedur.
5. Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah alas mengikuti poros jalan lahir
6. Setelah plasenta tampak pada vulva teruslah lahirkan plasenta
7. Lakukan massage fundus uteri
8. Periksa kelengkapan plasenta
9. Melakukan IMD
10. Lakukan antropometri
Kala IV
Subjektif : Ibu mengatakan masih kurang nyaman karena jahitan divagina
Objektif :
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Kontraksi : Keras
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kandung kemih : Kosong
: < 150 cc
Perdarahan

Analisis : Ny.R usia 29 tahun P1A0 janin tunggal, hidup, presentasi kepala, intrauterin,
keadaan janin baik dan robekan perineum derajat II
Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu dan keluarga akan dilakukan persalinan normal
Evaluasi: ibu mengerti apa yang dijelaskan bidan
2. Melihat tanda gejala kala II
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasa ada tekanan pada anus

18
c. Perineum menonjol , vulva dan spiinter ani menonjol
Evaluasi: bidan telah melakukan pemantauan
3. Menyiapkan alat dan tempat untuk menolong persalinan
Evaluasi: bidan telah melakukan persiapan
A. Pembahasan
Pada kasus ini, telah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif. Dari
hasil anamnesa pasien mengalami robekan jalan lahir yang terjadi ketika bayi lahir,
baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan, sering terjadi pada garis
tengah namun dapat meluas jika kepala janin lahir terlalu cepat
Penyebab terjadinya ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu
faktor maternal dan janin. Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya ruptur
perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu,
kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat
meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum hal ini disebabkan oleh karena
perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi
yang besar (Fathus, 2014).
Pada saat persalinan diperlukan tenaga/power dari ibu bentuk dorongan
meneran. Dorongan meneran tersebut muncul bersamaan dengan munculnya his
atau kontraksi rahim. His yang bagus dapat memebuka jalan lahir dengan cepat,
namun hal ini dipengaruhi cara ibu mengejan,artinya jika hisnya bagus tetapi ibu
menerannya tidak kuat maka tidak akan terjadi pembukaan jalanl lahir. Sedangkan
jika ibu mengejan terlalu kuat saat melahirkan kepala yang merupakan diameter
terbesar janin maka akan menyebabkan laserasi perineum. Bila kepala telah mulai
lahir, ibu diminta bernafas panjang, untuk menghindarkan tenaga mengejan karena
sinciput, muka dan dagu yang mempunyai ukuran panjang akan mempengaruhi
perineum. Kepala lahir hendaknya pada akhir kontraksi agar kekuatan tidak terlalu
kuat (Ibrahim, 2014).
Pada ruptur perineum tingkat 2, bagian yang robek adalah kulit dan otot-otot
perineum di bagian dalam vagina. Kondisi ini perlu ditangani dengan jahitan dan
membutuhkan waktu sekitar beberapa minggu untuk sembuh. Sama seperti ruptur
perineum tipe 1, robekan tipe ini juga akan menimbulkan rasa tidak nyaman .

19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan yang
diberikan pada ibu bersalin dengan robekan jalan lahir. Asuhan kebidanan yang
diberikan pada Ny. E di PMB berjalan sesuai teori. Selain itu dari penatalaksanaan telah
:
1. Terlaksananya pengkajian mendalam pada ibu bersalin di PMB
2. Menyusun identifikasi diagnosa/masalah kebidanan berdasarkan data subyektif
dan data obyektif pada ibu bersalin di PMB
3. Melakukan tindakan untuk menangani kasus pada ibu bersalin di PMB
4. Melakukan evaluasi untuk menangani kasus pada ibu bersalin di PMB
5. Mendokumentasian kasus pada ibu bersalin di PMB
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memahami teori dan praktik pelaksanaan asuhan kebidanan
holistic pada ibu bersalin dengan robekan jalan lahir
2. Bagi PMB
Diharapkan dapat memberikan asuhan komprehensif pada ibu bersalin dengan
robekan jalan lahir dengan penatalaksanaan meminimalisirkan robekan jalan
lahir
3. Bagi Ibu Bersalin
Diharapkan dapat mengikutikan ajnuran bidan agar proses persalinan dapat
meminimalisirkan robekan jalan lahir

20
DAFTAR PUSTAKA

Fahrus.2014. Asuhan Kebidanan Persalinan&Kelahiran. Jakarta: EGC.

Herawati. 2014. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Maimunah.2014.Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: USAID.

Saifuddin. 2012. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC.

20

Anda mungkin juga menyukai