Anda di halaman 1dari 30

i

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dokumentasi Kebidanan
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh

1. Hanunah 20159010010
2. Intan Kiswandari 20159010011
3. Juhairiyah 20159010012
4. Kholilah 20159010013
5. Lailatul Huda 20159010014
6. Mariana 20159010015
7. Masád Rahmawati 20159010016
8. Maulidatul Fajriyah 20159010017
9. Maulidiawati 20159010018
10. Triana Yuliyanti 20159010032
11. Ulumiyah 20159010033
12. Siti Hotijah 20159010073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2020

i
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang dilimpahkan.sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
dokumentasi kebidanan.
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas terstruktur di
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKES Ngudia Husada Madura untuk
memenuhi target yang telah ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan ini terutama :
1. Dr.M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA
HUSADA Madura
2. Hamimatus Zainiyah, S.ST, M.Pd. M.Keb selaku ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan
3. Novi Anggraini S.Tr.Keb,M.Keb selaku dosen mata kuliah Dokumentasi
Kebidanan
4. Dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penyusunan tugas ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan Asuhan
Kebidanan selanjutnya.

Bangkalan, 07 Desember 2020


iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................... 2
1.3 Manfaat ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………. 4
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas................................................... 4
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu
Nifas……………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 25
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009).
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan
sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu masa nifas yaitu paling sedikit 4x
kunjungan pada masa nifas, yaitu kunjungan pertama 6-8 jam post partum,
kunjungan kedua 6 hari post partum, kunjungan ketiga 2 minggu postpartum, dan
kunjungan keempat 6 minggu post partum (Suherni dkk, 2008). Menurut data
world Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99% kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi
dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan
dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu (AKI) akibat
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum
(Istieka, 2013).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2013, AKI Di Indonesia mencapai 359/100.000 (SDKI, 2013). Infeksi masih
menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak tertangani akan
menimbulkan komplikasi infeksi pada kendung kemih maupun infeksi dari
jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada
ibu nifas sebanyak 50 % (Depkes RI, 2009). Faktor langsung penyebab
tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan postpartum.
Selain itu ada keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama atau
macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan,
yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Dalam mencapai upaya percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) maka salah satu upaya promotif dan
salah satu preventif yang mulai gencar dilakukan adalah kelas ibu hamil
2

(Triajengayu, 2012). menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan
jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir
(vagina). Karenanya penting dilakukan perawatan luka perineum agar tidak
terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post partum (Mas’adah, 2010).
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan
kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam
tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan
perawatan bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan profesional, bidan perlu
mengembangkan ilmu dan kiat asuhan kebidanan yang salah satunya adalah
harus mampu mengintegrasi model konseptual, khususnya dalam pemberian
asuhan kebidanan pada ibu nifas (Saleha, 2009).
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu pada masa nifas
jika infeksi tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan
karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50 % (Mas’adah,
2010). Salah satu infeksi yang terjadi pada masa nifas adalah infeksi pada luka
jahitan, perawatan luka bekas jahitan penting dilakukan karena luka bekas jahitan
jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan
menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka,
bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina). Karenanya
penting dilakukan perawatan luka perineum agar tidak terjadi infeksi,
komplikasi bahkan kematian ibu post partum (Mas’adah, 2010)

1.2 Tujuan Umum


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas dengan menggunakan pola fikir manajemen
kebidanan seta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk
VARNEY.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu dengan benar :
a. Menjelaskan mengenai teori dan konsep dasar asuhan pada ibu nifas
3

b. Mengintegrasikan teori dan amanjemen asuhan kebidanan serta


mengimplementasikannya pada kasus yang dihadapi, yang meliputi :
1. Melakukan data subjektif dan objektif pada ibu nifas
2. Melakukan analisis data yang telah diperoleh untuk merumuskan
diagnosa dan masalah aktual pada ibu nifas
3. Melakukan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada ibu
nifas
4. Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera dan rujukan pada ibu
nifas
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan terhadap ibu nifas
6. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan pada ibu ibu nifas esuai
kebutuhan.
7. Menyusun evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada ibu
nifas.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan, diharapkan dapat
membimbing dan menyalurkan pengetahuan serta keterampilannya
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
1.3.2 Bagi Penulis, dimaksudkan untuk menambah wawasan serta pengalaman
dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu nifas.
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Masa Nifas


2.1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti pra hamil
(Dewi dkk, 2011)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai perslainan
sampai selesai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa
nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2013). Puerperium (nifas) adalah masa
sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu (Sulaiman,2009)
Masa puerperium atau masa nifas setelah partus selesai, dan berakhir
kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetal baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Wiknjosastro, 2010).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas


Menurut Sulistyawati (2010), terdapat 3 tahapan masa nifas yaitu:
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
5

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung


selama berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.

2.1.3 Tujuan Perawatan Masa Nifas


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
d Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Saifuddin, 2010)

2.1.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Perubahan perubahan fisiologis pada masa nifas meliputi:
 Involusi
Adalah perubahan yang merupakan proses kembalianya alat kandungan atau
uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan sehingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, tinggi fundus uteri + 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai
suatu buah alpukat gepeng berukuran panjang + 15 cm, 12 cm dan tebal 10
cm. Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan bekas implantasi
plasenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5 post partum uterus
kurang lebih setinggi 7 cm di atas simpisis atau setelah simpisis pusat,
setelah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simpisis. Bagian bekas
implantasi plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol kedalam
6

kavum uteri, segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut, dengan


diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu diameternya menjadi 3,5 cm dan 6
minggu telah mencapai 2,4 mm. Uterus gravidus aterm beratnya kira-kira
1000 gram. Satu minggu post partum menjadi 300 gram, setelah 6 minggu
post partum 40-60 gram. Dalam proses involusi diikuti pengeluaran cairan
sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi plasenta disebut
lochia. (Manuaba, 2015)
Pengeluaran lochia dapat di bagi berdasarkan jumlah dan warnannya :
1) Lochia rubra (cruenta)
Terjadi pada hari 1-2, berwarna merah dan hitam terdiri dari desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
2) Lochia sanguiolenta
3-7 hari berwarna putih bercampur darah.
3) Lochia serosa
Keluar mulai hari ke 7-14 dengan warna kekuningan
4) Lochia Alba
Keluar setelah hari ke 14 dengan warna putih
b. Servik
Segera post partum bentuk serviks agar menganga seperti corong. Bentuk
ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-oleh pada perbatasan
antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks
merah kehitaman karena penuh pembuluh darah. Konsistensi lunak, segera
setelah jahitan dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan ke
dalam kavum uteri. Setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 2-3 jari dan
setelah 1 minggu hanya dapat dimasukkan 1 jari ke dalam kavum uteri
c. Ovarium dan tuba falopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun,
sehingga menimbulkan mekanisme timbal balik dari siklus menstruasi.
Dimana dimulainya kembali proses ovulasi sehingga wanita bisa hamil
kembali.
d. Vulva dan vagina
7

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 minggu
postpartum.
e. Endometrium
Timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi. Hari
pertama endometrium yang kira-kira setelah 2,5 mm mempunyai permukaan
yang kasar. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata akibat
lepasnya sel-sel bagian yang mengalami degenerasi. Regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu
2 sampai 3 minggu.

f. Ligamen-ligamen
Ligamen, diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan pertus, setelah jalan lahir, berangsunr-angsur ciut kembali seperti sedia
kala. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan latihan-latihan untuk
memulihkan kembali jaringan penunjang. Otot-otot dinding perut akan
berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.

2. Perubahan Sistem Pencernaan


Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari post partum. Hal ini merupakan salah
satu pengaruh selama kehamilan dirnana saluran urinaria mengalami dilatasi.
Kondisi ini akan kembali normal setelah 4 minggu postpartum.
4. Perubahan Sistem Endokrin
Saat placenta terlepas dari dinding uterus, kadar HCG secara berangsur
menurun dan normal setelah 7 hari post partum. HCG tidak terdapat dalam urine
ibu setelah 2 hari postpartum
8

 Laktasi
Adalah pembentukan dan pengeluaran ASI.
Sejak kehamilan muda sudah terjadi persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi ini. Perubahan yang
terdapat pada mamae antara lain :
a. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar alveolus
mamae dan lemak.
b. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-
kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum)
c. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun
pada bagian dalam mamae. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan
tampak dengan jelas.
d. Setelah pertus, pengaruh menekan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-
hormon hipotesis kembali antara lain lactogenic hormone (prolaktin)
yang akan dihasilkan pula. Mamae yang telah dipersiapkan pada masa
hamil terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi,
sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air
susu berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum. Pada hari-hari
pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein
albumin dan globulin dari benda-benda kolostrum dengan diameter
0,001-0,025 mm. Dengan menetekkan ASI. Kadar estrogen dan
gonadotropin menurun pada laktasi, akan tetapi akan meningkat lagi
pada waktu frekuensi menetekkan dikurangi umpannya bila bayi
mulai dapat tambahan makanan. Rangsangan psikis merupakan reflek
dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga
air susu dapat dikeluarkan dan pula sebagai efek sampingan,
memperbaiki involusi uterus.
Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI
a) Faktor anatomis buah dada
9

Bila jumlah lobulus sedikit, maka produksi air susu sedikit, karena
sel-sel yang menghisap zat makanan dari pembuluh darah akan
berkurang.
b) Faktor fisiologsi
Bila ada kelainan hormon prolaktin maka pembentukan air susu
terganggu.
c) Nutrisi ibu
Makanan dan minuman ibu mempengaruhi kualitas-kualitas air
susu kerena dalam tubuh ibu terdapat cadangan / persediaan zat gizi
yang digunakan sewaktu-waktu, kalau cadangan kurang produksi
dan kualitas ASI berkurang.
d) Faktor istirahat
Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel tubuh agar dapat
kembali termasuk sel-sel tubuh agar dpat kembali termasuk
jaringan buah dada. Bila tidak mendapatkan istirahat yang cukup
akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinnya.
Dengan demikian pembentukan dan pengeluaran air susu
berkurang.
e) Faktor hisapan anak
Hisapan anak akan merangsang kontraksi putting susu dan
kelenjar-kelenjar air susu. Hisapan anak yng tidak teratur akan
mengurangi produksi air susu.
f) Obat-obatan
Yang mempengaruhi produksi air susu adalah obat-obatan yang
mengandung hormon.
g) Psikologi
Ketegangan psikologi akan mempengaruhi organ-organ lain seperti
alat pencernaan sehingga mempengarui fungsi buah dada.
 Perubahan lain pada masa nifas
a. After pains mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang
sangat mengganggu selama 2-3 post partum. Perasaan ini lebih terasa
bila wanita tersebut sedang menyusui. Perasan ini lebih terasa bila wanita
10

tersebut menyusui. Perasaan sakit itu pun timbul bila masih terdapat sisa-
sisa selaput ketuban, sisa-sisaplasenta atau gumpalan darah di dalam
kavum uteri.
b. Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 380C. Sesudah 12
jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal.
c. Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah
pertus dapat terjadi bradikardi. Pada masa nifas umumnya denyut nadi
lebih dibandingkan suhu badan.
d. Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
pada ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis. Untung keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
kemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.
Umumnya ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 post partum.
e. Penurunan berat badan rata-rata 6 kg sebagaiakibat pengosongan uterus
dan perdarahan yang normal, bisanya terdapat penambahan penurunan
berat badan. Selama masa nifas + 2,5 kg. Tambahan penurunan berat
badan tersebut disebabkan oleh hilangnya cairan terutama melalui urine.
f. Aspek Psikososial
1. Phase taking in
Perhatian ini terutama akan kebutuhan dirinya mungkin pasif
tergantung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya
tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
2. Phase taking hold
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya,
misalnya BAB/BAK melakukan berbagai aktivitas, duduk, jalan,
ingin belajar tentang perawatan diri sendiri dan bayinya, sering
timbul kurang percaya diri.
3. Phase letting go
Terjadinya peningkatan kemandirian dalam perawatan diri dan
bayinya.
11

2.1 Perawatan Masa Nifas


1. Mobilisasi
Karena lelah setelah bersalin, ibu harus beristirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca peralinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan
dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli,
pada hari ke-2 diperbolehkan uduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari ke-4
atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-
buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang- kadang
wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekanoleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi sphingterani selesma persalinan,
juga karean adanya edema kandung kemih yang terjadi selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan sulit kencing, sebaiknya
dilakukan kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar hendaknya dilakukan 3-4 hari pasc persalinan. Bila
masih sulit buang air besar dan menjadi obstipasi apa lagi berak keras
dan dapat diberikan obat laksan peroral atau perrektal. Jika belum bias
dilakukan klisma.
5. Perawatan Payudara
Perawatan mamae tealh dimulai sejak waktu hamil supaya putting susu
lemas, tidak kras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Sebaiknya putting susu dibersihkan dengan air masak, tiap kali sebelum
dan sesudah menyusui bayi
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktrasi dari kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
12

- Proliferasi jaringan ada kelenjar-kelenjar dan jaringan lemak


bertambah.
- Kelenjar cairan susu menonjol dari duktus laktiferus disebut
colostrums, berwarna kuning putih susu.
- Hypervakularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena
berdilatasi sehingga tampak jelas.
- Setelah persalinan, pengaruh supresi esterogen dan progesterone
hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh
oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi
sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak setelah 2-3 hari
pasca persalinan.
7. Pemeriksaan Pasca Persalinan
Bagi wanita dengan persalinannormal hal ini baik dan dilakukan
pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun bagi wanita
dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu
kemudian.
(RustamMochtar, 2015)

2.1.6 Kebutuhan Masa Nifas


1. Dukungan
- Dukungan dri petugas yang memberikan Asuhan Kebidanan.
- Dukungan emosional dan psikologis dari suami dan keluarga.
- Dukungan membantu dan menyelesaikan tugas-tugas di rumah
- Dukungan melalui cuti hamil
2. Informasi dan konseling
Diperlukan mengenai :
- Pengasuh dan pemberian ASI
- Perubahan fisik
- Tanda-tanda infeksi
- Asuhan diri sendiri, kebersihan danpenyembuhan, seksual,
kontrasepsi dan gizi.
13

- Pemberian imunisasi pada bayi, dalam minggu pertama bayi diberi


imunisasi Hepatitis 1 dan seterusnya sesuai jadwal imunisasi.
(Sastrawinata, Sulaiman, 2009)

2.17 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


a Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
b Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta
memberikan semangat pada ibu
c Membantu ibu dalam menyusui bayinya
d Membangun kepercayaan diri ibu dalam peranya sebagai ibu
e Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
f Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
g Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai tanda
bahaya masa nifas, makan dengan gizi seimbang dan selalu menjaga
kebersihan
h Memberikan asuhan secara professional

2.1.8. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi. Kunjungan dalan masa nifas antara lain :
1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
a. Mencegah perdarahan masa nifas
b. Mendeteksi dan merawat penyebab perdaarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut
c. Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan
d. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
e. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
14

a. Memastikan involusi uteri berjalan normal uterus berkontraksi fundus


di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau
menyengat
b. Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3. Kunjungan 3 (2 minggu setelah persalinan)
a. Memastikan involusi uteri berjalan normal uterus berkontraksi fundus
dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnoral, tidak ada bau
menyengat.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, menjaga
bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4. Kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang di alaminya
b. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini
15

2.2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas


1. Pengkajian Data
A. Data Subjektif
1) Identitas
Menanyakan biodata ibu dan suami, seperti umur, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku/bangsa, dan alamat lengkap (nomor telepon)
(Saleha, 2009).
2) Keluhan Utama
Menurut Suherni (2009), keluhan utama yang dirasa ibu nifas, yaitu :
a. Mulas karena proses involusi
b. Nyeri pada luka jahitan perineum
c. Payudara terasa penuh
3) Riwayat Persalinan
Jenis persalinan, penolong, dan penyulit persalinan dapat
mempengaruhi masa nifas ibu (Manuaba, 2010).
4) Keadaan Psikososial
Menurut Suherni (2009), adaptasi psikologis ibu nifas dibagi menjadi
tiga fase, yaitu :
a) Taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini
seperti mulas, nyeri pada jahitan, kurang tidur. Tidur tanpa
gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan psikologis.
b) Taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase ini timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu.
c) Letting go
16

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran


barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya.
5) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Nutrisi pada ibu nifas meningkat 25%. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori dan banyak mengandung
cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut :
(1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
(2) Makan dengan diet seimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
(3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
(4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pascapersalinan.
(5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009)
b) Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Segera setelah cukup kuat untuk berjalan, bantu ibu untuk
mandi. Instruksikan untuk membersihkan payudara terutama puting
susunya pertama kali, kemudian tubuh dan terakhir perineum.
Sediakan pakaian dan pembalut yang bersih (Saleha, 2009).
c) Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil 6 jam postpartum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum
melebihi 100 cc, maka lakukan katerisasi. Buang air besar
diharapkan setelah hari kedua postpartum (Saleha, 2009).
d) Seksual
17

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri (Saleha, 2009).
e) Istirahat
Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24-48 jam postpartum. Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam
(Saleha, 2009)
6) Sosial Budaya
Pada umumnya, pemakaian gurita tidak perlu dari sudut
kedokteran, tetapi karena banyak ibu yang merasa lebih enak
memakainya, kita tidak melarangnya. Gurita hanya diperlukan
pada kondisi ibu yang dinding perutnya sangat longgar, ibu yang
tekanan intra abdominalnya sangat menurun pasca persalinan
(hidramnion atau kehamilan kembar) (Wirakusumah, 2012).
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Sadar, respon baik
Tanda-tanda vital :Tekanan darah : 100/60-130/60 mmHg (kenaikan
sistol tidak lebih dari 30 mmHg, distole tidak lebih dari 15 mmHg)
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36,5° C-37,5° C
Pernafasan : 16-24 x/menit (Manuaba,2010).
2. Pemeriksaan Fisik
(1) Mata
Konjungtiva merah muda, sklera putih (Manuaba, 2010).
(2) Payudara
Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan ada nyeri
tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya proses laktasi (Suherni, 2009).
Penurunan kadar esterogen saat bayi lahir mendorong naiknya
kadar prolaktin. Naiknya kadar prolaktin, mendorong produksi
18

ASI. Maka dengan naiknya kadar prolaktin tersebut, mulailah


aktivitas produksi ASI berlangsung. Ketika bayi mulai menyusu
pada ibunya, aktivitas bayi menyusu pada manunaeini
menstimulasi terjadinya produksi prolaktin yang terus menerus
secara berkesinambungan (Suherni, 2009).
Pelepasan ASI dikendalikan oleh neuro-endokrin. Rangsangan
sentuhan pada payudara yakni ketika bayi menghisap puting susu
menyebabkan timbulnya rangsangan yang menyebabkan terjadinya
produksi oksitosin. Oksitosin merangsang terjadinya kontraksi sel-
sel mioepitel. Proses ini disebut refleks let down' atau `pelepasan
ASI' dan membuat ASI tersedia bagi bayi (Suherni, 2009).
(3) Abdomen
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilikus dan simfisis, atau kurang lebih 2 jari bawah pusat
(Saleha, 2009).
Tabel 2.10 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa
Involusi
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Tidak teraba diatas 50 gram
8 minggu Tidak teraba diatas simfisis 30 gram
Sumber : Sofian, 2013
(4) Genetalia
Lokhea dimulai sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang
banyak pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Kemudian
lokhea ini akan berkurang jumlahnya dan berubah warna. Lochea
yang berbau busuk akan menandakan adanya infeksi (Saleha, 2009).
Lokhea mengalami perubahan karena proses involusi. Perbedaan
masing-masing lochea dapat dilihat sebagai berikut :
19

1. Lokhea rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa,
lanugo dan mekonium. Lochea ini akan keluar selama dua sampai
tiga hari postpartum.
2. Lokhea Sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke tiga sampai ke tujuh pasca
persalinan.
3. Lokhea serosa dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochea
rubra. Lokhea berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke
7 sampai hari ke 14 pasca persalinan. Lochea ini mengandung
cairan serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
4. Lokhea alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari ke 14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti
sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.
5. Lokhea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk.
6. Lochiostatis adalah dimana lochea yang tidak lancar keluarnya.
(5) Ekstremitas
Sesudah melahirkan terdapat risiko thrombosis vena dan emboli
pulmoner yang nyata tetap kecil kemungkinannya terjadi. Bagian
betis harus diperiksa setiap hari untuk menemukan gejala nyeri tekan
serta panas di daerah tersebut dan kepada ibu diminta untuk
melaporkan setiap perasaan tidak enak pada tungkai.

II. Interpretasi Data Dasar


Merupakan penggabungan mengenai masalah dari intepretasi data kedalam
identifikasi yang sfesifik
- Diagnosa kebidanan pada postpartum fisiologis adalah sebagai berikut :
PAPIAH dengan postpartum fisiologis jam ke-... / hari ke-...
20

Data Dasar
Menurut Soeparjan (2008) meliputi :
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan umur…. tahun
b. Ibu mengatakan ini kelahiran anak ……..
c. Ibu mengatakan belum pernah keguguran
d. Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pada luka perineum
Data Objektif :
a. Keadaan Umum baik, kesadaran komposmentis
b. TTV : Tekanan darah :…… mmhg Nadi….x/menit
0
Suhu :……. C Respirasi :………...x/menit
c. Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU…….
d. Pengeluaran pervaginam : loche rubra
e. keadaan perineum : terdapat luka jahitan/ tidak. tidak terdapat tanda-
tanda imfeksi , berbau
f. Payudara : Kolostrum sudah keluar/ belum
g. Data Penunjang
- Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa sesuai dengan
keadaan pasien (Varney, 2007). Masalah yang muncul pada ibu nifas
dengan perawatan luka penjahitan perineum post partum adalah rasa
nyeri pada luka jahitan perineum dan perut terasa mules (Soeparjan,
2008).

- Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Didapatkan dengan
menganalisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada ibu nifas dengan
perawatan luka penjahitan perineum post partum yaitu cara mengurangi
rasa nyeri (teknik relaksasi) (Bobak, 2012).

III. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial :


21

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan


terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan
antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan
bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi melakukan asuhan yang
aman penting sekali dalam hal ini (Anggraini, 2010). Diagnosa potensial
yang mungkin muncul pada kasus ibu nifas dengan perawatan luka
penjahitan perineum post partum adalah terjadi infeksi pada luka perineum
(Rukiyah, 2011).

IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera dan Kolaborasi:-


Pada keadaan nifas fisiologis, tidak ada kebutuhan tindakan segera, tetapi
jika ada komplikasi dapat dengan melakukan tindakan mandiri, kolaborasi
dan rujukan.
V. Perencanaan
Rencana asuhan menyeluruh pada masa postpartum yang dapat dilakukan
antara lain sebagai berikut :
1. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ : Informasi yang jelas akan mengurangi kecemasan ibu
2. Memberikan konseling tentang :
a. Nutrisi : Anjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi,
tinggi kalori, dan protein serta tidak ada pantangan makan.
R/ : Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang lebih banyak
b. Personal hygiene :
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut dua kali sehari atau jika
basah
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminny
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
R/ : Mencegah terjadinya infeksi pada daerah perineum.
22

c. Istirahat
- Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
- Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
R/ : Kurang istirahat akan mepengaruhi kesehatan ibu
d. Perawatan Payudara, yaitu : menjaga payudara tetap bersih dan
kering, terutama puting, menggunakan BH yang menyokong
payudara, apabila puting susu lecet, oleskan ASI pada sekitar puting
setiap selesai menyusui, jika lecet berat, istirahatkan 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkandengan sendok.
R/ : memaksimalkan pengeluaran ASI
3. Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan TFU
R/ : untuk mendeteksi kelainan secara dini
4. Memfasilitasi ibu dan bayinya untuk rooming in dan mengajarkan cara
menyusui yang benar
R/: untuk mempererat hubungan ibu dan bayi
5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas (6 jam PP) yaitu :
perdarahan yang lebih dari 500 cc, kontaksi uterus lembek.
R/ : Agar ibu dan keluarga dapat mengenali tanda bahaya
6. Jadwalkan kunjungan ulang, paling sedikit 4 kali kunjungan selama masa
nifas.
R/ : Menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir
Tabel 2.11 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1. Mencegah pendarahan masa nifas
setelah akibat atonia uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan dan rujuk jika pendarahan
berlanjut
3. Memberi konseling pada ibu atau salah
23

satu anggota keluarga mengenai cara


mencegah pendarahan masa nifas
akibat atonia uteri
4. Pendarahan ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermia
7. Petugas kesehatan yang menolong
persalinan harus mendampingi ibu dan
bayi baru lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil
II 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan
setelah normal, uterus berkontraksi, fundus di
persalinan bawah umbilicus, tidak ada pendarahan
abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan
cukup makanan, cairan, dan istirahat
4. Memaafkan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda
penyulit
5. Memberi konseling pada ibbu tentang
asuhan pada bayi, perawatan tali pusar,
menjaga bayi tetap hangat, dan
perawatan bayi sehari-hari
III 2 minggu Sama seperti asuhan 6 hari setelah
setelah persalinan
persalinan
IV 6 minggu 1. Mengkaji tentang kemungkinan
setelah penyulit pada ibu
persalinan 2. Memberi konseling keluarga berencana
24

secara dini
Sumber : Saleha, 2012

VI. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi. Implementasi yang
komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dan rencana yang
telah disusun pada tahap-tahap perencanaan. Jenis tindakan atau
pelaksanaan bisa dikerjakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama
atau tenaga kesehatan lain (Varney, 2007).

VII. Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk
mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria evaluasi
serta untuk menilai kemampuan dalam asuhan kebidanan sebagai umpan
balik untuk memperbaiki. Dalam evaluasi digunakan teknik SOAP
(Varney, 2007)
25

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC

Manuaba, & Chandranita, I. A., 2010. Gadar Obstetri dan Ginekologi dan
Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, I., Manuaba, C. & Manuaba, Ida Bagus Gde. 2015. Pengantar Kuliah
Obtetri. EGC. Jakarta.

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Sastrawinata, Sulaiman. 2009. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman

Sofian Amru., 2013. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi,


Obstetri Patologi, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta: EGC

Suheimi, army k. 2009. Dasar dasar ilmu kebidanan. Sumatera barat : andalas
University Press

Sulistyowati. 2010. Asuhan Ibu Bersalin. Jakarta : EGC

Varney, Helen.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro. 2003. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.
26

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS PADA NY E DI


PUSKESMAS A
Senin,06 Desember 2020, 15.00 WIB
A. Data Subjektif
Identitas
Nama ibu : Ny E nama Suami : Tn N
Umur : 25 tahun Umur : 28 Tahun
Suku : Madura Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswata

Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka Bekas Jahitan dan perut masih sering
terasa Mules

Riwayat Kesehatan Ibu


Ibu tidak memiliki Riwayat DM, HT dan Penyakit menular

Pola Nutirisi
Ibu makan 3x sehali dengan Lauk dan Sayur serta minum air putih kurang
lebih 8 Gelas Sehari

Pola Eliminasi
Eliminasi BAK :sudah 200 ml.
Eliminasi BAB : belum

Riwayat Obsetri
Antenatal
Pemeriksaan di :Puskesmas
Kelainan/Komplikasi : tidak ada
Usia Kehamilan : 39 minggu
G.P.A : G1P1A0
Persalinan
Persalinan lahir tanggal 03 Desember 2020 Pukul : 00.12
Jenis Kelamin : perempuan
BB : 2900 gram
TB : 50 cm
Anus : Tidak ada cacat
Jenis Persalinan : spontan
Plasenta :lengkap
Perineum : terdapat Ruptur Perineum
Jahitan : dilakukan
Data Objektif
Keadaan Umum : baik
27

Status Emosional : stabil


Tanda-tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 36,2 ° C - TB : 155 cm - BB:
56 kg
Pemeriksaan Fisik
Muka : tidak ada oedema
Conjungtiva : tidak pucat
Sclera : tidak kuning
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran Pembesaran
kelenjar lymfe : tidak ada pembesaran
Payudara : Puting Susu ,menonjol dan Colostrum
sudah keluar.
Abdomen : Palpasi pertengahan Sympisis Pusat
Genetalia
Vulva vagina
Perdarahan : tidak ada
Lochea : ada Loche Rubra
Perineum : terdapat Jahitan perineum yang masih
basah
Penyembuhan luka : luka masih basah
Vulva : tidak ada oedema
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : tidak dilakukan pemeriksaan
ASESSMENT
P1AO Post Partum 2 hari
PENATALAKSANAAN
1. Membersihkan Vagina bagian perineum dengan air dan mengeringkan
dengan kain bersih, vagina Telah bersihkan dan tampak kering
2. Menganjurkan Ibu untuk melanjutkan obat yang telah di berikan untuk
mengurangi rasa nyri dan mempercepat proses penyembuhan Luka, Ibu
mengerti dan akan melakukannya

Anda mungkin juga menyukai