Disusun Oleh
1. Hanunah 20159010010
2. Intan Kiswandari 20159010011
3. Juhairiyah 20159010012
4. Kholilah 20159010013
5. Lailatul Huda 20159010014
6. Mariana 20159010015
7. Masád Rahmawati 20159010016
8. Maulidatul Fajriyah 20159010017
9. Maulidiawati 20159010018
10. Triana Yuliyanti 20159010032
11. Ulumiyah 20159010033
12. Siti Hotijah 20159010073
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang dilimpahkan.sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
dokumentasi kebidanan.
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas terstruktur di
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKES Ngudia Husada Madura untuk
memenuhi target yang telah ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Asuhan Kebidanan ini terutama :
1. Dr.M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA
HUSADA Madura
2. Hamimatus Zainiyah, S.ST, M.Pd. M.Keb selaku ketua Program Studi
Pendidikan Profesi Bidan
3. Novi Anggraini S.Tr.Keb,M.Keb selaku dosen mata kuliah Dokumentasi
Kebidanan
4. Dan semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat
dalam penyusunan tugas ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan Asuhan
Kebidanan selanjutnya.
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Sulistyawati, 2009).
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, telah memberikan kebijakan
sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu masa nifas yaitu paling sedikit 4x
kunjungan pada masa nifas, yaitu kunjungan pertama 6-8 jam post partum,
kunjungan kedua 6 hari post partum, kunjungan ketiga 2 minggu postpartum, dan
kunjungan keempat 6 minggu post partum (Suherni dkk, 2008). Menurut data
world Health Organization (WHO) tahun 2012, sebanyak 99% kematian ibu
akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi
dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan
dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Menurut WHO, 81% angka kematian ibu (AKI) akibat
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum
(Istieka, 2013).
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2013, AKI Di Indonesia mencapai 359/100.000 (SDKI, 2013). Infeksi masih
menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak tertangani akan
menimbulkan komplikasi infeksi pada kendung kemih maupun infeksi dari
jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian pada
ibu nifas sebanyak 50 % (Depkes RI, 2009). Faktor langsung penyebab
tingginya AKI adalah perdarahan (45%), terutama perdarahan postpartum.
Selain itu ada keracunan kehamilan (24%), infeksi (11%), dan partus lama atau
macet (7%). Komplikasi obstetrik umumnya terjadi pada waktu persalinan,
yang waktunya pendek yaitu sekitar 8 jam. Dalam mencapai upaya percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) maka salah satu upaya promotif dan
salah satu preventif yang mulai gencar dilakukan adalah kelas ibu hamil
2
(Triajengayu, 2012). menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan
jahitan terbuka, bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir
(vagina). Karenanya penting dilakukan perawatan luka perineum agar tidak
terjadi infeksi, komplikasi bahkan kematian ibu post partum (Mas’adah, 2010).
Asuhan kebidanan yang diberikan oleh seorang pemberi pelayanan
kebidanan sangat mempengaruhi kualitas asuhan yang diberikan dalam
tindakan kebidanan seperti upaya pelayanan antenatal, intranatal, postnatal, dan
perawatan bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan profesional, bidan perlu
mengembangkan ilmu dan kiat asuhan kebidanan yang salah satunya adalah
harus mampu mengintegrasi model konseptual, khususnya dalam pemberian
asuhan kebidanan pada ibu nifas (Saleha, 2009).
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu pada masa nifas
jika infeksi tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan
karena menyebabkan kematian pada ibu nifas sebanyak 50 % (Mas’adah,
2010). Salah satu infeksi yang terjadi pada masa nifas adalah infeksi pada luka
jahitan, perawatan luka bekas jahitan penting dilakukan karena luka bekas jahitan
jalan lahir ini bila tidak dirawat dapat menjadi pintu masuk kuman dan
menimbulkan infeksi, ibu menjadi panas, luka basah dan jahitan terbuka,
bahkan ada yang mengeluarkan bau busuk dari jalan lahir (vagina). Karenanya
penting dilakukan perawatan luka perineum agar tidak terjadi infeksi,
komplikasi bahkan kematian ibu post partum (Mas’adah, 2010)
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan dan Petugas Kesehatan, diharapkan dapat
membimbing dan menyalurkan pengetahuan serta keterampilannya
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
1.3.2 Bagi Penulis, dimaksudkan untuk menambah wawasan serta pengalaman
dalam memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu nifas.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6 minggu
postpartum.
e. Endometrium
Timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi. Hari
pertama endometrium yang kira-kira setelah 2,5 mm mempunyai permukaan
yang kasar. Setelah 3 hari permukaan endometrium mulai rata akibat
lepasnya sel-sel bagian yang mengalami degenerasi. Regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu
2 sampai 3 minggu.
f. Ligamen-ligamen
Ligamen, diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan pertus, setelah jalan lahir, berangsunr-angsur ciut kembali seperti sedia
kala. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan latihan-latihan untuk
memulihkan kembali jaringan penunjang. Otot-otot dinding perut akan
berinvolusi pada 6-7 minggu pasca persalinan.
Laktasi
Adalah pembentukan dan pengeluaran ASI.
Sejak kehamilan muda sudah terjadi persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamae untuk menghadapi masa laktasi ini. Perubahan yang
terdapat pada mamae antara lain :
a. Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar alveolus
mamae dan lemak.
b. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-
kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum)
c. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun
pada bagian dalam mamae. Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan
tampak dengan jelas.
d. Setelah pertus, pengaruh menekan dari estrogen dan
progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-
hormon hipotesis kembali antara lain lactogenic hormone (prolaktin)
yang akan dihasilkan pula. Mamae yang telah dipersiapkan pada masa
hamil terpengaruhi dengan akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi,
sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air
susu berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum. Pada hari-hari
pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein
albumin dan globulin dari benda-benda kolostrum dengan diameter
0,001-0,025 mm. Dengan menetekkan ASI. Kadar estrogen dan
gonadotropin menurun pada laktasi, akan tetapi akan meningkat lagi
pada waktu frekuensi menetekkan dikurangi umpannya bila bayi
mulai dapat tambahan makanan. Rangsangan psikis merupakan reflek
dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan sehingga
air susu dapat dikeluarkan dan pula sebagai efek sampingan,
memperbaiki involusi uterus.
Hal-hal yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI
a) Faktor anatomis buah dada
9
Bila jumlah lobulus sedikit, maka produksi air susu sedikit, karena
sel-sel yang menghisap zat makanan dari pembuluh darah akan
berkurang.
b) Faktor fisiologsi
Bila ada kelainan hormon prolaktin maka pembentukan air susu
terganggu.
c) Nutrisi ibu
Makanan dan minuman ibu mempengaruhi kualitas-kualitas air
susu kerena dalam tubuh ibu terdapat cadangan / persediaan zat gizi
yang digunakan sewaktu-waktu, kalau cadangan kurang produksi
dan kualitas ASI berkurang.
d) Faktor istirahat
Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel tubuh agar dapat
kembali termasuk sel-sel tubuh agar dpat kembali termasuk
jaringan buah dada. Bila tidak mendapatkan istirahat yang cukup
akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinnya.
Dengan demikian pembentukan dan pengeluaran air susu
berkurang.
e) Faktor hisapan anak
Hisapan anak akan merangsang kontraksi putting susu dan
kelenjar-kelenjar air susu. Hisapan anak yng tidak teratur akan
mengurangi produksi air susu.
f) Obat-obatan
Yang mempengaruhi produksi air susu adalah obat-obatan yang
mengandung hormon.
g) Psikologi
Ketegangan psikologi akan mempengaruhi organ-organ lain seperti
alat pencernaan sehingga mempengarui fungsi buah dada.
Perubahan lain pada masa nifas
a. After pains mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang
sangat mengganggu selama 2-3 post partum. Perasaan ini lebih terasa
bila wanita tersebut sedang menyusui. Perasan ini lebih terasa bila wanita
10
tersebut menyusui. Perasaan sakit itu pun timbul bila masih terdapat sisa-
sisa selaput ketuban, sisa-sisaplasenta atau gumpalan darah di dalam
kavum uteri.
b. Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 380C. Sesudah 12
jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal.
c. Nadi berkisar umumnya antara 60-80 denyutan permenit. Segera setelah
pertus dapat terjadi bradikardi. Pada masa nifas umumnya denyut nadi
lebih dibandingkan suhu badan.
d. Setelah melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah
pada ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini menimbulkan
dekompensasi kordis pada penderita vitium kordis. Untung keadaan ini
dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
kemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sedia kala.
Umumnya ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 post partum.
e. Penurunan berat badan rata-rata 6 kg sebagaiakibat pengosongan uterus
dan perdarahan yang normal, bisanya terdapat penambahan penurunan
berat badan. Selama masa nifas + 2,5 kg. Tambahan penurunan berat
badan tersebut disebabkan oleh hilangnya cairan terutama melalui urine.
f. Aspek Psikososial
1. Phase taking in
Perhatian ini terutama akan kebutuhan dirinya mungkin pasif
tergantung 1-2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya
tetapi bukan berarti tidak memperhatikan.
2. Phase taking hold
Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya,
misalnya BAB/BAK melakukan berbagai aktivitas, duduk, jalan,
ingin belajar tentang perawatan diri sendiri dan bayinya, sering
timbul kurang percaya diri.
3. Phase letting go
Terjadinya peningkatan kemandirian dalam perawatan diri dan
bayinya.
11
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina tanpa rasa nyeri (Saleha, 2009).
e) Istirahat
Ibu postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24-48 jam postpartum. Tidur siang 1-2 jam, tidur malam 6-8 jam
(Saleha, 2009)
6) Sosial Budaya
Pada umumnya, pemakaian gurita tidak perlu dari sudut
kedokteran, tetapi karena banyak ibu yang merasa lebih enak
memakainya, kita tidak melarangnya. Gurita hanya diperlukan
pada kondisi ibu yang dinding perutnya sangat longgar, ibu yang
tekanan intra abdominalnya sangat menurun pasca persalinan
(hidramnion atau kehamilan kembar) (Wirakusumah, 2012).
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Sadar, respon baik
Tanda-tanda vital :Tekanan darah : 100/60-130/60 mmHg (kenaikan
sistol tidak lebih dari 30 mmHg, distole tidak lebih dari 15 mmHg)
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36,5° C-37,5° C
Pernafasan : 16-24 x/menit (Manuaba,2010).
2. Pemeriksaan Fisik
(1) Mata
Konjungtiva merah muda, sklera putih (Manuaba, 2010).
(2) Payudara
Payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan ada nyeri
tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta
dimulainya proses laktasi (Suherni, 2009).
Penurunan kadar esterogen saat bayi lahir mendorong naiknya
kadar prolaktin. Naiknya kadar prolaktin, mendorong produksi
18
1. Lokhea rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-
sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa,
lanugo dan mekonium. Lochea ini akan keluar selama dua sampai
tiga hari postpartum.
2. Lokhea Sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir yang keluar pada hari ke tiga sampai ke tujuh pasca
persalinan.
3. Lokhea serosa dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lochea
rubra. Lokhea berbentuk serum dan berwarna merah jambu
kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke
7 sampai hari ke 14 pasca persalinan. Lochea ini mengandung
cairan serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.
4. Lokhea alba adalah lochea yang terakhir. Dimulai dari hari ke 14
kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti
sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti
cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel
desidua.
5. Lokhea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan
berbau busuk.
6. Lochiostatis adalah dimana lochea yang tidak lancar keluarnya.
(5) Ekstremitas
Sesudah melahirkan terdapat risiko thrombosis vena dan emboli
pulmoner yang nyata tetap kecil kemungkinannya terjadi. Bagian
betis harus diperiksa setiap hari untuk menemukan gejala nyeri tekan
serta panas di daerah tersebut dan kepada ibu diminta untuk
melaporkan setiap perasaan tidak enak pada tungkai.
Data Dasar
Menurut Soeparjan (2008) meliputi :
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan umur…. tahun
b. Ibu mengatakan ini kelahiran anak ……..
c. Ibu mengatakan belum pernah keguguran
d. Ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pada luka perineum
Data Objektif :
a. Keadaan Umum baik, kesadaran komposmentis
b. TTV : Tekanan darah :…… mmhg Nadi….x/menit
0
Suhu :……. C Respirasi :………...x/menit
c. Abdomen : kontraksi uterus baik, TFU…….
d. Pengeluaran pervaginam : loche rubra
e. keadaan perineum : terdapat luka jahitan/ tidak. tidak terdapat tanda-
tanda imfeksi , berbau
f. Payudara : Kolostrum sudah keluar/ belum
g. Data Penunjang
- Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa sesuai dengan
keadaan pasien (Varney, 2007). Masalah yang muncul pada ibu nifas
dengan perawatan luka penjahitan perineum post partum adalah rasa
nyeri pada luka jahitan perineum dan perut terasa mules (Soeparjan,
2008).
- Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Didapatkan dengan
menganalisa data (Varney, 2007). Kebutuhan pada ibu nifas dengan
perawatan luka penjahitan perineum post partum yaitu cara mengurangi
rasa nyeri (teknik relaksasi) (Bobak, 2012).
c. Istirahat
- Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
- Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
R/ : Kurang istirahat akan mepengaruhi kesehatan ibu
d. Perawatan Payudara, yaitu : menjaga payudara tetap bersih dan
kering, terutama puting, menggunakan BH yang menyokong
payudara, apabila puting susu lecet, oleskan ASI pada sekitar puting
setiap selesai menyusui, jika lecet berat, istirahatkan 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkandengan sendok.
R/ : memaksimalkan pengeluaran ASI
3. Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan TFU
R/ : untuk mendeteksi kelainan secara dini
4. Memfasilitasi ibu dan bayinya untuk rooming in dan mengajarkan cara
menyusui yang benar
R/: untuk mempererat hubungan ibu dan bayi
5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas (6 jam PP) yaitu :
perdarahan yang lebih dari 500 cc, kontaksi uterus lembek.
R/ : Agar ibu dan keluarga dapat mengenali tanda bahaya
6. Jadwalkan kunjungan ulang, paling sedikit 4 kali kunjungan selama masa
nifas.
R/ : Menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir
Tabel 2.11 Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1. Mencegah pendarahan masa nifas
setelah akibat atonia uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan dan rujuk jika pendarahan
berlanjut
3. Memberi konseling pada ibu atau salah
23
secara dini
Sumber : Saleha, 2012
VI. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi. Implementasi yang
komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dan rencana yang
telah disusun pada tahap-tahap perencanaan. Jenis tindakan atau
pelaksanaan bisa dikerjakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama
atau tenaga kesehatan lain (Varney, 2007).
VII. Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk
mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria evaluasi
serta untuk menilai kemampuan dalam asuhan kebidanan sebagai umpan
balik untuk memperbaiki. Dalam evaluasi digunakan teknik SOAP
(Varney, 2007)
25
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, & Chandranita, I. A., 2010. Gadar Obstetri dan Ginekologi dan
Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I., Manuaba, C. & Manuaba, Ida Bagus Gde. 2015. Pengantar Kuliah
Obtetri. EGC. Jakarta.
Suheimi, army k. 2009. Dasar dasar ilmu kebidanan. Sumatera barat : andalas
University Press
Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka Bekas Jahitan dan perut masih sering
terasa Mules
Pola Nutirisi
Ibu makan 3x sehali dengan Lauk dan Sayur serta minum air putih kurang
lebih 8 Gelas Sehari
Pola Eliminasi
Eliminasi BAK :sudah 200 ml.
Eliminasi BAB : belum
Riwayat Obsetri
Antenatal
Pemeriksaan di :Puskesmas
Kelainan/Komplikasi : tidak ada
Usia Kehamilan : 39 minggu
G.P.A : G1P1A0
Persalinan
Persalinan lahir tanggal 03 Desember 2020 Pukul : 00.12
Jenis Kelamin : perempuan
BB : 2900 gram
TB : 50 cm
Anus : Tidak ada cacat
Jenis Persalinan : spontan
Plasenta :lengkap
Perineum : terdapat Ruptur Perineum
Jahitan : dilakukan
Data Objektif
Keadaan Umum : baik
27