Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH
KESEHATAN REPRODUKSI
KEKERASAN TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN

Disusun Oleh: Kelompok 1

Anisah Wardatil Ula : (20153020003)


Dewi Amanah : (20153020009)
Dita Dwi lestari : (20153020011)
Evi Darmapuspita : (20153020017)
Kurnia Nirmalasari : (20153020025)
Lilik Yuliatin : (20153020026)
Sarah Sri rezeki : (201530200 )
Siti Asia : (20153020046)
Widati : (20153020057)

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANNGUDIA HUSADA MADURA
2021
2

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari
matakuliah Kesehatan Reproduksi tentang “Kekerasan Terhadap anak dan Perempuan”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bangkalan, 18 Maret 2021

Penulis
3

DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................2
DAFTAR ISI .....................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Khusus................................................................................................6
1.4 Mafaat Penulisan ......................................................................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................7
2.1 Kekerasan Terhadap Aanak....................................................................................7
2.1.1 Definisi Kekerasan....................................................................................7
2.1.2 Kekerasan Terhadap Anak........................................................................7
2.1.3 Faktor-faktor Kekerasan Terhadap Anak..................................................8
2.1.4 Bentuk Kekerasan Terhadap Anak............................................................9
2.2 Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah....................................................................12
2.2.1 Definisi Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah.........................................12
2.2.2 Bentuk Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah..........................................13
2.3 Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah........................................14
2.3.1 Faktor yang mempegaruhi Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah ..........14
15
2.4 Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah........................16
2.5 Dasar Hukum Tentang Kekerasan Anak di Sekolah .............................................16
2.6 Kekerasan Terhadap Perempuan............................................................................17
2.7 Jenis-jenis Kekerasan Terhadap Perempuan..........................................................17
2.8 Undang-undang kekerasan dan perlindungan perempuan dan anak......................18
2.9 Peran bidan dalam penanganan KTP......................................................................19
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................20
3.2 Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................20
4

BAB I
PENDAHULUAH

1.1 Latar Belakang


Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi
bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi,
pelecehan, dan menjadi obyek kekerasan. Biasanya kekerasan yang terjadi identik
dengan kekerasan fisik seperti penganiayaan dan juga kekerasan seksual seperti
pemerkosaan. Akan tetapi pada kenyataannya kekerasaan tersebut tidak hanya berupa
kekerasan fisik saja melainkan juga merupakan kekerasan psikis korban atau kekerasan
mental. Perempuan yang menjadi korban kekerasan umumnya berusia antara 21 keatas
dan berasal dari berbagai golongan, misalnya: ibu rumah tangga, pebisnis, dosen, dan
pejabat publik.
Perempuan yang menjadi korban kekerasan sering dianggap sebagai pihak yang
disalahkan di kalangan masyarakat padahal mereka hanyalah korban. Keberadaan
mereka sampai saat ini masih terpinggirkan dan cendrung dikucilkan. Dengan
perlakuan yang demikian, masih mampukah mereka mempertahankan eksistensi
dirinya? Mengingat lingkungan mereka sendiri telah memandang sebelah mata
terhadap mereka. Manakala masyarakat seringkali mengabaikan korban kekerasan
terhadap perempuan, dan pada kenyataannya mereka diasingkan di lingkunganya.
Berdasarkan hasil observasi awal peneliti, korban kekerasan ini mengalami gangguan
pada konsep dirinya mengingat perlakuan yang dilakukan oleh suaminya dan
lingkungan sekitarnya, sehingga mereka memerlukan tempat mereka bisa bergantung.

1.1 RumusanMasalah
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, makalah ini kami adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian kekerasan pada anak dan perempuan?
2. Apakah jenis-jenis kekersan pada anak dan perempuan?
3. Apakah bentuk kekerasan pada anak dan perempuan?
4. Apakah dampak terhadap kekerasan pada anak dan permpuan?
5. Bagaimanakah penanganan kekerasan terhadap anak dan perempuan?
5

1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami pengertian kekerasan terhadap anak dan perempuan,
penyebab kekerasan terhadap anak dan perempuan, jenis-jenis kekerasan terhadap anak
dan perempuan , penaganan kekerasan terhadap anak dan perempuan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi kekerasan pada anak dan perempuan
2. Menjelaskan definisi penyebab kekerasan pada anak dan perempuan
3. Menjelaskan definisi , jenis-jenis kekerasan terhadap anak dan perempuan
4. Menjelaskan definisi bentuk kekerasan terhadap anak dan perempuan
5. Menjelaskan definisi dampak kekerasan terhadap anak dan perempuan
6. Menjelaskan definisi penanganan kekerasan terhadap anak dan perempuan
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat memberikan pengetahuan yang didapat di tempat praktik secara nyata, yang
mungkin berbeda dari pengetahuan dan proses belajar pada pendidikan yang dapat
digunakan sebagai maksud dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
mahasiswa yang berguna dimasa mendatang, dan sebagai reperensi tentang kekerasan
terhadap anak dan perempuan
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana evaluasi dan pengetahuan serta pengalaman untuk memberikan
penanganan kekerasan terhadap anak dan perempuan
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kekerasan Terhadap Anak


2.1.1 Kekerasan
Menurut WHO, kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan,
ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang
(masyarakat) yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar
atau trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan, atau
perampasan hak.
Kekerasan merupakan perilaku yang tidak sah atau perlakuan yang salah.
Kekerasan dapat diartikan sebagai perbuatan yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain dan menyebabkan kerusakan fisik pada orang lain. Kekerasan yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan adalah kekerasan yang bertentangan dengan
hukum. Oleh karena itu, kekerasan dapat dikatakan sebuah kejahatan.
Ada empat sifat kekerasan yang dapat diidentifikasi, yaitu: pertama, kekerasan
terbuka (overt) yaitu kekerasan yang dapat dilihat seperti perkelahian. Kedua,
kekerasan tertutup (covert) yaitu kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan langsung
seperti perilaku mengancam. Ketiga, kekerasan agresif yaitu kekerasan yang tidak
untuk perlindungan tetapi untuk mendapatkan sesuatu. Keempat, kekerasan defensif
yaitu kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri.

2.1.2 Kekerasan Terhadap Anak


Kekerasan umumnya ditujukan kepada kelompok yang dianggap lemah. Anak
merupakan salah satu kelompok yang rentan mendapatkan perilaku kekerasan.
Manusia disebut sebagai anak dengan pengukuran atau batasan usia. Kondisi ini
tercermin dari perbedaan batasan usia di setiap negara. Setiap negara diberikan
peluang untuk menentukan berapa usia manusia yang dikategorikan sebagai anak. Di
Amerika Serikat menentukan batas umur antara 8-18 tahun dikatakan anak, Australia
di menentukan batas umur 8-16 tahun dikatakan anak, Inggris menentukan antara 12-
16 tahun disebut sebagai anak, Srilangka anak 8-16 tahun, Jepang dan Korea 14-20
tahun, Taiwan menentukan batasan anak 14-18 tahun, Kamboja batas usia anak 15-
18 tahun, dan negara-negara ASEAN untuk Malaysia 7-18 tahun, Singapura 7-16
tahun. Sedangkan di negara Indonesia, berdasarkan Undang-Undang Perlindungan
7

Anak No 23 Tahun 2002, bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun
termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk/ tindakan perlakuan
menyakitkan secara fisik ataupun emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking,
penelantaran, eksploitasi komersial termasuk eksploitasi seksual komersial anak yang
mengakibatkan cidera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak,
kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan
dalam konteks hubungan tanggung jawab, kepercayaan atau kekuasaaKekerasan
terhadap anak termasuk dalam perbuatan disengaja yang dapat menimbulkan kerugian
atau bahaya terhadap anak secara fisik maupun emosional.
Menurut Baker, kekerasan terhadap anak adalah tindakan melukai yang
berulang - ulang secara fisik maupun emosi terhadap anak yang ketergantungan,
melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan
permanen atau kekerasan seksual, biasanya dilakukan para orang tua atau pihak lain
yang seharusnya merawat anak.
Berdasarkan uraian tersebut, kekerasan terhadap anak merupakan perilaku
yang dengan sengaja menyakiti secara fisik dan atau psikis dengan tujuan untuk
merusak, melukai, dan merugikan anak.

2.1.3 Faktor-Faktor Kekerasan Terhadap Anak


Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu:
1. Faktor Internal
a) Berasal dalam diri anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat disebabkan oleh kondisi dan tingkah
laku anak. Kondisi anak tersebut misalnya : Anak menderita gangguan
perkembangan, ketergantungan anak pada lingkungannya, anak mengalami cacat
tubuh, retardasi mental, gangguan tingkah laku, anak yang memiliki perilaku
menyimpang dan tipe kepribadian dari anak itu sendiri.
b) Keluarga / orang tua
Faktor orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya
kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki pola
asuh membesarkan anaknya dengan kekerasan atau penganiayaan, keluarga
yang sering bertengkar mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap anak
yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga yang tanpa masalah, orangtua
8

tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak


karena faktor stres yang dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga
belum memiliki kematangan psikologis sehingga melakukan kekerasan
terhadap anak, riwayat orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga
memungkinkan melakukan kekerasan pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
a) Lingkungan luar
Kondisi lingkungan juga dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan
terhadap anak, diantaranya seperti kondisi lingkungan yang buru terdapat
sejarah penelantaran anak, dan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam
lingkungannya.
b) Media massa
Media massa merupakan salah satu alat informasi. Media massa telah menjadi
bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dan media ini tentu mempengaruhi
penerimaan konsep, sikap, nilai dan pokok moral. Seperti halnya dalam media
cetak menyediakan berita – berita tentang kejahatan, kekerasan, pembunuhan.
Kemudian media elektronik seperti radio, televisi, video, kaset dan film
sangat mempengaruhi perkembangan kejahatan yang menampilkan adegan
kekerasan, menayangkan film action dengan perkelahian, acara berita kriminal,
penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga. Pada
hakekatnya media massa memiliki fungsi yang positif, namun kadang dapat
menjadi negatif.
c) Budaya
Budaya yang masih menganut praktek – praktek dengan pemikiran bahwa
status anak yang dipandang rendah sehingga ketika anak tidak dapat memenuhi
harapan orangtua maka anak harus dihukum. Bagi anak laki – laki, adanya nilai
dalam masyarakat bahwa anak laki – laki tidak boleh cengeng atau anak laki –
laki harus tahan uji. Pemahaman itu mempengaruhi dan membuat orangtua
ketika memukul, menendang, atau menindas anak adalah suatu hal yang wajar
untuk menjadikan anak sebagai pribadi yang kuat dan tidak boleh lemah.
9

2.1.4 Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Anak


Ada beberapa jenis-jenis kekerasan terhadap anak, meliputi:
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan yang mengakibatkan cidera fisik nyata ataupun potensial terhadap anak
sebagai akibat dari tindakan kekerasan yang dilakukan orang lain.
2. Kekerasan Seksual
Kekerasan terhadap anak dalam kegiatan seksual yang tidak dipahaminya. Kekerasan
seksual meliputi eksploitasi seksual dalam prostitusi atau pornografi, perabaan,
memaksa anak untuk memegang kemaluan orang lain, hubungan seksual, perkosaan,
hubungan seksual yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan darah
(incest), dan sodomi.
3. Kekerasan Emosional
Suatu perbuatan terhadap anak yang mengakibatkan atau sangat mungkin akan
mengakibatkan gangguan kesehatan atau perkembangan fisik, mental, spiritual,
moral dan sosial. Contohnya seperti pembatasan gerak, sikap tindak yang
meremehkan anak, mengancam, menakut-nakuti, mendiskriminasi, mengejek atau
menertawakan, atau perlakuan lain yang kasar atau penolakan.
4. Penelantaran anak
Ketidakpedulian orang tua atau orang yang bertanggung jawab atas anak pada
kebutuhan mereka. Kelalaian di bidang kesehatan seperti penolakan atau penundaan
memperoleh layanan kesehatan, tidak memperoleh kecukupan gizi dan perawatan
medis. Kelalaian di bidang pendidikan meliputi pembiaran mangkir (membolos)
sekolah yang berulang, tidak menyekolahkan pada pendidikan yang wajib diikuti
setiap anak, atau kegagalan memenuhi kebutuhan pendidikan yang khusus. Kelalaian
di bidang fisik meliputi pengusiran dari rumah dan pengawasan yang tidak memadai.
Kelalaian di bidang emosional meliputi kurangnya perhatian, penolakan atau
kegagalan memberikan. perawatan psikologis, kekerasan terhadap pasangan di
hadapan anak dan pembiaran penggunaan rokok, alkohol dan narkoba oleh anak.
5. Eksploitasi anak
Penggunaan anak dalam pekerjaan atau aktivitas lain untuk keuntungan orang lain,
termasuk pekerja anak dan prostitusi. Kegiatan ini merusak atau merugikan
kesehatan fisik dan mental, perkembangan pendidikan, spiritual, moral dan sosial -
emosional anak.
10

2.2 Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah


2.2.1 Definisi
Kekerasan terhadap anak di sekolah adalah segala bentuk perilaku yang
mengakibatkan ketidaknyamanan fisik dan non fisik pada peserta didik atau pendidik.
Bentuk kekerasan yang menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti memukul,
menampar, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak dan melukai
dengan tangan kosong atau menggunakan sesuatu benda. Sedangkan bentuk kekerasan
yang menyebabkan ketidaknyamanan non fisik/mental antara lain berteriak, menghina,
mengancam, merendahkan, mengatur, menguntit dan memata-matai, serta tindakan-
tindakan lain yang menimbulkan rasa takut, cemas dan was-was.
Kekerasan di sekolah merupakan perilaku yang memuat pemaksaan,
kekuasaan, dan pelanggaran aturan yang terjadi dalam lembaga pendidikan formal

2.2.2 Bentuk-Bentuk Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah


Bentuk-bentuk kekerasan anak di sekolah meliputi:
1. Kekerasan Fisik
Kekerasan ini yang paling mudah dikenali, karena dapat dilihat dengan kasat mata
dan dirasakan oleh tubuh. Kekerasan ini meliputi memukul, menendang, menjewer,
mencubit, menghukum dengan berlari memutari lapangan atau berjemur di
lapangan, menghukum dengan push-up puluhan kali, dsb.
2. Kekerasan Psikologi
Kekerasan jenis ini tidak mudah dikenali, karena akibat yang dirasakan korban
tidak nampak jelas bagi orang lain. Kekerasan ini meliputi penggunaan kata-kata
kasar, mengejek, membentak, mengancam, dsb.
3. Kekerasan Sosial
Kekerasan anak secara sosial dapat mencakup penelantaran anak. Penelantaran
dapat berupa anak dikucilkan atau diasingkan dari lingkungannya.
4. Kekerasan Seksual
Segala tindakan yang muncul dalam bentuk paksaan atau mengancam untuk
melakukan hubungan seksual, contohnya seperti perkosaan. Kekerasan yang berupa
perlakuan tidak senonoh dari orang lain, contohnya seperti pelecehan seksual, baik
melalui sentuhan, perabaan, kata-kata maupun gambar-gambar.
11

2.3 Faktor Penyebab Kekerasan Terhadap Anak Di Sekolah


Kekerasan yang terjadi di sekolah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Faktor Internal
a. Diri Anak
Terjadinya kekerasan terhadap anak dapat disebabkan dari sikap anak itu sendiri.
Sikap anak tidak bisa lepas dari dimensi psikologis dan kepribadian. Contoh, anak
berusaha mencari perhatian dengan bertingkah yang memancing amarah, ataupun
agresifitas. Sebaliknya, bisa juga perasaan inferioritas dan tidak berharga di
kompensasikan dengan menindas pihak lain yang lebih lemah supaya dirinya
merasa hebat. Anak yang tempramen, aktif, dan impulsif lebih mungkin untuk
melakukan kekerasan dibandingkan dengan anak yang pasif dan pemalu.
Kemudian, anak yang mengalami kecacatan fisik, mengalami gangguan perilaku
ataupun gangguan mental emosional merupakan kelompok yang rentan terhadap
tindak kekerasan.
b. Keluarga / orang tua
Orang tua atau keluarga memegang peranan penting terhadap terjadinya
kekerasan pada anak. Beberapa contoh seperti orang tua yang memiliki pola asuh
membesarkan anaknya dengan kekerasan atau penganiayaan, keluarga yang sering
bertengkar mempunyai tingkat tindakan kekerasan terhadap anak yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keluarga yang tanpa masalah, orangtua tunggal lebih
memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak karena faktor stres
yang dialami orang tua tersebut, orang tua atau keluarga belum memiliki
kematangan psikologis sehingga melakukan kekerasan terhadap anak, riwayat
orang tua dengan kekerasan pada masa kecil juga memungkinkan melakukan
kekerasan pada anaknya.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari anak alami, juga
membawa dampak terhadap munculnya kekerasan. Misalnya, lingkungan rumah
yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya
narkoba). Begitu pula lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk
belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan
pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih
senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman- temannya. Berteman
12

dengan teman yang terlibat atau bergabung dengan anak-anak yang nakal dapat
mempengaruhi terjadinya tindakan kekerasan.
b. Media Massa
Anak yang terlalu sering menonton tayangan televisi yang banyak berbau kekerasan
dapat mengakibatkan dirinya terdorong untuk mengimitasi perilaku kekerasan
yang ada di televisi. Sebab, dalam tayangan tersebut menampilkan kekerasan
yang diasosiasikan dengan
kesuksesan, kekuatan dan kejayaan seseorang. Akibatnya, dalam pola berpikir
muncul premis bahwa jika ingin kuat dan ditakuti, pakai jalan kekerasan.
c. Sistem Pengajaran
Sekolah bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi
sesuatu. Akan tetapi, sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas
pengajarannya. Guru memainkan peranan paling penting dalam hal ini. Sayangnya,
guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh
otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk
berbeda) dalam “mendidik” siswanya. Masih terdapat anggapan yang keliru pada
guru bahwa kekerasan baik fisik, verbal maupun psikis dapat merubah perilaku
siswa. Selain itu, muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif
dan cenderung mengabaikan kemampuan afektif tidak menutup kemungkinan
suasana belajar jadi penuh dengan tekanan, dan pihak guru pun kesulitan dalam
menciptakan suasana belajar mengajar yang menarik.

2.4 Dampak Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah


Kekerasan yang terjadi terhadap anak di sekolah dapat mengakibatkan dampak
sebagai berikut:
1. Dampak Fisik
Dampak dari kekerasan secara fisik dapat mengakibatkan organ-organ tubuh siswa
mengalami kerusakan seperti memar, luka-luka, trauma pada korban, kecacatan,
bahkan dapat mengakibatkan korban meninggal.
2. Dampak psikologis
Dampak psikologis dapat berupa rasa takut, rasa tidak aman, gelisah, dendam,
menurunnya semangat belajar, hilangnya konsentrasi, menjadi pendiam, serta mental
anak menjadi lemah, menurunnya rasa percaya diri, bahkan depresi. Dampak
psikologi dapat dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat. Dampak psikologi ringan
13

seperti resistensi terhadap lingkungan. Dampak psikologi sedang seperti pendiam,


menutup diri atau dikenal dengan introvert. Dampak psikologi yang berat seperti
bunuh diri.
3. Dampak seksual
Siswa yang mengalami kekerasan seksual seperti perkosaan bisa saja akan
menimbulkan dampak dalam jangka panjang seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, gangguan/kerusakan organ
reproduksi.

2.5 Upaya Pencegahan Terhadap Tindak Kekerasan di Sekolah


Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah tindak kekerasan di sekolah:
1. Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam mencegah tindak kekerasan salah
satunya menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah.
2. Mensosialisasikan tindakan - tindakan yang tergolong sebagai kekerasan terhadap
anak beserta peraturan - peraturannya.
3. Mensosialisasikan pada anak bahaya kekerasan yang mengancam mereka sehingga
anak dapat menghindari bahaya kekerasan.
4. Memberi dorongan kepada siswa untuk melaporkan kekerasan yang di alami. Beri
pemahaman kepada siswa bahwa melaporkan tindak kekerasan di sekolah akan
mencegah akibat yang lebih buruk. Pencantuman nomor telepon guru atau kepala
sekolah, di sudut-sudut sekolah memudahkan siswa untuk melaporkan tindak
kekerasan. Lindungi dan berikan penghargaan siswa-siswa yang melaporkan tindak
kekerasan.
5. Membentuk atau menjalin kerjasama antara kepala sekolah, guru, dan orangtua
siswa. Kerjasama yang lebih dalam berbagai program yang intens antara guru, kepala
sekolah dan orang tua harus ditingkatkan.
6. Menjalin komunikasi yang efektif antara orangtua dan guru. Komunikasi antara guru
atau kepala sekolah tidak hanya sebatas masalah akademik atau keuangan saja tetapi
yang lebih dalam menyangkut aktivitas anak di sekolah. Aktivitas siswa baik
kegiatan intra kurikuler ataupun ekstra kurikuler dapat dijadikan topik dalam
menjalin komunikasi dengan orang tua siswa.
7. Orangtua menerapkan pola asuh yang menekankan dukungan daripada hukuman.
Hukuman tidak selamanya efektif membangun karakter siswa. Tidak sedikit
hukuman yang menimbulkan ketakutan, trauma dan dendam pada siswa sehingga
14

menimbulkan gangguan psikologis bagi siswa. Menyadarkan orang tua dan


pendidik tentang pentingnya pendekatan yang memotivasi siswa untuk berubah
adalah hal yang sangat penting.
8. Penegak hukum harus lebih serius menindak lanjuti laporan - laporan kekerasan
terhadap anak hingga tuntas.
2.6 kekerasan Terhadap perempuan
Kekerasan terhadap perempuan” dalam Undang-undang Nomor UU No 23 Tahun
2004 didefinisikan sebagai setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga.
Setiap perbuatan yang dikenakan pada seseorang semata-mata karena dia
perempuan yang berakibat atau dapat menyebabkan kesengsaraan/penderitaan secara fisik,
psikologis atau seksual. Termasuk juga ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di muka umum
maupun dalam kehidupan pribadi. (pasal 1, Deklarasi Internasional Penghapusan
Kekerasan terhadap Perempuan, 1993).
2.7 jenis-jenis kekerasan terhadap perempuan
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik meliputi segala bentuk kekerasan yang menyakiti fisik, mulai dari
dorongan, cubitan, tendangan, jambakan, pukulan, cekikan, bekapan, luka bakar,
pemukulan dengan alat pemukul, kekerasan dengan benda tajam, siraman air panas
atau zat kimia, menenggelamkan dan penembakan.
2. Kekerasan psikologis
Menurut Pasal 7 UU No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga, kekerasan psikologis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, 
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak
berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Berbagai bentuk kekerasa psikologis antara lain, penghinaan, komentar-komentar
yang menyakitkan atau merendahkan diri, mengurung seseorang dari dunia luar,
mengancam atau menakut-nakuti.
15

3. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah setiap penyerangan atau kekerasan yang bersifat seksual,
baik telath terjadi persetubuhan atau tidak,  baik ada atau tidaknya hubungan antara
korban dan pelaku kekerasan.
2.8 Undang-Undang Tentang Kekerasan dan Perlindungan Perempuan dan Anak

Perlindungan hukum adalah suatu upaya melindungi hak setiap orang untuk
mendapatkan perlakuan dan perlindungan yang sama oleh hukum dan undang-
undang, oleh karenanya untuk setiap pelanggaran hukum yang dituduhkan padanya
serta dampak yang diderita olehnya ia berhak untuk mendapatkan perlindungan
hukum yang diperlukan sesuai dengan asas hukum.
Dalam upaya memberikan perlindungan hukum bagi perempuan, Perserik atan
Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan Deklarasi Penghapusan Diskriminasi
Terhadap Perempuan, yang memuat hak dan kewajiban berdasarkan persamaan hak
dengan laki-laki. Berdasarkan deklarasi ini komisi PBB tentang Kedudukan
Perempuan menyusun rancangan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women–CEDAW). Pada tanggal 18 Desember 1979, Majelis
Umum PBB menyetujui Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Perempuan. Karena konvensi tersebut tidak bertentangan dengan Pancasila
maupun UUD 1945, maka Pemerintah Republik Indonesai ikut menanda tangani
konvensi tersebut dan diratifikasi dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi mengenai Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
Dapat dikatakan bahwa perempuan berhak untuk menikmati dan memperoleh
perlindungan hak asasi manusia dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, sipil,
dan bidang-bidang lainya.
Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan perempuan dan anak
diantaranya adalah:
1. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 sebagai perubahan atas UU No 23 tahun
2002 tentang Perlindungan Anak.
2. Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga
3. Peran Bidan dalam Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
16

Kemampuan yang harus dimiliki bidan agar dapat berperan dalam mengatasi masalah
kekerasan terhadap perempuan dan penanganan korban
a. Memahami masalah kekerasan terhadap perempuandan ketidak berdayaan korban,
yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi perempuan
b. Dapat memeberikan penyuluhan yang tepat dan menyakinkan perempuan bahwa
berbagai bentuk penyalahgunaan atau kekerasan terhadap pasangan tidak dapat
diterima dan karena nya tidak ada perempuan yang pantas untu dipukul, dipaksa dalam
berhubungan seksual atau didera secara emosional.
c. Dapat melakukan anamnesis/bertanya kepada korban tentang kekerasan yang dialami
dengan cara simpatik, sehingga korban merasa mendapat pertolongan.
d. Dapat memberikan rasa empati dan dukungan terhadap korban
e. Dapat memberikan pelayanan medis, konsseling, visum, yangb sesuai dengan
kebutuhan, merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dengan cepat dan tepat.
f. Memberikan pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya sesuai dengan kebutuhan, serta mencegah dampak serius terhadap kesehatan
reproduksi korban.
g. Dapat mengindentifikasi korban kekerasan dan dapat menghubungkan mereka dengan
pelayanan dukungan masyarakat lainya misalnya politik LSM dan bantuan lainnya.

2.9 PERAN BIDAN DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KTP :


2.9.1 Upaya pencegahan terhadap korban kekerasan di tiap tingkat pelayanan
Pelayanan kesehatan dilakukan di tingkat kesehatan dasar dan rujukan yang perlu
didukung adalah kegiatan di masyarakat oleh Bidan.
1. Kegiatan pelayanan di tingkat masyarakat
Bidan berperan menyebarluaskan informasi yang ditujukan kepada masyarakat
khususnya kepada kader kesehatan dan tokoh masyarakat agar mereka mampu
merespon secara simpatik terhadap korban KTP . kegiatan dilakukan oleh bidan
dengan memanfaatkan forum yang telah ada atau pelatihan yang sudah ada berupa:
 Mengenakan masalah KTP dan bentuk hubungan / interaksi yang sehat dalam
keluarga
 Mempromosikan hubungan suami istri yang sehat dan alternative penanganan
KTP melalui pendidikan agama .
 Memberikan dukungan emosional dan spiritual kepada korban KTP.
17

Selanjutnya secara bertahap dapat diperluas oleh bidan :


 memberi dukungan agar kader/tokoh masyarakat menjadi agen pembaharu di
masyarakat melalui penyuluhan di masyarakat dan pembahasan/identifikasi
tentang norma dan sikap masyarakat yang berisiko dan protektif terhadap
kejadian KTP.
 Mengikutsertakan kader kesehatan dalam pelatihan agar dapat menjadi
kelompok pendukung bagi korban KTP.
 Memberi dukungan kepada kader agar mau mendampingi korban dalam mencari
pertolongan
2. Kegiatan pelayanan di tingkat pelayanan dasar
Tindakan yang perlu dilakukan dii tingkat pelayanan dasar adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang KTP
b. Selalu melatih diri mereka dalam mengidentifikasi korban KTP dan cara
pencegahan dan penanganannya
c. Mencatat kasus KTP secara baik dan membuat catatan penanganan dan
penyelamatan yang dilakukan
d. Melibatkan organisasi wanita setempat misalnya kelompok PKK, pengajian ,arisan
dan lain-lainnya dalam penanganan korban kekerasan.
e. Menayangkan poster dan alat KIE lainnya diruang tunggu praktek bidan baik
Polindes, Rumah bersalin, Praktik perorangan, Puskesmas dimana bidan bertugas.
3. Pelayanan ditingkat rujukan primer :
1) Melatih bidan untuk mengenali dan menanggapi korban KTP secara memadai
2) Mengupayakan rencana penyelamatan diri dan pencatatan kasus
3) Memasang poster dan pamphlet di ruang tunggu
4) Melakukan skrining terhadap KTP terhadap kelompok tertentu , misalnya pasien
kebidanan , pasien unit gawat darurat, dan pasien kesehtan jiwa
5) Menyusun prosedur tetap untuk penanganan korban KTP.
6) Memasukan pertanyaan tentang KTP kedalam format pencatatan data klien yang
sudah ada.
7) Mengorganisasi kelompok wanita dengan perempuan yang sudah pernah menjadi
dan memberi bantuan korban KTP, agar mampu mandiri serta meminjamkan
tempat kepada kelompok wanita untuk membantu perempuan korban kekerasan.
8) Koordinasi dengan kelompok wanita setempat untuk menyediakan pelayanan
melalui telepon
18

9) Mengadakan pelayanan khusus dengan privasi yang tinggi untuk korban perkosaan.

2.9.2 UPAYA KIE  DALAM PENCEGAHAN KTP  OLEH BIDAN


Strategi KIE yang dapat dilakukan oleh bidan dalam penanganan KTP dapat dilakukan
menurut sasaran yang dituju, antara lain :
1. Kelompok dewasa
a. Melakukan sarasehan dan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan dan menolak
kekerasan sebagai cara untuk memecahkan masalah, terutama dalam rumah tangga.
b. Memberi penyuluhan tentang jenis kekerasan dan akibatnya bagi keluarga dan
masyarakat
c. Melakukan promosi tentang sikap yang mendukung dan atau tidak menyalahkan
korban melalui berbagai media
d. Memasukan materi tentang kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan kepada
penyuluhan-penyuluhan berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang dilakukan bidan
e. Mengupayakan agar semua materi KIE yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
selalu mempromosikan kesetaraan gender melalui penampilan wanita yang berdaya
dan pasangan pria yang melindungi
f. Melakukan kampanye pencegahan penyalahgunakan obat dan alcohol.
2. Kelompok remaja :

a. Memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja yang meliputi norma

gender dan pencegahan perilaku seksual yang membahayakan.

b. Melakukan pembahasan mengenai hubungan pria-wanita, cinta tentang kecemburuan 

dan kekarasan , pendidikan hak perempuan bagi remaja putri.

3. Kelompok anak-anak

1) Melakukan dukungan KIE melalui sekolah dan luar sekolah tentang keterampilan
dalam menghadapi masalah sehari-hari , termasuk mengatasi konflik , membangun
hubungan interpersonal yang sehat dan keamanan diri di sekolah maupun dalam
rumah tanga.
2) Melakukan kampanye anti kekerasan , dengan promosi “ tangan bukan untuk memuku
19

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bahwa Kekerasan terhadap perempuan tindakan kekerasan
berbasis gender yang mengakibatkan, atau mungkin mengakibatkan, bahaya seksual dan
mental fisik atau penderitaan perempuan, termasuk ancaman tindakan seperti itu,
pemaksaan atau perampasan sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau
dalam kehidupan pribadi. Yang meliputi kekerasan pasangan intim, Kekerasan seksual,
Pemerkosaan, kekerasan pasangan intim, Kekerasan fisik, kekerasan seksual yang
menimbulkan risiko pada perempuan antara lain penyakit HIV dan penyakit kelamin
lainya, BBLR, Abortus, Penggunaan alkohol dan obat terlarang, stres sampai bunuh diri
karena hal tersebut perlu adanya pencegahan kekerasan terhadap perempuan yang
melibatkan masyarakat, sekolah dan pasangan masing-masing.

3.2 Saran
Kekerasan terhadap perempuan di Indonesia harus di tindak lanjuti harus kita perhatikan
jangan di abaikan,jangan rendahkan perempuan di Indonesia.
20

DAFTAR PUSTAKA

https://cewekbanget.grid.id/read/06870763/kenali-jenis-jenis-kekerasan-terhadap-
perempuan-yuk-?page=all.
https://osf.io/xqsp5/download/?format=pdf.
https://osf.io/xqsp5/download/?format=pdf.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.undip.ac.id/46181/3/DEBY_PRISCIKA_PUT
RI_22010111110152_LapKTI_BAB2.pdf&ved=2ahUKEwidueTY_LbvAhXOILcAHXJ
QAf0QFjAAegQIARAC&usg=AOvVaw0Si-WuUjlAo7fbpSF3INp7

Anda mungkin juga menyukai