Oleh kelompok 4 :
Rofiatul ( 20153010025 )
2022
Lampiran 2. Lembar penyataan ( dilampirkan dalam makalah)
Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang
telah dituliskan dalam referensi,serta tidak ada seorang pun yang membuatkan makalah ini
untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.
Rofiatul 20153020025
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu dan
mengerti tentang “Perencanaan dan strategi pemberdayaan dukun" . Meskipun banyak
tantangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil
Menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluruskan penulisan
makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan kontribusi positif dalam proses pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan kritik
dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini untuk ke depannya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi peningkatan proses belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita
bersama. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A. Definisi Dukun.......................................................................................
B. Fungsi Dukun.......................................................................................
C. Peran Dukun.......................................................................................
D. Kelebihan Dan Kekurangan Dukun.........................................................
A. Aras Makro...........................................................................................
B. Aras Mezzo...........................................................................................
C. Aras Mikro...........................................................................................
A. Fasilitator............................................................................................
B. Mediator...........................................................................................
C. Bloker................................................................................................
D. Pembela............................................................................................
E. Pelindung........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bukunya, Edi Suharto menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu cara dengan
mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya.
Peranan dukun di masyarakat dalam menolong seorang ibu dalam masa kehamilan, persalinan
dan sesudah persalinan berkaitan erat dengan budaya dan kebiasaan setempat. Dukun bayi
kebanyakan merupakan orang yang dikenal banyak di desa, dihormati, dianggap sebagai orang
tua dan dipercaya serta berpengalaman. Meskipun dukun mampu menolong persalinan namun
dukun tidak memiliki pengetahuan klinis mengenai persalinan yang aman sehingga diperlukan
adanya pembinaan dan pemberdayaan pada dukun untuk menurunkan angka kematia ibu dan
anak.
Aras Mikro, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap klien secara individu yang
mana melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention. Dengan tujuan
untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.
Aras Mezzo, pemberdayaan pada aras ini dilakukan terhadap sekelompok klien yang
mana menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, pengetahuan
dan keterampilan merupakan strategi dalam meningkatkan kesadaran dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
Aras Makro, aras ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena perubahannya lebih
terhadap lingkungan yang lebih luas seperti perumusan kebijakan, kampanye, aksi sosial, dan
pengorganisasian masyarakat. Aras ini juga memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan juga untuk memilih serta
menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
1. Bagaimana strategi aras mikro, aras makro, dan aras Mezzo dalam pemberdayaan dukun?
2. Apa yang dimaksud survey kebutuhan dukun, penyusunan kompetensi dukun, dan
penyusunan materi pelatihan dukun dalam pembinaan materi?
3. Apa yang dimaksud dengan pendampingan sosial dukun?
4. Apa yang dimaksud dengan bidang peran pendampingan?
5. Bagaimana peran fasilitator, mediator, bloker, pembela , dan pelindung sebagai
pendampingan?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami strategi mikro, makro, dan Mezzo dalam pemberdayaan
dukun
2. Untuk mengetahui dan memahami survey kebutuhan dukun, penyusunan Kompetensi
dukun, dan penyusunan materi pelatihan dukun dalam materi pembinaan dukun
3. Untuk mengetahui pendampingan sosial dukun
4. Untuk mengetahui bidang tugas pendampingan dukun
5. Untuk mengetahui dan memahami peran fasilitator, mediator, bloker, pembela, dan
pelindung sebagai pendamping
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI.
1994 : 2).
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang
mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara tradisional dan
memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar secara praktis atau cara
lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan.
Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan kemampuan ini
diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya
(Kusnada Adimihardja).
Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :
1) Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
2) Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
3) Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
4) Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri
sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
5) Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.
Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga
kesehatan yang dinyatakan lulus.
2) Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga
kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
B. Fungsi Dukun
Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi, ialah fungsi
utama dan fungsi tambahan. Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan pertolongan
persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung fungsi utamanya, maka fungsi tambahan
dapat dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
pelayanan kesehatan. Dalam kerangka program KIA, fungsi dukun bayi meliputi:
Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan mereka terlibat secara
aktif di posyandu setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun bayi di posyandu diserahkan
kepada dukun bayi sendiri dan pengaturan dukun bayi di masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan kematian bayi dan
anak, akan lebih berhasil bila mengikutsertakan masyarakat. dukun bayi adalah salah satu
warga masyarakat yang sangat potensial dalam upaya tersebut.
C. Peran Dukun
1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :
a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat memberikan
pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu
selama proses persalinan berlangsung.
b. Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
c. Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan benar
d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya dalam
persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.
2. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
3. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya
D. Kelebihan dan Kekurangan Dukun
Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat. Terdapat
kelebihan dan kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
1. Kelebihan
Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
Persalinan dilakukan di rumah
Biaya murah dan tidak ditentukan.
2. Kekurangan
Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru
lahir.
Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program
pemerintah. (Pedoman Supervise Dukun Bayi, 1992)
A. Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stres
manajemen, krisis intervensi. Tujuan utamanya adalah membeimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang
berpusat pada tugas.
Pada aras mikro peran utama pekerja sosial adalah sebagai pialang yang menghubungkan klien
dengan sumber – sumber yang tersedia pada lingkungan sekitar.
Sebagai pialang social utama yang dilakukan pekerja social adalah manajement kasus (case
manajement) yang mengkoordinasikan berbagai pelayanan social yang disediakan oleh
beragam penyedia. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan meliputi:
Strategi mikro yang dilakukan dalam pembinaan dukun adalah dengan melakukan pendekatan
kepada dukun oleh kader posyandu agar mau bermitra dengan bidan. Dalm hal ini dukun akan
dialihfungsikan perannya sebagai penolong persalinan kepada bidan, tetapi tetap berperan
dalam merawat ibu selama masa kehamilan, mendampingi selama persalinan (dengan
melakukan ritual adat dan kegamaan untuk membuat ibu merasa lebih tenang dan aman) dan
merawat ibu dan bayi setelah persalinan (masa nifas). Dalam kata lain kegiatan bidan
mencakup aspek medis dan kegiatan dukun mencakup aspek non medis. Peran kader posyandu
sangat besar, selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai
penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih
sehat dimana salah satu program utamanya adalah kesehatan ibu dan anak kader posyandu
juga bisa menjadi elemen yang dapat memediasi pembetukan kemitraan antara dukun dan
bidan bahkan dalam jangka panjang peran kader posyandu tersebut dapat juga menjaga
komitmen dukun bayi untuk tetap bermitra.
Dalam tahapan ini kader posyandu akan mengajak dukun bayi untuk memberdayakan tradisi
setempat yang positif berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak dan menghilangkan kebiasaan
buruk yang dilakukan pada ibu hamil, menyusui, nifas, dan bayi baru lahir serta mendorong
dukun untuk mengunjungi posyandu, pustu, poskesdes ataupun puskesmas sehingga dukun
bayi dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan rutin bulanan kader posyandu.
Jika ada kemungkinan dukun bayi tidak mau bermitra dengan bidan, bidan dapat melakukan
pendekatan dengan sering melakukan kunjungan dengan dukun yang tidak mau bermitra (bisa
dilakukan bersama perangkat desa, tokoh masyarakat, dukun bayi yang sudah bermitra, kader
posyandu) untuk memberi pemahaman bahwa tidak sepenuhnya digantikan oleh bidan dan
menginformasikan berbagai keuntungan yang didapat dukun bayi yang mau bermitra (insentif
berupa uang, pelatihan-pelatihan, sertifikat, seragam, perlengkapan penyuluhan, kesempatan
magang di pustu atau puskesmas dan lain-lain).
B. Aras Mezzo
Strategi mezzo yang bisa dilakukan untuk pemberdayaan dukun adalah dengan melakukan
pelatihan dan pembinaan kepada sekelompok dukun yang sudah mau bermitra dengan bidan
yang dilakukan oleh bidan. Pembinaan yang dapat dilakukan antara lain pembinaan tentang
cara menyusui yang benar, cara perawatan payudara, perawatan bayi dan balita, pemberian
makanan pendamping ASI bayi dan balita, pengenalan tanda-tanda bahahaya dan komplikasi
pada ibu hamil sehingga bisa dilakukan rujukan sesegera mungkin ke bidan atau tenaga medis
terkait. Selain itu bisa juga diadakan lokakarya kemitraan bidan, dukun dan kader posyandu di
tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten atau dalam bentuk kegiatan lain sekaligus
memberikan dukungan utamanya dukungan program, anggaran dan dukungan moral dari
kepala daerah karena hal ini sangat berpengaruh dalam memecah kebekuan relasi antara
bidan dan dukun. Bentuk kegiatan untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak dapat
dilakukan melalui konsultasi dan koordinasi intensif dengan kepala daerah maupun dalam
bentuk audiensi kepada DPRD Kabupaten/Kota.
C. Aras Makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasaran perubahan diarahkan
pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye,
dan aksi sosial. Lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan manajemen konflik adalah
beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar
memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi
mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Strategi makro yang bisa dilakukan untuk pemberdayaan dukun setelah pealatihan dan
pembinaan dilakukan adalah pemerintah menetapkan kebijakan resmi bahwa setiap persalinan
ibu harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan tentang kemitraan bidan dan dukun bayi yang
disosialisasikan kepada pemerintah di daerah, bidan, kader serta dukun terkait dan
menetapkan beberapa regulasi terkait tentang pelayanan kesehatan seperti :
Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan bidan yang berkualitas di setiap desa,
fasilitas kesehatan yang memadai serta tersedianya akses yang mudah menuju sarana
kesehatan, sehingga dalam hal ini dukun bisa menjadi lebih percaya kepada pemerintah.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang di anggap paling dekat dengan masyarakat.
Mekanisme pembentuakan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena
kader yang akan di bentuk terlebih dahulu harus di berikan pelatihan kader. Pelatihan kader
diberikan kepada calon kader di desa yang telah di tetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan
kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan
bersama. Mengumpulkan Toma dan Toga dalam suatu pertemuan dengan tujuan menjelaskan
bahwa menjadi kader itu merupakan suatu tindakan yang sangat mulia karena perannya yang
sangat penring di masyarakat. Menjelaskan bahwa kader merupakan tugas tanpa pamrih
dimana seorang kader menjalankan tugasnya untuk kepentingan seluruh masyarakat yang ada
di lingkungannya. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4 – 5 orang
untuk tiap posyandu.
Dukun bayi merupakan seseorang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan
perawatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pembinaan dukun adalah suatu
pelatihan yang diberikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada
peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal higiene sanitasi, yaitu
mengenai perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang perawatan kehamilan, deteksi
dini terhadap risiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian.
Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-
masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk
mengikuti pembinaan.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai
berikut:
Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
Pendamping adalah bidan yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktivitas
bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan-tahapan dalam sebuah program
pembangunan.
Peran bidan sebagai fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan
teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader,
tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang kearah pencapaian tujuan yang diinginkan. Nilai -
nilai universal dalam fasilitasi :
1) Demokrasi
2) Tanggung Jawab
3) Kerjasama
4) Kejujuran
5) Kesamaan Derajat
Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga memiliki
peran sebagai berikut:
Melakukan penggalangan solidaritas masyarakat untuk berperan dalam
pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
Mendorong anggota masyarakat untuk mampu mengungkapkan
pendapatnya dan berdialog dengan sesame anggota masyarakat, tokoh/
pemuka masyarakat, petugas kesehatan, serta unsur masyarakat lain yang
terlibat dalam pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga.
Melakukan koordinasi pelaksanaan Dusun Siap Antar Jaga
Bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi
(dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang
diinginkan( Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan
aktifitas bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah
program pembangunan. ( Bidang tugas pendampingan )
A. Fasilitator
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan
mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktik kebidanan. Bidan Sebagai Fasilitator adalah
bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi
(dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang
diinginkan.
Fasilitas juga diartikan sebagai proses sadar, sepenuh hati dan sekuat tenaga membantu
kelompok sukses meraih tujuan terbaiknya dengan taat pada nilainilai dasar partisipasi (PNPM
Mandiri,2008).
Pendamping adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas
bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah program
pembangunan. Nilai-nilai universal dalam fasilitasi :
a. Demokrasi
b. Tanggung Jawab
c. Kerjasama
d. Kejujuran
e. Kesamaan Derajat
Peran Fasilitator Dusun (Bidan atau Kader) Fasilitator selaku ketua dalam pelaksanaan Dusun
Siap Antar Jaga memiliki peran sebagai berikut:
Barker (1987) dalam Heryanto 2016 memberi definisi fasilitator sebagai tanggung jawab untuk
membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional.
a. Pemberian harapan
b. Pengurangan penolakan atau ambivalensi
c. Pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan
d. Pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan asetaset sosial.
e. Pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan
pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya
B. Mediator
Pekerja sosial sering melakukan peran mediator dalam berbagai kegiatan pertolongannya.
Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan
mengarah pada konflik antara berbagai pihak. Lee dan Swenson (1986) memberikan contoh
bahwa pekerja sosial dapat memerankan sebagai “fungsi kekuatan ketiga” untuk menjembatani
antara anggota kelompok dan sistem lingkungan yang menghambatnya. Kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan dalam melakukan peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi,
pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upaya
yang dilakukan pada hakekatnya diarahkan untuk mencapai “solusi menang-menang” (win-win
solution). Hal ini berbeda dengan peran sebagai pembela dimana bantuan pekerja sosial
diarahkan untuk memenangkan kasus klien atau membantu klien memenangkan dirinya sendiri.
Compton dan Galaway (1989: 511) memberikan beberapa teknik dan keterampilan yang dapat
digunakan dalam melakukan peran mediator:
a. Mencari persamaan nilai dari pihak-pihak yang terlibat konflik.
b. Membantu setiap pihak agar mengakui legitimasi kepentingan pihak lain.
c. Membantu pihak-pihak yang bertikai dalam mengidentifikasi kepentingan bersama
d. Hindari situasi yang mengarah pada munculnya kondisi menang dan kalah.
e. Berupaya untuk melokalisir konflik kedalam isu, waktu dan tempat yang spesifik.
f. Membagi konflik kedalam beberapa isu.
g. Membantu pihak-pihak yang bertikai untuk mengakui bahwa mereka lebih memiliki
bermanfaat jika melanjutkan sebuah hubungan dari pada terlibat terus dalam konflik.
h. Memfasilitasi komunikasi dengan cara mendukung mereka agar mau berbicara
satu sama lain.
i. Gunakan prosedur-prosedur persuasi.
Proses mediasi menurut Lewis dan Singer (2005) adalah sebuah proses penyelesaian sengketa
yang melibatkan pihak ketiga yang independen yaitu, mediator yang membantu para pihak
yang sedang bersengketa untuk mencapai suatu penyelesaian dalam bentuk suatu kesepakatan
secara sukarela terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang dipersengketakan.
C. Bloker
Pemahaman pekerja sosial sebagai bloker mengenai kualitas pelayanan sosial disekitar
lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh
keuntungan maksimal. Dalam proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip utama dalam
melakukan peranan sebagai bloker;
Pembelaan kausal terjaadi manakala klien yang dibela pekerjaan sosial bukanlah individu,
melainkan sekelompok anggota masyarakat.
E. Pelindung
Tanggung jawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut
memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung (protector) terhadap
orangorang yang lemah atau rentan. Prinsip peran pelindung meliputi;
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dukun adalah seseorang yang membantu masayarakat dalam penyembuhan penyakit melalui
kekuatan supranatural, kebudayaan dukun serta kebudayaan manusiayang terbagi dalam
berbagai macam aliran.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam
pendekatan yang dipimpin masyarakat, perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh
masyarakat tentang berbagai aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset mereka.
Kemudian dari aspek dan keadaan tersebut masyarakat menyusun agenda pembangunan yang
disusun dalam bentuk RPJM desa dengan memperhitungkan asset dan nilai serta potensi utama
masyarakat.
Pemberdayaan yang kita berikan terhadap klien dapat secara individu melalui bimbingan,
konseling, management, krisis intervensi. Selain itu kita juga dapat lakukan kepada sekelompok
klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi
pendidikan dan pelatihan. Dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan pembuatan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna untuk menambah pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA