Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGERTIAN FILOSOFI BIDAN DAN KEBIDANAN DAN SEJARAH


PERKEMBANGAN PROFESI BIDAN
Mata Kuliah : KONSEP KEBIDANAN
DOSEN PENGAMPU :
Eka Riana, S.ST., M.Keb
Daevi Khairunisa, S.ST., M.Keb
Eliyana Lulianthy, S.ST., M.Keb

Disusun Oleh :

RENI PURWANTI (21011353)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK AISYIYAH PONTIANAK

2021/2022

KATA PENGANTAR

1
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sholawat dan
salam tak henti-hentinya tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita di jalan Allah. Atas karunia-Nya, penulis dapat menghargai semua pemikiran
yang diperlukan untuk menghasilkan makalah ini.
Tujuan dari tugas menulis ini adalah untuk menyelesaikan semua mata pelajaran dalam
kelompok. Terlepas dari bakat kami, kami percaya masih banyak kekurangan dalam gaya dan
materi teknis makalah ini. Oleh karena itu, kami mendorong semua pihak untuk memberikan
masukan dan saran guna meningkatkan kualitas dokumen ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen-dosen kami yang telah memberikan tugas
dan arahan sehingga kami dapat menyelesaikannya.

Pontianak 25 januari 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

SEJARAH DAN FILOSOFI PERKEMBANGAN KEBIDANAN DAN BIDAN..........................................................


KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
2.1 DEFINISI BIDAN..................................................................................................................................2
2.1.1 DEFINISI BIDAN...........................................................................................................................2
2.1.2 DEFINISI KEBIDANAN..................................................................................................................8
2.2 FILOSOFI KEBIDANAN...............................................................................................................10
2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN BIDAN...................................................................................................13
2.3.1 Sejarah perkembangan secara nasional (Indonesia).................................................................13
2.3.2 Sejarah perkembangan secara internasional..............................................................................15
BAB III........................................................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................18
3.2 Saran................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Bidan memainkan peran penting dalam masyarakat serta dalam pengembangan hubungan yang
sangat baik. Bidan harus mematuhi etika profesional yang ketat, mematuhi aturan yang
ditetapkan, dan memberikan perawatan yang kompeten kepada pelanggan.
Bidan bertanggung jawab dalam menciptakan pelayanan kesehatan dasar, khususnya pelayanan
kebidanan, bagi masyarakat, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja
dengan melibatkan keluarga/klien; kedua, bidan bekerja dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya. Penolong persalinan tradisional, kader kesehatan,
dan tenaga kesehatan lainnya akan ditingkatkan kapasitasnya di bawah pengawasan wilayah
kerjanya. Bidan memiliki dua tanggung jawab sebagai pendidik: konseling kesehatan untuk klien
dan pelatihan dan pendampingan kader.
seseorang yang telah menyelesaikan program pelatihan yang disetujui negara. Bidan adalah
seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Kebidanan yang disetujui negara,
memperoleh kredensial, dan disertifikasi untuk melakukan praktik kebidanan di negara tersebut.
Ia harus mampu mengawasi, merawat, dan menasihati perempuan selama hamil, bersalin, dan
nifas, serta melahirkan bayi dan balita secara mandiri.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bidan?
2. Apa yang dimaksud dengan kebidanan?
3. Apa saja hak dan kewajiban didalam bidan ?
4. Bagaimana peran yang dilakukan dalam bidan?
5. Bagimana kode etik dan paradigm yang ada didalam kebidanan?
6. Bagaimana filosofi didalam kebidanan ?
7. Bagaimana sejarah awal mula dari perkembangan bidan secara nasional maupun internasional

1.3 Tujuan
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang konsep kebidanan, serta sejarah
perkembangan awal mereka sejak dahulu , dan untuk mengedukasi para pembaca.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI BIDAN
2.1.1 DEFINISI BIDAN
Pengertian bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang
diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik
kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan
nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca
persalinan ( post partum period ), memimpin persalinan atas tanggung jawanya sendiri serta
asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian
kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan
tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya

Bidan merupakan profesi yang khusus atau orang yang pertama melakukan penyelamatan
kelahiran sehingga ibu dan bayi nya lahir dengan selamat. Secara lengkap maka Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) mendefinisikan bidan sebagai seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi diwilayah Negara Republik Indonesia serta
memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi, dan atau secara sah mendapat
lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Menurut Keputusan Presiden Nomor 23 tahun 1994 Pasal 1 butir 1 menyatakan bahwa bidan
adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan telah lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. Bidan sebagai suatu profesi disiapkan melalui pendidikan
formal agar lulusnya dapat melaksanakan/ mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya secara professional. Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan tugasnya
didasarkan pada kompetensi dan kewenangan yang diberikan.

Menurut ICM dan FIGO Istilah Bidan berasal dari kata “Widwan” berasal dari Bahasa
Sanksekerta yang berarti “Cakap” (Klinkert, 1892). Di samping itu terdapat istilah “Membidan”
yang artinya mengadakan sedekah bagi penolong persalinan yang minta diri setelah bayi
berumur 40 hari. Sedangkan dalam Bahasa Inggris “Midwife” berarti with woman as birth, the
renewal of life continues through the ages. “With Woman” maksudnya adalah pada saat
mendampingi perempuan selama proses persalinan dan pada saat memberikan pelayanan

5
kebidanan, seorang bidan harus mempunyai rasa empati, keterbukaan, menumbuhkan rasa saling
percaya (trust),

Bidan memiliki tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, bukan hanya bagi
perempuan saja melainkan juga kepada keluarga dan masyarakat. Pekerjaan ini harus melibatkan
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan dapat juga berkembang hingga
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau reproduksi dan asuhan pada anak. Seorang bidan
dapat berpraktik dimanapun termasuk rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit
pelayanan kesehatan lain (ICM, 2014).

Bidan harus mengetahui pikiran dan perasaan serta proses yang dialami ibu dan keluarganya.
Secara Internasional pengertian bidan dan praktiknya telah diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 dan International Federation of International
Gynecologist and Obstetrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan–badan lainnya. Pada tahun
1990 pada petemuan Dewan di Kobe, ICM menyempurnakan definisi tersebut yang kemudian
disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992).

Menurut WHO Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara reguler dalam program
pendidikan kebidanan sebagaimana yang diakui yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah
menyelesaikan pendidikan kebidanan dan telah mendapatkan kualifikasi serta terdaftar disahkan
dan mendapatkan ijin melaksanakan praktik kebidanan. Menurut World Health Organization
(WHO), kebidanan meliputi perawatan wanita selama masa kehamilan, persalinan, pasca
persalinan dan perawatan bayi baru lahir. Termasuk tindakan yang bertujuan mencegah masalah
kesehatan pada kehamilan, deteksi kondisi abnormal, pengadaan bantuan medis bila diperlukan,
dan pelaksanaan langkah-langkah darurat dengan tidak adanya bantuan medis

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan, dan nasehat selama masa hamil,
masa persalinan, dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan juga balita. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan gawat darurat.

6
Bidan harus mampu memberikan supervisi, asuhan, dan memberikan nasehat yang dibutuhkan
kepada wanita selama hamil, persalinan dan nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya
sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir, dan anak. Asuhan ini termasuk dalam tindakan
preventif, pendeteksian kondisi abnornmal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis
serta melaksanakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya.

A. Hak dan kewajiban bidan


1. Hak bidan

1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya. 2) Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setia tingkat/
jenjang pelayanan kesehatan.

3) Bidan berhak menolak keinginan pasien/ klien dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan, dank ode etik profesi.

4) Bidan berhak atas privasi dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh
keluarga, maupun profesi lain.

5) Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun
pelatihan

6) Bidan berhak atas kesempatan meningkatka jenjang kair dan jabatan yang sesuai.

7) Bidan berhak mendapt kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

B. Kewajiban bidan
1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan
tersebut dengan rumah sakit dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan
menghormati hak hak pasien.

3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan
dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi oleh suami atau keluarga.

7
5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya.

6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.

7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta
resiko yang mungkin dapat timul.

8) Bidan wajib meminta tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan.

9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

10) Bidan wajib mengikuti perkembangan iptek dan menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal.

11) Bidan wajib bekerjasama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secara timbal balik
dalam memberikan asuhan kebidanan

C. Peran bidan
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam suatu sistem.

1. Peran sebagai Pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

a. Tugas mandiri Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu:

1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan

2) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai
klien. Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.

3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal

4) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien /
keluarga

5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

6) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien / keluarga

8
7) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana

8) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita
dalam masa klimakterium serta menopause

9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga dan pelaporan
asuhan.

b. Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga.

2) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

3) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.

4) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga

5) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga

6) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.

7) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

c. Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu:

1) Menerapkan manajamen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
9
2) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan
risiko tinggi serta kegawatdaruratan,

3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.

4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.

5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga.

6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.

2. Peran sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas, yaitu tugas
pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.

a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan. Bidan bertugas; mengembangkan pelayanan


dasar kesehatan di wilayah kerja.

b. Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program
kesehatan sektor lain melalui dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang
berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

3. Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.

a. Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien

b. Melatih dan membimbing kader .

4. Peran Sebagai Peneliti / Investigator Bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan
dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok, mencakup:

a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan.

b. Menyusun rencana kerja pelatihan.

c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

10
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.

e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.

f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja


atau pelayanan kesehatan

2.1.2 DEFINISI KEBIDANAN


Kebidanan (Midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin Ilmu
(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu
keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu
manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dari masa pra konsepsi, masa hamil,
ibu bersalin / post partum, bayi baru lahir.

Kebidanan adalah segala sesuatu mengenai bidan atau cara menolong dan merawat orang
beranak. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/ Per/X/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan
bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam
dokumen Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
tahun 2013, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui
pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifkasi untuk diregister, sertifkasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan.

Kebidanan adalah segala sesuatu mengenai kegiatan pemberian asuhan pada perempuan selama
masa persiapan kehamilan, hamil, persalinan normal, pasca persalinan dan asuhan pada bayi baru
lahir dan balita. Namun istilah kebidanan juga digunakan sebagai spesialisasi dari tenaga medis
yaitu dokter spesialis obstetri ginekologi atau dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Obstetri
merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan kelahiran bayi (kehamilan, persalinan, dan sebagainya) atau ilmu tentang kebidanan.
Sedangkan ginekologi adalah ilmu kedokteran yang berkenaan dengan fungsi alat tubuh dan
penyakit khusus pada wanita. Walaupun sama-sama memakai istilah “kebidanan”

ruang lingkup ilmu kebidanan yang menjadi kompetensi tenaga kebidanan berbeda dengan
kompetensi dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Bidan memiliki otonomi dalam

11
penatalaksanaan kondisi fsiologis atau normal. Apabila terjadi kondisi patologi atau kejadian
tidak normal dimana terdaat faktor resiko dan komplikasi, bidan melakukan pertolongan pertama
kegawatdaruratan dan dilanjutkan dengan merujuk pasien. Dimana area tersebut menjadi ruang
lingkup tenaga medis.

A. Kode etik kebidanan


Kode etik kebidanan terdapat 7 bagian antara lain sebagai berikut:

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan 5. Kewajiban bidan terhadap diri sendirI
masyarakat
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah,
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
nusa bangsa, dan tanah air
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan
7. kewajiban Sesuai dengan kewenangan
tenaga kesehatan lainnya
dan peraturan kebijakan yang berlaku bagi
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya bidan

B. Paradigma kebidanan
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada paradigma, berupa
pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan /
kebidanan dan keturunan.

1. Perempuan
Perempuan sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat
jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan. Perempuan sebagai sumber daya insani
merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat
ditentukan oleh keberadaan / kondisi perempuan / Ibu dalam keluarga.
2. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu
melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya.
Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat.
3. Perilaku
Perilaku merupakan hasil seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
4. Pelayanan Kebidanan

12
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi atau rujukan
5. Keturunan
Keturunan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas manusia. Manusia
yang sehat dilahirkan oleh ibu yang sehat.

2.2 FILOSOFI KEBIDANAN


Filosofi merujuk pada pengertian keyakinan dan nilai yang dianut oleh sesorang yang
mempengaruhi perilaku seseorang, sehingga Filosofi Kebidanan dapat diartikan sebagai
keyakinan/cara pandang dan nilai yang dianut oleh seorang bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan. Falsafah disebut juga filosofi atau filsafat.

Filosofi kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidupbidan yang digunakan sebagai
kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan Dalam filosofi asuhan kebidanan dijelaskan
beberapa keyakinan yang mewarnai asuhan kebidanan

Menurut IBI (2003), filosofi kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan
sebagai kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kebidanan. Filosofi asuhan kebidanan
menurut ACNM (1996), yaitu :

A. Setiap individu mempunyai hak untuk meyakini bahwa setiap individu mempunyai hak untuk
merasa aman, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan dengan memperhatikan
martabatnya.

B.Bidan meyakini bahwa kehamilan, persalinan merupakan proses yang normal. Asuhan
kebidanan difokuskan kepada kebutuhan individu,keluarga untuk perawatan fisik, emosi dan
hubungan sosial.

C.Klien ikut terlibat dalam menentukan pilihan..

D.Asuhan kebidanan berkesinambungan mengutamakan keamanan, kemampuan klinis dan tanpa


intervensi pada proses yang normal.

E Meningkatkan pendidikan pada perempuan sepanjang siklus.

Filosofi asuhan kebidanan menurut IBI (2003) adalah :

13
A. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun peraturan pemerintah
Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan profesional dan secara
internasional diakui oleh ICM, FIGO, dan WHO.

B.Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam beberapa
peraturan maupun Keputusan Menteri Kesehatan ditujukan dalam rangka menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Perinatal (AKP), pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman, pelayanan Keluarga Berencana (KB),
pelayanan kesehatan masyarakat, dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

C.Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan perbedaan budaya. Setiap individu
berhak untuk menentukan nasib sendiri, mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di
segala aspek pemeliharaan kesehatannya.

D.Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan, danmenopause adalah proses


fisiologis dan hanya sebagian kecilyang membutuhkan intervensi medis.

E.Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola
dengan tepat dapat berubah. menjadi abnormal.

F.Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat sehingga setiap perempuan usia subur, ibu
hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas

G.Pengalaman melahirkan anak perempuan merupakan tugas kebidanan

H. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan, dan pelayanan
kesehatan.

I. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat.

J.Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam rangka


meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional, dan interaksi sosial serta asas
penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi manajemen secara terpadu.

14
K. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangankepribadian berlangsung
sepanjang hidup manusia perluDikembangkan dan upayakan untuk berbagai strata masyarakat

1. Filosofi kebidanan menurut Guilland and Pairman Menurut Guilland and Pairman filosofi
kebidanan meliputi 4 aspek yaitu, hamil, bersalin dan masa nifas adalah peristiwa alamiah
(natural) dan fisiologis (normal). Peran bidan adalah kehamilan normal, persalinan normal dan
masa nifas normal, women centered,dan continuity of care.

2. Filosofi kebidanan menurut Kepmenkes 369/Menkes/ SK.III/2007 Dalam menjalankan


perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan.
Keyakinan tersebut meliputI:

a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses alamiah dan bukan
penyakit.

b. Keyakinan tentang setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan,
keinginan masing-masing.

c. Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan
kesejahteraan ibu dan bayinya.

d. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan.

e. Keyakinan tentang tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi
(mengurangi kesakitan dan kematian).

f. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan praktik kebidanan dilakukan dengan


menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistic

g. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan.

h. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur,
ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang berkualitas.

i. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan


persiapan sampai anak menginjak masa masa remaja.

15
2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN BIDAN
2.3.1 Sejarah perkembangan secara nasional (Indonesia)
Pada saat ini pelayanan bidan di Indonesia mengacu pada Permenkes
No.1464/Menkes/PER/2010 Pasal 9 yaitu: Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk
memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Dalam melaksanakan tugas,
bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan rujukan sesuai kondisi pasien. Bersamaan dengan
dikembangkannya pendidikan dokter Indonesia pertama (Dokter Jawa),

maka pada tahun 1851 Dr. Willem Bosch, seorang dokter militer Belanda membuka pendidikan
bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Akan tetapi pendidikan ini hanya berlangsung singkat dan
ditutup dua tahun kemudian, karena kurangnya calon/peminat. Tetapi pada tahun 1891 diadakan
persiapan untuk dibuka kembali dan baru pada tahun 1902 dilaksanakan lagi pendidikan bidan
untuk wanita pribumi. Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara
terencana di CBZ (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan
pendidikan keperawatan 4 tahun dan pada awalnya hanya menerima peserta didik pria. Dalam
tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang lulus
dapat meneruskan ke pendidikan kebidanan selama 2 tahun. Untuk perawat pria dapat
meneruskan pendidikan keperawatan lanjutan selama 2 tahun juga.

Pada tahun 1935/1938 pemerintah Belanda mulai mendidik bidan lulusan MULO (SMP bagian
B), dan hampir bersamaan didirikan sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain di RS
Bersalin Budi Kemuliaan, RSB Padang Dua di Jakarta dan RSB Mardi Waluyo Semarang. Pada
tahun yang bersamaan dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan bidan dengan
latar belakang pendidikan. Bidan dengan dasar pendidikan MULO dan kebidanan 3 tahun
disebut bidan kelas satu (Vroedvrouw Cerste Klas) dan Bidan dari lulusan perawat (mantri)
disebut bidan kelas dua (Vroedvrouw Tweede Klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji
pokok dan tunjangan bagi bidan.

Pada tahun 1950 1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batar usia minimal 17
tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan
cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut penjenang kesehatan E
atau pembantu bidan yang dilanjutkan sampai dengan tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Tahun

16
1954 dibuka pendidikan guru bidan bersamaan dengan guru perawat dan perawat kesehatan
masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi
dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun.

Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi sekolah guru perawat (SGP).
Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan. Pada tahun 1974
Sekolah bidan ditutup dan dibuka sekolah perawat kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga
multi purpose di lapangan dimana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Pada
tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) di dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan
anak.

Pada tahun 1975 - 1984 tidak ada pendidikan bidan. Kemudian pada tahun 1985 dibuka lagi
program pendidikan bidan (PPB) yang menerima lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dan
SPK. Pada saat itu dibutuhkan bidan yang memiliki kewenangan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana di masyarakat. Lama pendidikan satu tahun dan
lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.

Pada tahun 1989 dibuka crash programm pendidikan bidan secara nasional yang
memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini
dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan
lulusannya ditempatkan di desa-desa. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan
Program B, yang peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama
pendidikan satu tahun.

Pada tahun 1996 berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan RI Nomor 4118 tahun 1987
dan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 009/U/1996 dibuka program D-
III Kebidanan dengan institusi Akademi Kebidanan (AKBID) di enam propinsi dengan
menerima calon peserta didik dari SMA. Pada tahun 2001 tercatat ada 65 institusi yang
menyelenggarakan pendidikan Diploma III Kebidanan di seluruh Indonesia.

Tahun 2000 dibuka program diploma IV Bidan Pendidik yang diselenggarakan fakultas
kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Saat ini Program pendidikan D-IV Bidan telah

17
berubah karena semua Institusi Poltekkes di seluruh Indonesia menyelenggarakan program D-IV
Bidan.

2.3.2 Sejarah perkembangan secara internasional


1. AMERIKA

Dalam bukunya Theory For Midwifery Practice, Rosamund Bryar memaparkan tentang
perkembangan pelayanan kebidanan yang ada di Amerika. Bryar menyatakan bahwa

- Tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka. Akhir abad ke18 banyak
kalangan medis berpendapat secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan
menerapkan metode obstetric.Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan,
sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang, tidak teroganisir dan tidak dianggap
professional.
- Tahun 1770-1820 Para wanita golongan atas di kota-kota besar, melahirkan ditolong olah
“Bidan Pria” / dokter.Bidan hanya menangani persalinan wanita yang tidak mampu
membayar dokter. Pada masa itu juga terjadi perubahan persepsi dimana kelahiran
merupakan masalah medis yang harus ditangani oleh dokter.  Sampai dengan pada awal
abad 20 para bidan berperan seperti dokter berpengalaman tanpa pendidikan spesifik,
standar-standar, atau peraturanperaturan yang mengatur dalam memebriksn pelayanan
kebidanan.
- Tahun 1915 Dokter Joseph de Lee menyatakan : kelahiran bayi adalah patologis dan
bidan tidak mempunyai peran didalamnya. Pada saat ini mulai diberlakukannya protap
pertolongan persalinan yaitu : 1. memberikan sedative pada awal inpartu 2. membiarkan
servik berdilatasi 3. memberikan ether pada kala II 4. melakukan episiotomi 5.
melahirkan bayi dengan forcep 6. ekstraksi placenta 7. memberikan uterotonika 8.
menjahit episiotomi
- Tahun 1900-1930 akibat protap yang diberlakukan tersebut, AKI mengalami penurunan
menjadi 600-700 kematian per 100.000 kelahiran hidup.30-50% wanita melahirkan di
rumah sakit. Dokter Grantly Dicka meluncurkan buku tentang persalinan alami sehingga
spesialis obstetric berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis termasuk bidan.
- Tahun 1955 : Dibuka sekolah American College of Nurse-Midwives (ACNM)  Tahun
1971 : Seorang bidan di Tenesse mulai menolong persalinan secara mandiri di institusi

18
kesehatan.
- Tahun 1979 : - Badan pengawasan obat Amerika mengatakan bahwa ibu bersalin yang
menerima anaesthesi dalam dosis tinggi telah melahirkan anak-anak yang mengalami
kemunduran perkembangan psikomotor - Pernyataan ini membuat : 1. Masyarakat mulai
tertarik dengan proses persalinan alamiah 2. Persalinan dilakukan di rumah 3. Memacu
peran bidan
- Tahun 1980-an : - ACNM membuat alternative dalam pelayanan persalinan dan
mengubah pernyataan negative tentang homebirth - Dibuat legalisasi tentang praktek
professional bidan, sehingga membuat bidan menjadi profesi dengan lahan praktek yang
spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur organisasi tersebut.
- Tahun 1982 : - MANA (Midwive Alliance of North America) dibetuk untuk
meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi
untuk melindungi bidan -Negara Arizona, bidan mempunyai tugas khusus yaitu
melahirkan bayi. Untuk perawatan selanjutnya merawat bayi dan memberikan injeksi
bukan lagi tugas bidan, hanya dilakukan jika diperlukan.
- Tahun 1980 : Bidan menangani 1,1% persalinan dan tahun 1994 : 5,5%
- Tahun 1988 Angka SC menurun 25% dan menjadi 21% tahun 1995
- Tahun 1989 Penggunaan forcep menurun 5,5% dan menjadi 3,8% tahun 1994

2. Australia

Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai dengan tradisi dan latihan yang dipelopori oleh
Florence Nightingale pada abad ke 19. Pada tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai
bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia. Pada tahun 1913 sebanyak 30%
persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada peningkatan jumlah dokter yang menangani
persalinan antara tahun 1900 sampai 1940 tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian
ibu. Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat sejak 10 tahun terakhir.
Di dalamnya termasuk pendidikan tentang keluarga berencana, kesehatan wanita, perawatan
ginekologi, perawatan anak, kesehatan anak dan keluarga serta kesehatan neonatus dan remaja

3. SELANDIA BARU

19
- Tahun 1904 : Telah ada peraturan tentang cara kerja bidan, tapi 100 tahun yll lingkup
praktik bidan telah berubah
- Awal tahun 1900 : - Secara perlahan bidan menjadi asisten dokter dan bekerja di RS,
tetapi bidan tidak lagi memandang bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal dan
kehilangan peran dalam mendampingi persalinan - Bidan menjadi berpengalaman dalam
memberikan intervensi asuhan maternitas yang penuh dengan medis. Hal ini berlangsung
sampai tahun 1920 dengan maksud untuk mengurangi AKI dan AKB
- Tahun 1980 : - Cara tersebut digunakan oleh Negara lain Australia, Inggris dan Amerika,
tetapi strategi tersebut tidak mencapai kesuksesan. - Di Selandia Baru, para wanita
menentang model tersebut dan menginginkan model tradisional yaitu seseorang yang
berpengalaman mulai dari kehamilan sampai 6 minggu persalinan tanpa intervensi medis
dan memberikan dukungan bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal.
- Tahun 1980-an : - Terbentuk legalisasi tentang profesionalisme praktek bidan - Sebagian
besar Bidan Selandia Baru mulai praktek mandiri dengan tanggung jawab penuh kepada
klien dan asuhan dalam lingkup normal.
- Saat ini : - 86% wanita mendapat pelayanan bidan selama kehamilan sampai nifas dan
perawatan selanjutnya dilakukan di rumah pasien. - 63% wanita memilih bidan sebagai
satu-satunya perawat maternitas. - Model kebidanan yang digunakan adalah Partnership
antara bidan dan wanita. - Dasar model partnership adalah komunikasi dan negosiasi

4.Belanda

Akademi pendidikan bidan yang pertama dibuka pada tahun 1861 di rumah sakit Universitas
Amsterdam. Akademi kedua dibuka pada tahun 1882 di Rotterdam dan yang ketiga pada
tahun 1913 di Heerlen. Pada awalnya pendidikan bidan adalah 2 tahun, kemudian menjadi 3
tahun dan kini 4 tahun (1994). Pendidikannya adalah direct-entry dengan dasar lulusan SLTA
13 tahun. Tugas pokok bidan di Belanda adalah dalam keadaan normal saja dan merujuk
keadaan yang abnormal ke dokter ahli kebidanan..

6. Spanyol

Pada tahun 1752 dibuat persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian, dimana materi ujiannya
adalah dari sebuah buku kebidanan berjudul : ”A short Treatise on the art of midwifery”.

20
Pendidikan bidan di ibukota Madrid dimulai pada tahun 1789. Bidan dipersiapkan untuk
bekerja secara mandiri di masyarakat, terutama di kalangan keluarga petani dan buruh tingkat
menengah ke bawah. Pada tahun 1924 sebuah rumah sakit Santa Christina mulai menerima
ibu-ibu yang hendak bersalin. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan lebih banyak. Pada tahun
1932 pendidikan bidan disini secara resmi menjadi school of midwive.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengertian bidan adalah menyelesaikan program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara
serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan. Dia harus
mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat. Kebidanan (Midwifery) adalah
segala sesuatu mengenai bidan atau cara menolong dan merawat orang beranak. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/ Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.Filosofi Kebidanan dapat diartikan sebagai keyakinan/cara
pandang dan nilai yang dianut oleh seorang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan.
Falsafah disebut juga filosofi atau filsafat.

Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia sudah ada sejak jaman kolonial Belanda,
dimana pendidikan bidan di Indonesia mengalami pasang surut. Penyelenggaraan program D-III
Kebidanan yang cukup besar salah satunya diperlukan sumber daya manusia yang cukup sebagai
tenaga pengajar. Pada saat ini jenjang pendidikan bidan sudah mencapai S1 dan S2.
Pengembangan pendidikan kebidanan harus dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan
berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup

3.2 Saran
Sesuai dengan kode etik dan paradigmabidan, bidan harus memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Jika makalah di atas masih memiliki kekurangan dan kurang ideal, penulis
memahami beberapa hal. Penulis akan meningkatkan informasi dengan meninjau berbagai
sumber dan menerima umpan balik dari pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

1. Yuningsih, R. (2016). Pengembangan Kebijakan Profesi Bidan dalam Upaya Meningkatkan


Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 7(1), 63-76.
2. Widhi Astuti, E. (2016). Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam praktik kebidanan.
3. Tyastuti, S. (2016). Asuhan kebidanan kehamilan.

BUKU

1. Adnani, Qorinah Estiningtyas Sakilah. 2013. Filosof Kebidanan. Jakarta: TIM.

2. Argaheni, N. B., Putri, N. R., Yani, D. P., Prihartini, S. D., Muzayyaroh, M., Agussafutri, W. D., ... &
Rofi’ah, S. (2021). Konsep Dasar Kebidanan. Yayasan Kita Menulis. Argaheni, N. B., Putri, N. R.,
Yani, D. P., Prihartini, S. D., Muzayyaroh, M., Agussafutri, W. D., ... & Rofi’ah, S. (2021).  Konsep
Dasar Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.

3. Asrinah, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

4. Hidayat, Asri, and Ima Kharimaturrahmah. "Konsep Keidanan." (2019).

5. Sari, Rury Narulita. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

6.Suryani Soepardan Dan Dadi Anwar Hadi. 2007. Etika Kebidanan & Hukum Kesehatan. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.

7. Widhi Astuti, E. (2016). Konsep Kebidanan dan Etikolegal dalam praktik kebidanan.

22

Anda mungkin juga menyukai