MAKALAH
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Keterampilan perawatan
bedah kebidanan" dengan tepat waktu. Adapun tujuan makalah ini di buat untuk memenuhi
tugas ibu Sella Ridha A, MKM (Mars) pada mata kuliah KKPK Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah Pengetahuan tentang keterampilan perawatan bedah dalam
kebidanan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan Terimakasih kepada
ibu Sella Ridha A, MKM (Mars) Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah KKPK yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang di tekuni. Penulis menyadari, mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan yang belum di sadari. Maka Penulis meminta saran dan kritik dari kawan-kawan
ataupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna, Sekian Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI:
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………....
….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….
…..1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….……..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..1
C. Tujuan Penulisan………………………………………...…………………………….……
1
D. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………….
…….1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….
…...2
A. Komplikasi Pada Luka Bedah………………………………………………………….
…. .2
B. Macam-Macam luka dan penangganannya dalam praktik kebidanan…………………...…3
C.Perawatan luka dalam Praktik Kebidanan…………………………………………………..8
D. Penjahitan Luka…………………………………………………………………………….8
BAB III PENUTUP……………………………………………………...…………….……..14
A.
Simpulan…………………………………………………………………………………..14
B.
Saran………………………………………………………………………………………14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
…..……15
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai dari prabedah
(pre-operasi), bedah (intra-operasi) dan pasca bedah (post-operasi). Prabedah merupakan masa
sebelum dilakukan pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien
di meja bedah. Intra bedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer ke meja
bedah dan berakhir saat pasien dibawa keruang pemulihan. Pascabedah merupakan masa setelah
dilakukan pembedahan yang dimulai sejak pasien memasuki ruang pemulihandan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa komplikasi/masalah yang terjadi pada luka bedah?
2. apa macam-macam luka dalam praktik kebidanan?
3. Apa perawatan luka dalam praktik kebidanan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui komplikasi/masalah yang terjadi pada luka bedah.
2. Untuk mengetahui macam-macam luka dalam praktik kebidanan.
3. Untuk mengetahui perawatan luka dalam praktik kebidanan.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang di ambil dari penulisan makalah tentang keterampilan perawatan bedah
kebidanan yaitu untuk menambah pengetahuan tentang komplikasi luka bedah, mengetahui
macam-macam luka, dan perawatan luka dalam praktik kebidanan itu sendiri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komplikasi pada luka bedah
Komplikasi Penyembuhan Luka / Masalah yang terjadi pada Luka Bedah Komplikasi
penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau
setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan
dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan hipovolemia.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48
jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan
terjadi, penambahan tekanan luka dan perawatan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan juga mungkin diperlukan.
2
B. Macam-macam Luka dan penanganannya dalam Praktek Kebidanan
Jenis luka berdasarkan penyebabnya yang sering dijumpai dalam praktik
kebidanan adalah luka mekanik: luka insisi (incised wound) dan luka gores (lacerated wound).
Luka insisi karena pembedahan dapat dijumpai pada kasus: kelahiran bayi dengan section
caesarea, masektomi, laparotomi (pada kasus: histerektomi, tubektomi, miomektomi, dll), dan
kasus yang lain. Sedangkan luka gores terjadi pada kasus luka di jalan lahir (mukosa vagina,
perineum) dan atau pada cerviks karena kelahiran bayi. Jenis luka gores dapat juga terjadi pada
kasus robekan uterus karena tetania uteri. Luka pada perineum yang disengaja untuk melebarkan
jalan lahir atau disebut episiotomy, termasuk dalam jenis luka insisi.
Luka dibagi 2 jenis yaitu luka mekanik dan luka non mekanik:
a) Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding
luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.
b) Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih
dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka
ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah
bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun
harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan
menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan
melukai jaringan yang baru terbentuk.
3
2. Vulnus punctum (Luka tusuk)
a) Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat
maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.
b) Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal
menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun
mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita
lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan.
Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang
terjadi.
a) Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun
ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.
b) Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena
akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-
pembuluh darah yang robek.
a) Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda
tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.
4
5. Vulnus schlopetorum
a) Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera
dikeluarkan tembakanya.
a) Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas
seperti air panas(air memdidih), api, dll.
b) Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air
mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk
perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah
perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah
terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.
5
7. Luka gigitan.
a) Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular,
dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular
berbisa yang berbahaya.
b) Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban
dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat
dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat
membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa
mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada
bagian proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke
dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju
untuk perawatan lanjut.
a) Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan
kulit, misalnya karena jatuh saat berlari.
b) Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih
dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau
saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka
dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila
dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu
dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon
iodine atau kasa anti-infeksi.
6
9. Terpotong atau Teriris
a) Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda
tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh
darah arteri yang putus terpotong.
Luka non-mekanik yang terdiri atas luka akibat zat kimia, termik, radiasi atau serangan
listrik. Kondisi luka dapat disebabkan oleh karena terjadinya abrasi, kontusio, insisi, laserasi,
terbuka, penetrasi, pukulan, sepsis dan lain-lain, Kartika (2015). Menurut WHO (2014)
persentase terbesar sebanyak 24% pada kasus kecelakaan lalu lintas serta yang terkecil pada
kasus cedera akibat perang sebanyak (2%), Penelitian yang dilakukan pada tahun 2012
menemukan bahwa 90% cedera luka yang menyebabkan kematian terjadi pada negara dengan
pendapatan menengah ke bawah.
7
C. Perawatan Luka dalam Praktek Kebidanan
Pengertian Perawatan Merawat luka merupakan tindakan penanganan luka yang
terdiri dari membersihkan luka, Perawatan luka dalam praktik kebidanan pada dasarnya sama
dengan perawatan luka pada umumnya. Lebih jelasnya akan dijelaskan pada poin ketiga tentang
perawatan luka operasi. Hal yang berbeda adalah perlakuan pada kasus luka gores (lacerated
wound): luka pada uterus, cerviks, mukosa vagina dan perineum, yang meliputi teknik
penjahitan yang dilakukan dan perawatan luka. menutup dan membalut luka dengan tujuan
meningkatkan proses penyembuhan jaringan dan mencegah infeksi. Tujuan dari perawatan luka,
yaitu :
e. Mencegah perdarahan
f. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis pasien Perawatan luka dalam praktik
kebidanan pada dasarnya sama dengan perawatan luka pada umumnya. Hal yang
membedakan adalah perlakuan pada kasus luka gores (laceratedwound), seperti luka pada
uterus, serviks, mukosa vagina, dan perinium.
D. Penjahitan Luka
1. Definisi
a. Suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka (menutup luka) dengan benang,
sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
b. Teknik yang digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur
anatomi yang terpotong.
c. Penjahitan merupakan tindakan menghubungkan jaringan yang terputus atau
terpotong untuk mencegah pendarahan dengan menggunakan benang.
8
9
2. Tujuan Penjahitan
a. Penutupan ruang mati
b. Meminimalkan risiko perdarahan dan infeksi
c. Mendekatkan tepi kulit untuk hasil estetika dan fungsional
d. Mendukung dan memperkuat penyembuhan luka sampai meningkatkan kekuatan
tarik mereka.
3. Prinsip Umum Penjahitan Luka
a. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu
sama lain dengan hati-hati.
b. Tegangan dari tepi-tepi kulit harus seminimal atau kalau mungkin tidak ada sama sekali.
Ini dapat dicapai dengan memotong atau merapikan, kulit secara hati-hati sebelum
dijahit.
c. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengan memakai traksi ringan
pada tepi–tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal daripada kulit yang dijahit.
d. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang dapat diserap
atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu menjahit kulit.
e. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai daripada
jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
f. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh karena itu
jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam5 hari), sedangkan jahitan
pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan selama 10 hari atau lebih.
g. Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
h. Pemakaian forsep dan trauma jaringan (pincet cirugis) diusahakan seminimal mungkin.
10
4. Komplikasi Penjahitan
a. Overlapping: terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka sehingga luka
menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan yang lambat dan apabila
sembuh maka hasilnya akan buruk.
b. Nekrosis: jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi sehingga
menyebabkan kematian jaringan.
c. Infeksi: infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril, luka yang telah
terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih tertinggal.
d. Perdarahan: terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
e. Hematoma: terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong dan tidak
dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus berlangsung dan menyebabkan
bengkak.
f. Dead space (ruang/rongga mati): yaitu adanya rongga pada luka yang terjadi karena
penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
g. Sinus: bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus, biasanya ada
jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang bertindak sebagai benda asing.
h. Dehisensi: adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan karena jahitan
yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang buruk.
i. Abses: infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.
5. Alat dan Bahan dalam Penjahitan Luka
Bahan habis pakai yang digunakan dalam penjahitan luka diantaranya: benang jahit
(catgut, side), kassa steril, anestesi local, dan larutan antiseptic. Alat-alat yang digunakan dia
ntaranya: needle/ jarum jahit, needle holder/ nalpoeder, pincet
anatomis, gunting jaringan/ gunting benang, bengkok, doek lubang steril dan sarung
tangan steril.
Benang dan jarum yang digunakan dalam menjahit luka, disesuaikan dengan jenis luka
dan letak luka berada.
6. Teknik Penjahitan
Teknik penjahitan yang digunakan dalam menjahit luka disesuaikan dengan keadaan/
kondisi luka dan tujuan penjahitan. Secara umum, teknik penjahitan dibedakan menjadi :
11
a. Simple Interupted Suture (Jahitan Terputus/Satu-Satu)
Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila tidak ada teknik
penjahitan lain yang memungkinkan untuk diterapkan. Terbanyak digunakan karena
sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau
bagiantubuh lain, dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan
saling menunjang satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi.
Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan.
Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka,
dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi. Akan tetapi,
dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan sebagai berikut:
1) Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya,
kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2) Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua
secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat k
ulit sisi yang pertama
3) Dibuat simpul dan benang diikat.
b. Running Suture/ Simple Continous Suture (Jahitan Jelujur)
Jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua
simpul.
Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini
sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil
kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar,
dan sebaiknya tidak dipakai untuk menjahit kulit.
Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut:
1) Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka yang terikat tetapi
tidak dipotong
2) Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan berturut-turut tanpa mengikat atau
memotong bahan jahitan setelah melalui satu simpul
3) Spasi jahitan dan ketegangan harus merata, sepanjang garis jahitan
12
4) Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada simpul terakhir
pada akhir garis jahitan
c. Running Locked Suture (Jahitan Pengunci/ Jelujur Terku
nci/ Feston)
Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur biasa, dikenal sebagai stitch
bisbol à karena penampilan akhir dari garis jahitan berjalan terkunci. Teknik ini biasa
digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini dikunci bukan disimpul, dengan
simpul pertama dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah terikat.
Cara melakukan penjahitan dengan teknik ini hampir sama dengan teknik jahitan jelujur,
bedanya pada jahitan jelujur terkunci dilakukan dengan mengaitkan benang pada jahitan
sebelumnya, sebelum beralih ke tusukan berikutnya.
d. Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis)
Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada daerah yang memerlukan kosmetik, untuk
menyatukan jaringan dermis/ kulit. Teknik ini tidak dapat diterapkan untuk jaringan luka
dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis sehingga
yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat kedua ujung luka.
Hasil akhir pada teknik ini berupa satu garis saja.
Teknik ini dilakukan sebagai berikut :
a) Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka kelu
ar di daerah
dermis kulit salah satu dari tepi luka
b) Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi y
ang lain, secara
bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, un
tuk kemudian
dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain
c) Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada
kedua sisi secara
parallel di sepanjang luka tersebut.
13
e. Mattress Suture (Matras : Vertikal dan Horisontal)
Jahitan matras dibagi menjadi dua, yaitu matras vertical dan matras horizontal. Prinsip
teknik penjahitan ini sama, yang berbeda adalah hasil akhir tampilan permukaan.
Teknik ini sangat berguna dalam memaksimalkan eversi luka, mengurangi ruang mati,
dan mengurangi ketegangan luka. Namun, salah satu kelemahan teknik penjahitan ini
adalah penggarisan silang. Risiko penggarisan silang lebih besar karena peningkatan
ketegangan di seluruh luka dan masuknya 4 dan exit point dari jahitan di kulit.
Teknik jahitan matras vertical dilakukan dengan menjahit secara mendalam di bawah
luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka.
Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena didekatkannya
tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
Teknik jahitan matras horizontal dilakukan dengan penusukan seperti simpul, sebelum
disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
keuntungannya adalah memberikan hasil jahitan yang kuat.
Waktu yang dianjurkan untuk menghilangkan benang ini adalah 5-7 hari
(sebelum pembentukan epitel trek jahit selesai) untuk mengurangi risiko jaringan
parut. Penggunaan bantalan pada luka, dapat meminimalkan pencekikan jaringan
ketika luka membengkak dalam menanggapi edema pascaoperasi.
Menempatkan/mengambil tusukan pada setiap jahitan secara tepat dan simetris
sangat penting dalam teknik jahitan ini.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
15
Mahasiswa dapat memahami dan mewujudkan peran tenaga Kesehatan yang profesional,
serta dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang bidan maupun perawat.
Dan mengembangkan ilmunya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan NE, Hentz VR. 1992. Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An
Illustrated Guide. USA, Boston, Little Brown.
Potter. 2000. Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester
Monica. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
17
18
19
20
21
22