Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH KMB LANJUT II

PENGAKJIAN, PERAWATAN DAN BALUTAN LUKA

Disusun Oleh:

Kelompok I

Dewi Kartika Sari 2121312002

Hadeci Lovenda Putri 2121312001

Erik Rosadi 2121312007

Aisya Rahmadhanty 2121312008

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah serta kemudahan yang berlimpah, sehingga kelompok dapat
menyelesaikan tugas matakuliah Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II yang
berjudul “Pengakjian, Perawatan dan Balutan Luka”. Shalawat beserta salam kami
kirimkan kepada Rasulullah SAW. yang telah membawa kita menuju ke alam
yang penuh pengetahuan.

Terima Kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada dosen


pengampu matakuliah Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II yang telah
memberikan masukkan dan kritik dalam makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu penulis membutuhkan kritikan
dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah kedepannya. Harapan
penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Mei 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Masalah Riset Kualitatif...............................................................................3
2.1.1 Pengertian............................................................................................3
2.1.2 Sumber Masalah..................................................................................4
2.2 Tujuan Riset Kualitatif.................................................................................6
2.3 Pertanyaan Riset Kualitatif..........................................................................7
2.3.1 Syarat Pertanyaan Penelitian...............................................................7
2.3.2 Ketentuan Pertanyaan Penelitian.........................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kulit merupakan salah satu kategori penyakit yang masih menjadi
permasalahan di berbagai negara termasuk Indonesia, yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor agen infeksi antara lain infeksi bakteri, fungi, dan virus (Campbell
et al., 2017). Prevalensi penyakit kulit di Indonesia menurut Depkes RI pada
tahun 2012 tercatat sekitar 8,46% dan meningkat 9% pada tahun 2013 (Depkes,
2012). Kulit merupakan salah satu organ pada tubuh yang terletak paling luar
yang mempunyai fungsi sebagai perlindungan seperti paparan trauma, radiasi
ultraviolet, racun, suhu ekstrim dan bakteri (Badia, 2019). Kulit akan kehilangan
integritasnya ketika mengalami trauma atau penyebab lainnya sehingga
menyebabkan terjadinya luka pada kulit.
Luka adalah kerusakan pada struktur anatomi kulit yang menyebabkan
terjadinya gangguan kulit. Infeksi pada luka dapat terjadi jika luka terkontaminasi
oleh debu atau bakteri, hal ini disebabkan karena luka tidak dirawat dengan baik.
Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi pada kulit luka yaitu bakteri
Staphylococcus aureus. (Dzen, 2003). Bakteri Staphylococcus merupakan bakteri
kokus gram positif yang ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan selaput
lendir manusia. Kuman ini merupakan patogen utama pada manusia yang dapat
menginfeksi setiap jaringan maupun alat tubuh manusia dan dapat menimbulkan
gejala yang khas yaitu peradangan, nekrosis dan membentuk abses, infeksinya
dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai terjadi piemia yang fatal
(Syarurrachman, 2001). Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan
kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus adalah bisul, jerawat, impetigo, dan
infeksi luka.
Proses penyembuhan luka menjadi salah satu hal penting untuk meminimalisir
resiko terjadinya infeksi pada luka terbuka. Oleh karena itu diperlukan mekanisme
regeneratif yang harus diaktifkan untuk menghilangkan adanya defek pada kulit
yaitu dengan melakukan perawatan luka. Tujuan utama perawatan luka adalah
untuk memperoleh waktu penyembuhan yang lebih singkat, menghindari
gangguan dan masalah yang ditimbulkan oleh luka, yang dapat berujung pada
produktivitas kerja dan biaya yang dikeluarkan dalam proses penyembuhan luka
serta mengembalikan integritas bentuk dan fungsi kulit. Perawatan luka yang tepat
dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan dapat mempercepat proses
penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan lebih pendek (Sjamsuhidajat
dan Jong, 2011). Metode perawatan luka saat ini adalah perawatan luka dengan
menggunakan prinsip moisture balance. Turner dan Hartman (2002) menyatakan
bahwa perawatan luka dengan konsep lembab yang dilakukan secara kontinyu
akan mempercepat pengurangan luka dan mempercepat proses pembentukan
jaringan granulasi dan repitalisasi.
Model dan seni perawatan luka sebenarnya sudah lama di kembangkan sejak
zaman pra sejarah dengan pemanfaatan bahan alami yang diturunkan dari generasi
ke generasi, yang akhirnya perkembangan perawatan luka menjadi modern seiring
ditemukannya ribuan balutan luka. Menurut Carville (1998) tidak ada satu jenis
balutan yang cocok atau sesuai untuk setiap jenis luka. Pernyataan ini menjadikan
bahwa harus dapat memilih balutan yang tepat untuk mendukung proses
penyembuhan luka. Pemilihan balutan luka yang baik dan benar selalu
berdasarkan pengkajian luka. Sehingga pengkajian luka hendaknya dilakukan
secara komprehensif dan sistematis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas didapat rumusan masalah “Bagaimana
perawatan luka, pengkajian luka dan balutan luka yang digunakan ?.”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara perawatan luka, pengakjian luka dan balutan
luka yang akan digunakan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui cara perawatan luka yang benar.
b) Untuk mengetahui metode pengkajian luka.
c) Untuk mengetahui balutan luka.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2. Perawatan Luka
2.1 Pencucian Luka
Langkah pertama pada perawatan luka adalah membuka balutan luka
yang dilanjutkan pencucian luka. Langkah ini mengawali perawatan luka
sebelum dilakukan pengkajian luka. Pencucian luka dibutuhkan untuk
membersihkan luka dari mikroorganisme, benda asing, jaringan mati selain itu
pencucian luka dapat memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian luka
sehingga perawat dapat dengan tepat menentukan tujuan perawatan luka dan
pemilihan balutan. Pencucian luka yang baik dan benar akan mengurangi
waktu perawatan luka atau mempercepat proses penyembuhan luka. Walaupun
demikian, perawat harus berhati-hati dalam pemilihan cairan pencuci luka
karena tidak semua cairan pencuci luka baik dan tepat untuk setiap luka sama
halnya dengan pemilihan balutan. Bila tujuannya untuk mengatasi infeksi
maka cairan pencuci dapat menggunakan antiseptik, bila untuk menghilangkan
benda asing beri H2O2 dst, dan tidak berlaku untuk luka akut tanpa infeksi,
atau luka granulasi. Tujuan Pencucian:
a) Membersihkan jaringan nekrotik,
b) Membuang dan mengurangi jumlah bakteri,
c) Membuang eksudat purulent,
d) Melembabkan luka, dan
e) Memelihara kebersihan jaringan kulit sekitar luka.
Berikut cairan pencuci luka menurut Carville K (1998), Bellingeri et al.,
2016), Klasinc et al., 2017, (Bongiovanni, 2014), Cheng, et al 2016, Creppy,
2014 :
a) Normal Saline
b) Chlorhexidine Gluconate
c) Centrimide (Savlon)
d) Tap water,
e) Larutan ringer lactat,
f) Hypochlorous acid,
g) Polyhexamethylene biguanide (PHMB)
h) Natrium hipoklorit (NaClO),
i) Electrolyzed strong water acid ( ESWA)
j) Hydrogen Peroxide
k) Povidone Iodine
Namun di Indonesia sesungguhnya banyak herbal/tanaman yang memiliki
effect yang baik dalam pencucian luka misalnya; air rebusan daun jambu biji,
air rebusan daun sirih dll dipercaya mempunyai efek antiseptik atau
memberikan respon pada beberapa jenis bakteri.
Teknik Pencucian Luka
a) Swabing dan Scrubing
Teknik swabing (usap) dan scrubing (gosok) sering dilakukan pada
luka akut atau kronis. Teknik swabing dan scrubing memungkinkan
untuk melepaskan kotoran yang menempel pada luka dengan mudah.
Namun teknik ini tidak di anjurkan pada luka yang granulasi karena
dapat merusak proses proliferasi jaringan.
b) Irigasi
Teknik penyiraman (showering) adalah teknik pencucian yang paling
sering digunakan. Tekanan yang tepat pada penyiraman, dapat
mengangkat bakteri yang terdapat pada luka, dapat mengurangi
kejadian trauma, dan dapat juga mencegah terjadinya infeksi silang.
c) Rendam
Teknik perendaman biasanya dilakukan pada luka dengan balutan yang
melekat. Teknik ini dapat mengurangi nyeri saat pelepasan balutan.
Teknik ini juga dilakukan pada daerah-daerah yang sukar di jangkau
dengan pinset.
KASUS
Laki-laki 52 tahun, mengalami luka sejak 2 bulan yang lalau, luka diawali adanya
benjolan kecil yang lama kemudian mengeluarkan pus, cairan minimal
2.2 Pengkajian Luka
Nama : Tn.X
Usia : 52 tahun
Diagnosis :
Lokasi luka :
Items Pengkajian Skor
1. Ukuran* 0 = sembuh, luka terselesaikan, 2
Panjang X lebar
1= <4 cm
2= 4s/d<16 cm2
3= 16s/d <36 cm2
4= 36s/d 80cm2
5= >80cm2
2. Kedalaman* *0= sembuh, luka terselesaikan, 2
1= eritema atau kemerahan
2= laserasi lapisan epidermis dan atau
dermis,
3= seluruh lapisan kulit hilang,
kerusakan atau nekrosis subkutan, tidak
mencapai fasia, tertutup jaringan
granulasi
4= tertutup jaringan nekrosis
5= seluruh lapisan kulit hilang dengan
destruksi luas, kerusakan jaringan otot,
tulang
3. Tepi luka *0= sembuh, luka terselesaikan 2
1= samar, tidak terlihat dengan jelas
2= batas tepi terlihat, menyatu dengan
dasar luka
3= jelas, tidak menyatu dengan dasar
luka
4= jelas, tidak menyatu dengan dasra
luka, tebal
5= jelas, fibrotic, parut
tebal/hiperkeratonik
4. Terowongan/goa *0= sembuh, luka terselesikan, 1
1= tidak ada goa
2= goa <2cm di area manapun
3= goa 2-4cm seluas <50% pinggir luka
4= goa 2-4cm seluas >50% pinggir luka
5= goa >4cm di area manapun
5. Tipe jaringan 1= tidak ada 3
nekrotik 2= putih/abu-abu jaringan tidak dapat
teramati dan atau jaringan nekrotik
kekuningan yang mudah dilepas
3= jeringan nekrotik kekuningan yang
melekat tapi mudah dilepas
4= melekat, lembut, eskar hitam
5= melekat kuat, keras, ekstra hitam
6. Jumlah jaringan 1= tidak ada jaringan nekrotik 1
nekrotik 2= <25% permukaan luka tertutup
jaringan nekrotik
3= 25% permukaan luka tertutup jaringan
nekrotik
4= >50% dan <75% permukaan luka
tertutup jaringan nekrotik
5= 75% s/d 100% permukaan luka
tertutup jaringan nekrotik
7. Tipe eksudat 1= tidak ada eksudat 3
2= bloody
3= serosanguineous (encer,berair, merah
pucat atau pink)
4= serosa (encer, berair, jernih)
5= purulent (encer atau kental, keruh,
kecokelatan/ kekuningan dengan atau
tanpa bau)
8. Jumlah eksudat 1= tidak ada, luka kering 2
2= mosit, luka tampak lembab tapi
eksudat tidak dapat teramati
3= sedikit (permukaan luka moist,
eksudat membasahi <25% balutan)
4= moderat (eksudat terdapat <25% dan
<75% dari balutan yang digunakan
5= banyak (eksudat terdapat >75% dari
balutan yang digunakan
9. Warna kulit 1= pink atau warna kulit normal setiap 1
sekitar luka bagian luka
2= merah terang jika disentuh
3= putih atau abu-abu, pucat atau
hipopigmentasi
4= merah gelap atau ungu dan atau tidak
pucat
5= hitam atau hiperpigmentasi
10. Edema perifer/ 1= tidak ada pembengkakan atau edema 1
tepi jaringan
2= tidak ada pitting edema sepanjang <4
cm sekitar luka
3= tidak ada pitting edema sepanjang ≥4
cm sekitar luka
4= pitting edema sepanjang <4 cm
disekitar luka
5= kreptus atau ada pitting edema
sepanjang 4 cm disekitar luka
11. Indurasi 1= tidak ada indurasi 1
jaringan perifer 2= indurasi <2 cm sekitar luka
3= indurasi 2-4 cm seluas <50% sekitar
luka
4= indurasi 2-4 cm seluas >50% sekitar
luka
5= induasi >4 cm dimana saja pada luka
12. Jaringan 1= kulit utuh atau luka pada sebagian 3
granulasi kulit
2= terang, merah seperti daging; 75% s/d
100% luka terisi granulasi
3= terang, merah seperti daging; <75%
dan >25% luka terisi granulasi
4= pink, dan atau pucat merah kehitaman
dna atau luka ≤25% terisi granulasi
5= tidak ada jaringan granulasi
13. Epitelisasi 1= 100% luka tertutup, permukaan utuh 4
2= 75% s/d <100% epitelisasi
3= 50% s/d <75% epitelisasi
4= 25% s/d <50% epitelisasi
5= <25%epitelisasi
Skor total 24
2.3 Menenutkan Jenis Balutan (menggunakan metode WEI)

Kasus Hal-hal yang harus Rekomendasi balutan


diperhatikan (WEI)
Laki-laki 52 tahun, Pengkajian : Pilihan 1:
mengalami luka sejak 2 W : Kuning Salep tribee +kassa
bulan yang lalu, luka E : Eksudat sedikit-sedang antimikrobial dan plester
diawali adanya benjolan I : tidak ada tanda infeksi putih
kecil yang lama lokal
kemudian mengeluarkan Pilihan 2 :
pus, cairan minimal Perhatikan : Hydrogel + ca alignate
Lokasi, ukuran sekitar luka dan hydrocolloid
lembaran
Pilihan manajemen:
T- M Pilihan 3 :
Tujuan : Hydrocolloid pasta +
Mengangkat slough dengan kassa dan plester putih
teknik CSWD,
mempertahankan
kelembaban
2.3 Evidance Based Practice (EBP) dalam menentukan balutan untuk merawat luka

No Identitas jurnal Tujuan Intervensi Hasil Kesimpulan


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Anda mungkin juga menyukai