Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“TREND DAN ISSUE DALAM PERAWATAN LUKA


M E N G G U N A K A N M A DU”

Disusun Oleh:

1. Ajeng Listianasari 1911009

2. Helvin Eka Charisa 1911023

3. Sheviana Devi Okta N. 1911032

4. Zainatul Arusaini Nur 1911036

5. Zakia Fikriana 1911037

6. Aprida Luk Luk In Handani 1911040


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKes Patria Husada Blitar

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberi rahmat dan hidayah-nya sehingga makalah tentang “Trend
dan Issue dalam Perawatan Luka Menggunakan Madu” ini dapat
terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Wound Care. Dalam penyusunan makalah ini kami banyak
mendapatkan saran, dorongan, serta keterangan-keterangan dari berbagai
sumber yang merupakan pengalaman yang tidak dapat diukur secara
materi. Oleh karena itu, dengan segala hormat dan
kerendahan hati perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
diselesaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
masyarakat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Blitar, 2 Juni 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................4

A. Latar Belakang.................................................................................................4

B. Rumusan Masalah............................................................................................5

C. Tujuan................................................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................6

PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka.........................6

B. Perawatan Luka dengan Modern Dressing....................................................8

C. Perawatan Luka dengan Menggunakan Madu.............................................10

D. Perawatan Luka dengan Menggunakan Infusa Daun Jambu...................13

E. Perawatan Luka dengan Menggunakan Minyak Zaitun...........................15

BAB III......................................................................................................................18

PENUTUP..................................................................................................................18

A. Kesimpulan......................................................................................................18

B. Saran.................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Carville K, luka merupakan suatu kerusakan yang


abnormal pada kulit yang menghasilkan kematian dan kerusakan sel-
sel kulit. Wound Care Solutions Telemedicine menyatakan bahwa
luka diartikan sebagai interupsi kontinuitas jaringan, biasanya akibat
dari suatu trauma atau cedera (Rohmayanti & Sodiq Kamal, 2015).

Menurut Bryant & Nix, perawatan luka adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka supaya mencegah
terjadinya trauma pada kulit, membran mukosa, dan jaringan lain
yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi
pembersihan luka, mengganti balutan, memasang balutan, pengisian
luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang
meliputi membersihkan kulit pada daerah drainase, irigasi luka,
pembuangan drainase, dan pemasangan perban (Usiska, 2015).

Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat


pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini
(Rahim et al., 2019). Perawat dituntut untuk mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses
perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif,
perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi
hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang
sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat adalah
berkaitan dengan cost eƒƒectiνeness. Manajemen perawatan luka
modern sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan
semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-
produk yang bisa dipakai dalam merawat luka. Dalam hal ini,
perawat dituntut untuk memahami produk- produk tersebut dengan
baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang
tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan
(cobƒort), keamanan (s`ƒety). Secara umum, perawatan luka yang
berkembang pada saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang
melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis,
ekonomi, dan social (Fatmadona et al., 2016).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara meningkatan Pengetahuan & Skill dalam


Merawat Luka?

2. Bagaiamana Perawatan Luka dengan menggunakan Madu,?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui


tentang trend dan issue dalam perawatan luka menggunakan madu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan


Pengetahuan & Skill dalam merawat luka

b. Untuk mengetahui bagaiamana Perawatan Luka dengan


menggunakan madu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka

Berdasarkan jurnal penelitian dari Alva Cherry Mustamu, Hilarry


L Mustamu dan Nur Hafni Hasim (2020) menyatakan bahwa luka
adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur
anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama penyembuhan.
Berdasarkan sifat, yaitu: abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka,
penetrasi, puncture,sepsis, dan lain-lain. Klasifikasi berdasarkan
struktur lapisan kulit, meliputi: superfi sial, yang melibatkan lapisan
epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan
dermis; dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan
lemak, fascia, dan bahkan sampai ke tulang.

Berdasarkan proses, penyembuhan dapat dikategorikan menjadi


tiga, yaitu: (1) Penyembuhan primer (healing by primary intention)
yaitu tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada
jaringan yang hilang, biasanya terjadi setelah suatu insisi,
penyembuhan luka berlangsung dari internal ke eksternal. (2)
Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) yaitu
sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai
dari pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya. (3)
Delayed primary healing (tertiary healing) yaitu penyembuhan luka
berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan
luka secara manual (Han & Ceilley, 2017).

Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah


menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif
dibandingkan metode konvensional (Sarabahi, 2012; Theoret, 2004).
Perawatan luka menggunakan prinsip moisture balance ini dikenal
sebagai metode modern dressing. Selama ini, ada anggapan bahwa
suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering.
Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya seimbang
memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks
nonseluler yang sehat.

Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga


tahap, yakni mencuci luka, membuang jaringan mati, dan memilih
balutan. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan sisa balutan lama, debridement jaringan nekrotik
atau membuang jaringan dan sel mati dari permukaan luka.
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa
pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip
menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti
hydrogel.

Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap,


melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak
jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur gel dan
terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami). Balutan
dapat diaplikasikan selama tiga sampai lima hari, sehingga tidak
sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat penggantian
balutan.6 Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan
Ca-nya dapat membantu menghentikan perdarahan.

Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap cairan dua


kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah
hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan
bakteri, dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder.
Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka
(Fernandez et al., 2004; Sarabahi, 2012). Untuk luka yang banyak
eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam,
sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi
gel untuk membuat suasana lembap yang akan membantu
mempercepat penyembuhan luka.

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada


masyarakat ini adalah workshop yang meliputi diskusi interaktif dan
praktik langsung antara pengabdi dengan perawat yang tersebar di
Kota dan Kabupaten Sorong. Kegiatan ini berlangsung selama 2
hari. Jumlah peserta sebanyak 41 orang. Sebelum kegiatan
workshop dilakukan diberikan pre test dan setelah kegiatan
diberikan post test dengan menggunakan instrument kuisioner dan
lembar observasi berisi 20 pertanyaan tentang pengetahuan
perawatan luka dan 17 item langkah perawatan luka modern.
Kegiatan ini dilakukan di Rumah Sakit Sele Be Solu Kota Sorong.

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013,


Papua Barat memiliki insidensi penyakit yang beresiko
komplikasi luka seperti diabetes melitus sebesar (1,2%) (Litbang
Kemenkes, 2018). Hal ini menyebabkan tenaga perawat harus
mampu melaksanakan perawatan luka yang baik dan benar.
Perawatan luka yang baik dan benar harus mengikuti trend terbaru
berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan
bertahun-tahun.

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan


yang sangat pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini.
Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi yang
sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping
itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen perawatan
luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien
dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai
kekompleksan suatu luka dimana perawatan yang tepat diperlukan
agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai


pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan
proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan
serta dokumentasi hasil yang sistematis. Isu lain yang harus dipahami
oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness (Cherry
Mustamu et al., 2020).

B. Perawatan Luka dengan Menggunakan Madu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Anshori,


dkk., (2014) menunjukkan bahwa ratarata kolonisasi Staphylococcus
aureus setelah dilakukan perawatan luka adalah 178,71 cfu/ml.
Kolonisasi pada posttest menunjukkan adanya penurunan rata-rata
jumlah kolonisasi Staphylococcus aureus setelah dilakukan
perawatan luka menggunakan madu. Madu merupakan terapi non
farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes
Mellitus (Anshori, 2014).

Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada


luka ulkus kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat
trauma dan pasca operasi, serta luka bakar. Sebagai agen pengobatan
luka topikal, madu mudah diserap kulit, sehingga dapat menciptakan
kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan. Madu terbukti
mempunyai kemampuan membasmi sejumlah bakteri di antaranya
bakteri gram positif dan gram negatif. Madu menyebabkan
peningkatan tekanan osmosis di atas permukaan luka. Hal
tersebut akan menghambat tumbuhnya bakteri kemudian
membunuhnya.

Aktivitas antibakteri madu terjadi karena adanya hidrogen


peroksida, flavonoid, dan konsentrasi gula hipertonik. Hidrogen
peroksida dibentuk di dalam madu oleh aktivitas enzim glucose oxide
yang memproduksi asam glukonat dan hidrogen peroksida dari
glukosa. Enzim ini akan aktif apabila madu diencerkan. Hidrogen
peroksida yang terbentuk akan terakumulasi dalam medium biakan
yang akan menginhibisi pertumbuhan bakteri. Hidrogen peroksida
pada madu merupakan antiseptik karena sifatnya sebagai antibacterial.
Hidrogen peroksida dapat menghambat sekitar 60 jenis bakteri
aerob maupun anaerob serta bakteri gram positif dan bakteri gram
negative.

Efek madu pada penyembuhan luka menghasilkan semacam zat


kimia untuk debridemen, jaringan rusak dan mati. Proses debridemen
luka pada pasien yang dirawat menggunakan madu sangat mudah
diangkat atau dibersihkan, jaringan nekrotik berupa gumpalan debris
berwarna putih kekuningan dan berserabut sangat mudah terangkat
dari dasar luka

Penelitian dilakukan di tempat tinggal masing-masing responden.


Intervensi untuk setiap responden dilakukan satu kali dalam sehari
sebanyak 4 kali dan membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 60
menit untuk setiap perawatan. Pengambilan sampel untuk pretest
dilakukan passda hari pertama sebelum perawatan dan untuk posttest
dilakukan pada hari keenam setelah perawatan. Alat pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah colony counter
dan lembar observasi jumlah kolonisasi Staphylococcus
aureus. Pengolahan dan analisa data melalui program SPSS
menggunakan uji statistik dependent t-test atau paired t-test dengan
derajat kepercayaan 95% (a=0,05).

Karakteristik responden dalam penelitian yaitu rata-rata usia


responden adalah 63 tahun, sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan, berpendidikan sekolah dasar (SD) dan bekerja sebagai
petani. Hasil rata-rata jumlah kolonisasi bakteri Staphylococcus
aureus sebelum dilakukan perawatan luka menggunakan madu adalah
306 cfu/ml dan hasil rata-rata jumlah kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus setelah dilakukan perawatan luka
menggunakan madu adalah 178,71 cfu/ml. Terdapat pengaruh
perawatan luka menggunakan madu terhadap kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus pada luka diabetik pasien Diabetes Mellitus di
wilayah kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember dengan nilai p
= 0,000 (p<0,05) dan rata-rata penurunan jumlah kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus sebesar 127,286 cfu/ml.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nabhani


& Yuli Widiyastuti (2017) yang menyatakan cara perawatan luka
gangren dengan madu secara rutin akan lebih baik, dari jaman dulu
madu sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis
pengobatan termasuk luka madu juga mudah didapat selain itu
efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan air
rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan hydrogen proxsida
nya mampu membunuh bakteri dan mikroorganisme yang masuk
kedalam tubuh kita. Selain itu madu juga mengandung antibotika
sebagai antibakteri dan antiseptik menjaga luka (Nabhani &
Widiyastuti et al., 2017).

Dari analisis bivariat diperoleh hasil t hitung 5.000 dan p value


0.015 karena hasil t hitung 5.000 diatas harga atau > table t: 2.35 dan p
< dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu untuk
mempercepat proses penyembuhan luka gangrene sehingga
hipotesis yang berbunyi ada manfaat madu terhadap penyembuhan
luka gangrene di terima. Dan keeratan pengaruh paired sample
correlation 0,577 (57%) sehingga mempunyai pengaruh yang sedang.
Seperti telah di jelaskan di bagian atas bahwa dari jaman dulu madu
sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan
termasuk luka, madu mengandung vitamain, asam amino,
mineral, antibiotik dan bahan-bahan aroma terapi. Sehingga
perawatan luka gangren dengan madu secara rutin akan lebih baik,
madu juga mudah didapat selain itu efektif dalam proses
penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu
yang asam serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu membunuh
bakteri dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


merawat luka agar mencegah terjadinya trauma pada kulit membran
mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan luka,
memasang balutan, mengganti balutan, pengisian luka, memfiksasi
balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi
membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan
drainase, pemasangan perban.

Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,


sehingga perawat juga dituntut untuk menambah pengetahuan dan
skill tentang perawatan luka. Teknologi dalam bidang kesehatan juga
memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka salah satunya manajemen perawatan luka dengan
modern dressing. Perawatan luka modern dengan metode moist
wound healing efektif terhadap proses penyembuhan luka ulkus
diabetikum. Selain itu beberapa bahan alami dapat membantu dalam
proses perawatan luka seperti madu.

B. Saran

Semoga makalah dari kelompok kami dapat berguna bagi


rekan-rekan dan semoga makalah kami dapat menjadi suatu acuan
untuk kedepannya. Untuk Kritik dan saran akan kami terima untuk
membentuk makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap
Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik
Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas
Rambipuji Kabupaten Jember
(The Effect of Wound Care Using Honey on Staphylococcus
Aureus Bacterial Colonization in Diabetic Wound of Patients with
Diabetes Mellitus in Work Area of Public Health
Center of Rambipuji Jember)
Nuril Hudha Al Anshori, Nur Widayati, Anisah Ardiana
Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331)
323450
e-mail korespondensi:

nuril.shory@yahoo.co.id

Abstrak
Luka diabetik sangat mudah menimbulkan komplikasi berupa infeksi akibat invasi
bakteri, dankondisi hiperglikemia mendukung pertumbuhan bakteri. Salah satu
bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada luka diabetik adalah bbakteri
Staphylococcus aureus. Perawatan luka diabetik dapat dilakukan dengan
pemberian madu. Madu mengandung antibakteri, antioksidan dan hidrogen
peroksida yang turut membunuh kuman merugikan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh perawatan luka menggunakan madu terhadap kolonisasi
bakteri Staphylococcus aureus pada luka diabetik. Desain penelitian yang
digunakan adalah pre-eksperiment dengan rancangan one group pretest and
posttest. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling
dengan 7 responden. Analisa data menggunakan uji dependent t-test dan
didapatkan nilai p value 0,000 (p value < a = 0,05), maka dapat disimpulkan
ada pengaruh perawatan luka menggunakan madu terhadap kolonisasi bakteri
Staphylococcus aureus pada luka diabetik pasien Diabetes Mellitus di wilayah kerja
Puskesmas Rambipuji Kabupaten Jember. Saran yang dapat diberikan adalah
menerapkan penggunaan madu sebagai agen perawatan luka karena memiliki sifat anti
bakteri yang dapat mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
luka.
DAFTAR PUSTAKA

Angriani, S., Hariani, H., Dwianti, U., Kesehatan, P., & Makassar, K. (2019).
EFEKTIFITAS PERAWATAN LUKA MODERN DRESSING DENGAN
METODE MOIST WOUND HEALING PADA ULKUS DIABETIK DI
KLINIK PERAWATAN LUKA ETN CENTRE MAKASSAR. In Politeknik
Kesehatan Makassar (Vol. 10).
https://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakeperawatan/
article/view/867/pdf

Anshori, A. (2014). PENGARUH PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN MADU


TERHADAP KOLONISASI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA
LUKA DIABETIK PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER.

Cherry Mustamu, A., Mustamu, H. L., Hafni Hasim, N., & Naskah, G. (2020).
PENINGKATAN PENGETAHUAN & SKILL DALAM MERAWAT
LUKA. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo, 1(2), 103–109.
http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/PKS/article/view/483

Fatmadona, R., Oktarina A A Keperawatan, E., Bedah, M., & Keperawatan, F.


(2016). APLIKASI MODERN WOUND CARE PADA PERAWATAN
LUKA INFEKSI DI RS PEMERINTAH KOTA PADANG. NERS Jurnal
Keperawatan, 12(2), 159–165.
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/147

Nabhani & Widiyastuti, Y., DIII Keperawatan, P., PKU Muhammadiyah


Surakarta, S., & Kunci Abstrak, K. (2017). PENGARUH MADU
TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA GANGREN PADA
PASIEN DIABETES MELLITUS. Profesi (Profesional Islam) : Media
Publikasi Penelitian, 15(1), 69.
https://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/65

Pradika, J., Astuti, Y., & Sari, N. K. (2016). Efektivitas Cleansing Luka
menggunakan Infussa daun Jambu biji 20% dengan teknik showering
tekanan 15 Psi terhadap penyembuhan ulkus kaki penderita Diabetik di
Klinik Kitamura Pontianak. https://123dok.com/document/ky63orny-
efektivitas-cleansing-menggunakan-showering-terhadap-penyembuhan-
diabetik-pontianak.html

Rahim, W. A., Rompas, S., & Kallo, V. D. (2019). HUBUNGAN ANTARA


PENGETAHUAN PERAWATAN LUKA PASCA BEDAH SECTIO
CAESAREA (SC) DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PASIEN DI
RUANG INSTALASI RAWAT INAP KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO. JURNAL
KEPERAWATAN, 7(1). https://doi.org/10.35790/jkp.v7i1.22890

Rohmayanti & Sodiq Kamal. (2015). IMPLEMENTASI PERAWATAN LUKA


MODERN DI RS HARAPAN MAGELANG | - | PROSIDING SEMINAR
NASIONAL & INTERNASIONAL.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1642/1694

Usiska, Y. S. (2015). “Pengaruh Metode Rawat Luka Modern Dengan Terapi


Hiperbarik Terhadap Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik Pada Pasien
Diabetes Mellitus. Universitas Jember, 1–228.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65577/1023101010
66.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Yolanda, O., Utomo, W., & Sabrian, F. (2013). Efektifitas minyak zaitun terhadap
pressure ulcers pada pasien dengan tirah baring lama. Perpustakaan
Universitas Riau.

Anda mungkin juga menyukai