EVIDENCE BASED
Kelompok 1
1, DEVI TRISMIA
2, VATMA ASTARINA
3, SEPTIN WULANDARI
4, SRI LESTARI
5, IRLINA DEWI YUNITA
6, RAHMA MURTI
PENDAHULUAN
Perawatan luka ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai
dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan social (Fatmadona, Elvi Oktarina,
2016).
Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu cost effectiveness
dalam pemilihan produk –produk inovatif yang dapat dipakai untuk merawat luka
pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan pertimbangan biaya (cost),
kenyamanan (comfort), keamanan (safety).
Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat
terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi
hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis
Pokok bahasan
Pendahuluan
Pembahasan : hasil beberapa jurnal :
A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat
Luka
B. Perawatan Luka dengan Modern Dressing
C. Perawatan Luka dengan Menggunakan Madu
D. Perawatan Luka dengan Menggunakan Infusa
Daun Jambu
E. Perawatan Luka dengan Menggunakan Minyak
Zaitun
Pembahasan
A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan (Alva
Cherry Mustamu, Hilarry L Mustamu dan Nur Hafni Hasim 2020).
Klasifikasi Luka : berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan lama
penyembuhan
Berdasarkan sifat, yaitu: abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi,
puncture,sepsis, dan lain-lain
Klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit, meliputi: superfisial, yang melibatkan
lapisan epidermis; partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis;
dan full thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia, dan
bahkan sampai ke tulang.
Berdasarkan proses, penyembuhan dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
1. Penyembuhan primer (healing by primary intention) yaitu tepi luka bisa
menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang,
biasanya terjadi setelah suatu insisi, penyembuhan luka berlangsung dari
internal ke eksternal.
2. Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) yaitu sebagian
jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari pembentukan
jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
3. Delayed primary healing (tertiary healing) yaitu penyembuhan luka
berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka
secara manual (Han & Ceilley, 2017)
Lanjutan....
Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap :
1. Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan
membersihkan sisa balutan lama
2. Membuang jaringan mati atau debridement jaringan nekrotik dan sel
mati dari permukaan luka
3. Memilih balutan
Perawatan luka konvensional harus sering mengganti kain kasa
pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki
prinsip menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan
seperti hydrogel
Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap,
melunakkan serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa
merusak jaringan sehat, yang kemudian terserap ke dalam struktur
gel dan terbuang bersama pembalut (debridemen autolitik alami
Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai lima hari,
sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat
penggantian balutan
Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka
(Fernandez et al., 2004; Sarabahi, 2012).
luka eksudatnya
bahan balutan yang menyerap cairan seperti foam
Luka tumbuh granulasi
gel untuk membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat
penyembuhan luka.
Manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien
Pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan.
Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka dimana
perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal
B. Perawatan Luka dengan Modern Dressing
Terapi non farmakologis digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka :
1. ulkus kaki
2. luka dekubitus
3. ulkus kaki diabet
4. infeksi akibat trauma
5. pasca operasi
6. luka bakar
Pengobatan luka topikal, madu mudah diserap kulit, sehingga dapat menciptakan
kelembaban kulit dan memberi nutrisi yang dibutuhkan
Madu terbukti membasmi bakteri gram positif dan gram negatif terjadi peningkatan
tekanan osmosis di atas permukaan luka. menghambat tumbuhnya bakteri
kemudian membunuhnya
Efek madu pada penyembuhan luka menghasilkan semacam zat kimia untuk
debridemen, jaringan rusak dan mati. Proses debridemen luka pada pasien yang
dirawat menggunakan madu sangat mudah diangkat atau dibersihkan, jaringan
nekrotik berupa gumpalan debris berwarna putih kekuningan dan berserabut sangat
mudah terangkat dari dasar luka
Perawatan luka gangren dengan madu secara rutin akan lebih baik, madu juga mudah
didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan airnya
rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu
membunuh bakteri dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita.
D. Perawatan Luka dengan Menggunakan Infusa Daun Jambu
Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan komplikasi dari diabetes mellitus (DM)
yang kronis dan sulit sembuh yang menjadi penyebab utama morbiditas,
mortalitas dan kecacatan penderita diabetes.
Managemen luka yang baik yang terdiri dari cleansing, debridement & dressing
merupakan bentuk penanganan dalam menekan laju angka kejadian mortalitas
yang diakibatkan oleh UKD
Cleansing luka merupakan tahapan awal dalam perawatan luka yang berperan
penting dalam menjaga kebersihan luka, melepas debris, meminimalkan
kolonisasi bakteri dan memfasilitasi penyembuhan luka
Cleansing luka terdiri dari metode yang berhubungan dengan teknik dan solusi
yang berhubungan dengan cairan yang digunakan. Teknik cleansing yang paling
mudah dan efektif diterapkan adalah teknik showering sedangkan cairan yang
paling umum digunakan adalah NaCl 0.9%.
Ekstrak daun jambu biji juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap
bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada luka bedah, infeksi kulit
dan jaringan lunak lainnyadan diteliti secara in vitro mempunyai efek
penghambatan pada pertumbuhan Staphylococcus aureus,
Streptococcus mutans, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
enteritidis, Bacillus cereus, Proteus spp., Shigella spp. dan Escherichia
coli yang merupakan agen penyebab infeksi pada manusia.
Gangguan integritas kulit dan dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama,
iritasi kulit, atau immobilisasi dan berdampak timbulnya luka dekubitus
(Potter & Perry, 2005)
Faktor – faktor penyebab ulkus dekubitus akan timbul karena pasien pasien
tersebut harus tinggal di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama
(beberapa hari, bulan bahkan tahun)
Beberapa diagnosa medis yang menyebabkan tirah baring lama adalah
perdarahan intra kranial, aneurisma, infark kranial (stroke), kontusio serebri,
abses otak, hidrosefalus, paraplegi, kuadriplegi, kolostomi, multiple fracture
dan ensepalopati hati (Hendicap International, 2008).
Tahap awal dalam melakukan pencegahan ulkus dekubitus adalah: