Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TREND DAN ISSUE DALAM PERAWATAN LUKA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perawatan luka

Disusun oleh:

Kelompok 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PATRIA HUSADA

BLITAR

2021
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Menurut Carville K, luka merupakan suatu kerusakan

yang abnormal pada kulit yang menghasilkan kematian dan

kerusakan sel-sel kulit. Wound Care Solutions Telemedicine

menyatakan bahwa luka diartikan sebagai interupsi kontinuitas

jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera

(Rohmayanti & Sodiq Kamal, 2015).

Menurut Bryant & Nix, perawatan luka adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka supaya

mencegah terjadinya trauma pada kulit, membran mukosa, dan

jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka

operasi yang dapat merusak permukaan kulit. Serangkaian

kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka, mengganti balutan,

memasang balutan, pengisian luka, memfiksasi balutan, tindakan

pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit pada

daerah drainase, irigasi luka, pembuangan drainase, dan


pemasangan perban (Usiska, 2015).

Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Teknologi dalam bidang kesehatan juga

memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek

perawatan luka ini (Rahim, dkk., 2019). Perawat dituntut untuk

mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait

dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang

komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi

tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta

dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus

dipahami oleh perawat adalah berkaitan dengan cost effectiveness.

Manajemen perawatan luka modern sangat mengedepankan isu

tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin banyaknya inovasi

terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa dipakai

dalam merawat luka. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk

memahami produk- produk tersebut dengan baik sebagai bagian

dari proses pengambilan

keputusan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada

dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus berdasarkan

pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan

(safety). Secara umum, perawatan luka yang berkembang pada

saat ini lebih ditekankan pada intervensi yang melihat sisi klien

dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik, psikis, ekonomi, dan

social (Fatmadona, Elvi Oktarina, 2016).

Melihat betapa pentingnya masalah diatas, maka perlu

untuk mempelajari lebih jaug tenyang “Trend Issue dalam

perawatan luka”.
B. Rumusan masalah

Atas dasar penentuan latar belakang di atas, maka

kami dapat mengambil perumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana cara meningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat

Luka?

2. Bagaiamana Perawatan Luka dengan Modern Dressing,

Madu, Infusa Daun Jambu Biji dan Minyak Zaitun ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum disusunnya makalah ini adalah untuk

mengetahui tentang trend dan issue dalam perawatan luka

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan

Pengetahuan & Skill dalam merawat luka

b. Untuk mengetahui bagaiamana Perawatan Luka dengan

Modern Dressing, Madu, Infusa Daun Jambu Biji dan

Minyak Zaitun.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peningkatan Pengetahuan & Skill dalam Merawat Luka

Berdasarkan jurnal penelitian dari Alva Cherry Mustamu, Hilarry L

Mustamu dan Nur Hafni Hasim (2020) menyatakan bahwa luka adalah

terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan. Luka bisa

diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan, dan

lama penyembuhan. Berdasarkan sifat, yaitu: abrasi, kontusio, insisi, laserasi,

terbuka, penetrasi, puncture,sepsis, dan lain-lain. Klasifikasi berdasarkan

struktur lapisan kulit, meliputi: superfi sial, yang melibatkan lapisan epidermis;

partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full

thickness yang melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia, dan bahkan

sampai ke tulang.

Berdasarkan proses, penyembuhan dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

(1) Penyembuhan primer (healing by primary intention) yaitu tepi luka

bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang

hilang, biasanya terjadi setelah suatu insisi, penyembuhan luka

berlangsung dari internal ke eksternal.

(2) Penyembuhan sekunder (healing by secondary intention) yaitu

sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari

pembentukan jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.

(3) Delayed primary healing (tertiary healing) yaitu penyembuhan luka

berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan luka

secara manual (Han & Ceilley, 2017).


Metode perawatan luka yang berkembang saat ini adalah menggunakan prinsip

moisture balance, yang disebutkan lebih efektif dibandingkan metode

konvensional (Sarabahi, 2012; Theoret, 2004). Perawatan luka menggunakan

prinsip moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing. Selama

ini, ada anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah

mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya seimbang

memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler

yang sehat.

Perawatan luka modern harus tetap memperhatikan tiga tahap, yakni

 mencuci luka,

 membuang jaringan mati dan

 memilih balutan.

Mencuci luka bertujuan menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan sisa

balutan lama, debridement jaringan nekrotik atau membuang jaringan dan sel

mati dari permukaan luka. Perawatan luka konvensional harus sering mengganti

kain kasa pembalut luka, sedangkan perawatan luka modern memiliki prinsip

menjaga kelembapan luka dengan menggunakan bahan seperti hydrogel.

Hydrogel berfungsi menciptakan lingkungan luka tetap lembap, melunakkan

serta menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak jaringan sehat, yang

kemudian terserap ke dalam struktur gel dan terbuang bersama pembalut

(debridemen autolitik alami). Balutan dapat diaplikasikan selama tiga sampai

lima hari, sehingga tidak sering menimbulkan trauma dan nyeri pada saat

penggantian balutan.

6 Jenis modern dressing lain, yakni

 Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu menghentikan

perdarahan.

 hidroselulosa yang mampu menyerap cairan dua kali lebih banyak


dibandingkan Ca Alginat.

 hidrokoloid yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri,

dapat digunakan untuk balutan primer dan sekunder.

 Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan jenis luka

(Fernandez et al., 2004; Sarabahi, 2012).

 Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan balutan yang

menyerap cairan seperti foam,

 Pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi gel untuk membuat

suasana lembap yang akan membantu mempercepat penyembuhan luka. (

Fernandez et al., 2004; Sarabahi, 2012).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013, Papua

Barat memiliki insidensi penyakit yang beresiko komplikasi luka seperti diabetes

melitus sebesar (1,2%) (Litbang Kemenkes, 2018). Hal ini menyebabkan tenaga

perawat harus mampu melaksanakan perawatan luka yang baik dan benar.

Perawatan luka yang baik dan benar harus mengikuti trend terbaru berdasarkan

hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan bertahun-tahun.

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat

pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan

juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan

luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen

perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien

dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak

ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka

dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai

dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan

keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai
dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat,

implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta

dokumentasi hasil yang sistematis. Isu lain yang harus dipahami oleh perawat

adalah berkaitan dengan cost effectiveness (Mustamu, dkk., 2020).


B. Perawatan Luka dengan Modern Dressing

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Angriani, S., dkk.,

(2019) menyatakan bahwa perawatan luka modern dengan metode moist wound

healing efektif terhadap proses penyembuhan luka ulkus diabetikum.

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik

hiperglikiemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau

kedua-duanya. Luka diabetes adalah infeksi, ulkus dan/atau kerusakan jaringan

yang lebih dalam yang terkait dengan gangguan neurologis dan vaskuler pada

tungkai (Black, 2009). Jumlah kejadian diabetes yang meningkat, menyebabkan

meningkatnya angka kejadian komplikasi diabetes adalah luka kaki diabetik.

Luka bisa teratasi secara optimal jika penanganan luka dilakukan dengan tepat.

Oleh karena itu, digunakan salah satu metode untuk mengatasi hal tersebut.

Moist wound healing adalah metode untuk mempertahankan kelembaban

luka dengan menggunakan balutan penahan kelembaban, sehingga penyembuhan

luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami. Penelitian Angriani, S,

dkk (2019) menunjukkan efektifitas perawatan luka menggunakan balutan

modern. Pada saat ini metode perawatan luka yang berkembang adalah

menggunakan prinsip moisture balance, yang disebutkan lebih efektif

dibandingkan metode konvensional. Perawatan luka menggunakan prinsip

moisture balance ini dikenal sebagai metode modern dressing. Selama ini, ada

anggapan bahwa suatu luka akan cepat sembuh jika luka tersebut telah

mengering. Namun faktanya, lingkungan luka yang kelembapannya seimbang

memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen dalam matriks nonseluler

yang sehat. Prinsip moisture dalam perawatan luka antara lain adalah untuk
mencegah luka menjadi kering dan keras, meningkatkan laju epitelisasi,

mencegah pembentukan jaringan eschar, meningkatkan pembentukan jaringan

dermis, mengontrol inflamasi dan memberikan tampilan yang lebih kosmetis,

mempercepat proses autolysis debridement, dapat menurunkan kejadian infeksi,

cost effective, dapat mempertahankan gradien voltase normal, mempertahankan

aktifitas neutrofil, menurunkan nyeri, memberikan keuntungan psikologis dan

mudah digunakan.

Perawatan luka modern ini dikenal juga dengan istilah evidence-based

wound care adalah perawatan terkini yang mempertahankan prinsip lembab


Di Indonesia perawatan luka modern berdasarkan bukti dan data klinis

(evindence-based) merupakan perawatan luka terkini yang mulai berkembang di

Indonesia sejak tahun 1997 ketika dimulai ada perawat spesialis luka. Stoma dan

kontinensia pertama di Indonesia, yaitu enterostomal theraphy nurse (ETN) atau

wound ostomy continence nurse (WOC).

C. Perawatan Luka Dengan Menggunakan Madu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Anshori, dkk.,

(2014) menunjukkan bahwa ratarata kolonisasi Staphylococcus aureus setelah

dilakukan perawatan luka adalah 178,71 cfu/ml. Kolonisasi pada posttest

menunjukkan adanya penurunan rata-rata jumlah kolonisasi Staphylococcus

aureus setelah dilakukan perawatan luka menggunakan madu. Madu merupakan

terapi non farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes

Mellitus.

Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka

ulkus kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat trauma dan pasca

operasi, serta luka bakar. Sebagai agen pengobatan luka topikal, madu mudah

diserap kulit, sehingga dapat menciptakan kelembaban kulit dan memberi nutrisi

yang dibutuhkan. Madu terbukti mempunyai kemampuan membasmi sejumlah

bakteri di antaranya bakteri gram positif dan gram negatif. Madu menyebabkan

peningkatan tekanan osmosis di atas permukaan luka. Hal tersebut akan

menghambat tumbuhnya bakteri kemudian membunuhnya.

Aktivitas antibakteri madu terjadi karena adanya hidrogen peroksida,

flavonoid, dan konsentrasi gula hipertonik. Hidrogen peroksida dibentuk di

dalam madu oleh aktivitas enzim glucose oxide yang memproduksi asam

glukonat dan hidrogen peroksida dari glukosa. Enzim ini akan aktif apabila

madu diencerkan. Hidrogen peroksida yang terbentuk akan terakumulasi dalam


medium biakan yang akan menginhibisi pertumbuhan bakteri. Hidrogen

peroksida pada madu merupakan antiseptik karena sifatnya sebagai antibacterial.

Hidrogen peroksida dapat menghambat sekitar 60 jenis bakteri aerob maupun

anaerob serta bakteri gram positif dan bakteri gram negative.

Efek madu pada penyembuhan luka menghasilkan semacam zat kimia

untuk debridemen, jaringan rusak dan mati. Proses debridemen luka pada pasien

yang dirawat menggunakan madu sangat mudah diangkat atau dibersihkan,

jaringan nekrotik berupa gumpalan debris berwarna putih kekuningan dan

berserabut sangat mudah terangkat dari dasar luka.

Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Nabhani & Yuli

Widiyastuti (2017) yang menyatakan cara perawatan luka gangren dengan madu

secara rutin akan lebih baik, dari jaman dulu madu sangat dipercaya oleh

masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka madu juga mudah

didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan air

rendah, juga PH madu yang asam serta kandungan hydrogen proxsida nya

mampu membunuh bakteri dan mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita.

Selain itu madu juga mengandung antibotika sebagai antibakteri dan antiseptik

menjaga luka.

Seperti telah di jelaskan di bagian atas bahwa dari jaman dulu madu

sangat dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk

luka, madu mengandung vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan bahan-

bahan aroma terapi. Sehingga perawatan luka gangren dengan madu secara rutin

akan lebih baik, madu juga mudah didapat selain itu efektif dalam proses

penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu yang asam

serta kandungan hidrogen peroxidanya mampu membunuh bakteri dan

mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh kita.

D. Perawatan Luka dengan menggunakan Infusan Daun Jambu


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradika (2016)

menyimpulkan bahwa Infusa daun jambu biji 20% pada group 1 memiliki hasil

paling signifikan dalam menurunkan skor Bates Jensen Wound Assessment

Tools (BJWAT) dibanding air ozon dan NaCl 0.9% pada group 2 dan group 3

pada Ulkus Kaki Diabetik. Ulkus kaki diabetik (UKD) merupakan komplikasi

dari diabetes mellitus (DM) yang kronis dan sulit sembuh yang menjadi

penyebab utama morbiditas, mortalitas dan kecacatan penderita diabetes.

Managemen luka yang baik yang terdiri dari cleansing, debridement &

dressing merupakan bentuk penanganan dalam menekan laju angka kejadian

mortalitas yang diakibatkan oleh UKD. Cleansing luka merupakan tahapan awal

dalam perawatan luka yang berperan penting dalam menjaga kebersihan luka,

melepas debris, meminimalkan kolonisasi bakteri dan memfasilitasi

penyembuhan luka. Cleansing luka terdiri dari metode yang berhubungan

dengan teknik dan solusi yang berhubungan dengan cairan yang digunakan.

Teknik cleansing yang paling mudah dan efektif diterapkan adalah teknik

showering sedangkan cairan yang paling umum digunakan adalah NaCl 0.9%.

Cairan NaCl 0,9% merupakan cairan netral yang tidak mengiritasi dan tidak

bersifat toksik terhadap jaringan namun tidak mempunyai daya anti-bakteri

khusus sehingga kurang tepat jika diterapkan pada UKD yang terinfeksi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Klinik Perawatan Luka Kitamura

Pontianak didapatkan data bahwa teknik cleansing yang diterapkan sudah

menggunakan teknik showering namun belum menggunakan tekanan yang

terukur dan cairan yang digunakan yaitu NaCl 0.9% untuk semua jenis luka. Hal

ini menunjukkan teknik showering dengan tekanan terukur yang berdasarkan

referensi tekanan 15 Psi merupakan tekanan terbaik diperlukan untuk cleansing

luka dan dibutuhkan cairan alternatif yang mengandung anti- bakteria salah

satunya yaitu infusa daun jambu biji 20% yang kandungan senyawa didalamnya

memiliki khasiat anti-inflamasi, anti-mutagenik, anti- mikroba dan analgesik.


Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh cleansing luka dengan teknik

showering tekanan 15 Psi menggunakan infusa daun jambu biji dengan

komposisi 20gr/100ml (20%) sebagai kelompok intervensi, air ozon sebagai

kontrol positif dan NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh pasien ulkus kaki diabetik yang melakukan perawatan luka

secara aktif di Klinik Kitamura Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan

secara consecutive sampling yang didapat 22 orang untuk tiap-tiap kelompok.

Cleansing luka pada tiap-tiap kelompok dilakukan setiap dua hari sekali dan

penghitungan jumlah skor luka dilakukan sebelum (pre-test) dan setelah (post-

test) cleansing luka dengan menggunakan Bates Jensen Wound Assessment

Tools (BJWAT). Hasil regresi linear menunjukkan hanya variabel infusa daun

jambu biji 20% dan koloni bakteri yang mempunyai pengaruh dalam

menurunkan skor BJWAT pada UKD. Penurunan skor BJWAT tanpa ada

kontribusi dari variabel lain diinterpretasikan sebagai faktor yang paling

mempengaruhi penyembuhan UKD. Ekstrak air daun jambu biji mempunyai

efek signifikan dan merupakan antimikroba alami yang mampu menghambat

perkembangan bakteri gram positif dengan memecah dinding sel dan membran

bakteri dibandingkan penggunaan antibiotik komersial dan infusan daun jambu

biji khususnya konsentrasi 20 % paling efektif dalam menurunkan jumlah koloni

bakteri pada UKD. Ekstrak daun jambu biji juga memiliki aktivitas antimikroba

terhadap bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada luka bedah, infeksi kulit

dan jaringan lunak lainnyadan diteliti secara in vitro mempunyai efek

penghambatan pada pertumbuhan Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans,

Pseudomonas aeruginosa, Salmonella enteritidis, Bacillus cereus, Proteus spp.,

Shigella spp. dan Escherichia coli yang merupakan agen penyebab infeksi pada

manusia. Secara fitokimia daun jambu biji menunjukkan adanya flavonoid,

tanin, alkaloid, glukosida, saponin dan steroid/terpen. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki aktivitas antibakteri yang
sangat kuat untuk infeksi bakteri pada kulit manusia dan bentuk lain dari infeksi

bakteri
Cleansing luka menggunakan infusa daun jambu biji 20% juga

menurunkan skor BJWAT pada UKD. Penurunan skor BJWAT dipercepat oleh

adanya penurunan jumlah koloni bakteri. Jumlah koloni bakteri yang rendah

tidak mengganggu proses inflamasi dan mempercepat pertumbuhan epitelisasi

dan granulasi pada UKD. Intervensi infusa daun jambu biji 20% ini secara

langsung maupun tidak langsung mempunyai efek menurunkan skor BJWAT

pada UKD.

E. Perawatan Luka dengan Menggunakan Minyak Zaitun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolanda Oktari, Utomo

Wasisto dan Sabrian F (2014) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

yang signifikan antara skor ulkus dekubitus setelah pemberian minyak zaitun

pada kelompok eksperimen dan kelompok control.

Gangguan integritas kulit dan dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi

kulit, atau immobilisasi dan berdampak timbulnya luka dekubitus (Potter &

Perry, 2005). Faktor – faktor penyebab ulkus dekubitus akan timbul karena

pasien pasien tersebut harus tinggal di tempat tidur dalam jangka waktu yang

lama (beberapa hari, bulan bahkan tahun). Beberapa diagnosa medis yang

menyebabkan tirah baring lama adalah perdarahan intra kranial, aneurisma,

infark kranial (stroke), kontusio serebri, abses otak, hidrosefalus, paraplegi,

kuadriplegi, kolostomi, multiple fracture dan ensepalopati hati (Hendicap

International, 2008).

Tahap awal dalam melakukan pencegahan ulkus dekubitus adalah

mengidentifikasi pasien yang beresiko ulkus dekubitus menggunakan skala

pengukuran Norton, Braden atau Gosnell, Skala Braden terdiri dari 6 variabel

faktor resiko terbentuknya ulkus dekubitus yang meliputi persepsi-sensori,

kelembaban, aktifitas, mobilitas, nutrisi, dan friction dan shear. Skor berada

dalam rentang 6 – 23. Pasien berada pada resiko terkena ulkus dekubitus (skala
Braden 15-18), beresiko sedang (13-14), beresiko tinggi (10-12), dan beresiko

sangat tinggi (≤ 9) (Leir, 2010). selanjutnya cara pencegahan ulkus dekubitus

yaitu dengan manajemen tekanan (termasuk shear dan friction), dengan cara

perubahan posisi minimal setiap 2 jam, permukaan yang mendukung (support

surfaces), manajemen status nutrisi pasien, dan perawatan kulit. Menurut

Registered Nurse’s Association of Ontorio (RNAO) (2005), Salah satu intervensi

dalam menjaga integritas kulit adalah dengan cara memberikan pelembab

lubrikan seperti lotion, krem dan saleb rendah alcohol. Integritas kulit yang

normal dapat dipertahankan dengan memberikan minyak zaitun. Minyak zaitun

mengandung asam lemak yang dapat memelihara kelembapan, kelenturan, serta

kehalusan kulit (Khadijah, 2008). Minyak zaitun dengan kandungan asam oleat

hingga 80% dapat mengenyalkan kulit dan melindungi elastis kulit dari

kerusakan (Surtiningsih, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Hidratantes dalamTorra i Bou et al (2005)

menyatakan bahwa minyak essensial memiliki manfaat dalam melindungi kulit

terhadap penekanan dan gesekan, memberikan hidrasi yang optimal dan

mencegah anoksia sel. Asam lemak yang terkandung di dalam minyak

meningkatkan daya kohesifstratum korneumdan mencegah terjadinya

transcunaneous water loss dan proliferasi sel yang berlebihan.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

merawat luka agar mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran

mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan

kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan luka, memasang balutan,

mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi balutan, tindakan

pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase,

irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban.

Perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat,

sehingga perawat juga dituntut untuk menambah pengetahuan dan skill tentang

perawatan luka. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan kontribusi

yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka salah satunya manajemen

perawatan luka dengan modern dressing, hasil penelitian dari Angriani, S., dkk.,

(2019) menyatakan bahwa perawatan luka modern dengan metode moist wound

healing efektif terhadap proses penyembuhan luka ulkus diabetikum. Selain itu
terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa beberapa bahan alami

dapat membantu dalam proses perawatan luka seperti madu, daun jambu biji dan

minyak zaitun.
DAFTAR PUSTAKA

Al Anshori, dkk. 2014. Pengaruh Perawatan Luka Menggunakan Madu terhadap

Kolonisasi Bakteri Staphylococcus Aureus pada Luka Diabetik Pasien

Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten

Jember. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 2 No 3, hal 499-506.

Angriani, S., dkk. 2019. Efektifitas Perawatan Luka Modern Dressing dengan

Metode Moist Wound Healing pada Ulkus Diabetik di Klinik Perawatan

Luka ETN Centre Makassar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik

Kesehatan Makassar, Vol. 10 No.1, hal 19-24.

Fatmadona & Elvi Oktarina. 2016. Aplikasi Modern Wound Care Pada Perawatan

Luka Infeksi RS Pemerintah Kota Padang. NERS JURNAL

KEPERAWATAN, Volume 12, No.2, Oktober 2016, hal.159-165.

Mustamu, A.C., Hillary L.M & Nur Hafni Hasim. 2020. Peningkatan Pengetahuan

& Skill dalam Merawat Luka. Jurnal Pengamas Kesehatan Sasambo, Vol.

1 No. 2, hal 103-109.

Nabhani & Yuli Widiyastuti. 2017 Pengaruh Madu Terhadap Proses

Penyembuhan Luka Gangren pada Pasien Diabetes Mellitus. PROFESI

(Profesional Islam) Media Publikasi Penelitian, Vol. 15 No.1, hal 65-69.

Pradika, Jaka. 2016. Efektivitas Cleansing Luka Menggunakan Infusa Daun

Jambu Biji 20% dengan Teknik Showering Tekanan 15 Psi Terhadap


Penyembuhan Ulkus Kaki Diabetik di Klinik Kitamura Pontianak.

Yogyakarta: Tesis, Program Studi Magister Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Rahim, dkk. 2019. Hubungan Antara Pengetahuan Perawatan Luka Pasca Bedah

Sectio Caesarea (SC) dengan Tingkat Kemandirian Pasien di Ruang

Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit

Bhayangkara Manado. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 7 Nomor 1, hal 1-

7.

Rohmayanti & Sodiq Kamal. 2015. Implementasi Perawatan Luka Modern di RS

Harapan Magelang. The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN

2407- 9189.

Usiska, Y.S. 2015. Pengaruh Metode Rawat Luka Modern dengan

Terapi Hiperbarik Terhadap Proses Penyembuhan Luka Ulkus

Diabetik pada Pasien Diabetes Mellitus di Jember Wound Center

(JWC) Rumah Sakit Paru Jember. Jember: Skripsi, Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Jember.


Yolanda, O., dkk. 2014. Efektifitas Minyak Zaitun Terhadap Pressure Ulcers

pada Pasien dengan Tirah Baring Lama. Diakses melalui

https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4120/jurna

l%20ook.pdf?sequence=1 pada Tanggal 21 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai