Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN

AKURASI PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Oleh:
ENI WIDIASTUTI (NIM 2012042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JURUSAN


KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA
HUSADA BLITAR
2020/2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik

diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta yang berfungsi untuk

memberikan pelayanan kesehatan dasar, rujukan, atau pelayanan kesehatan

penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

ditandai dengan adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit

(Suryawati, 2012). Salah satu faktor penunjang untuk peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit adalah pengetahuan perawat yang sangat diperlukan

terutama perawat Instalasi gawat darurat, karena pengetahuan dan ketrampilan perawat

sangat mendukung dalam pengambilan keputusan klinis dalam melakukan penilaian

awal dan memprioritaskan perawatan pasien sesuai jenis kegawatannya sehingga

pasien memperoleh penanganan yang efektif, optimal dan terarah khususnya ditahap

triage (Pusponegoro, 2012).

Triage merupakan pintu gerbang perawatan pasien yang memegang

peranan penting dalam pengaturan darurat, melalui pengelompokan dan

memprioritaskan pasien sesuai tampilan medis pasien. Triage adalah

perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas pasien (atau

korban selama bencana) bersumber pada penyakit atau tingkat cedera,

tingkat keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage,

dapat ditentukan kebutuhan terbesar pasien atau korban untuk segera

menerima perawatan secepat mungkin. Tujuan dari triage adalah untuk


mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan resusitasi segera,

menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam

perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi (Kushayati,

2014). Pelaksanaan triage yang belum tepat akan menyebabkan penundaan

tindakan pengobatan, yang dapat mengakibatkan kecacatan bahkan

kematian pasien, Triage di Indonesia belum mempunyai standart nasional

tentang sistem triage sehingga dalam penerapan di setiap rumah sakit akan

berbeda (Taufani rizki, 2018).

Selama pelaksanaan triage perawat IGD diharapkan mampu

memberikan pertolongan yang berkualitas kepada pasien. Hal ini diperlukan

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dari perawat, karena sangat

berhubungan dengan pengambilan keputusan klinis supaya tidak terjadi

kesalahan. Oleh karena itu pengetahuan yang dimiliki perawat IGD sangat

penting agar dapat melakukan tindakan yang cepat dan akurat sesuai

dengan ilmu yang dikuasai (Natarianto, Reditya, Agustina, Nursery, &

Machelia, 2018). Data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat di

seluruh Indonesia pada tahun 2014 mencapai 4.402.205 atau13,3% dari

seluruh total kunjungan di rumah sakit umum, dengan jumlah kunjungan

12% dari kunjungan Instalasi Gawat Darurat berasal dari rujukan, dengan

jumlah Rumah Sakit Umum 1.033 dari 1.319 Rumah Sakit yang ada. Jumlah

yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar

dengan pelayanan pasien gawat darurat (Keputusan Menteri Kesehatan,

2015).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Chen et al., (2011) pada

279 kasus triage yang dilakukan oleh perawat IGD pada 38 rumah sakit di

Taiwan menunjukkan bahwa rata-rata nilai keakuratan perawat dalam

melakukan triage bernilai 5,62 dari total nilai 10. Hal ini menunjukkan

keakuratan triage yang dilakukan perawat masih rendah. Selain itu

terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan dan kemampuan

perawat dalam melakukan triage, yaitu; lama bekerja, jumlah pelatihan

tentang triage yang pernah diikuti, tipe rumah sakit, dan model triage. Dari

tiga penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa masih banyak terjadi

kelalaian dalam pelaksanaan triage yang dilaksanakan oleh perawat di

instalasi gawat darurat berupa ketiadakuratan triage yang dapat

membahayakan keselamatan pasien.

Hasil penelitian Nonutu et al., (2015) yang dilakukan di Instalasi

Gawat Darurat RSUP. dr. R.D Kandou Manado mengemukakan bahwa

selama dalam penanganan pasien khususnya pelaksanaan triage, sering

terjadi kekeliruan terhadap pelaksanaan triage yang seharusnya sesuai

dengan Standar Prosedur Operasional (SPO), yaitu dengan melakukan

observasi dimana didapatkan hasil pelaksanaan triage yang tepat sejumlah

17,64%, sedangkan yang tidak tepat sejumlah 82,35%.

Penelitian lain yang dikemukakan oleh Harianto (2015), di Rumah

Sakit Dr.Saiful Anwar kota Malang menyatakan ada hubungan antara

pengetahuan dengan akurasi pengambilan keputusan triage dengan rata-

rata pengetahuan 66% dan tersebar sekitar interval antara 54% sampai

78%. Sedangkan pada data akurasi pengambilan keputusan menunjukan


nilai rerata ± standar deviasi adalah 87,52 ± 10,891%. Namun peneltian ini

hanya melihat hasil akhir keakuratan triage pada pasien, dan tidak

melakukan penelitian tentang pelaksanaan proses triage.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di IGD

Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi pada bulan September

2021 kepada 10 perawat didapatkan data bahwa triage yang digunakan di

IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi adalah triage

dengan tiga (3) level, yang terdiri dari kategori Prioritas 1 (P1), Prioritas 2

(P2), dan Prioritas 3 (P3). Hasil observasi dan wawancara kepada 10

perawat IGD, didapatkan hasil sebanyak 6 perawat dalam pelaksanaan

triage masih kurang akurat yang salah satunya ditunjukan dengan

ketidaklengkapan dalam melakukan pengkajian kepada pasien pada kolom

anamnesa. Selain itu terdapat 4 perawat belum mendokumentasikan hasil

pengkajiannya secara lengkap. Perawat yang tidak tepat dalam melakukan

assasment awal penilaian pasien mengakibatkan adanya penilaian yang

under triage.

Berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan di IGD

Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi dapat disimpulkan

bahwa sampai saat ini IGD Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi belum ada

evaluasi formal terhadap pelaksanaan triage sehinggq belum diketahui

keakuratan dalam pelaksanaan triage. Selain itu sudah ada penelitian

mengenai hubungan pengetahuan terhadap pengambilan keputusan triage

tetapi pengambilan keputusan triage hanya melihat pada bagian akhir dari

pelaksanaan triage, namun belum menilai proses dalam pelaksanaan


triage, yang seharusnya kakuratan pelaksanaan triage dimulai dari proses

pengkajian yang lengkap dan tepat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan terhadap

akurasi pelaksanaan triage di IGD Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi

Waluyo Wlingi.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Terhadap

Akurasi Pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan perawat

terhadap akurasi pelaksanaan triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah

Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada perawat dalam

pelaksanaan triage pada pasien.

2. Mengidentifikasi akurasi pelaksanaan triage di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi

3. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan terhadap akurasi

pelaksanaan triage oleh perawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah

Sakit Umum Daerah Ngudi Waluyo Wlingi


1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memiliki kontribusi terhadap pengembangan

keilmuan serta pengembangan berfikir ilmiah dan kritis mengenai

kegawatdaruratan terutama dalam memahami elemen pelaksanaan

triage yang berkaitan dalam penetuan prioritas triage.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi profesi keperawatan penelitian ini dapat menjadi salah satu

informasi untuk perkembangan kinerja profesi keperawatan terkini

agar dapat dijadikan refleksi dan motivasi bagi anggota profesi

keperawatan.

2. Bagi rumah sakit penelitian ini dapat menjadi salah satu tolak ukur

terjaminnya pelayanan berfokus pada keselamatan pasien dan juga

sebagai masukan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

khususnya dalam pelaksanaan triage, sehingga pasien akan

mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat

3. Hasil penelitian dapat menjadi rujukan bagi peneliti selanjutnya

yang memiliki minat dan perhatian khusus pada penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai