Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN BEBAN KERJA, MASA KERJA, DAN PENGETAHUAN

PERAWAT TERHADAP IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN

PASIEN DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN TAHUN

2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu prinsip dasar pelayanan kesehatan adalah keselamatan pasien.

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu alat ukur atau indikator untuk

mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak

terhadap pelayanan kesehatan. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.1 World Health Organization (WHO)

telah menegaskan pentingnya keselamatan pasien dalam penyediaan pelayanan

kepada pasien dan menjadikan suatu prioritas dalam pelayanan kesehatan. 2

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem kompleks yang mencakup peningkatan

kinerja, keamanan lingkungan, manajemen risiko, peningkatan pelayanan,

pengendalian infeksi, penggunaan obat-obatan yang aman, keamanan peralatan,

praktik klinis yang aman, dan lingkungan perawatan yang aman. Terdapat 6 poin

International Patient Safety Goals (IPSG)/ sasaran keselamatan pasien, yaitu: (1)
ketepatan identifikasi pasien, (2) peningkatan komunikasi efektif, (3) peningkatan

keamanan obat yang perlu diwaspadai, (4) kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan

tepat pasien saat operasi, (5) pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,

dan (6) pengurangan risiko pasien jatuh. Setiap poin dari sasaran keselamatan pasien

tersebut sangat penting bagi pasien. Kesalahan yang terjadi pada setiap poin diatas

dapat mengakibatkan hasil yang tidak diinginkan.3 Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, jenis

insiden keselamatan pasien terbagi menjadi 4, yaitu: Kondisi Potensial Cedera (KPC),

Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak

diharapkan (KTD), dan Kejadian Sentinel.4

Menurut data WHO, setiap tahun banyak pasien yang menderita cedera atau

meninggal karena perawatan kesehatan yang berkualitas buruk dan tidak aman.

Kejadian tersebut seharusnya dapat dihindari. Sebuah studi di 26 negara

berpenghasilan rendah dan menengah menunjukan bahwa tingkat Kejadian Tidak

Diharapkan (KTD) sebesar 8%, dimana 83% dapat dicegah, dan 30% mengakibatkan

kematian. Diperkirakan 421 juta rawat inap terjadi di dunia setiap tahun, dan sekitar

42,7 juta kejadian buruk terjadi pada pasien selama rawat inap tersebut. Dua per tiga

kejadian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.2 Pada tahun

2013, angka kejadian keselamatan pasien di Malaysia sebanyak 2.769 kasus. Pada

tahun 2016, angka kejadian keselamatan pasien di Inggris sebanyak 1.879.822

kasus.5 Data mengenai Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), dan Kondisi Nyaris

Cedera (KNC) masih sulit didapatkan. Laporan insiden keselamatan pasien


berdasarkan provinsi menemukan bahwa dari 145 insiden yang dilaporkan, provinsi

DKI Jakarta menempati urutan pertama yaitu 37,9% diantara delapan provinsi

lainnya, yaitu Jawa Tengah 15,9%, D.I. Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%,

Sumatera Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69%, dan

Aceh 0,8%. Data laporan insiden keselamatan pasien berdasarkan kepemilikan rumah

sakit tahun 2010, rumah sakit pemerintah memiliki presentasi sebesar 16%, lebih

tinggi dibandingkan dengan rumah sakit swasta sebesar 12%. 6 Berdasarkan penelitian

Budiono di Surabaya, Jawa Timur (2016), terdapat 429 kasus insiden keselamatan

pasien, yang terdiri dari 33 kasus KTD, dan 396 KPC.7

Insiden keselamatan pasien sangat penting dan perlu untuk terus dilaporkan.

Tujuannya adalah untuk menurunkan insiden keselamatan pasien dan meningkatkan

mutu pelayanan dan keselamatan pasien.3 Penerapan keselamatan pasien untuk

meminimalisir insiden keselamatan pasien dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu: faktor

individu, faktor kinerja perawat, faktor lingkungan kerja, faktor pasien, faktor

organisasional, dan faktor eksternal.6

Selain lima faktor yang telah disebutkan sebelumnya, keselamatan pasien

dapat dipengaruhi oleh hal lainnya. Perawat menjadi salah satu profesi yang berperan

penting dalam menjaga keselamatan pasien. Perawat harus memastikan bahwa

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien mengedepankan keselamatan

melalui asuhan keperawatan yang diberikan melalui kesadaran dan pentingnya

mengenali potensi bahaya yang mungkin akan muncul agar dapat mencegah

terjadinya cedera.8
Sebagai suatu profesi, seorang perawat memiliki beban kerja. Beban kerja

perawat merupakan waktu kerja yang dibutuhkan perawat untuk menangani pasien

per hari. Beban kerja dapat dijadikan dasar untuk mengetahui kapasitas kerja perawat

agar terdapat keseimbangan antara tenaga perawat dan beban kerja rumah sakit

tersebut. Tingginya beban kerja perawat di suatu rumah sakit dapat menurunkan

prestasi kerja perawat tersebut.9 Perawat yang memiliki beban kerja yang tinggi

dilaporkan lebih sering melakukan kesalahan dan mengalami insiden keselamatan

pasien saat bertugas. Beban kerja yang tinggi akan mengakibatkan komunikasi yang

buruk antara pasien dan perawat, kegagalan kolaborasi antara perawat dan dokter,

tingginya angka turnover perawat, dan rasa ketidakpuasan kerja perawat.10

Masa kerja adalah pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan

dalam pekerjaan serta jabatan. Masa kerja yang tinggi berkaitan dengan adanya

pengalaman kerja yang dirasakan oleh seorang individu. 11 Semakin lama masa kerja

pengalaman kerja dalam memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan

prosedur pun semakin banyak, dan dapat menjadi salah satu faktor kunci dalam

menerapkan keselamatan pasien dan meminimalisir insiden keselamatan pasien.12

Perilaku atau perbuatan yang didasarkan atas pengetahuan akan lebih baik

dibandingkan dengan tidak didasarkan pengetahuan. Untuk dapat membudayakan

keselamatan pasien maka langkah yang diperlukan bagi tenaga kesehatan adalah

meningkatkan pengetahuan. Tentunya untuk mencegah adanya insiden keselamatan

pasien, maka pengetahuan dari perawat dalam mengaplikasikan keselamatan pasien


sangatlah penting. Pengetahuan merupakan domain utama untuk terbentuknya

perilaku terbuka.13

Rumah sakit merupakan salah satu layanan jasa yang memiliki peran penting

bagi masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat kompleks yang didalamnya terdapat

berbagai macam obat, tes, prosedur, alat, teknologi, dan berbagai jenis tenaga kerja

yang siap memberikan pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan. 14 Salah satu

bagian pelayanan yang tersedia di rumah sakit adalah unit rawat inap. Unit Rawat

Inap merupakan salah satu bagian dari pelayanan klinis yang melayani pasien yang

membutuhkan observasi, diagnosis, terapi, atau rehabilitasi yang perlu menginap dan

mendapatkan pelayanan perawat terus menerus selama satu hari atau lebih. Unit

rawat inap juga menjadi layanan rumah sakit yang melibatkan perawat didalamnya.

Ketika seorang pasien mengalami sakit yang cukup berat, ia akan disarankan untuk

melakukan rawat inap. Berdasarkan penelitian Aladin di RSUD Pariaman, Sumatera

Barat (2019), ditemukan bahwa unit rawat inap adalah unit yang paling banyak terjadi

KTD sebesar 44,4%.15 Sehingga sangat penting untuk meneliti dan menelaah lebih

jauh bagaimana beban kerja, masa kerja, dan pengetahuan perawat di unit rawat inap.

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin merupakan rumah sakit

tipe A. Rumah sakit hasan sadikin merupakan rumah sakit rujukan tingkat ketiga di

Provinsi Jawa Barat dengan pasien rujukan yang sangat banyak dan membutuhkan

perawatan rawat inap.16 Sehingga sangat penting untuk meneliti dan menelaah lebih

jauh bagaimana implementasi keselamatan kerja (IPSG) di RSUP Dr. Hasan Sadikin.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini

mengangkat judul “Analisis Efek Beban Kerja Perawat Terhadap Implementasi

Standar Keselamatan Pasien (IPSG) di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Hasan Sadikin

Tahun 2020”. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan dan

mengimplementasikan standar keselamatan pasien lebih baik lagi.

B. Rumusan/Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah adlam

penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana gambaran beban kerja perawat di Unit Rawat Inap RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung tahun 2020?

2. Bagaimana gambaran implementasi standar keselamatan pasien (IPSG) di

Unit Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020?

3. Bagaimana hubungan/pengaruh beban kerja terhadap implementasi standar

keselamatan pasien (IPSG) di Unit Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui gambaran beban kerja, masa kerja, dan pengetahuan perawat di

Unit Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020.

2. Mengetahui gambaran implementasi sasaran keselamatan pasien (IPSG) di

Unit Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020.

3. Mengetahui hubungan/pengaruh beban kerja, masa kerja, dan pengetahuan

perawat terhadap implementasi sasaran keselamatan pasien (IPSG) di Unit

Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Dapat membuktikan hubungan/pengaruh beban kerja terhadap implementasi

standar keselamatan pasien (IPSG), khususnya perawat di rumah sakit.

Manfaat akademis yang diharapkan oleh peneliti adalah hasil penelitian ini

dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terkait

manajemen operasional dan manajemen sumber daya secara umum, dan dapat

bermanfaat sebagai referensi dalam memperbaiki pelayanan kesehatan melalui

implementasi standar keselamatan pasien (IPSG) yang baik.

2. Manfaat Praktis

Bagi pimpinan dan pemangku jabatan manajemen di RSUP Dr. Hasan

Sadikin, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam

menentukan beban kerja perawat yang sesuai agar dapat meningkatkan

pelayanan kesehatan melalui implementasi standar keselamatan pasien (IPSG)


yang baik. Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah bahwa

seluruh tahapan serta hasil dalam penelitian dapat memperluas wawasan

mengenai penerapan ilmu manajemen yang diperoleh selama proses

mengikuti kegiatan perkulihan.


REFERENSI

1. Welp A, Meier LL, Manser T. Emotional exhaustion and workload predict

clinician-rated and objective patient safety. Front Psychol. 2015;5:1573.

2. Organization WH. Patient safety: making health care safer. World Health

Organization; 2017.

3. Sakit KKPR. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)(Patient

Safety Incident Report). Jakarta; 2015.

4. Permenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republic Indonesia Nomor 11

Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien. Jakarta; 2017.

5. Ulumiyah NH. Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Penerapan

Upaya Keselamatan Pasien di Puskesmas. J Adm Kesehat Indones.

2018;6(2):149–55.

6. Wahyuningsih NR, Andi S, Noer BN. Hubungan Pengetahuan, Motivasi, dan

Beban Kerja Terhadap Kinerja Keselamatan Pasien RSUD Syekh Yusuf

Gowa. Thesis Makasar, 2014, http://www. repository. unhas. ac. id, akses 15

Maret; 2011.

7. Budiono B. Evaluasi Program Patient Safety Berdasarkan Standar Six Goals

International Patient Safety di Rumah Sakit “X” di Kota Surabaya. Adi Husada

Nurs J. 2016;2(1):21–7.

8. Yudi D, Tangka JW, Wowiling F. Hubungan Beban Kerja Fisik dan Mental
Perawat dengan Penerapan Patient Safetudi IGD dan ICU RSU GMIM

Pancaran Kasih Manado. J Keperawatan. 2019;7(1).

9. Purba YS. Hubungan Beban Kerja Mental Dan Peerilaku Perawat Pelaksana

Dengan Keselamatan Pasien. J Impuls Univ Binawan. 2015;1(2):59–65.

10. Fadriyanti Y, Suryarinilsih Y. Hubungan Jam Kerja dan Karakteristik Perawat

Pelaksana dengan Penerapan Sasaran Keselamatan Pasien pada Rumah Sakit di

Kota Padang. Menara Ilmu. 2018;12(6).

11. Septiana VA. Pengaruh faktor masa kerja, kompensasi dan pendidikan

terhadap motivasi kerja pegawai dinas bina marga provinsi jawa tengah dengan

produktivitas kerja sebagai variabel intervening. J Manage. 2015;1(1).

12. Lombogia A, Rottie J, Karundeng M. Hubungan Perilaku Dengan Kemampuan

Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang

Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. J

Keperawatan. 2016;4(2).

13. Arrum D, Salbiah S, Manik M. Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dalam Sasaran

Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Sumatera Utara. Idea Nurs J. 2015;6(2):1–

6.

14. Keles AW. Analisis pelaksanaan standar sasaran keselamatan pasien di unit

gawat darurat RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano sesuai dengan akreditasi

rumah sakit versi 2012. JIKMU. 2015;5(3).

15. Aladin A, Kuntjoro T, Lestari T. Implementasi metode Global Trigger Tool


IHI (Institute for Healthcare Improvement) untuk identifikasi kejadian tak

diinginkan (KTD) di pelayanan kebidanan RSUD Pariaman Provinsi Sumatera

Barat. Maj Kedokt Andalas. 2019;42(2):62–9.

16. Profil Singkat Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung

[Internet]. Available from: http://web.rshs.or.id/tentang-kami/profil-singkat/

Anda mungkin juga menyukai