Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN KERJASAMA TIM DENGAN PENERAPAN

PATIENT SAFETY PADA PERAWAT RAWAT INAP


DI RUMAH SAKIT MEDIKA DRAMAGA
KOTA BOGOR
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
Ratih Purwatih
201813093

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIJAYA HUSADA BOGOR
TAHUN 2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan medis. Pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan
pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat
darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap.1
Adapun beberapa jenis pelayanan di rumah sakit yang kualitasnya
dinilai oleh pasien, dan salah satu contohnya adalah pelayanan
keperawatan. Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda
depan yang menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara
terus menerus. Perawat sebagai tenaga yang profesional mempunyai
kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan
khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu
pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistic. Untuk menjalankan
perannya dengan baik, perawat memiliki keterampilan dalam
mengklarifikasi nilai konseling dan komunikasi.2
Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
sering dimanfaatkan oleh masyarakat dalam mencari bantuan terhadap
permasalahan kesehatan yang dihadapi pasien. Kualitas rumah sakit
sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan suah
tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien. Untuk mencapai dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan
di rumah sakit maka dibutuhkan tindakan yang komprehensif dan
responsife terhadap kejadian yang tidak diinginkan (KTD), dengan
memperhatikan keselamatan pasien.3
Patient safety berarti keselamatan pasien, dimana keselamatan
pasien merupakan standar dan prinsip terpenting dalam proses medis di
fasilitas kesehatan. Setiap rumah sakit diharuskan memiliki manajemen
patient safety demi menjamin keselamatan dan keamanan bagi pasien yang
mendapatkan layanan kesehatan. Artinya, rumah sakit atau penyedia
layanan kesehatan beserta tenaga kesehatan di dalamnya semestinya
memberikan pelayanan medis yang berkualitas tinggi, unggul dan
maksimal untuk memastikan keselamatan pasien.4
International Of Medicare (IOM) mengartikan konsep keselamatan
pasien sebagai freedom from accidental injury. Accidental injury
disebabkan karena error yang terdiri dari kegagalan dalam suatu
perencanaan ketika ingin mencapai tujuan melakukan tindakan yang salah
(commission) dan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission) (Hadi, 2017). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) menjelaskan tidak terjadi
potensial cidera akibat dari pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh
error (Wardhani, 2017).5
Patient safety (keselamatan pasien) adalah tanggung jawab
professional kesehatan termasuk staf perawat, untuk mengurangi
fenomena medicalerror. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan
yang memilki waktu kontak yang lebih lama dengan pasien dibandingkan
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan angka kejadian kesalahan medis
yang dilakukan perawat cukup tinggi.6
Patient safety merupakan komponen vital dan penting dari
pelayanan dan langkah menuju peningkatan mutu pelayanan yang
bermutu. Penilaian mutu rumah sakit didapatkan melalui sistem akreditasi,
salah satunya adalah sasaran keselamatan pasien karena telah menjadi
prioritas untuk layanan kesehatan diseluruh dunia (Join Commission
International, 2015; Cosway, Stevens & Panesar).7
Berdasarkan beberapa penelitian dalam pengukuran terhadap
pelaporan pasient safety pada beberapa rumah sakit di dunia yang telah
terakreditasi JCI. Penelitian Pham. JC et al (2016) dilakukan di 11 rumah
sakit 5 negara terdapat 52 insiden patient safety yaitu Hongkong 31%,
Australia 25%, India 23%, Amerika 12% dan Kanada 10%. Sementara di
Brazil, kejadian efek samping di rumah sakit diperkirakan 7,6% (Duarte,
Euzebia & Santoso,2017). Dari beberapa hasil penelitian ini bahwa insiden
keselamatan pasien masih banyak di temukan di berbagai negara termasuk
di Indonesia. Pelaporan data di Indonesia tentang insiden patient safety
belum banyak dilakukan oleh rumah sakit di Indonesia.
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa satu
dari sepuluh pasien akan dirugikan saat mendapatkan pelayanan kesehatan
di rumah sakit yang terjadi di negara maju. Sedangkan di negara
berkembang lebih cenderung membahayakan pasien saat menerima
perawatan medis di rumah sakit dari pada di negara maju. Resiko infeksi
dalam pengaturan medis di negara berkembang adalah 20 kali lebih tinggi
dari pada di negara maju.8
National Patient Safety Agency (2017) melaporkan dalam rentang
waktu Januari – Desember 2016 angka kejadian keselamatan pasien yang
di laporkan dari negeri inggris sebanyak 1.879.822 kejadian. Ministry Of
Health Malaysia 2013 melaporkan angka insiden keselamatan pasien
dalam rentang waktu Januari – Desember sebanyak 2.769 kejadian dan
untuk negara Indonesia dalam rentang waktu 2006 – 2011 KPRS
melaporkan terdapat 877 kejadian keselamatan pasien.
Berdasarkan laporan pada tahun 2016 pada bulan Januari – April,
Jawa Barat menduduki peringkat pertama dengan 33,33%, Banten dan
Jawa Tengah 20%, DKI Jakarta 16,67%, Bali 6,67%, dan Jawa Timur
3,33%. Berdasarkan penyebab kejadian lebih dari 70% disebabkan oleh
tiga hal yaitu prosedur, dokumentasi dan medikasi. Insiden pelanggaran
patient safety 28,3% di lakukan oleh perawat.
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit belum optimal
karena kerjasama tim yang masih rendah dimana tidak ada dinamika
dalam tim, budaya organisasi yang belum ada, serta lingkungan dan
manajemen staf kurang optimal. Selain itu, di Indonesia penerapan
kolaborasi di rumah sakit dalam tim masih sangat rendah karena hambatan
personal (individu) seperti keyakinan diri, fleksibilitas, kepercayaan,
kerjasama dan komunikasi (Soemantri,2019). Keselamatan pasien adalah
dasar dari keselamatan pasien, membangun keselamatan pasien adalah
kunci untuk mencapai pelayanan yang berkualitas dan aman. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan pasien salah
satunya yaitu kerjasama tim.9
Kerjasama tim merupakan sekolompok kecil orang dengan
keterampilan yang saling melengkapi yang bekerja pada tujuan bersama,
tujuan kinerja, dan pendekatan tanggung jawab bersama. Kerjasama tim
adalah bentuk attitude dari perawat dalam bekerja di dalam tim karena
membuat individu saling mengingatkan, mengoreksi, berkomunikasi satu
sama lain dan menghindari peluang untuk kesalahan. Sebuah tim
didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain
dan memiliki karakteristik tertentu. Kerjasama tim menentukan kualitas
dan mutu pelayanan. Kerjasama tim adalah bagian penting dari stuktur
organisasi perawatan kesehatan untuk memberikan perawatan yang
berkualitas.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada hari senin
tanggal 6 Juni 2022 di RS Medika Dramaga Kota Bogor pada ruang rawat
inap di dapatkan hasil dari wawancara kepada kurang lebih sepuluh orang
perawat rawat inap yang bertugas pada hari itu, delapan dari sepuluh orang
perawat itu melaksanakan dan menerapkan keselamatan pasien dengan
kerjasama tim tersebut, sedangkan dua perawat tersebut masih lalai dan
ceroboh bahkan lupa akan penerapan keselamatan pasien dengan
kerjasama tim, dari hasil perihal masalah diatas, dua dari sepuluh perawat
masih lupa tidak menggunakan handscoon saat melaksanakan tindakan
keperawatan, dan adapun tidak ada kekompakan didalam kerjasama tim
antara perawat tersebut dengan perawat yang lain untuk menerapakan
keselamatan pasien.
Berdasarkan studi pendahuluan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan Kerjasama Tim Dengan
Penerapan Patient Safety Pada Perawat Rawat Inap Di RS Medika
Dramaga Kota Bogor Tahun 2022”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
“Apakah Hubungan Kerjasama Tim Dengan Penerapan Patient Safety
Pada Perawat Rawat Inap Di RS Medika Dramaga Kota Bogor Tahun
2022”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kerjasama Tim
Dengan Penerapan Patient Safety Pada Perawat Rawat Inap Di RS
Medika Dramaga Kota Bogor Tahun 2022
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Distribusi Frekuensi Kerjasama Tim
Pada Perawat Rawat Inap Di RS Medika Dramaga Kota
Bogor Tahun 2022
b. Untuk Mengetahui Distribusi Frekuensi Penerapan Patient
Safety Pada Perawat Rawat Inap Di RS Medika Dramaga
Kota Bogor Tahun 2022
c. Untuk Menganalisis Hubungan Kerjasama Tim Dengan
Penerapan Patient Safety Pada Perawat Rawat Inap Di RS
Medika Dramaga Kota Bogor Tahun 2022

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan penelitian ini memiliki manfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan anatar lain untuk mengetahui
hubungan kerjasama tim dengan penerapan patient safety
2. Bagi Pengguna
a. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan peneliti tentang kerjasama tim dan penerapan
patient safety
b. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan menjadi bahan masukan untuk peneliti
selanjutnya
c. Bagi mahasiswa
Diharapkan sebagai bahan masukan bagi pembaca
mengenai hubungan kerjasama tim dengan penerapan
patient safety

E. Ruang Lingkup Masalah Penelitian


1. Ruang lingkup materi
Hubungan kerjasama tim dengan penerapan patient safety
2. Ruang lingkup responden
Responden pada penelitian ini adalah perawat rawat inap
3. Ruang lingkup waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2022
4. Ruang lingkup tempat
Penelitian ini akan dilakukan di RS Medika Dramaga Kota Bogor
5. Ruang lingkup metodologi penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan menggunakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan
sampel yaitu random sampling, dengan alat pengumpulan data
berupa kuesioner tentang kerjasama tim dan penerapan patient
safety.
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Artikel, Metode Hasil


Penulis,Tahun

1 Pengetahuan Metode Penelitian Hasil Penelitian ada


Penerapan menggunakan Hubungan Pengetahuan
Keselamatan Pasien deskriptif korelasi dengan Penerapan
(Patient Safety) Pada menggunakan Keselamatan Pasien
Petugas Kesehatan pendekatan cross pada Petugas
(Ns. Nining sectional. Populasi Kesehatan, dengan
Sriningsih, S. Kep,, sebanyak 50 hasil, p value sebesar
M. Kep Endang responden. Teknik 0,013 < 0,05 maka
Marlina, 2020) pengambilan sampel dapat disimpulkan
DOI : menggunakan total bahwa ada Hubungan
10.37048/kesehatan. sampling. Instrumen Pengetahuan dengan
v9il.10 yang digunakan Penerapa Keselamatan
berupa lembar Pasien pada Petugas
kuesioner. Teknik Kesehatan.
analisa diatas
menggunakan analisa
Univariat dan Bivariat.

2 Hubungan Jenis penelitian ini Kerjasama tim baik 30


Kerjasama Tim adalah quantitative responden (71,4%), dan
Dengan Penerapan descriptive study penerapan budaya
Budaya dengan pendekatan keselamatan pasien
Keselamatan Pasien cross sectional. baik 28 responden
Di Ruang Rawat Teknik pengambilan (66,7%). Hasil uji
Inap Rumah Sakit sampel yaitu total statistik menunjukkan
Bhayangkara sampling sebanyak 42 bahwa ada hubungan
Palembang Tahun responden. Alat kerjasama tim dengan
2018 pengumpulan data penerapan budaya
(Arini T.P Yulia, S, berupa kuesioner keselamatan pasien (p
Kep. Romiko,2018) tentang kerjasama tim, value 0,009).
DOI: dan penerapan budaya
10.31219/osf.io keselamatan pasien.
/kcrxt

3 Penerapan Standar Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil


Keselamatan Pasien merupakan penelitian penelitian ini
Dirumah Sakit kualitatif dengan menunjukan bahwa
Umum Daerah pendekatan dampak penerapan
Provinsi Nusa fenomenologi dan standar keselamatan
Tenggara Barat subjek penelitian pasien mulai dari hak
(Nada Hani Juniarti, berjumlah 7 orang. pasien, pendidikan bagi
Ahmad Ahid Teknik pengumpulan pasien dan keluarga,
Mudayana, 2018) data dalam penelitian keselamatan pasien dan
e-ISSN : 1987-6481 ini menggunakan kesinambungan
p-ISSN : 2597-7528 metode wawancara pelayanan, penggunaan
mendalam dan metoda-metoda
observasi. Analisis peningkatan kinerja,
data kualitatif dan peran kepemimpinan
validitas data dalam meningkatkan
menggunakan teknik keselamatan pasien,
triangulasi sumber dan mendidik staf tentang
triangulasi metode. keselamatan pasien dan
komunikasi di rumah
sakit telah diterapkan
dan dilaksanakan
dengan baik sesuai
dengan peraturan yang
ada. RSUD Provinsi
Nusa Tenggara Barat
telah menerapkan
standar keselamatan
pasien berdasarkan
Permenkes RI No 11
Tahun 2017.

Adapun perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan


penelitian sebelumnya yaitu :

1. Perbedaan penelitian dari Ns. Nining Sriningsih, S. Kep,, M. Kep Endang


Marlina, (2020) terletak pada tempat, waktu dan lokasi penelitian dan juga
pada jumlah respondenya, dimana dalam penelitian Ns. Nining Sriningsih, S.
Kep,, M. Kep Endang Marlina, di Puskesmas Kedaung Wetan Kota
Tanggerang sedangkan dalam penelitian ini lokasi penelitian dilakukan di
ruang rawat inap RS Medika Dramaga. Sedangkan persamaan penelitian yang
dilakukan ini dengan penelitian dari Ns. Nining Sriningsih, S. Kep,, M. Kep
Endang Marlina, (2020) adalah dari alat ukur atau menggunakan instrument
kuesioner.
2. Perbedaan penelitian dari Arini T.P Yulia, S, Kep. Romiko (2018) terletak
pada waktu, tempat dan lokasi penelitian dan juga pada jumlah respondennya,
dimana dalam penelitian Arini T.P Yulia, S, Kep. Romiko bertempat di ruang
rawat RS Bhayangkara Palembang sedangkan dalam penelitian ini lokasi
penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS Medika Dramaga. Sedangkan
persamaan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian dari Arini T.P
Yulia, S, Kep. Romiko (2018) adalah dari variabel yang dimana kerjasama tim
dan penerapan patien safety pada perawat rawat inap dengan menggunakan
instrument kuesioner dan metodologi penelitian yang sama yaitu kuantitatif.
3. Perbedaan penilitian dari Nada Hani Juniarti, Ahmad Ahid Mudayana, (2018)
terletak pada waktu, tempat dan lokasi penelitian dan juga pada jumlah
respondennya, dimana dalam penelitian Wijayanti, Nabhani, Shara Pratitiys
Damayanti bertempat di RSUD Nusa Tenggara Barat sedangkan dalam
penelitian ini lokasi penelitian ini dilakukan di ruangan rawat inap RS Medika
Dramaga dan juga pada jenis penelitian yaitu menggunakan kualitatif
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif. Sedangkan
persamaan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian dari Nada Hani
Juniarti, Ahmad Ahid Mudayana, (2018) adalah dari alat ukur atau
menggunakan instrument kuesioner.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit
1. Profil Singkat Sejarah Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang melalui
tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang tetap menyelenggarakan pelayanan kesehatan,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosi, serta
pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Adanya kemajuan
teknologi disertai dengan penggunaan cara – cara baru bidang
diagnostic dan terapeutik mengharuskan rumah sakit
memperkerjakan berbagai profesi kedokteran dan profesi lain
sehingga rumah sakit menjadi organisasi pada karya spesialis dan
merupakan tempat dimana terjadi proses pengubahan dari masukan
sebagai iyuran. Masukan utama adalah dokter, perawat, personil
lainnya, prasarana, sarana peralatan dan sebagainya merupakan
bagian dari rumah sakit.10
a. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Medika Dramaga
Rumah Sakit Medika Dramaga adalah kebijakan
pemerintah yang mendorong pihak swasta berperan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan peningkatan
jumlah penduduk di daerah Bogor Barat yang sangat
signifikan serta keterbatasan tersedianya pelayanan
kesehatan umum yang memadai sehingga memicu akan
hadirnya Rumah Sakit Medika Dramaga. Salah satu dari
tugas dan fungsi rumah sakit adalah layanan ambulance
jenazah untuk masyarakat yang kurang mampu,
sosialisasi pemberian pelayanan gawat darurat,
pelayanan radioterapi untuk pasien BPJS.11

b. Tugas dan Fungsi Instalasi Rawat Inap


Instalasi rawat inap adlah unit nasional di pimpin
oleh seorang kepala instalasi yang mempunyai tugas
membantu dan bertanggung jawab kepada direktur.
Instalasi rawat inap adalah suatu unit rumah sakit yang
mengutamakan pelayanan yang berkualitas efektif,
aman, manusiawi, serta terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.mengutamakan kualitas mutu dan
keterampilan kerja dari sumber daya manusia yang
bekerja di rumah sakit pada umumnya dan instalasi
rawat inap pada khususnya.12
1) Pengertian Rawat Inap
Definisi American Hospital Association
menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu
institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan
pelayanan kepada pasien diagnostic dan terapeutik
untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan,
baik yang bersifat bedah maupun non-bedah.
Kategori pasien yang masuk rawat inap
adalah pasien yang perlu perawatan insentif atau
observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap
adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi medic dengan menginap di ruang rawat
inap pada sarana kesehatan rumah sakit
pemerintahan dan swasta, serta puskesmas dan
rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap dan mengalami tingkat
transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang
perawatan hingga pasien dinyatakan boleh pulang.

2) Pelayanan Rawat Inap


Menurut Nursalam, pelayanan rawat inap
merupakan salah satu unit pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pelayanan secara komprehensif
untuk membantu menyelesaikan masalah yang
dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap
merupakan pusat pembaruan rumah sakit sehingga
tingkat kepuasan pelanggan atau pasien bisa dipakai
salah satu indikator mutu pelayanan. Pelayanan
rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan
kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang
merupakan gabungan dari beberapa fungsi
pelayanan.3
Menurut Azwar, mutu asuhan pelayanan
rawat inap dikatakan baik, apabila: memberi rasa
tentram kepada pasien, memberi pelayanan yang
professional, pelayanan bermula sejak masuknya
pasien ke rumah sakit sampai pasien pulang.
Dalam ruangan rawat inap pasien menjalani
5 tahap standar pelayanan perawatan, yang
dikeluarkan oleh American Nursing Association,
yaitu :
a) Standar I : perawat mengumpulkan data tentang
kesehatan klien
b) Standar II : perawat menetapkan diagnosa
keperawatan
c) Standar III : perawat mengembangkan rencana
asuhan keperawatan yang berisi rencana
tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan
d) Standar IV : perawat mengimplementasikan
tindakan yang sudah ditetapkan dalam rencana
asuhan keperawatan
e) Standar V : perawat mengevalusi perkembangan
klien dalam mencapai hasil akhir yang sudah
ditetapkan.
3) Kualitas Pelayanan Rawat Inap
Kualiatas pelayanan kesehatan di ruang
rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari
berbagai aspek, diantaranya adalah :
a) Penampilan keprofesian atau aspek klinis :
aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap, dan
perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi
lainnya
b) Efisiensi dan efektifitas : aspek ini menyangkut
pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit
agar dapat berdaya guna dan berhasil guna
c) Keselamatan pasien : aspek ini menyangkut
keselamatan dan keamanan pasien
d) Kepuasan pasien : aspek ini menyangkut
kepuasan fisik, mental dan sosial pasien
terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan,
kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan,
perhatian, biaya yang diperlukan dan
sebagainya.
4) Jenis Pelayanan Kesehatan di Kelas Rawat inap
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
rumah sakit adalah:
a) Pelayanan tenaga medis
Tenaga medis merupakan unsur yang
memberikan pengaruh paling besar dalam
menentukan kualitas dari pelayanan yang
diberikan pada pasien di rumah sakit. Fungsi
utamanya adalah memberikan pelayanan medis
kepada pasien dengan mutu sebaik – baiknya,
menggunakan tata cara dan tehnik berdasarkan
ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta
dapat dipertanggung jawabkan kepada pasien
dari rumah sakit.
b) Pelayanan tenaga keperawatan
Pelayanan perawatan di rumah sakit
merupakan bagaian integral dari pelayanan di
rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus
merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian
tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi
faktor penentu citra rumah sakitdi mata
masyarakat. Keperawatan sebagai suatu profesi
di rumah sakit yang cukup potensial dalam
penyelenggaraan upaya mutu, karena selain
jumlahnya yang dominan juga pelayanannya
menggunakan metode pemecahan masalah
secara ilmiah melalui proses keperawatan.
Menurut Depkes, proses keperawatan adalah
proses yang terdiri dari 5 yang spesifik,yaitu :
1) Pengkajian
2) Identifikasi masalah /diagnosa keperawatan
3) Perencanaan
4) Implementasi
5) Evaluasi
c) Penyediaan sarana medik, non medik dan obat –
obatan
Standar peralatan yang harus dimiliki oleh
rumah sakit sebagai penunjang untuk melakukan
diagnosis, pengobatan, perawatan, dan
sebagainya tergantung dari tipe rumah sakit, di
samping terjadinya sarana penujang medik juga
tersedia alat – alat keperawatan. Dalam rumah
sakit, obat merupakan sarana yang mutlak di
perlukan, bagian faramsi bertanggung jawab
atas pengawasan dan kualitas obat. Persediaan
obat harus cukup, penyimpanan efektif, di
perhatikan tanggal kadaluarsanya, dan
sebagainya.
B. Kerjasama Tim
1. Pengertian Kerjasama Tim
Kerjasama berasal dari Bahasa ingris yaitu “Cooperate”,
“Cooperation”, atau “Cooperative”. Sedangkan dalam Bahasa
Indonesia di sebut dengan istilah kerjasama atau bekerjasama.
Adapun penegertian kerjasama menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah kegiatan atau usaha yang di lakukan oleh
beberapa orang (lembaga, pemerintah) untuk mencapai tujuan
bersama. Kerjasama akan menyatukan kekuatan ide – ide yang
akan mengantarkan dalam kesuksesan. Kerjasama merupakan
sinergitas kekuatan dari beberapa orang dalam mencapai satu
tujuan yang diinginkan.13
Menurut Kaswan (2014) tim merupakan sekumpulan
individu yang tergantung satu sama lain dalam tugas, yang
memiliki tanggung jawab bersama untuk hasil, yang menganggap
dirinya dan dipandang orang lain sebagai sosial yang dimasukkan
dalam sistem sosial yang lebih besar dan yang mengelola
hubungan mereka melebihi batas – batas organisasi.14
Definisi tim selanjutnya menurut Kaswan (2014) adalah
sekelompok orang yang bekerja dengan cara yang saling
bergantung, berkomunikasi secara efektif, dan mencapai tujuan
tertentu dengan membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan
mereka. Hal ini dapat dilakukan lebih efektif dan efisien dari pada
bekerja sendiri.
Tim bukanlah sekedar kata. Tim yang dalam Bahasa inggris
team merupakan akronim yang mencerminkan kebenaran yang
dasyat, yaitu :
Gambar 2.1 Akronim Team

T (Together) Bersama – sama

E (Every one) Setiap orang

A (Achieves) Mencapai

M (More/Miracle) Lebih banyak/keajaiban

Di dalam tim, anggota tim bergandengan tangan, menjalin


ikatan jiwa, saling mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
Anggota tim saling menyemangati, memotivasi, menggandakan
usaha dan kemampuan individu (Kaswan, 2014).
Menurut Schmerhon (2011) kerjasama tim adalah proses
aktif bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Bull
(2010) kerjasama tim adalah kemampuan bekerja sama untuk
mencapai visi bersama sedangkan menurut Frankel (2011)
kerjasama tim adalah sebuah proses, keterampilan – keterampilan
dan tingkah laku yang kompleks dan dinamis untuk mendukung
kinerja tim. Dan menurut Campbell dan Nelson (2011) kerjasama
tim merupakan fitur penting dari program seperti manajemen
kualitas total yang dimana keberhasilan dari kerjasama tim
berdasarkan pada tiga dasar yaitu : bekerja sama, keragaman tim,
dan pemberdayaan keterampilan.
Berdasarkan definisi dari berbagai ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tim adalah kumpulan individu yang tergabung
dan saling ketergantungan satu sama lainnya, berbagai peran dan
tanggung jawab dalam menjalankan tugas – tugas untuk mencapai
tujuan bersama. Sedangkan kerjasama tim adalah sistem perpaduan
kerja suatu kelompok yang didukung oleh berbagai keahlian
dengan kejelasan tujuan dan juga didukung oleh kepemimpinan
dan komunikasi untuk menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari
pada kinerja individu.
Agar kerjasama bisa terjalin dengan baik perlu adanya
beberapa tahapan kesamaan sebagai berikut :
a. Kesamaan tempat
Kesamaan tempat ini bisa menjadi dasar bagi terwujudnya
kerjasama. Karena dengan berada di tempatyang sama, akan
memudahkan seluruh anggota kelompok atau organisasi untuk
saling berkomunikasi, berdiskusi atau berargumentasi,
sehingga memudahkan terwujudnya kerjasama.
b. Kesamaan pikiran
Karena berada di tempat yang sama, memudahkan seluruh
anggota kelompok atau semua pihak untuk meyamakan pikiran
atau konsep pemikiran.
c. Kesamaan perasaan
Dalam mengelola suatu organisasi, tidak mungkin
seseorang selalu berfikir linier atau berfikir yang monoton.
Karena pemikiran linier tersebut sudah diwakili oleh data atau
dokumen. Sehingga pada tahap tertentu seseorang harus
menggunkan perasaan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
d. Kesamaan jiwa
Kesamaan jiwa ini merupakan tahap yang tertinggi dalam
membangun kerjasama kelompok, dimana masing – masing
anggota organisasi telah memahami seutuhnya tentang fungsi,
tugas dan kewajibannya.

2. Faktor yang mempengaruhi kerjasama tim


a. Rasa saling percaya
Rasa saling percaya merupakan hal yang perlu dibangun
dalam suatu kelompok, agar terhindar dari kepentingan pribadi
atau individual yang dapat menimbulkan konflik. Dengan
adanya saling percaya antar setiap anggota tim dan menyadari
bahwa mereka semua sebagai satu kesatuan, maka kerjasama
kelompok akan menjadi baik dan berkembang.
b. Keterbukaan
Keterbukaan cenderung mengarah pada pembentukan sikap
dalam diri seseorang, dimana sikap keterbukaan ini difokuskan
pada sejauh mana orang lain mampu mengetahui tentang
dirinya dan atau sebaliknya. Pada sikap keterbukaan ini, juga
diperlukan sikap positif dan dewasa, baik dalam pola piker
maupun tindakan dari setiap orang dalam berinteraksi.
c. Realisasi diri
Realisasi diri merupakan suatu bentuk kebutuhan setiap
orang dan merupakan kebutuhan yang paling dicari. Dengan
adanya realisasi diri diharapkan keberadaan dirinya dapat
dirasakan dan diakui dalam lingkungannya. Karena pada
kebutuhan ini setiap individu mempunyai peran yang melekat
pada dirinya, baik dalam hal kecerdasan, pekerjaan,
keterampilan, dan sebagainya.
d. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan dipengaruhi antara lain oleh adanya
ikatan antar individu. Supaya saling ketergantungan ini dapat
terjalin dengan baik, maka diperlukan pemeliharaan tingkat
hubungan yang lebih harmonis, kondusif dan lebih matang.
Karena saling ketergantungan dalam kelompok perlu adanya
upaya untuk menerima perbedaan pendapat antar angkota
kelompok.
3. Indikator Kerjasama Tim
a. Kerjasama
Kerjasama dilakukan oleh sebuah tim lebih efektif dari
pada kerja secara individual. Telah banyak riset membuktikan
bahwa kerjasama secara berkelompok mengarah pada efisiensi
dan efektivitas yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda dengan
kerja yang dilaksanakan oleh perorangan.
Kontribusi tiap – tiap individu dapat menjadi sebuah
kekuatan yang terintegrasi. Individu dikatakan bekerja sama
jika upaya – upaya dari setiap individu tersebut secara
sistematis terintegrasi untuk mencapai tujuan bersama.
Semakin besar integrasinya semakin besar tingkat
kerjasamanya. Indikator – indikator kerjasama sebagai alat
ukurnya sebagai berikut:
1) Tanggung jawab secara bersama – sama menyelesaikan
pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab
dapat terciptanya kerjasama yang baik.
2) Saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi
baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerjasama.
3) Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan
mengarahkan kemapuan masing – masing anggota tim
secara maksimal, kerjasama akan lebih kuat dan
berkualitas.
b. Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesorang sungguh –
sungguh dengan apa yang dikatakan dan dilakukannya.
Kerjasama tim yang berkinerja tinggi dicirikan oleh
kepercayaan timbal balik yang tinggi di antara anggota –
anggotanya. Artinya para anggota meyakini akan integritas,
karakter dan kemampuan setiap anggotanya . indikator –
indikator kepercayaan, yaitu:
1) Kejujuran, yaitu dengan adanya kejujuran anggota tim
akan menciptakan rasa saling percaya.
2) Pemberian tugas, yaitu dengan pemberian tugas pada
anggota tim berarti telah memberikan kepercayaan
bahwa anggota tim mampu melaksanakannya.
3) Integritas, yaitu setiap anggota dianggap memiliki
integritas atau bersikap sebenarnya dalam bekerja.
c. Kekompakan
Kekompakan adalah tingkat solidaritas dan perasaan positif
yang ada dalam diri seseorang terhadap kelompoknya. Dalam
melihat bagaimana hubungan kekompakan terhadap kerjasama
tim, indikator – indikator sebagai berikut:
1) Saling ketergantungan tugas, yaitu saling
ketergantungan pada tugas menciptakan kekompakan.
2) Saling ketergantungan hasil, yaitu anggota tim merasa
hasil yang dicapai bukanlah hasil secara individu, tetapi
hasil kekompakan bersama dalam bekerja.
3) Komitmen yang tinggi, yaitu anggota tim dianggap
memiliki komitmen yang tinggi pada tujuan yang akan
dicapai tim.
4. Manfaat Kerjasama Tim
Berikut adalah beberapa manfaat dari kerjasama tim menurut
Kaswan (2014):
a. Menghasilkan proyek yang berkualitas lebih baik,
membuat tim lebih efisien, menciptakan lingkungan
yang lebih sehat, meninggalkan produktivitas dalam
jumlah besar, dan memungkinkan pertumbuhan yang
lebih besar dalam organisasi.
b. Kemampuan menciptakan sesuatu yang tidak dapat
dilakukan seorang diri.
c. Cenderung menghasilkan pelayanan atau produk yang
lebih terpadu kepada pengguna akhir .
d. Meningkatkan pembelajaran baik individual maupun
organisasi. Kerjasama tim membantu individu dan
organisasi belajar dan tumbuh saling berbagi
pengetahuan, ide, misa dan sasaran.
e. Meningkatkan inovasi. Inovasi yang sebenarnya terjadi
ketika orang – orang dengan keragaman pengalaman,
pengetahuan, dan perspektif bekerja sama untuk
mencapai sasaran bersama.
C. Penerapan Keselamatan Pasien (Pateint Safety)
1. Definisi Keselamatan pasien
Keselamatan pasien atau patient safety merupakan suatu
upaya dalam mencegah terjadinya kesalahan dan kejadian yang
tidak diharapkan terhadap pasien yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan (Panesar, Carson-Stevens, Salylla & Sheikh,
2017). Keselamatan pasien merupakan resiko bahaya yang tidak
perlu terkait dengan perawatan kesehatan seminimal mungkin
(WHO, 2011).5
International Of Medicare (IOM) mengartikan konsep
keselamatan pasien sebagai freedom from accidental injury.
Accidental injury disebabkan karena error yang terdiri dari
kegagalan dalam suatu perencanaan ketika ingin mencapai tujuan
melakukan tindakan yang salah (commission) dan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission) (Hadi,
2017). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (KPRS) menjelaskan tidak terjadi potensial
cidera akibat dari pelayanan kesehatan yang disebabkan oleh error
(Wardhani, 2017).
Penulis menyimpulkan bahwa keselamatan pasien
merupakan bagian terpenting dari sistem pelayanan kesehatan, jika
tidak diterapkan keselamatan pasien yang baik maka pelayanan
tersebut dianggap kurang bermutu. Maka dari itu untuk
mendapatkan pelayanan bermutu perlu diterapkan sistem
keselamatan pasien yang mampu mengurangi hasil dari kejadian
yang tidak diharapkan dalam proses pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien bertujuan dalam terciptanya budaya
keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya angka insiden
keselamatan pasien di rumah sakit, dan terlaksananya program –
program pencegahan sehingga tidak terjadinya pengulangan
kejadian tidak diharapkan (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Menurut Institute Of Medicine , tujuan keselamatan pasien
terdiri dari meningkatnya keamanan pasien dari cedera,
meningkatnya pelayanan yang efektif yang disesuaikan dengan
kebutuhan terapi pasien, mengurangi waktu tunggu pasien dalam
menerima pelayanan dan meningkatkan efesiensi dalam
penggunaan sumber – sumber yang ada (Hadi,2017).
Penulis menyimpulkan keselmatan pasien bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi resiko pada kesalahan dan bahaya yang
terjadi pada pasien selama pemberian pelayanan kesehatan.
3. Sasaran Keselamatan Pasien
Setiap rumah sakit wajib melakukan pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Menurut (Joint Commission International,
2020) sasaran keselamatan pasien terdiri dari: 15
a. Identifikasi pasien dengan benar
Menggunakan setidaknya dua cara untuk
mengidentifikasi pasien. Misalnya menggunakan nama
pasien dan tanggal lahir. Hal ini dilakukan untuk
memastikan setiap pasien mendapatkan obat dan
pengobatan yang tepat.
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
Meningkatkan komunikasi efektif anatar staf untuk
menghindari miscommunication dan kesalahan
tindakan.
c. Peningkatan keamanan obat – obat yang perlu
diwaspadai
1) Sebelum prosedur, beri label obat yang tidak
berlabel. Misalnya obat – obatan di spuit, gelas dan
baskom. Lakukan ini diarea tempat obat – obatan
dan persediaan yang telah disiapkan
2) Berhati – hatilah dengan pasien yang minum obat
untuk mengencerkan darah
3) Mencatat dan menyampaikan informasi yang benar
tentang obat – obatan pasien, mencari tahu obat apa
yang di minum pasien, membandingkan obat
tersebut dengan obat yang baru di berikan
pasien,memberikan informasi tertulis kepada pasien
tentang obat – obatan yang perlu mereka minum dan
memberi tahu pasien bahwa penting untuk
membawa daftar obatterbaru mereka setiap kali
mengunjungi dokter.
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi/pembedahan
Cara ini diaplikasikan agar pasien tercatat dengan
valid sebelum mendapatkan tindakan operasi.
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Hal ini adalah prosedur dalam pencegahan penyakit
menular dan infeksi sesuai dengan pedomannya.
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
Setiap tenaga medis harus memahami dan
mengaplikasikan sejumlah langkah untuk memastikan
pasien tidak mengalami resiko jatuh. Semua langkah
akan diawasi untuk memastikan keberhasilannya.
Dengan begitu segala resiko tersebut tidak akan
menimpa pasien yang tengah dirawatnya.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi penerapan keselamatan
pasien
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan keselamatan
pasien meliputi (Hadi,2017; Nadari, Zaboli, Khalesi & Nasiripour,
2017) :

a. Status sumber daya manusia

Kerjasama dan partisipasi tenaga kesehatan merupakan hal


yang penting dalam pelaksanaan program keselamatan pasien,
begitupun dnegan peningkatan kualitas pengajaran.
Pengajarana yang dimaksud disini seperti adanya seminar dan
pelatihan yang direncanakan pihak rumah sakit atau pelayanan
kesehatan dalam meningkatkan kualitas sumber daya tenaga
kesehatan.

b. Organisasi dan manajemen

Peran dan kedudukan manajer di rumah sakit sangat


penting. Manajer adalah pembuat keputusan utama. Rumah
sakit dapat berhasil dalam mencapai tujuan dan program
peningkatan kualitas, jika manajer bertanggung jawab dalam
menjalankan kebijakan sesuai prosedur yang telah dibuat dan
disetuji bersama terkait keselamatan pasien.

c. Interaksi dan kerjasama tim

Interaksi dan kerjasama tim merupakan suatu keberhasilan


implementasi dalam program peningkatan kualitas, salah satu
contohnya adalah adanya kolaborasi multi rumah sakit untuk
peningkatan kualitas keselamatan pasien. Maka dari itu,
program yang telah dibuat oleh rumah sakit membutuhkan
kerja tim.

d. Komunikasi

Terciptanya efisiensi dan koordinasi antara tenaga


kesehatan dapat terwujud jika memiliki komunikasi yang
baik.komunikasi dapat dilakukan melalui intruksi secara
tertulis, percakapan melalui telepon, maupun percakapan
bertatap muka atau secara langsung.

e. Budaya keselamatan pasien

Budaya keselamatan pasien merupakan suatu sikap,


kompetensi, persepsi, serta pola perilaku berkomitmen yang
dilakukan oleh individu dan kelompok dalam mendukung
manajemen dan program keselamatan pasien yangpada
dasarnya hal tersebut berhubungan dengan pengelolaan
manajemen dan resiko keselamatan. Diterapkannya budaya
keselamatan pasien akan membantu tenaga kesehatan dalam
menghindari suatu kesalahan dan melakukan hal yang benar.

f. Obat, peralatan dan lingkungan fisik

Memberikan pengobatan yang tepat, kondisi peralatan yang


baik, dan lingkungan fisik yang aman serta nyaman terhadap
pasien guna menghidari resiko yang akan terjadi.

g. Faktor yang berhubungan dengan pasien

Meningkatkan keselamatan pasien dibutuhkan peran pasien


dan kelurganya. Maka dari itu penting bagi pasien
mendapatkan pendidikan dari tenaga kesehatan, berinteraksi
dengan tenaga kesehatan dan keterlibatan pasien dalam proses
pengobatan. Dalam ini peningkatan keselamatan pasien sangat
berhubungan erat dengan komunikasi yang baik antar tenaga
kesehatan dengan pasien.

h. Peningkatan kualitas dan keselamatan pasien

Peningkatan kualitas dan keselamatan pasien harus memilki


program keselamatan pasien yang komprehensif dan komplek.
Adanya implementasi yang tepat dari program keselamatan
pasien membutuhkan perencanaan berkelanjutan jangka
panjang. Perencanaan berkelanjutan ini harus tepat sasaran agar
peningkatan kualitas terus meningkat.

i. Dokumentasi

Catatan medis pasien yang ditulis dengan akurat secara


signifikan akan mengurangi resiko kesalahan. Mendaftarkan
informasi pasien dalam rekam medis adalah masalah penting
lainnya yang terkait dengan kehidupan pasien. Maka dari itu
informasi dan biografi pasien, riwayat medis, dan pekerjaan
yang dilakukan pasien harus dicatat dengan benar, karena
pencatatan yang benar dan lengkap membantu dalam
pengambilan keputusan dan perawatan pasien.

j. Mengevaluasi dan memantau

Melakukan kunjungan secara terus menerus dan terarah


berdasarkan standar keselamatan pasien untuk meningkatkan
keselamatan pasien. Adanya kunjungan yang dilakukan dari
tenaga kesehatan kepada pasien memiliki dampak yang baik
secara signifikan dalam menetapkan standar keselamatan
pasien.

k. Keselahan medis

Kesalahan medis dianggap sebagai salah satu resiko utama


bagi keselamatan pasien. Oleh karena itu, penting untuk
menganalisis kesalahan untuk mencegah terjadinya kejadian
berulang. Pada praktik lapangan di rumah sakit, masih ada
anggota tenaga kesehatan yang tidak mau melaporkan
kesalahan karena mengira akan dihukum dan dipecat jika
melaporkannya.

l. Hambatan dan tantangan

Hambatan dan tantangan yang berbeda pada setiap anggota


kesehatan membuat penerapan standar keselamatan menjadi
sulit, seperti contohnya seorang tenaga kesehatan harus terus
menerus menjawab telepon dan hal ini akan membuat individu
tersebut kehilangan fokus dalam bekerja. Jumlah beban kerja
dan jumlah pasien mempengaruhi keselamatan pasien atau
bahkan menimbulkan kesalahan.
D. Hubungan Kerjasama Tim Dengan Penerapan Patient Safety

Keselamatan pasien (patient safety ) merupakan bagian yang


penting dari sistem pelayanan kesehatan, jika tidak diterapkan keselamatan
yang baik maka pelayanan tersebut dianggap kurang bermutu. Maka dari
itu untuk mendapatkan pelayanan bermutu perlu diterapkan sistem
keselamatan pasien yang mampu mengurangi hasil dari kejadian tidak
diharapkan dalam proses pelayanan kesehatan. Adapun tujuan dari
keselamatan pasien untuk mencegah dan mengurangi resiko pada
kesalahan dan bahaya yang terjadi pada pasien selama pemberian
pelayanan kesehatan.

Kerjasama dan partisipasi tenaga kesehatan merupakan hal yang


penting dalam pelaksanaan program keselamatan pasien, begitupun
dengan peningkatan kualitas pengajaran. Pengajaran yang dimaksud disini
seperti adanya seminar dan pelatihan yang direncanakan pihak rumah sakit
atau pelayanan kesehatan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
tenaga kesehatan.

Kerjasama tim merupakan suatu keberhasilan implementasi dalam


program peningkatan kualitas, salah satu contohnya adalah adanya
kolaborasi multi rumah sakit untuk peningkatan kualitas keselamatan
pasien. Maka dari itu, program yang telah dibuat oleh rumah sakit
membutuhkan kerjasma tim.

E. Kerangka Teori

“Hubungan Kerjasama Tim Dengan Penerapan Patient Safety Pada


Perawat Rawat Inap Di RS Medika Dramaga Kota Bogor”

Faktor yang mempengaruhi penerapan patient safety

Status sumber daya manusia


Organisasi dan manajemen
Kerjasama
Kerjasama tim tim Penerapan
Patient
Komunikasi Safety
Budaya keselamatan pasien
Obat, peralatan & lingkungan fisik
Faktor yang berhubungan dengan pasien
Peningkatan kualitas dan keselamatan pasien
Dokumentasi
Mengevaluasi dan memantau
Kesalahan medis
Hambatan dan tantangan

Bagan 2.1
Sumber : (Hadi,2017; Nadari, Zaboli,
Khalesi & Nasiripour, 2017)

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis dan Desain penelitian merupakan hasil terakhir dari suatu tahap
keputusan dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana penelitian
bisa diterapkan (Nursalam, 2008 dalam penelitian Haryati 2014).16
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara dua variable yaitu Hubungan Kerjasama Tim
dengan Penerapan Patient Safety Pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Medika Dramaga Kota Bogor Pada Tahun 2022 untuk desain
penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional. Yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko
dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat. Adapun variabel independennya yaitu kerjasama
tim dan dependennya penerapan pasient safety (keselamatan pasien).

B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kerjasama Tim Penerapan Patient


Safety (Keselamatan
Pasien)

C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.17
1. Variabel Independen : varibel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahas Indonesia sering
disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat)
2. Variabel Dependen : sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.

D. Definisi Oprasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan veriabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.

No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
1 Kerjasama Kemampuan Kues Skala 1. Baik Ordin
Tim kerjasama ioner Likert jika al
untuk dengan skor>
mencapai mengisi mean/
tujuan kuesioner media
bersama yang tentang n
terdiri dari : kerjasama 2. Tidak
1. Kerjasama tim yang baik
2. Kepercaya berjumlah jika
an 15 skor <
3. Kekompa pertanyaa mean/
kan n dengan media
jawaban n
kuesioner
empat
alternative
jawaban
yaitu :
SS =
Sangat
Setuju
S = Setuju
TS =
Tidak
Setuju
STS=Sang
at Tidak
Setuju

2 Penerapan Kemampuan Kues Skala 1. Baik Ordin


Pasient petugas ioner Likert jika al
Safety kesehatan dengan skor >
(Keselama dalam mengisi mean/
tan penerapan kuesioner media
Pasien) keselamatan tentang n
pasien yang penerapan 2. Tidak
terdiri dari : patient baik
1. Ketepatan safety jika
identifikas yang skor <
i pasien berjumlah mean/
2. Peningkat 15 media
an pertanyaa n
komunika n dengan
si yang jawaban
efektif kuesioner
3. Peningkat empat
an alternative
keamanan jawaban
obat yang yaitu :
perlu SL=
diwaspada Selalu
i SR=
4. Kepastian Sering
tepat KK=Kada
lokasi, ng –
tepat Kadang
prosedur, TP=Tidak
tepat Pernah
pasien
operasi
5. Pengurang
an resiko
infeksi
terkait
pelayanan
kesehatan
6. Pengurang
an resiko
pasien
jatuh

E. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan statistik tentang parameter
populasi. Sedangkan hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian.17
1. Hipotesis Null/Nihil (Ho) : Untuk menguji populasi apakah
tidak terdapat perbedaan atau apakah tidak terdapat hubungan
Ho : Dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara kerjasama
tim dengan penerapan patient safety pada perawat di RS
Medika Dramaga Kota Bogor tahun 2022
2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Hipotesis yang kemungkinan benar,
jika hipotesis null/nihil ditolak, berupa terdapat perbedaan atau
terdapat hubungan.
Ha : Dalam penelitian ini ada hubungan antara kerjasama tim
dengan penerapan patient safety pada perawat di RS Medika
Dramaga Kota Bogor tahun 2022
F. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.17
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang terdapat
di RS Medika Dramaga sebanyak 119 orang perawat.
2. Sampel
Sempel adalah bagian populasi yang hendak diteliti dan
mewakili karakteristik populasi. Penelitian ini menggunakan rumus
Arikunto, apabila populasi penelitian berjumlah <100 maka sampel
yang diambil adalah semuanya, namun apabila populasi penelitian
berjumlah >100 maka sampel dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti mengambil 30%
dari populasi (119), berarti jumlah sampel adalah 30% X 119.
Hasil perhitungan menunjukan jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah sebanyak 35 responden dengan mengambil
30% dari populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
menggunakan random sampling atau sampel acak adalah teknik
penentuan sampel dengan cara mencampur subjek – objek tanpa
mempertimbangkan tingkatan – tingkatan dalam populasi.

G. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni – Juli di Rumah
Sakit Medika Dramaga pada tahun 2022

H. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak
yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak dari hasil
penelitian tersebut.
Dalam melakukan penelitian ini peneliti membagikan kuesioner
kepada responden. Selanjutnya lembar kuesioner disampaikan kepada
responden dengan menekankan pada etika yang meliputi :18
1. Right to self determination
Responden yang bersedia diteliti diberikan lembar persetujuan.
Responden dengan terlebih dahulu diberikan kesempatan membaca isi
lembar tersebut, selanjutnya harus mencantumkan tanda tangan
sebagai bukti kesediaannya menjadi responden penelitian.
2. Right to privacy and dignity
Untuk menjaga kerahasiaan responden, responden tidak perlu
mencantumkan nama dalam kuesioner. Pada lembar pengumpulan data
penelitian hanya menuliskan kode tertentu pada setiap lembaran.
3. Right to anonymity and confidential
Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh responden
dijamin oleh peneliti.
4. Right to fair treatment
Dalam memenuhi hak ini biasanya nama responden dirahasikan,
responden berhak mendapatkan kerahasiaan atas apa yang telah dia
lakukan dalam penelitian, responden juga harus diberitahu apa hasil
dari penelitian tersebut.
5. Right to protection from discomfort and harm
Responden berhak mendapatkan perlindungan dari berbagai
ketidaknyamanan yang mungkin muncul selama dalam proses
pengisian kuesioner. Misalnya responden sudah lelah sehingga
antisipasi yang dilakukan oleh peneliti adalah menghentikan proses
pengisian kuesioner dan akan dilanjutkan sesuai kontrak waktu yang
sudah disepakati oleh responden dan peneliti sebelum proses pengisian
kuesioner selesai.
I. Alat dan Metode Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara pengisian lembar
kuesioner oleh responden, yiatu sejumlah pertanyaan yang tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang ia ketahui sesuai
dengan pengetahuan responden.
a. Uji Validasi
Uji validasi adalah perhitungan dua variabel, dan variabel
di katakan valid jika hasil R hitung lebih besar dari R tabel.
Penelitian ini mengungkapkan uji validitas korelasi pearson
produc moment dengan dimasukan SPSS. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui korelasi antara skor tiap butir pertanyaan.
Rumus :
R=n ¿ ¿
Keterangan :
R = Koefisien Korelasi
N = Jumlah Sampel
X = Pertanyaan Nomor 1
Y = Skor Total
XY = Skor Pertanyaan Nomor 1 di Kali Skor Total
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable dan
digunakan untuk mengukur berkali-kali untuk menghasilkan data
yang sama/konsistensi.19
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat reliabilitas
masing-masing instrumen yang digunakan.
2. Metode Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner akan diisi oleh responden.

Variabel Indikator Pernyataan Total


Kerjasama Tim Kerjasama 1, 2, 3, 4, 5, 6 15
Kepercayaan 7, 8, 9, 10
Kekompakan 11, 12, 13, 14,
15
Penerapan Ketepatan identifikasi pasien 1, 2 15
Pasient Safety
(Keselamatan
Pasien)
Peningkatan komunikasi yang 3, 4, 5
efektif
Peningkatan keamanan obat 6, 7, 8, 9
yang perlu diwaspadai
Kepastian tempat lokasi, tepat 10, 11
prosedur, tepat pasien operasi
Pengurangan resiko infeksi 12, 13
terkait pelayanan kesehatan
Pengurangan resiko pasien 14, 15
jatuh
Dalam penelitian teknik pengumpulan data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

a) Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan peneliti sendiri yang
dilakukan secara langsung pada responden, data primer pada peneliti
ini adalah mengetahui hubungan kerjasama tim dengan penerapan
patient safety.
b) Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari instansi atau badan
yang terkait atau tidak dikumpulkan oleh peneliti sendiri dan
digunakan oleh peneliti untuk melengkapi dan melaksanakan
penelitian.
J. Metode Pengelolaan dan Analisis Data
1. Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data menurut Notoatmodjo 2010:20
a. Editing
Setelah mendapatkan data dari responden selanjutnya dilakukan
penyuntingan (editing) untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner yang kemungkinan ada kesalahan dalam
kelengkapan, kejelasan dan konsisten jawaban.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya
dilakukan peng “kodean” atau “coding” yakni mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.
Coding Memberikan kode berupa angka pada setiap jawaban yang
telah diberikan responden, agar memudahkan dalam menganalisa
data. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
memasukkan data.
1) Variabel Independen Kerjasama Tim :
Kerjasama tim baik diberi kode 1 dan kerjasama tim tidak baik
diberi kode 2
2) Variabel Dependen Penerapan Patietn Safety :
Baik diberi kode 1 dan tidak baik diberi kode 2
c. Entry data
Memasukan jawaban – jawaban dari masing – masing
responden yang dalam bentuk “ Kode” (angka atau huruf ) ke
dalam program “Software” Computer yang menggunkan program
SPSS for window versi 22. Pada penelitian ini memasukan seluruh
jawaban responden.
d. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah di masukan untuk
memastikan data sudah bersih dari kesalahan baik dalam
pemberian kode maupun pemberian skor data. Kemudian
dilakukan pembulatan atau korelasi.
e. Tabulasi
Membuat tabel data sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh penelitian.
2. Analisa Data
Analisa yang dipakai pada penelitian ini adalah analisis
Univariat dan analisis Bivariat.
a. Analisis Univariat
Hasil analisa univariat suatu tekhnik analisis data terhadap satu
variabel secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan
dengan variabel lainnya. Analisis univariat biasa juga disebut
analisis deskriptif atau statistik deskritif yang bertujuan
menggambarkan kondisi fenomena yang dikaji. Model analisis
univariat dapat berupa angka hasil pengukuran, ukuran tendensi
sentral, ukuran dispersi/deviasi/variability, penyajian data atau
kemiringan data.
Adapun rumus penentuan besarnya presentase sebagai berikut:
f
x= x 100 %
N
Keterangan:

x=¿ hasil presentase

f =¿frekuensi responden untuk setiap pertanyaan

N=¿ jumlah responden

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah yang menganalisis perbedaan atau
hubungan antara dua varibel. Menguji ada atau tidaknya
perbedaan/hubungan. Dalam penelitian kesehatan uji signifikan
dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan (α) = 0,05
dengan ketentuan hipotesis nol diterima bila p value > 0,05 (p
value > α) berarti uji statistik menunjukan tidak ada hubungan
yang signifikan, sedangkan hipotesis nol ditolak bila p value < 0,05
(p value < α) berarti uji statistik menunjukan adanya hubungan
antara variabel bebas dengan terikat.
Dalam penelitian ini uji bivariat menggunakan uji koefisien
kendall tau, yaitu sebagai berikut:
2s
T=
N ( N−1)

Keterangan :

S = total skor seluruhnya (grand total)

N = banyaknya sampel

T = koef kolerasi kendall tau

jika P Value < 0,05 (Ho ditolak, Ha diterima) berarti terdapat


hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

jika P Value > 0,005 (Ho diterima, Ha ditolak) berarti tidak


terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muninjaya.A.A.G. Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC, 2010.

2. Hamid. A. Y. Bunga Rampai Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC, 2009.

3. Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

4. Rachmawati N, Harigustian Y. Manajemen Patient Safety Konsep Dan


Aplikasi Patient Safety Dalam Kesehatan. Pt Pustaka Baru 2019; 1–200.

5. Pengetahuan H, Kesehatan P, Penerapan T, et al. Hubungan pengetahuan


petugas kesehatan terhadap penerapan keselamatan pasien di puskesmas
balerejo kabupaten madiun tahun 2017.

6. Studi P, Keperawatan D, Uki FV. Modul Manajemen.2017

7. Jurnal JAM, Masyarakat A, Buhari B, et al. The Assistance Of Utilization


E-Patient Safety Application In Improving Patient Safety Care At Erni
Medika Hospital Jambi City Pendampingan Pemanfaatan Aplikasi E-
Patient Safety Dalam Meningkatkan Asuhan Keselamatan Pasien Jam :
Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 2021; 2: 93–99.

8. Sumiarty C. hubungan tingkat penegetahuan perawat dengan pelaksanaan


keselamatan pasien ( Patient Safety ) Di Igd Dan Icu Rusd Leuwiliang
( World Health Organization ) mengestimasikan , 1 dari pasien dirugikan
selama mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit yan. Ilm Wijaya
2018; 10: 25–31.

9. Tobing R. Hubungan Kerjasama Tim Perawat Dalam Meningkatkan


Budaya Keselamatan Pasien, https://osf.io/preprints/kcrxt/ (2016).

10. Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press), 2011.

11. Bogor RSMD. Profil Rumah Sakit Medika Dramaga Bogor. Bogor, Rumah
Sakit Medika Dramaga, 2012.

12. Muninjaya AG. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC,


2015.

13. Terhadap O, Karyawan K, Sibarani EM. Universitas sumatera utara.

14. Kaswan. Leadership and Teamworking, Membangun Tim yang Efektif dan
Berkinerja Tinggi Melalui Kepemimpinan. Bandung: Alfabeta, 2014.

15. H Kara OAMA. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Perawat


dengan Manajemen Keselamatan Pasien. Pap Knowl Towar a Media Hist
Doc 2014; 7: 107–15.

16. Supardi dan Anwar. S. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2015.

17. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R and D. 22nd ed. Bandung:
ALFABETA, 2015.

18. Sudayono. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 2017.

19. Prof. Dr.Suryana MS. Model praktis penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Diakses 22 juli 2019, http://file.upi.edu/ (2010).

20. Notoatmojo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta,
2011.

Anda mungkin juga menyukai