Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019 p-ISSN 2715-6443

Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 21 - 26, Desember 2019


RSJDIlmiah
Jurnal Dr. Amino Gondohutomo
Kesehatan Jiwa VolumeProvinsi Jawa
1 No 1, Hal 39Tengah
- 48, Desember 2019 p-ISSN 2715-6443
RSJDDr.
RSJD Dr.Amino
AminoGondohutomo
GondohutomoProvinsi
ProvinsiJawa
JawaTengah
Tengah

HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DAN KEDEKATAN ORANG TUA


DENGAN IDE BUNUH DIRI
Kanza Salsabiela*, Ice Yulia Wardani
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
*kanza.salsabiela@ui.ac.id

ABSTRAK
Bunuh diri merupakan masalah kesehatan serius yang memengaruhi banyak kalangan remaja. Ide bunuh diri
disebabkan karena faktor yang datang dari individu, seperti tingkat kepercayaan diri, maupun faktor sosial
seperti hubungan dengan orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepercayaan diri dan
kedekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif korelasi secara cross sectional. Penelitian ini memiliki responden sebanyak 248 siswa di salah satu
SMA di Jakarta Selatan dengan menggunakan stratified random sampling. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah instrumen kepercayaan diri dari Self-Confidence Test, instrumen kedekatan orang tua-
remaja dari Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA), dan instrumen ide bunuh diri dari Beck Scale for
Suicide Ideation. Penelitian ini menggunakan uji korelasi gamma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara kepercayaan diri remaja dan ide bunuh diri pada remaja, dan terdapat hubungan antara
kedekatan orang tua remaja dan ide bunuh diri pada remaja.

Kata kunci: kepercayaan diri, kedekatan orangtua, ide bunuh diri

RELATIONSHIP BETWEEN TEENAGE SELF CONFIDENCE AND PARENTS'


CLOSENESS TO SUICIDE IDEAS

ABSTRACT
Suicide is a serious health problem that affects many teenagers. The idea of suicide is caused by factors that
come from individuals, such as the level of confidence, as well as social factors such as relationships with
parents. This study aims to determine the relation of self-confidence and parent attachment to suicide ideation in
adolescents. This research is a quantitative research with a descriptive correlation design with cross sectional.
This study has 248 respondents in one of the high schools in South Jakarta using stratified random sampling.
The instruments used in this study were instruments of self-confidence from the Self-Confidence Test, parent
attachment instruments from the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA), and suicide idea instruments
from the Beck Scale for Suicide Ideation. This study uses the gamma correlation test. The results showed that
there is a relation between adolescent self-confidence and suicide ideation in adolescents, and there is a relation
between parent attachment and suicide ideation in adolescent.

Keywords: self confidence, parents. Closeness, suicide ideas

PENDAHULUAN
Bunuh diri merupakan fenomena global dan terjadi sepanjang hidup. Bunuh diri adalah
kematian yang disebabkan karena mencederai diri sendiri hingga meninggal.1 Tindakan bunuh
diri merupakan suatu tindakan yang diarahkan kepada diri sendiri dan dengan sengaja, yang
mengakibatkan cedera atau kemungkinan cedera pada diri sendiri.2 (WHO) Percobaan bunuh
diri yang pernah dilakukan oleh individu merupakan faktor risiko paling penting yang
diketahui untuk kematian akibat bunuh diri. Individu yang sebelumnya pernah mencoba
bunuh diri memiliki risiko lebih tinggi meninggal akibat bunuh diri dibandingkan dengan
mereka yang tidak pernah mencoba bunuh diri.3 Faktor psikososial seperti peristiwa
kehidupan yang penuh tekanan, kekerasan antarindividu, dan menjadi target agresi telah
ditemukan berhubungan dengan pemikiran dan upaya untuk bunuh diri.4

World Health Organization (WHO) pada tahun 2018 mengindikasikan bahwa setiap tahunnya,
di dunia hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri, berarti satu orang setiap 40
detik.Di Indonesia, prevalensi tingkat kematian bunuh diri yaitu 3.4 per 100.000 populasi,
dengan rata-rata regional sebesar 13.2, per tahun 2016.5 Bunuh diri merupakan penyebab
kematian terbesar nomor dua pada anak berusia 15-29 tahun. Untuk setiap kasus bunuh diri,
39
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

diperkirakan 100-200 remaja melakukan upaya bunuh diri.3 Ini berarti bunuh diri merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius yang mempengaruhi banyak kalangan remaja dan
orang dewasa.

Masa remaja merupakan periode di mana individu melakukan transisi dari masa anak-anak
menuju dewasa, yang berlangsung antara usia 13 dan 20 tahun. Remaja mengalami tahap
transisi perkembangan fisik dan mental yang melibatkan perubahan biologis (yaitu pubertas),
sosial dan psikologis Penyesuaian dan adaptasi diperlukan untuk mengatasi perubahan-
perubahan ini dan agar dapat membangun identitas yang matang.6 Pada fase ini, remaja
menginvestigasi dan mengidentifikasi identitas diri dan menetapkan masa depan yang akan
diraih, dan remaja mencari cara untuk mengekspresikan dirinya secara efektif. Namun, jika
remaja merasa bahwa ia tidak dapat mengekspresikan diri dengan cara apa pun karena batasan
sosial, ia akan mengalami kebingungan peran. Peran dan dampak dari konteks sosial tertentu
seperti teman sebaya, sekolah, dan keluarga termasuk orang tua cenderung memiliki pengaruh
signifikan pada remaja.7

Studi menemukan bahwa rasa erat akan mendorong eksplorasi dan pengembangan
kompetensi kognitif, sosial dan emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Grace,Obondo,
Bifulco, & Kumar (2018) menemukan hubungan positif yang signifikan antara peningkatan
masalah emosional dan perilaku dan peningkatan rentannya kedekatan. Kedekatan yang
eratdapat berfungsi sebagai sistem penyangga pada tahap perkembangan dari banyaknya
tekanan internal dan eksternal. Kedekatan yang tidak erat mempengaruhi perkembangan
masalah emosional dan perilaku pada remaja. Semakin anak merasa tidak erat, semakin rentan
dia berpotensi untuk mengalami masalah emosi.8

Deeley & Love (2013), dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa emosi terkait kepercayaan
diri yang rendah akan mempengaruhi kecenderungan untuk bunuh diri. Remaja diharapkan
mendapat manfaat dari peningkatan rasa percaya diri. Namun, ketika ide bunuh diri sering
terjadi, hal itu kemungkinan terjadi sebagai respons otomatis terhadap pengalaman sulit yang
dialami oleh individu . Oleh karena itu hubungan langsung antara kepercayaan diri emosi dan
ide bunuh diri lebih mudah diidentifikasi pada masa remaja, ketika individu sering
mengembangkan ide bunuh diri untuk pertama kalinya.9 Uraian tersebut membuat penulis
tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara kepercayaan diri, kedekatan orang tua,
dengan ide bunuh diri lebih jauh lagi di kalangan remaja siswa SMA.

METODE
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara
kepercayaan diri, kedekatan orang tua (variabel independent) dengan ide bunuh diri (variabel
dependent) pada siswa SMA Negeri 49 Jakarta.

Populasi pada penelitian ini yakni siswa kelas X, XI, dan XII SMA negeri di kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan, yang berjumlah 248siswa dengan kriteria inklusi sehat secara fisik,
memiliki orang tua, dan bersedia untuk menjadi responden.Teknik yang digunakan untuk
menentukan sampel pada penelitian ini dengan cara proportionate stratified random
sampling, karena populasi mempunyai susunan bertingkat atau berstrata secara proporsional.
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Kuesioner bagian 1 mengenai
pertanyaan yang terkait data demografi responden meliputi inisial nama, usia, kelas, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, mempunyai orang tua, dan mempunyai teman dekat.
Kuesioner bagian 2 mengenai kepercayaan diri dengan menggunakan instrumenSelf-
40
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Confidence Test dari Lauster yang telah dialihbahasakan berjumlah 32 pertanyaan yang telah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh Dannis, Kriswantoro, dan Haryono (2013) dengan
hasil r 0.363;0.716 dan Alpha Cronbach 0,89. Kuesioner bagian 3 mengenai tingkat
kedekatan orang tua terhadap remaja dengan menggunakan instrumenInventory of Parent
Attachment dari Armsberg yang telah dialihbahasakan berjumlah 25 pertanyaan yang telah
dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh Dewi dan Valentina (2013) dengan hasil r
0,383;0,685 dan Alpha Cronbach 0,91.10 Kuesioner bagian 4 mengenai ide bunuh diri dengan
menggunakan instrumenBeck Scale for Suicide Ideation dari Beck yang telah dialihbahasakan
berjumlah 19 pertanyaan yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh Sari dan
Pratiwi (2018) dengan hasil r 0,433;0,757dan Alpha Cronbach 0,92.

Analisis univariat dilakukan pada variabel usia dianalisis menggunakan tendensi sentral.
Variabel kelas, jenis kelamin, status sosial ekonomi, teman dekat dianalisis menggunakan
distribusi frekuensi. Sedangkan variabel kepercayaan diri, kedekatan orangtua, dan ide bunuh
diri dianalisis menggunakan tendensi sentral dan distribusi frekuensi. Analisis bivariat
dilakukan pada variabel yang saling berhubungan (Syahdrajat, 2015). Pada penelitian ini
kedua jenis variabel yang ingin diteliti hubungannya yakni kepercayaan diri, kedekatan orang
tua, dan ide bunuh diri merupakan jenis data kategorik ordinal sehingga uji yang dilakukan
yakni uji gammadengan tingkat kemaknaan atau digunakan sebagai penunjuk besaran
peluang salah dalam menolak hipotesis. Besaran hubungan yakni 0,05 sehingga jika hasil<
maka H0 ditolak. Jika hasil > H0 gagal ditolak.11

HASIL
Tabel 1.
Karakteristik pada remaja SMA dengan ide bunuh diri (n=248)
Ide Bunuh Diri
Variabel Jumlah
Tidak Ada Rendah Tinggi
f % f % f % f %
Usia
15 tahun 2 50 1 25 1 25 4 1,6
16 tahun 70 68,6 1 1 31 30,4 102 41,1
17 tahun 65 61,9 1 2,7 39 37,1 105 42,3
18 tahun 16 43,2 1 1,6 20 54,1 37 14,9
Kelas
X 69 68,3 2 2 30 29,7 101 40,7
XI 63 60 1 1 41 39 105 42,3
XII 21 50 1 2,4 20 47,6 42 16,9
Jenis Kelamin
66 70,2 2 2,1 26 27,7 94 37,9
Laki-laki
87 56,5 2 1,3 65 42,2 154 62,1
Perempuan
Status Sosial Ekonomi
32 64 0 0 18 36 50 20,2
Di bawah UMK
121 61,1 4 2 73 36,7 198 79,8
Di atas atau setara UMK
Mempunyai Teman Dekat
150 61,7 4 1,6 89 36,6 243 98,0
Punya
3 60 0 0 2 40 5 2,0
Tidak punya
Berdasarkan tabel 1, dari data kelompok yang mempunyai ide bunuh diri, ada sebanyak 20
(54,1%) remaja berusia 18 tahun, 41 (39%) remaja kelas XI, 65 (42,2%) remaja berjenis
kelamin perempuan, 73 (36,9%) remaja berstatus sosial ekonomi di atas atau setara UMK, 2
(40%) tidak mempunyai teman dekat, dan 91 (36,7%) remaja mempunyai ide bunuh diri.
41
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Distribusi rata-rata berdasarkan kepercayaan diri remaja dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.
Rata-rata kepercayaan diri pada remaja SMA(n = 248)
Variabel Mean Standar Deviasi
Kepercayaan Diri 66,13 11,153
Kepercayaan diri memiliki rentang skor 0 hingga 128. Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata
kepercayaan diri pada remaja SMA yang telah dikaji adalah 66,13. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa rata-rata remaja SMA memiliki kepercayaan diri sedang. Distribusi
responden berdasarkan kepercayaan diri remaja dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.
Kepercayaan diri pada Remaja SMA (n = 248)
Kepercayaan Diri f %
Tinggi 43 17,3
Sedang 163 65,7
Rendah 42 16,9
Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas kepercayaan diri responden adalah sedang, yaitu
sebanyak 163 orang atau 65,7%. Distribusi rata-rata berdasarkan kedekatan orang tua dapat
dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.
Rata-rata kepercayaan diri pada remaja SMA (n = 248)
Variabel Mean Standar Deviasi
Kedekatan Orang Tua 86,19 12,480
Kedekatan orang tua memiliki rentang skor 25 hingga 125. Nilai rata-rata kedekatan orang tua
pada remaja SMA yang telah dikaji adalah 86,19. Rata-rata remaja SMA memiliki kedekatan
orang tua sedang. Distribusi responden kedekatan orang tua dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.
Responden kedekatan orang tua pada remaja SMA (n = 248)
Kedekatan orang tua f %
Tinggi 45 18,1
Sedang 161 64,9
Rendah 42 16,9
Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas kedekatan orang tua dengan responden adalah sedang,
yaitu sebanyak 161 orang atau 64,9%. Rata-rata ide bunuh diri dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.
Rata-rata ide bunuh diri pada remaja SMA (n = 248)
Variabel Mean Standar Deviasi
Ide Bunuh Diri 3,28 5,604

Ide bunuh diri memiliki rentang skor 0 hingga 38. Nilai rata-rata ide bunuh diri pada remaja
SMA yang telah dikaji adalah 3,28. Distribusi responden berdasarkan kedekatan orang tua
dapat dilihat pada tabel 7.

42
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Tabel 7.
Kedekatan Orang Tua pada Remaja SMA di Jakarta Selatan (n = 248)
Ide bunuh diri f %
Tidak ada 153 61,7
Rendah 4 1,6
Tinggi 91 36,7
Tabel 7 menunjukkan bahwa mayoritas ide bunuh diri responden adalah tidak ada, yaitu
sebanyak 153 orang atau 61,7%.

Hasil Analisis Bivariat


Hubungan kepercayaan diri remaja dengan ide bunuh diri dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8.
Hubungan kepercayaan diri dengan ide bunuh diri pada remaja (n= 248)
Ide Bunuh Diri
p value 0,001
Kepercayaan Diri
R -0,418
Tabel 8 terlihat bahwa p value penelitian yakni 0,001, sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan bermakna antara kepercayaan diri dengan ide bunuh diri pada remaja. Adapun
kekuatan hubungan antara kepercayaan diri dengan ide bunuh diri menunjukkan arah negatif
dengan kekuatan sedang. Hubungan kedekatan orang tua dengan ide bunuh diri dapat dilihat
pada tabel 9.

Tabel 9.
Hubungan kedekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada remaja SMA (n= 248)
Ide Bunuh Diri
p value 0,001
Kedekatan Orang Tua
R -0,460
Tabel 9 terlihat bahwa p value penelitian yakni 0,001, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan bermakna antara kedekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada remaja. Adapun
kekuatan hubungan antara kedekatan orang tua dengan ide bunuh diri menunjukkan arah
negatif dengan kekuatan sedang.

PEMBAHASAN
Kepercayaan Diri pada Remaja SMA
Kepercayaan diri pada remaja yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan sebagian
besar remaja berada dalam kategori kepercayaan diri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat risiko bagi remaja untuk memiliki kepercayaan diri yang rendah. Sementara itu,
sebanyak 16,9% remaja mengalami kepercayaan diri yang rendah. Menurut teori Erikson,
masa remaja memasuki fase identitas versus kebingungan peran, dengan rentang usia antara
12 hingga 19 tahun, dan pada fase ini, remaja menginvestigasi dan mengidentifikasi alternatif
mengenai penetapan masa depan dan pribadinya.12 Responden yang mengikuti penelitian ini
berada dalam rentang usia 15-18 tahun, yang berarti semua responden termasuk ke dalam
remaja yang berada dalam fase ini. Fase ini merupakan fase kritis untuk remaja, dan jika fase
ini berhasil dilewati dengan baik, maka mereka akan dapat menetapkan keputusan dengan
baik pada diri seseorang. Namun, apabila fase krisis tidak berhasil tertangani dengan baik,
maka akan menyebabkan pembangkangan, identitas sosial yang tidak dapat diterima, dan rasa
tidak memiliki tujuan pada diri seseorang, yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka
setelah melewati fase ini.12

43
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Pada fase remaja, proses kematangan emosi berlangsung, dan hal ini berpengaruh pada
tingkat kepercayaan diri mereka. Remaja yang matang dalam emosinya lebih percaya diri dan
aman karena tingkat kematangan emosi dalam diri individu memanfaatkan ruang lingkup
penuh dari kekuatan individu, kapasitas dan kemampuan untuk digunakan dan dinikmati.2
Ada sepuluh indikator dari kepercayaan diri seseorang, yaitu arah dan nilai, motivasi,
stabilitas emosional, pola pikir positif, kesadaran diri, fleksibilitas dalam perilaku, keinginan
untuk berkembang, kesehatan dan energi, kesediaan untuk mengambil risiko, dan perasaan
memiliki tujuan.13 Indikator-indikator ini akan mempengaruhi kematangan emosi remaja
sehingga berpengaruh pula terhadap rasa percaya diri mereka.

Kedekatan Orang Tua pada Remaja SMA


Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kedekatan sebagian
besar remaja terhadap orang tua mereka berada dalam kategori kedekatan yang sedang. Hal
ini menunjukkan bahwa tingkat kedekatan ini berisiko untuk menjadi tidak dekat di kemudian
hari. Sementara itu, sebanyak 16,9% remaja memiliki tingkat kedekatan dengan orang tua
yang rendah. Pada fase remaja, individu berada dalam proses mencari identitas mereka
sendiri, dan karena inilah remaja mengeksplorasi sikap dan nilai-nilai yang telah diajarkan
kepada mereka untuk menetapkan apa yang paling menentukan siapa mereka.14

Responden yang mengikuti penelitian ini berada dalam rentang usia 15-18 tahun, sehingga
mereka masuk ke dalam tahap operasional formal, sesuai dengan teori perkembangan yang
dikemukakan oleh Piaget. Pergeseran kognitif ke pemikiran operasional formal memiliki
dampak pada hubungan remaja dengan orang tua. Berpikir abstrak memungkinkan remaja
untuk lebih membedakan dunia nyata dan ideal mereka, sehingga perilaku remaja yang
diamati oleh orang tua tidak mendefinisikan pada standar ideal remaja, tetapi diukur menurut
seperti apa seharusnya yang ideal bagi mereka.14 Hal ini meningkatkan potensi terjadinya
konflik antara remaja dan orang tua sehingga mengurangi kedekatan antara remaja dan orang
tua.

Masa remaja merupakan periode perkembangan ketika terjadi peningkatan kekuatan untuk
membentuk ikatan yang kasual dan intim untuk menjalinnya ke dalam jaringan-jaringan yang
dapat memudahkan perjalanan melalui masa kehidupan mereka.15 Kekuatan ini dapat
berkembang sepenuhnya apabila remaja memiliki sumber daya pribadi yang kuat, yang
membawa mereka untuk berhubungan dengan orang lain, dan sumber daya pribadi ini dapat
berkembang karena adanya agen utama dan lembaga sosial. Agen utama ini adalah keluarga,
terutama orang tua. Orang tua memiliki peran yang penting untuk memberikan panduan
melalui ajaran dan contoh, dan membuat ketentuan untuk mendorong ekspresi penuh atas
kemampuan remaja untuk memberikan bantuan dan menghibur yang lain dan, secara timbal
balik, untuk mendapatkan dukungan dari orang lain. Rasa saling terhubung satu sama lain
adalah tanda kebersamaan yang mempengaruhi hubungan kedekatan. Collins dan Repinski
dalam Trepper & Werner-Wilson (2013) mengatakan bahwa rasa saling terhubung untuk
remaja dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu kepercayaan, keintiman, kedekatan, pengaruh
positif, dan komunikasi. Dibutuhkan komitmen baik remaja maupun orang tua, dan mencegah
adanya remaja yang terputus dari arus utama, sehingga rasa saling terhubung antara remaja
dengan orang tua akan tetap berjalan dengan baik, untuk meningkatkan prospek kehidupan
remaja.16

Ide Bunuh Diri pada Remaja SMA


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki ide bunuh diri yaitu
sebesar 38,3%. Nilai ini tergolong besar jika dibandingkan dengan jumlah ide bunuh diri pada
44
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

remaja di dunia dan Indonesia. Remaja yang memiliki ide bunuh diri di dunia yaitu sebesar
2%, sedangkan di Indonesia sebesar 5,2%.5,17 Tingginya angka presentasi remaja yang
memiliki ide bunuh diri ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada, yang bergantung dari
individu maupun lingkungan. Individu yang frustasi, yang merasa tidak dicintai, tidak dapat
mengontrol diri, dan tidak aman; dapat menyebabkan rasa sakit secara mental yang tak
tertahankan yang subyektif dan tergantung pada persepsi negatif individu terhadap diri sendiri
(Orbach, Mikulincer, Sirota, & Gilboa-Schechtman; dalam Kumar, 2017). Individu yang tidak
mampu mengatur emosi yang ada dalam diri mereka meningkatkan risiko untuk melakukan
bunuh diri, karena mereka tidak mampu mengawasi emosi yang bergejolak dalam diri mereka
dan pemikiran yang berulang tentang perilaku yang merusak diri sendiri dan bahkan
membunuh dirinya sendiri.17

Faktor-faktor seseorang memiliki ide bunuh diri yaitu jenis kelamin, renggangnya hubungan
sosial dengan orang lain, dan stres dari terjadinya konflik, pemisahan, dan penolakan
merupakan faktor-faktor yang paling dominan terjadi pada seseorang di masa remaja dan
dewasa awal untuk memicu terjadinya bunuh diri (Townsend, 2015), sesuai dengan hasil yang
didapat dari penelitian ini.18

Hubungan Kepercayaan Diri Remaja dengan Ide Bunuh Diri


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa terdapat hubungan
antara kepercayaan diri remaja dengan ide bunuh diri. Hasil ini sejalan dengan penelitian di
China yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri
remaja dengan ide bunuh diri . Penelitian itu menunjukkan bahwa kurangnya kepercayaan diri
adalah faktor risiko yang lebih kuat dari ide bunuh diri.

Hasil dalam penelitian ini juga membuktikan bahwa sebagian besar orang yang memiliki
kepercayaan diri tinggi tidak memiliki ide bunuh diri. Sebaliknya, sebagian besar orang yang
memiliki kepercayaan diri rendah memiliki ide bunuh diri dengan tingkat tinggi. Hal ini
merujuk kepada teori perkembangan Erikson di mana remaja termasuk ke dalam fase identitas
versus kebingungan peran. Fase ini merupakan fase yang penting untuk menentukan titik
balik atau momen keputusan antara kemajuan dan regresi, serta integrasi, dan
keterbelakangan.12

Pada masa remaja, remaja mencapai kondisi di mana mereka akan merasa bahwa mereka
memiliki identitas masing-masing .19 Selama tugas mengembangkan rasa identitasnya sendiri,
remaja akan mencari cara untuk mengekspresikan individualitasnya secara efektif. Remaja
akan mampu mengekspresikan diri apabila mereka memiliki rasa percaya diri. Ketika ada rasa
percaya diri yang rendah, remaja menderita ketidakpastian, ketidakamanan, ketakutan dan
mengalami distensi sosial.2 Hal-hal inilah yang menjadi faktor seseorang memiliki ide bunuh
diri. Faktor-faktor ini termasuk ke dalam faktor risiko bunuh diri, yaitu masalah suasana hati.
Selain itu, faktor-faktor tersebut juga termasuk ke dalam faktor predisposisi bunuh diri,
karena faktor predisposisi bunuh diri yang dilihat dari segi psikologis yaitu kemarahan
berbalik ke dalam, keputusasaan, rasa bersalah, sering marah serta memiliki perilaku
kekerasan, rasa malu dan penghinaan, dan stres yang berkembang.18

Hubungan Kedekatan Orang Tua pada Remaja dengan Ide Bunuh Diri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedekatan orang tua terhadap
ide bunuh diri pada remaja. Namun, peneliti belum menemukan adanya jurnal penelitian lain
yang melakukan penelitian serupa, sehingga peneliti tidak dapat membandingkannya dengan
penelitian sebelumnya. Kendati demikian, terdapat penelitian yang dilakukan di Amerika
45
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

yang mengatakan bahwa rasa aman pada remaja karena merasa dekat dengan orang tua dapat
mendorong eksplorasi dan pengembangan kompetensi kognitif, sosial dan emosional. Studi
menunjukkan bahwa remaja yang merasa aman karena dekat dengan orang tua cenderung
memiliki masalah kesehatan mental yang lebih sedikit, termasuk pemikiran untuk melakukan
bunuh diri. Joiner dalam Lovell & White (2019) mengatakan bahwa orang memiliki keinginan
untuk hidup ketika mereka merasa efektif dan terhubung dengan orang lain.20 Ketika
efektivitas dan hubungan terganggu, seorang individu mengembangkan keinginan untuk
bunuh diri. Hal ini disebabkan karena adanya dua faktor, yaitu beban yang dirasakan, yaitu
memiliki persepsi diri sebagai beban pada orang-orang penting; serta adanya rasa tidak terikat
oleh siapa pun, yaitu isolasi dan kurangnya koneksi atau ikatan dengan orang lain.20 Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan, bahwa sebagian besar remaja yang dekat
dengan orang tuanya tidak mempunyai ide bunuh diri, dan sebaliknya, sebagian besar remaja
yang tidak dekat dengan orang tuanya memiliki ide bunuh diri.

SIMPULAN
Karakteristik remaja pada sekolah menengah atas yang mengikuti penelitian ini adalah
sebagian besar remaja yang mempunyai ide bunuh diri berusia 18 tahun, kelas XI, berjenis
kelamin perempuan, berstatus sosial ekonomi di atas atau setara UMK, dan tidak mempunyai
teman dekat.

Sebagian besar remaja sekolah menengah atas yang mengikuti penelitian memiliki tingkat
kepercayaan diri dan kedekatan orang tua sedang. Namun, masih banyak pula remaja yang
memiliki tingkat kepercayaan diri dan kedekatan orang tua yang rendah. Sementara itu,
tingkat remaja sekolah menengah atas yang mengikuti penelitian ini yang memiliki ide bunuh
diri tergolong besar jika dibandingkan dengan jumlah ide bunuh diri pada remaja di dunia dan
Indonesia.

Ada hubungan bermakna antara kepercayaan diri dengan ide bunuh diri pada remaja pada
remaja sekolah menengah atas. Semakin tinggi kepercayaan diri remaja, maka semakin
rendah remaja untuk memiliki ide bunuh diri, dan sebaliknya, semakin rendah kepercayaan
diri remaja, maka semakin tinggi remaja untuk memiliki ide bunuh diri.

Ada hubungan bermakna antara kedekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada remaja pada
remaja sekolah menengah atas. Semakin tinggi kedekatan remaja terhadap orang tua, maka
semakin rendah remaja untuk memiliki ide bunuh diri, dan sebaliknya, semakin rendah
kedekatan remaja terhadap orang tua, maka semakin tinggi remaja untuk memiliki ide bunuh
diri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed.). St Louis:
Elsevier Mosby.

2. Ngwena, J., Hosany, Z., & Sibindi, I. (2016). Suicide: A concept analysis. Journal of
Publik Health, 25(2), 123-134. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10389-016-0768-x

3. Liu, X., Huang, Y., & Liu, Y. (2018). Prevalence, distribution, and associated factors of
suicide attempts in young adolescents: School-based data from 40 low-income and middle-
income countries. PLoS One, 13(12) doi:http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0207823

46
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

4. Okado, I. (2017). Health risk and protective behaviors of suicide attempts in adolescents
with suicide ideation (10757766). Available from ProQuest Dissertations & Theses Global.
(2014472633). Retrieved from
https://search.proquest.com/docview/2014472633?accountid=17242

5. World Health Organization (2018). Suicide. Retrieved from https://www.who.int/news-


room/fact-sheets/detail/suicide

6. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2016). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. (8th ed.). St.Louis: Elsevier Mosby.

7. Richardson, J., & Gasper, E. A. (2010). A Textbook of Children's and Young People's
Nursing (2nd ed.). Philadelphia: Curchill Livingstone Elsevier.

8. Grace, N. W., Obondo, A., Bifulco, A., & Kumar, M. (2018). The role of attachment
relationship in adolescents’ problem behavior development: A cross-sectional study of
kenyan adolescents in nairobi city. Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health, 12
doi:http://dx.doi.org/10.1186/s13034-018-0237-0

9. Deeley, S. T, & Love, A. W. (2013). Longitudinal analysis of the emotion self-confidence


model of suicidal ideation in adolescents.Advances in Mental Health, 12(1), 34-45.
doi:http://dx.doi.org/10.5172/jamh.2013.12.1.34

10. Dewi, A. A., & Valentina, T. D. (2013). Hubungan Kelekatan Orangtua-Remaja dengan
Kemandirian pada Remaja di Smkn 1 Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 181-189.

11. Sabri, L., & Hastono, S. P. (2014). Statstik kesehatan. Depok: Rajagrafindo Persada.

12. Bowden, V. R., & Greenberg, C. S. (2010). Children and Their Families: The Continuum
of Care. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

13. Burton, K., & Platts, B. (2006). Building Confidence for Dummies. West Sussex: John
Wiley & Sons, Ltd.

14. Potts, N. L., & Mandleco, B. L. (2012). Pediatric Nursing: Caring for Children and Their
Families (3rd ed.). New York: Delmar, Cengage Learning.

15. Colten, M. E., & Gore, S. (2017). Adolescent Stress: Causes and Consequences. New
York: Routledge.

16. Trepper, T. S., & Werner-Wilson, R. J. (2013). Developmental-Systemic Family Therapy


with Adolescents. New York: Routledge.

17. Ng, S., Ran, M., & Chan, C. (2010). Factors Related to Suicidal Ideation among
Adolescents in Hong Kong. Illness, Crisis, & Loss, 341-354.

18. Townsend, M. C. (2015). Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in


Evidence-Based Practice (8th ed.). F. A. Davis Company: Philadelphia.

19. Ricci, S. S. (2009). Essentials of Maternity, Newborn, & Women's Health Nursing (2nd
ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

47
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 1 No 1, Hal 39 - 48, Desember 2019
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

20. Lovell, J. L., & White, J. L. (2019). The Troubled Adolescent: Challenges and Resilience
within Family and Multicultural Context (2nd ed.). New York: Routledge.

48

Anda mungkin juga menyukai