Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN DOKTER MUDA PSIKIATRI

JOURNAL READING

Oleh :

Ida Bagus Ari Sudewa

1302006059

Pembimbing :

dr. Lely Setyawati, Sp.KJ (K)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF PSIKIATRI
RSUP SANGLAH/ FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan Journal Reading ini
tepat pada waktunya.

Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya
(KKM) di BAG/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar. Dalam
penyusunan laporan kali ini, Penulis memperoleh banyak bimbingan, petunjuk dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. dr. Ni Ketut Putri Ariani, Sp.KJ selaku ketua Bagian/SMF Psikiatri FK


UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
2. Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ selaku koordinator pendidikan
Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
3. dr. Lely Setyawati, Sp.KJ (K) selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan Kunjungan Rumah ini.
4. Residen di Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar
yang turut membantu dalam penyelesaian laporan Kunjungan Rumah ini.
5. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan, diharapkan
adanya saran demi penyempurnaan karya ini. Semoga bisa memberikan sumbangan
ilmiah bagi dunia kedokteran dan manfaat bagi masyarakat. Terima kasih.

Denpasar, September 2018

Penulis

ii
PENGALAMAN BURUK MASA KECIL DAN PERCOBAAN
BUNUH DIRI PADA ORANG DENGAN GANGGUAN
MENTAL DAN PENYALAHGUNAAN ZAT
Diterjemahkan dari:
Choi NG, DiNitto DM, Marti GN, and Segal SP. (2017). Adverse Childhood
Experiences and Suicide Attempts Among Those with Mental and Substance Use
Disorders. Child Abuse & Neglect, 69, 252-262.

ABSTRAK
Menggunakan data National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related
Conditions tahun 2012-2013, kami memeriksa kaitan antara sepuluh jenis
pengalaman buruk masa kecil (PBMK) dengan (1) percobaan bunuh diri sepanjang
hidup dan (2) angka dan usia saat percobaan bunuh diri pada orang dewasa di
Amerika Serikat berusia ≥ 18 tahun. Dengan desain kasus-kontrol, orang-orang
yang pernah mencoba bunuh diri (5,14% dari seluruh sampel) dipasangkan dengan
orang-orang yang tidak pernah mencoba (sampel yang terpasangkan berjumlah
3912) di sembilan gangguan mental dan penyalahgunaan zat. Tingkat PBMK lebih
tinggi pada orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri (3,30 [SE = 0,071])
dibandingkan kontrol (2,19 [SE = 0,06]). Hasil dari analisis regresi logistik
multivariat menunjukkan bahwa kekerasan seksual dan gangguan mental pada
anggota keluarga lain berkaitan dengan peningkatan peluang percobaan bunuh diri
pada kedua jenis kelamin, dan pengabaian emosional juga merupakan faktor pada
laki-laki. Fraksi risiko kekerasan seksual populasi pada wanita adalah 25,75%
sementara pada laki-laki 8,56%. Kekerasan seksual dan banyaknya PBMK juga
berkaitan dengan percobaan bunuh diri berulang. Angka PBMK yang lebih tinggi
berkaitan dengan usia percobaan bunuh diri yang lebih muda. Orientasi
gay/biseksual pada laki-laki dan kurangnya pendidikan tinggi pada kedua jenis
kelamin merupakan kovariat yang signifikan. Simpulannya, studi ini
menggarisbawahi bahwa PBMK berkaitan secara signifikan dengan percobaan
bunuh diri sepanjang hidup meskipun gangguan mental dan penyalahgunaan zat
telah dikontrol.
Kata Kunci: Pengalaman buruk masa kecil, kekerasan seksual, gangguan mental,
gangguan penyalahgunaan zat, percobaan bunuh diri

1. Pendahuluan

Data Centers for Disease Control & Prevention (CDC) Amerika Serikat
menunjukkan bahwa pada tahun 2014, sebanyak 14,6% pelajar (19,4% dari
perempuan dan 9,8% dari laki-laki) pada kelas 9-12 pernah memiliki rencana bunuh
diri, dan 8,6% pelajar (11,6% dari perempuan dan 5,5% dari laki-laki) pernah

1
2

mencoba bunuh diri sekali atau beberapa kali. Sekitar sepertiga dari kasus tersebut
memerlukan perhatian medis akibat cedera, keracunan, atau overdosis. Pada tahun
2014 diperkirakan 2,7 juta orang dewasa berusia ≥ 18 tahun (1,2% dari perempuan
dan 1,0% dari laki-laki) pernah memiliki rencana bunuh diri, dan 1,1 juta (0,5%
dari perempuan dan 0,4% dari laki-laki) pernah mencoba bunuh diri, dengan angka
percobaan bunuh diri lebih tinggi pada usia 18-25 tahun (1,5% dari perempuan dan
1,0% dari laki-laki) dibandingkan kelompok usia yang lebih tua.

Angka percobaan bunuh diri pada semua kelompok usia tetap stabil di tahun-
tahun belakangan ini. Akan tetapi, data National Center for Health Statistics
menunjukkan bahwa antara tahun 1999 dan 2014, angka bunuh diri yang
disesuaikan dengan usia meningkat 24% dari 10,5 menjadi 13,0 per 100.000
populasi, dengan peningkatan terbesar terjadi setelah tahun 2006. Peningkatan
terjadi pada usia 10-74 tahun, dimana peningkatan terbesar pada jenis kelamin
perempuan adalah usia 10-14 dan jenis kelamin laki-laki adalah usia 45-64 tahun.
Karena besarnya jumlah percobaan bunuh diri dan meningkatnya angka bunuh diri,
risiko dan faktor pelindung perilaku bunuh diri membutuhkan studi tambahan. Di
studi kali ini, menggunakan data epidemiologi terbaru, kami memeriksa lebih jauh
mengenai kaitan antara pengalaman buruk masa kecil (PBMK, misal penganiayaan
dan disfungsi keluarga) dan percobaan bunuh diri sepanjang hidup pada populasi
berusia ≥ 18 tahun di Amerika Serikat.

Penelitian sebelumya menunjukkan bahwa PBMK berkaitan secara signifikan


dengan percobaan bunuh diri sepanjang hidup dan dengan usia yang lebih muda
saat percobaan bunuh diri pertama kali dilakukan. Dube dkk (2001) menemukan
bahwa (1) setiap jenis PBMK meningkatkan risiko percobaan pembunuhan (dari 2
kali lipat untuk orang-orang yang memiliki anggota keluarga gangguan mental atau
orang tua yang berpisah/bercerai sampai 5 kali lipat untuk orang-orang yang
mendapat penyiksaan mental); (2) jumlah PBMK (1 sampai 7+) memiliki kaitan
yang kuat dan bertingkat terhadap percobaan bunuh diri selama masa kanak-
kanak/remaja dan dewasa, meskipun penyesuaian terhadap penyalahgunaan zat,
afek depresi, dan alkoholisme menurunkan kekuatan kaitan tersebut; (3) faktor
risiko yang berasal dari populasi (population-attributable risk factors; PAF)
menunjukkan bahwa dalam kondisi ketiadaan satu atau lebih PBMK, risiko
3

percobaan bunuh diri seumur hidup, usia dewasa, dan masa kanak-kanak/remaja
akan turun sebanyak 67%, 64%, dan 80%, berurutan. (PAF adalah penurunan
dampak secara proporsional yang akan terjadi apabila sebuah faktor risiko (misal
kekerasan seksual) diubah menjadi scenario ideal (misal tidak ada kekerasan
seksual). Berdasarkan data U.S. National Comorbidity Survey Replication, Afifi
dkk (2008) juga menemukan bahwa sekitar 30% dari percobaan bunuh diri diantara
wanita dan 23% diantara laki-laki dapat dikaitkan dengan salah satu dari tiga PBMK
(kekerasan fisik, kekerasan seksual, dan menyaksikan kekerasan dalam rumah
tangga). Studi-studi berbasis populasi lainnya menemukan bahwa kekerasan
seksual di masa kecil yang notabene lebih sering terjadi pada wanita ketimbang
pria, lebih berkaitan erat dengan percobaan bunuh diri dibandingkan jenis-jenis
penganiayaan lainnya, menandakan kuatnya efek merusak dari kekerasan seksual
pada psikopatologi secara umum. Bahkan ketika PBMK lain telah dikontrol,
kekerasan seksual di masa kecil berkaitan secara signifikan dengan lima gangguan
mood, kecemasan, dan penyalahgunaan zat pada laki-laki dan 14 gangguan pada
perempuan.

Gangguan mood, gangguan stres pasca trauma (Post Traumatic Stress


Disorder; PTSD), gangguan penyalahgunaan zat, dan/atau maladaptasi psikologi
ternyata memediasi keterkaitan antara kekerasan/pengabaian masa kecil dan
perilaku bunuh diri. Stres berat dan/atau trauma dari PBMK dapat berinteraksi
dengan kecenderungan genetik dan mekanisme epigenetic, menghasilkan
perubahan neurobiologi jangka panjang, ciri psikologi dan kepribadian, gangguan
mental, dan kerentanan terhadap stres dan kondisi kesehatan terkait stres yang
berkontribusi terhadap perilaku bunuh diri. PBMK dapat juga berkontribusi
terhadap kejadian hidup spesifik atau stressor berkaitan dengan trauma aslinya yang
mungkin memicu kecenderungan akan perilaku bunuh diri.

Teori interpersonal bunuh diri mengungkapkan bahwa bentuk paling


berbahaya dari keinginan bunuh diri adalah yang disebabkan oleh rasa keterpisahan
dan persepsi menjadi beban (dan keputusasaan terhadap sesuatu); dapat juga
menjelaskan angka percobaan bunuh diri yang tinggi diantara orang-orang yang
pernah mengalami PBMK. Teori ini lebih jauh lagi menekankan bahwa perilaku
bunuh diri memerlukan kemampuan untuk menyakiti diri sendiri, termasuk
4

meningkatkan toleransi nyeri dan menurunkan rasa takut mati. Anak-anak/remaja


yang mengalami kekerasa dan/atau mengalami disfungsi keluarga lain mungkin
membentuk keinginan bunuh diri dari rasa terisolasi, menyalahkan diri sendiri,
membenci diri sendiri, rasa malu, dan percaya bahwa keluarga mereka tidak
membutuhkan mereka atau keluarga mereka akan merasa lebih baik jika mereka
mati. Efek jangka panjang dari PBMK dan psikopatologi yang terbentuk dapat
meningkatkan kerentanan akan tindakan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri pada
masa-masa terjadi keadaan yang sulit saat dewasa karena keputusasaan yang
disebabkan oleh rasa terpisah dan rasa ingin bertanggung jawab akan suatu
kesalahan. PBMK juga kemungkinan berkontribusi terhadap pengaturan afek yang
terganggu dan perilaku impulsif, yang akan meningkatkan kemampuan menyakiti
diri sendiri dan bunuh diri selama masa hidup.

Meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa PBMK berkaitan


dengan peningkatan risiko percobaan bunuh diri selama masa hidup, kebanyakan
studi hanya berfokus pada beberapa jenis penganiayaan anak. Karena beberapa
jenis PBMK dapat terjadi bersamaan, mereka harus dievaluasi bersama-sama untuk
mengetahui pengaruh tiap jenis PBMK sambal mengontrol efek jenis PBMK lain.
Sebagai tambahan, meskipun sebagian besar studi sebelumnya telah mengontrol
gangguan mood dan/atau cemas, daftar yang lebih ekstensif dari gangguan mental
dan penyalahgunaan zat yang merupakan faktor risiko bunuh diri juga perlu
dikontrol. Berdasarkan studi sebelumnya dan teori interpersonal dari bunuh diri,
penulis menguji hipotesis berikut: (H1a) angka PBMK yang lebih tinggi berkaitan
dengan kecenderungan yang lebih tinggi akan percobaan bunuh diri sepanjang
hidup; dan (H1b) pengalaman masa kecil berupa kekerasan seksual, kekerasan fisik,
penelantaran emosional, dan gangguan mental orang tua/anggota keluarga lain akan
berkaitan secara signifikan dengan percobaan bunuh diri sepanjang hidup.
Kemudian, penulis menguji kaitan antara jumlah dan jenis PBMK dengan jumlah
percobaan bunuh diri dan usia saat pertama kali dan terakhir kali mencoba bunuh
diri. Hipotesis penguji adalah: (H2a) jumlah PBMK dan (H2b) kekerasan seksual
yang lebih banyak akan berkaitan secara signifikan dengan peningkatan
kecenderungan untuk percobaan bunuh diri; dan (H3a) jumlah PBMK dan (H3b)
5

kekerasan seksual akan berkaitan secara signifikan dengan usia percobaan bunuh
diri pertama yang lebih muda.

2. Metode
2.1. Data dan sampel

Kumpulan data dengan akses terbatas, berdasarkan National Epidemiologic


Survey on Alcohol and Related Conditions (NESARC-III), disponsori oleh
National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism (NIAAA), merupakan sumber
data studi ini. NESARC-III bersumber dari survei sampel probabilitas nasional dari
populasi sipil noninstitusi berusia 18 tahun keatas yang tinggal di Amerika Serikat.
Data mencakup informasi penggunaan alkohol dan zat lain dan gangguan mental,
fisik dan penyalahgunaan zat yang terkait yang dikumpulkan menggunakan Alcohol
Use Disorder and Associated Disabilities Interview Schedule (AUDADIS-5),
sebuah teknik diagnosis semi-terstruktur menggunakan Computer-Assisted
Personal Interview (CAPI). Berdasarkan AUDADIS-5, diagnosis gangguan mental
dan penyalahgunaan zat sepanjang hidup, sebelum tahun lalu, dan tahun lalu dapat
diidentifikasi. NESARC-III menggunakan desain pengambilan sampel tiga tingkat.
Tiap daerah merupakan unit pengambilan sampel primer, meskipun beberapa
daerah terpencil yang berdekatan dijadikan satu; kelompok dari blok-blok yang
ditentukan hasil sensus merupakan unit pengambilan sampel sekunder; rumah
tangga yang berada dalam tiap unit pengambilan sampel sekunder merupakan unit
pengambilan sampel tersier, dimana responden dewasa yang memenuhi syarat
dipilih secara acak dari tiap rumah tangga dan oversampling dilakukan untuk ras
hispanik, kulit hitam, dan asia. Pewawancara terlatih mengunjungi alamat sampel
dan melaksanakan wawancara penyaringan perorangan dengan anggota keluarga
berusia 18 tahun atau lebih untuk mengidentifikasi orang-orang yang layak
dijadikan sampel di dalam rumah tangga tersebut. Ketika setidaknya satu orang
sampel teridentifikasi, pewawancara akan beralih menggunakan CAPI tingkat luas
dengan AUDADIS-5 (dan pengumpulan saliva), atau minimal membuat janji untuk
kunjungan kedua untuk menggunakan AUDADIS-5 (dan mengumpulkan saliva).
Lembaga kajian institusi Universitas Texas di Austin telah menyetujui studi ini.

2.2. Pengukuran
6

2.2.1. Percobaan bunuh diri sepanjang hidup

Responden ditanyai mengenai apakah mereka pernah mencoba bunuh diri (ya
= 1; tidak atau tidak tahu = 0), dan mereka yang mengatakan ‘ya’ akan ditanyai
tentang jumlah percobaan bunuh diri (1-20) dan usia saat pertama kali dan terakhir
kali mencoba bunuh diri. Terdapat 1995 orang yang pernah mencoba bunuh diri;
terdapat data yang hilang terkait jumlah percobaan dan usia saat pertama kali dan
terakhir kali mencoba bunuh diri pada 43, 59, dan 71 orang.

2.2.2. Gangguan mental dan penyalahgunaan obat sepanjang hidup

Sebagai variabel berpasangan, studi ini memfokuskan pada tiga gangguan


penyalahgunaan zat: (1) alkohol; (2) obat (ganja, sedatif, opioid, kokain, stimulan,
halusinogen, inhalan/solvent, obat klub, heroin, dan/atau obat lain); dan (3) nikotin;
dan enam gangguan mental: (1) gangguan depresi berat; (2) distimia; (3) gangguan
bipolar 1 dan/atau episode manik atau hipomanik; (4) PTSD; (5) gangguan cemas
apapun (fobia spesifik, fobia sosial, gangguan panic, agoraphobia, atau gangguan
cemas menyeluruh); dan (6) gangguan kepribadian ambang, skizotipal, dan
antisosial.

2.2.3. Pengalaman buruk masa kecil (PBMK) sebelum usia 18 tahun

Pertanyaan menyangkut PBMK di NESARC-III adalah berdasarkan studi


CDC-Kaiser dan Behavioral Risk Factor Surveillance System ACE, sebuah
kegiatan CDC yang sedang berlangsung. Pertanyaan yang terdapat dalam
pengukuran tersebut diadaptasi dari berbagai sumber: childhood Trauma
Questionnaire, Conflict Tactics Scale, dan item-item lain yang telah digunakan
peneliti untuk memeriksa riwayat kekerasan seksual pada anak. Studi CDC-Kaiser
dan Behavioral Risk Factor Surveillance System ACE terdiri dari 8 PBMK, tetapi
kami menggunakan 10 PBMK yang terdapat dalam ACE Score Calculator
(http://www.acestudy.org/the-ace-score.html): (1) kekerasan psikologis; (2)
kekerasan fisik; (3) kekerasan seksual; (4) penelantaran emosional; (5) penelantaran
fisik; (6) menyaksikan ibu atau perempuan dewasa lainnya diperlakukan secara
kasar; (7) penyalahgunaan zat pada orang tua atau anggota keluarga lainnya; (8)
gangguan mental, percobaan bunuh diri, atau bunuh diri (selanjutnya disebut
7

sebagai gangguan mental) pada orang tua atau anggota keluarga lainnya; (9)
pengurungan orang tua atau anggota keluarga lainnya; (10) orang tua berpisah atau
bercerai. Peneliti menggunakan pengkodean yang sama dengan ACE Score
Calculator (1 = pernah mengalami dan 0 = tidak pernah mengalami). PBMK
direpresentasikan sebagai variabel numerik kontinyu (0-10) atau variabel kategorik
(0, 1, 2, 3, dan 4+).

2.2.4. Kovariat (untuk analisis multivariat)

Usia kronologis dan kelompok usia (18-29, 30-49, 50-64, dan 65 tahun
keatas); jenis kelamin; ras/etnis (putih non-Hispanik, hitam non-hispanik, Hispanik,
penduduk Asia/Pasifik non Hispanik (selanjutnya disebut Asia-Amerika), dan
penduduk asli Indian Amerika/Alaska (selanjutnya disebut Indian Amerika); lahir
di Amerika Serikat atau di luar negeri; orientasi seksual (heteroseksual,
gay/lesbian/biseksual, tidak yakin/tidak tahu); bukti menerima bantuan
kesejahteraan keluarga (stempel makanan, Aid to Families with Dependent
Children or Temporary Assistance for Needy Families) sebelum responden berusia
18 tahun sebagai penunjuk status ekonomi keluarga saat kecil; dan pendidikan (non-
sarjana vs sarjana). Dua variabel tambahan, yakni status pernikahan
(menikah/tinggal bersama atau tidak) dan status pekerjaan (bekerja penuh waktu
atau paruh waktu vs tidak bekerja) saat survei dilakukan, disajikan untuk tujuan
deskriptif saja.

2.3. Analisis

Orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri hanya sedikit dibandingkan


total populasi studi, dan banyak diantara mereka yang memiliki gangguan mental
dan penyalahgunaan zat dibandingkan orang-orang yang tidak pernah mencoba
bunuh diri. Dengan demikian, untuk meningkatkan efisiensi studi dan
memperkirakan kaitan PBMK dengan percobaan bunuh diri secara lebih akurat,
kami menggunakan desain kasus-kontrol. Studi ini menggunakan fungsi ccmatch
Stat untuk memasangkan orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri dengan
orang-orang yang tidak pernah mencoba bunuh diri satu-per-satu berdasarkan
sembilan gangguan mental dan penyalahgunaan zat yang penulis seleksi untuk
memeriksa kaitan antara 10 PBMK dan percobaan bunuh diri sepanjang hidup.
8

Untuk memproses desain probability sampling berjenjang dan memastikan


perkiraan variasi mencakup seluruh desain pengambilan sampel, fungsi svy
Stata/MP 14 digunakan untuk semua analisis lain. Kecuali untuk penghitungan
ukuran sampel, semua perkiraan yang disajikan dalam studi ini dimasukkan.

Untuk membandingkan karakteristik sosiodemografi, prevalensi PBMK, dan


gangguan mental dan penyalahgunaan zat sepanjang hidup antara orang-orang yang
pernah mencoba bunuh diri dengan orang-orang yang tidak pernah mencoba bunuh
diri untuk sampel keseluruhan (N = 36.309) dan sampel berpasangan (n = 3912),
penulis menggunakan uji kai kuadrat dan uji-t. Untuk menguji H1a dan H1b (kaitan
antara jumlah PBMK dan jenis PBMK dengan percobaan bunuh diri di sampel
berpasangan), kami menggunakan analisis regresi logistik biner multivariat, data
disajikan dalam odds ratio (OR) dan interval kepercayaan (confidence interval; CI)
95%. Karena antar jenis kelamin terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah dan
jenis PBMK dan percobaan bunuh diri (misal diketahui tingkat PBMK dan
percobaan bunuh diri pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki), penulis
menggunakan pemodelan regresi logistik untuk tiap jenis kelamin, dilaporkan
dalam bentuk OR dan 95% CI. Fungsi punafcc Stata kemudian digunakan untuk
memperkirakan PAF% dan 95% CI berdasarkan adjusted OR untuk PBMK dan
kovariat yang signifikan. Tingkat signifikansi diatur pada p < 0,05.

Sebagai analisis sensitivitas, kami mengevaluasi dependensi tiap pasangan


data dengan model regresi logistik kondisional, dan mendapatkan hasil yang
sebanding. Dengan demikian, kami menyajikan hasil terkait desain studi, yang
merupakan data yang lebih esensial dibandingkan dependensi tiap pasangan data.
Penulis kemudian menggunakan analisis logistik biner multivariat untuk menguji
H2a dan H2b. Penulis menggunakan model regresi linier untuk menguji H2c.

Untuk mengetahui multikolinearitas diantara PBMK, faktor inflasi varian


(variance inflation factor; VIF) (menggunakan batasan 2,50) dari model regresi
linier digunakan sebagai pengukuran awal. VIF tertinggi terdapat pada kekerasan
psikologis dalam analisis multivariate (1,72 untuk sampel berpasangan dan 1,79
untuk sampel pencoba bunuh diri), mengindikasikan bahwa multikolinearitas
bukan masalah dalam studi ini.
9

3. Hasil
3.1. Karakteristik sampel: orang-orang yang tidak pernah mencoba dan yang
pernah mencoba bunuh diri

Tabel 1 menunjukkan bahwa 5,14% dari total sampel melaporkan pernah


mencoba bunuh diri setidaknya sekali sepanjang hidupnya. Dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak pernah mencoba bunuh diri, orang-orang yang pernah
mencoba bunuh diri cenderung berusia lebih muda, jenis kelamin perempuan, ras
kulit putih non-Hispanik atau Indian Amerika, keluarganya menerima bantuan
kesejahteraan sebelum mereka berusia 18 tahun, bercerai, gay/lesbian/biseksual,
tanpa gelar sarjana, dan tidak bekerja. Mereka juga rata-rata memiliki tingkat
PBMK yang lebih tinggi dan tiap PBMK memiliki tingkat 2-3 kali lebih tinggi.
Perbedaan paling jelas tampak pada tingkat kekerasan seksual yang dialami orang-
orang yang pernah mencoba bunuh diri (40,20%) dibandingkan dengan pada orang-
orang yang tidak pernah mencoba bunuh diri (9,57%) (p < 0,001). Mereka juga
memiliki tingkat gangguan mental dan penyalahgunaan zat yang lebih tinggi
(87,49% vs 34,64% dan 72,79% vs 41,53%). Analisis tambahan juga
mengungkapkan bahwa mereka memiliki tingkat komorbid dari gangguan mental
dan penyalahgunaan zat sepanjang hidup yang lebih tinggi (66,45% vs 19,62%, p <
0,001).

Pada sampel berpasangan, orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri


berusia lebih muda, cenderung berjenis kelamin perempuan, telah bercerai,
gay/lesbian/biseksual, dan kurang mampu secara sosioekonomi; akan tetapi, tidak
ditemukan perbedaan dalam komposisi ras/etnis dan status pernikahan
dibandingkan dengan orang-orang yang tidak pernah mencoba bunuh diri. Analisis
lebih lanjut menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat PBMK lebih tinggi
dibandingkan laki-laki pada kelompok orang-orang yang tidak pernah mencoba
bunuh diri (2,39 [SE = 0,08] vs 2,18 [SE = 0,07], p < 0,039) maupun pada kelompok
orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri (3,64 [SE = 0,08] vs 3,24 [SE = 0,13],
p < 0,012). Perbedaan temuan terkait jenis kelamin tersebut kemungkinan
diakibatkan oleh kekerasan seksual (pada kelompok orang-orang yang tidak pernah
mencoba bunuh diri, 11,90% dari laki-laki vs 26,63% dari perempuan, p < 0,001;
dan pada kelompok orang-orang yang pernah mencoba bunuh diri, 22,40% dari
10

laki-laki vs 48,76% dari perempuan, p < 0,001) karena tidak ada PBMK lain yang
tampak memiliki perbedaan efek jenis kelamin yang signifikan.

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa 64,82% orang-orang yang pernah mencoba


bunuh diri pernah mencoba bunuh diri sekali, 19,08% mencoba dua kali, dan
16,10% mencoba tiga kali atau lebih. Usia rata-rata saat percobaan pertama adalah
22,34 (SE = 0,28) tahun. Analisis tambahan menunjukkan bahwa 70,08% dari
semua percobaan bunuh diri pertama terjadi sebelum usia 25 tahun. Usia percobaan
bunuh diri pertama bagi mereka yang mencoba bunuh diri beberapa kali adalah
sekitar 3 tahun lebih muda dibandingkan mereka yang hanya pernah mencoba
bunuh diri sekali (19,47 [SE = 0,41] tahun vs 23,97 [SE = 0,40] tahun). Rata-rata
usia percobaan bunuh diri terakhir pada mereka yang mencoba bunuh diri beberapa
kali adalah 29,42 (SE = 0,53) tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin yang
ditemukan terkait jumlah percobaan bunuh diri; akan tetapi, laki-laki cenderung
berusia lebih tua ketika mereka mencoba bunuh diri pertama kali (23,38 [SE = 0,51]
vs 21,83 [SE = 0,33], p < 0,013) dan mencoba bunuh diri terakhir kali (27,13 [SE
= 0,64] vs 25,34 [SE = 0,41], p < 0,029).

3.2. Kaitan antara PBMK dengan percobaan bunuh diri pada sampel
berpasangan

Tabel 2 menunjukkan bahwa diantara laki-laki, dibandingkan dengan


ketiadaan PBMK, adanya 4+ PBMK (OR = 2,79, 95% CI = 1,84-4,24) berkaitan
dengan peningkatan kecenderungan dari setidaknya satu kali percobaan bunuh diri.
Pada wanita, dibangingkan dengan ketiadaan PBMK, dua PBMK (OR = 2,05, 95%
CI = 1,44-2,92), tiga PBMK (OR = 2,67, 95% CI = 1,78-3,99), dan 4+ PBMK (OR
= 3,50, 95% CI = 2,63-4,66) berkaitan dengan peningkatan kecenderungan
setidaknya satu kali percobaan bunuh diri. OR menunjukkan hubungan bertingkat
antara jumlah PBMK dan kecenderungan bunuh diri pada wanita, dengan demikian
sedikit mendukung H1a.

Tabel 3 menunjukkan bahwa kekerasan seksual (OR = 1,62, 95% CI = 1,19-


2,21), penelantaran emosional (OR = 1,84, 95% CI = 1,37-2,48), dan gangguan
mental orang tua/anggota keluarga lain (OR = 1,92, 95% CI = 1,34-2,73) berkaitan
erat dengan peningkatan kecenderungan bunuh diri pada laki-laki; dan kekerasan
11

seksual (OR = 2,03, 95% CI 1,58-2,60) dan gangguan mental orang tua/anggota
keluarga lain (OR = 1,47, 95% CI = 1,01-2,14) berkaitan dengan peningkatan
kecenderungan bunuh diri pada perempuan. PAF yang telah disesuaikan untuk laki-
laki adalah 8,56% (95% CI = 3,02-13,80), 17,86% (95% CI = 9,74-25,26), dan
10,94 (95% CI = 5,12-16,50) untuk kekerasan seksual, penelantaran emosional, dan
gangguan mental orang tua/orang dewasa lain; dan PAF yang telah disesuaikan
untuk perempuan adalah 24,75% (95% CI = 17,02-31,77) dan 7,14 (95% CI = 0,64-
13,21) untuk kekerasan seksual dan gangguan mental orang tua/orang dewasa lain.
Hasil-hasil tersebut mendukung H1b.

Dari kovariat yang ada, usia tua (65 tahun keatas) berkaitan dengan
penurunan kecenderungan, sedangkan orientasi gay/lesbian/biseksual, menerima
tunjangan sosial sebelum usia 18 tahun, dan kurangnya pendidikan tinggi berkaitan
dengan peningkatan kecenderungan bunuh diri pada laki-laki. Kurangnya
pendidikan tinggi adalah satu-satunya kovariat signifikan pada perempuan. PAF
yang telah disesuaikan untuk kurangnya pendidikan tinggi adalah 34,81% (95% CI
= 12,24-51,57) untuk laki-laki dan 27,99% (95% CI = 8,25-43,48) untuk
perempuan.

Tabel 4 menunjukkan bahwa 4+ PBMK meningkatkan kecenderungan


percobaan bunuh diri berulang (OR = 1,72, 95% CI = 1,13-2,62 untuk dua kali
percobaan dan OR = 3,04, 95% CI = 1,65-5,61 untuk 3 kali percobaan atau lebih).
Kekerasan seksual juga berkaitan dengan peningkatan kecenderungan percobaan
bunuh diri berulang (OR = 1,49, 95% CI = 1,11-1,99 untuk dua kali percobaan dan
OR = 2,13, 95% CI = 1,47-3,11 untuk 3 kali percobaan atau lebih). Hasil-hasil
tersebut mendukung H2a dan H2b. Dari kovariat yang ada, usia tua (65 tahun
keatas) menurunkan dan gay/lesbian/biseksual meningkatkan kecenderungan
percobaan berulang. Jenis kelamin laki-laki memiliki kecenderungan untuk
melakukan 3 kali percobaan bunuh diri atau lebih.

3.3. Kaitan PBMK dengan usia saat percobaan bunuh diri

Tabel 5 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan tidak ada PBMK, tiga atau
4+ PBMK berkaitan erat dengan usia yang lebih muda saat percobaan bunuh diri
pertama kali, dengan demikian mendukung H3a; akan tetapi, jumlah PBMK tidak
12

berkaitan dengan usia saat percobaan bunuh diri terakhir. Dari kovariat yang ada,
usia tua dan jenis kelamin laki-laki berkaitan dengan usia yang lebih tua saat
percobaan bunuh diri pertama dan terakhir kali, sedangkan gay/lesbian/biseksual
berkaitan dengan usia yang lebih muda saat percobaan bunuh diri terakhir kali.
Masing-masing PBMK tidak berkaitan dengan usia saat percobaan bunuh diri.

4. Diskusi

Seperti yang telah diperkirakan, studi ini menemukan tingkat PBMK dan
gangguan mental dan penyalahgunaan zat yang lebih tinggi pada orang-orang yang
pernah mencoba bunuh diri dibandingkan yang tidak. Diantara mereka yang pernah
mencoba, tingkat prevalensi kekerasan fisik, kekerasan seksual, penelantaran
emosional, dan masalah penyalahgunaan zat orang tua/orang dewasa lain adalah
40-50%. Tingkat gangguan mental dan penyalahgunaan zat bahkan lebih tinggi –
hampir 90% dan lebih dari 70%, berurutan – menandakan bahwa psikopatologi
tersebut mungkin memegang peran penting dalam percobaan pembunuhan. PBMK
telah diketahui berkontribusi besar terhadap gangguan mental dan penyalahgunaan
zat. Akan tetapi, karena gangguan-gangguan tersebut memiliki peran penting, tanpa
atau dengan adanya PBMK, dalam terjadinya perilaku bunuh diri, penting untuk
memeriksa kaitan PBMK dengan percobaan bunuh diri dengan menyeleksi mereka
yang dipengaruhi oleh gangguan mental dan penyalahgunaan zat secara sebanding
namun tidak pernah mencoba bunuh diri sebagai kontrol. Untuk memperkirakan
secara lebih baik kontribusi unik tiap PBMK dalam percobaan bunuh diri, kami
menganalisis sampel yang dipasangkan pada gangguan mental dan penyalahgunaan
zat sepanjang hidup. Hasilnya didapatkan bahwa jumlah PBMK memiliki
hubungan bertingkat dengan percobaan bunuh diri pada wanita, yang mungkin
sebagian dikarenakan lebih tingginya percobaan bunuh diri pada perempuan
dibandingkan laki-laki. Akan tetapi, 4+ PBMK berkaitan erat dengan percobaa
bunuh diri pada laki-laki. Jumlah PBMK yang lebih tinggi juga berkaitan dengan
usia yang lebih muda saat percobaan bunuh diri pertama dan pengulangan
percobaan bunuh diri.

Hasil studi ini juga menunjukkan sejauh mana peran risiko relatif dan PAF
dari PBMK spesifik sambil memperhitungkan efek dari gangguan mental dan
13

penyalahgunaan zat. Dengan ketiadaan kekerasan seksual, percobaan bunuh diri


pada permepuan dapat berkurang hampir 25% dan pada laki-laki 9%, menunjukkan
bahwa kekerasan seksual memiliki efek yang lebih besar bagi percobaan bunuh diri
pada perempuan dibandingkan laki-laki. Dengan ketiadaan gangguan mental orang
tua/anggota keluarga lain, percobaan bunuh diri pada perempuan dan laki-laki dapat
berkurang menjadi 11% dan 7%. Studi sebelumnya memaparkan adanya transmisi
familial dari penyakit psikiatri dan perilaku bunuh diri, dimana faktor genetik
membentuk sekitar setengah variasi dan faktor lingkungan keluarga membentuk
perilaku bunuh diri. Menariknya, penelantaran emosional tampaknya memiliki efek
negatif lebih besar pada laki-laki dibandingkan kekerasan seksual dan gangguan
mental orang tua/orang dewasa lain. Diantara orang-orang yang pernah mencoba
bunuh diri, tingkat penelantaran emosional, kekerasan fisik, dan kekerasan seksual
tampak serupa. Penelantaran emosional dari orang tua atau wali tampaknya
berkontribusi terhadap rasa keterpisahan dan persepsi menjadi beban pada kedua
jenis kelamin. Penelitian lebih lanjut mungkin dapat menjelaskan kenapa
penelantaran berhubungan dengan peningkatan kecenderungan bunuh diri pada
laki-laki tapi tidak pada perempuan.

Temuan yang berkaitan dengan kovariat juga menunjukkan bahwa faktor lain
dapat meningkatkan dampak negatif PBMK terhadap perilaku bunuh diri. Berkaitan
dengan usia, tingkat percobaan dan percobaan berulang lebih rendah pada laki-laki
berusia 65 tahun keatas dibandingkan dengan laki-laki berusia 18-29 tahun. Akan
tetapi, penulis tidak mengetahui apakah ini adlaah benar-benar perbedaan kohort
usia karena orang lanjut usia memiliki tingkat kesuksesan bunuh diri yang lebih
tinggi (1:4 dibandingkan 1:25 pada semua kelompok usia), mereka yang bunuh diri
sampai menimbulkan kematian tidak dimasukkan ke dalam data. Tingkat percobaan
bunuh diri nonfatal yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki
mungkin juga sebagian disebabkan oleh fakta bahwa laki-laki bunuh diri hampir
empat kali lebih sering dibandingkan perempuan dan merepresentasikan 78% dari
semua kasus bunuh diri.

Di antara laki-laki, orientasi seksual juga memiliki efek signifikan.


Dibandingkan dengan laki-laki heteroseksual, laki-laki gay/biseksual mencoba
bunuh diri 2,5 kali lebih sering. Karena penelantaran emosional dan orientasi
14

seksual memiliki efek signifikan terhadap percobaan bunuh diri pada laki-laki,
penelitian dibutuhkan untuk memeriksa kemungkinan interaksi antara orientsi
seksual dan penelantaran emosional dan potensi timbulnya perasaan keterpisahan
dan persepsi menjadi beban yang kemudian menjurus pada perilaku bunuh diri.
Temuan juga menunjukkan bahwa percobaan bunuh diri di kalangan laki-laki
gay/biseksual cenderung terjadi pada usia yang lebih muda, mengindikasikan
pentingnya intervensi pada remaja dan dewasa muda.

Kaitan positif yang kuat antara tidak memiliki gelar sarjana dan percobaan
bunuh diri mungkin, sebagian, merupakan artefak dari komposisi usia pasangan
sampel. Sekitar 13,26% sampel berusia 18-24 tahun. Kelompok usia ini memiliki
tingkat percobaan bunuh diri yang tinggi; akan tetapi, banyak yang masih mengejar
pendidikan sarjana atau belum terdaftar di perguruan tinggi, sehingga kemungkinan
memperbesar keterkaitan antara tidak memiliki gelar sarjana dan percobaan bunuh
diri dari seharusnya. Sebaliknya, karena diketahui bahwa lebih dari 70% percobaan
bunuh diri pertama kali terjadi pada usia sebelum 25 tahun, percobaan bunuh diri
mungkin merupakan faktor risiko untuk tidak mendapatkan pendidikan tinggi.
Studi kohort longitudinal berdasarkan register populasi penduduk Denmark
menemukan bahwa kecenderungan para pencoba bunuh diri untuk menamatkan
pendidikan jenjang kedua adalah sepertiga dari mereka yang tidak pernah mencoba
bunuh diri (crude hazard ratio = 0,38) dan individu yang mencoba bunuh diri pada
usia 16-20 tahun atau pernah beberapa kali mencoba bunuh diri lebih cenderung
tidak menamatkan pendidikan jenjang kedua. Para penulis menyimpulkan bahwa
meskipun tidak serta merta merupakan hubungan kausal, percobaan bunuh diri
merupakan penanda dari peningkatan kecenderungan untuk tidak menamatkan
pendidikan jenjang kedua. Studi di Swedia juga menemukan bahwa performa yang
baik di sekolah pada masa remaja berkaitan dengan penurunan risiko bunuh diri
pada laki-laki (tetapi tidak pada perempuan) dan pada individu yang kemudian
mengalami gangguan mental berat. Data terbaru tentang percobaan bunuh diri
menunjukkan bahwa pelajar penuh waktu berusia 18-22 tahun lebih cenderung
tidak melakukan percobaan bunuh diri (0,9% vs 1,9% tahun 2013).

Keterbatasan studi ini terutama terletak pada keterbatasan data. Pertama,


karena data NESARC-III tidak mencakup usia saat onset PBMK, durasi, dan tingkat
15

keparahannya sepanjang waktu. Dengan demikian, hanya hubungan korelasi, bukan


kausatif yang bisa ditarik dari temuan studi. Terutama, karena urutan waktu dan
durasi PBMK tidak dapat ditentukan, hubungan antara jumlah PBMK dan usia saat
percobaan bunuh diri harus diinterpretasi dengan hati-hati. Kedua, varian subklinis
gangguan mental dan penyalahgunaan zat yang tidak ditemukan dengan DSM-5
tidak dapat dimasukkan sebagai kontrol untuk menentukan apakah mereka
memediasi hubungan antara PBMK dan percobaan bunuh diri. Ketiga, saat
pelaporan kejadian yang sudah berlalu bertahun-tahun lalu mungkin terjadi recall
bias dan self-disclosure bias. Hal tersebut dapat berujung pada kesalahan dalam
analisa PBMK dan kekuatan hubungan sebenarnya dari PBMK dan percobaan
PBMK. Keempat, karena percobaan bunuh diri pada individu yang berakibat
kematian tidak dimasukkan dalam studi ini, kesalahan analisis serupa dapat terjadi.
Kelima, bagi orang-orang yang mencoba bunuh diri pada usia lanjut, efek
pengalaman traumatis saat dewasa (misal perkelahian, kematian anak, perceraian,
dan gangguan kesehatan/disabilitas) tidak dapat dimasukkan sebagai perancu.

Meskipun terdapat beberapa keterbatasan, temuan studi ini menunjukkan


hubungan yang signifikan antara PBMK dan perilaku bunuh diri sepanjang hidup,
mengindikasikan adanya masalah yang berakar pada pengalaman kekerasan dan
penelantaran pada masa kanak-kanak dan dengan demikian menandakan
pentingnya intervensi dan pencegahan semasa kanak-kanak. Implikasi temuan-
temuan studi ini adalah sebagai berikut: Pertama, pencegahan dan deteksi dini
PBMK mungkin memiliki efek signifikan terhadap perilaku bunuh diri sepanjang
hidup dan intervensi yang sesuai terhadap PBMK adalah kunci dari
pencegahan/pengurangan perilaku bunuh diri. Dukungan secara formal dan
informal mungkin memainkan peran kunci dalam pencegahan bunuh diri sepanjang
hidup dan terutama pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa muda. Kedua,
anak-anak yang mengalami kekerasan seksual atau memiliki orang tua/anggota
keluarga lain dengan gangguan mental memerlukan intervensi kesehatan mental
dini. Terutama pada korban kekerasan seksual, intervensi berkelanjutan diperlukan
untuk mencegah usaha bunuh diri berulang. Ketiga, memastikan lingkungan yang
menerima dan memberikan layanan dukungan terhadap remaja dan dewasa muda
gay/biseksual dapat menurunkan perilaku bunuh diri mereka. Keempat, membantu
16

anak-anak yang mengalami PBMK menyelesaikan pendidikan dasar dengan baik


dan melanjutkan ke pendidikan tinggi kemungkinan dapat menjadi antidot yang
kuat bagi perilaku bunuh diri.
17

LAMPIRAN
Tabel 1. Karakteristik Sampel
Total Sampel (N = 36,309) Sampel Berpasangan (N = 3912)
Tidak Mencoba Mencoba P Tidak Mencoba Mencoba P
N = 34,644 N = 1995 N = 1956 N = 1956
94.16% 5.14% 51.87% 48.13%
Usia (M, SE) 46.77 (0.19) 42.31 (0.47) < 0.001 44.42 (0.49) 42.33 (0.49) 0.003
18-29 tahun 21.51 24.73 22.29 24.69
30-49 tahun 34.46 41.02 38.53 40.99
50-64 tahun 25.90 27.14 27.86 27.19
65+ tahun 18.13 7.11 11.32 7.12
Jenis Kelamin < 0.001 < 0.001
Laki-laki 48.88 33.46 45.63 33.18
Perempuan 51.12 66.54 54.37 66.82
Ras/etnis < 0.001 0.205
Putih Non-Hispanik 65.93 70.87 71.96 70.79
Hitam Non-Hispanik 11.90 9.76 10.34 9.71
Hispanik 14.77 14.04 12.10 14.18
Asia Amerika 5.94 1.83 2.66 1.79
Indian Amerika 1.45 3.50 2.94 3.53
Lahir di Amerika Serikat 83.64 91.10 < 0.001
Status pernikahan < 0.001 0.103
Menikah 58.38 47.66 50.88 47.69
Janda/duda 5.91 3.68 4.19 3.76
Bercerai 13.34 23.48 19.67 23.49
Tidak menikah 22.37 25.18 25.27 25.06
Orientasi seksual < 0.001 < 0.001
(Heteroseksual) 96.35 87.97 92.66 87.87
Gay/lesbian/biseksual 2.41 9.90 5.68 9.95
Tidak tahu/tidak yakin 1.24 2.13 1.66 2.18
Keluarga saat kecil mendapat tunjangan 15.09 31.07 < 0.001 21.94 30.88 < 0.001
sosial
Tidak ada gelar sarjana 71.17 84.41 75.49 84.46 < 0.001
Bekerja 58.02 45.75 < 0.001 54.61 46.11
Pengalaman Buruk Masa Kecil (PBMK)
Total jumlah PBMK (M, SE) 1.20 (0.01) 3.42 (0.06) < 0.001 2.19 (0.06) 3.40 (0.07) < 0.001
0 46.28 13.17 26.91 13.16
1 25.34 15.79 22.85 16.12
2 11.89 13.97 14.79 14.04
3 6.63 12.52 10.91 12.54
4+ 9.86 44.55 24.54 44.14
Kekerasan psikologis 8.78 37.01 < 0.001 22.31 36.65 < 0.001
Kekerasan fisik 16.56 46.14 < 0.001 32.82 46.00 < 0.001
Kekerasan seksual 9.57 40.20 < 0.001 19.91 40.01 < 0.001
Penelantaran emosional 14.22 41.23 < 0.001 24.38 40.81 < 0.001
Penelantaran fisik 6.21 22.20 < 0.001 12.94 22.03 < 0.001
Menyaksikan kekerasan dalam rumah 8.94 29.32 16.91 29.03 < 0.001
tangga
Penyalahgunaan zat pada orang tua/orang 23.23 50.69 < 0.001 38.16 50.37 < 0.001
dewasa lain
Gangguan mental pada orang tua/orang 6.01 22.47 < 0.001 11.56 22.47 < 0.001
dewasa lain
Pemenjaraan pada orang tua/orang 6.90 21.20 < 0.001 14.43 20.87 < 0.001
dewasa lain
Perceraian orang tua 19.41 31.43 < 0.001 26.01 31.35 0.006
Gangguan mental dan penyalahgunaan
zat sepanjang hidup
Major Depressive Disorder 18.59 57.75 < 0.001 56.17 58.00 0.382
Distimia 4.44 25.92 < 0.001 23.69 25.25 0.423
Gangguan anxietasa 15.41 45.53 < 0.001 44.96 45.08 0.951
Gangguan afektif bipolar 1 atau episode 2.30 12.89 < 0.001 12.67 12.35 0.818
manik/hipomanik
PTSD 4.88 29.0 < 0.001 25.61 27.52 0.289
Gangguan kepribadianb 12.98 57.49 < 0.001 55.49 57.10 0.371
Salah satu gangguan mental diatas 34.64 87.49 < 0.001 86.43 87.22 0.558
Gangguan penyalahgunaan alkohol 27.73 54.23 < 0.001 51.39 53.99 0.176
Gangguan penyalahgunaan obat 8.79 30.44 < 0.001 28.47 29.39 0.600
Gangguan penyalahgunaan nikotin 26.38 55.27 < 0.001 53.39 54.99 0.469
Salah satu gangguan penyalahgunaan zat 41.53 72.79 < 0.001 70.69 72.21 0.412
diatas
Jumlah percobaan bunuh diri (N = 1952)
Jumlah rata-rata (M, SE) 1.84 (0.07)
Sekali 64.82
Dua kali 19.08
3+ kali 16.10
Usia saat percobaan bunuh diri pertama 22.34 (0.28)
(M, SE) (N = 1936)
Keterangan:
a Mencakup fobia spesifik, fobia sosial, gangguan panik, agorafobia, dan gangguan anxietas menyeluruh
b Mencakup gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian skizotipal, dan gangguan kepribadian antisosial
18

Tabel 2. Hubungan antara Jumlah PBMK dan Percobaan Bunuh Diri Sepanjang Hidup: Hasil
Regresi Logistik Biner.
Laki-laki (N = 1448) Perempuan (2464)
OR (95% CI) OR (95% CI)
Kelompok usia
(18-29 tahun)
30-49 tahun 1.02 (0.69-1.50) 0.94 (0.72-1.23)
50-64 tahun 1.06 (0.69-1.64) 0.90 (0.67-1.21)
65+ tahun 0.35 (0.18-0.67)** 0.86 (0.57-1.28)
Ras/etnis
(Putih Non-Hispanik)
Hitam Non-Hispanik 0.73 (0.51-1.03) 0.95 (0.73-1.23)
Hispanik 0.94 (0.64-1.39) 1.03 (0.78-1.35)
Asia Amerika 0.79 (0.38-1.65) 0.68 (0.36-1.28)
Indian Amerika 0.88 (0.32-2.41) 0.95 (0.49-1.85)
Lahir di Amerika Serikat 0.96 (0.60-1.53) 0.70 (0.48-1.01)
Orientasi seksual
(Heteroseksual)
Gay/lesbian/biseksual 2.59 (1.64-4.08)*** 1.40 (0.91-2.17)
Tidak tahu/tidak yakin 0.90 (0.40-1.99) 1.55 (0.70-3.44)
Keluarga saat kecil mendapat 1.31 (0.92-1.88) 1.03 (0.79-1.35)
tunjangan sosial
Tidak ada gelar sarjana 1.60 (1.12-2.28)* 1.51 (1.12-2.03)**
Jumlah PBMK
(0)
1 1.45 (0.93-2.26) 1.37 (0.95-1.97)
2 1.55 (0.97-2.50) 2.05 (1.44-2.92)***
3 1.56 (1.00-2.44)+ 2.67 (1.78-3.99)***
4+ 2.79 (1.84-4.24)*** 3.50 (2.63-4.66)***
Desain df, F 112 (16.97) = 5.84 113 (16, 98) = 11.24
p < 0.001 < 0.001
Keterangan:
*** p < 0.001.
** p < 0.01.
* p < 0.05
+
p = 0.050.
19

Tabel 3. Hubungan antara PBMK Individual dan Percobaan Bunuh Diri Sepanjang Hidup:
Hasil Regresi Logistik Biner.
Laki-laki (n = 1448) Perempuan (n = 2464)
OR (95% CI) PAF yang OR (95% CI) PAF yang
Disesuaikan disesuaikan
% PAF (95% CI) % PAF (95% CI)
Kelompok usia
(18-29 tahun)
30-49 tahun 0.97 (0.67-1.40) 0.89 (0.69-1.15)
50-64 tahun 0.92 (0.60-1.41) 0.84 (0.63-1.11)
65+ tahun 0.32 (0.17- -7.47 (-12.47 0.85 (0.56-1.27)
0.60)*** sampai (-2.69))
Ras/etnis
(Putih Non-Hispanik)
Hitam Non-Hispanik 0.72 (0.51-1.02) 0.99 (0.75-1.30)
Hispanik 0.95 (0.63-1.42) 1.03 (0.78-1.37)
Asia Amerika 0.84 (0.39-1.78) 0.68 (0.35-1.30)
Indian Amerika 0.91 (0.35-2.36) 0.93 (0.50-1.72)
Lahir di Amerika Serikat 0.98 (0.61-1.58) 0.70 (0.47-1.03)
Orientasi seksual
(Heteroseksual)
Gay/lesbian/biseksual 2.51 (1.58- 6.74 (3.05-20.11) 1.39 (0.90-1.44)
4.00)***
Tidak tahu/tidak yakin 0.76 (0.29-2.00) 1.50 (0.68-3.32)
Keluarga saat kecil mendapat 1.48 (1.01- 10.76 (3.29-2.10) 0.99 (0.75-1.32)
tunjangan sosial 2.19)*
Tidak ada gelar sarjana 1.69 (1.17- 34.81 (12.24- 1.50 (1.11- 27.99 (8.25-
2.44)** 51.57) 2.03)** 43.48)
Kekerasan psikologis 1.17 (0.79-1.73) 1.16 (0.88-1.54)
Kekerasan fisik 1.03 (0.74-1.42) 1.11 (0.87-1.42)
Kekerasan seksual 1.62 (1.19- 8.56 (3.02-13.80) 2.03 (1.58- 24.75 (17.02-
2.21)** 2.60)*** 31.77)
Penelantaran emosional 1.84 (1.37- 17.86 (9.74- 1.30 (0.99-1.71)
2.48)*** 25.26)
Penelantaran fisik 1.01 (0.67-1.53) 1.10 (0.83-1.47)
Menyaksikan kekerasan 1.30 (0.95-1.76) 1.14 (0.86-1.50)
dalam rumah tangga
Penyalahgunaan zat pada 1.20 (0.87-1.66) 1.14 (0.90-1.44)
orang tua/orang dewasa lain
Gangguan mental pada orang 1.92 (1.34- 10.94 (5.12- 1.47 (1.01- 7.14 (0.64-13.21)
tua/orang dewasa lain 2.73)*** 16.50) 2.14)*
Pemenjaraan pada orang 0.67 (0.43-1.06) 1.03 (0.77-1.39)
tua/orang dewasa lain
Perceraian orang tua 0.77 (0.54-1.10) 1.07 (0.82-1.40)

Desain df, F 112 (22.91) = 113 (22.92) =


7.91 8.84
p < 0.001 < 0.001
Keterangan:
*** p < 0.001.
** p < 0.01.
* p < 0.05.
20

Tabel 4. Hubungan antara PBMK dan Jumlah Percobaan Bunuh Diri: Hasil Regresi Logistik
Multinomial.
Total Jumlah PBMK (n = 1952) PBMK Individual (n = 1952)
Satu vs dua Satu vs tiga Satu vs dua Satu vs tiga
percobaan percobaan percobaan percobaan
RRR (95% CI) RRR (95% CI) RRR (95% CI) RRR (95% CI)
Kelompok usia
(18-29 tahun)
30-49 tahun 0.96 (0.65-1.42) 0.81 (0.51-1.28) 0.86 (0.58-1.28) 0.72 (0.45-1.16)
50-64 tahun 1.04 (0.65-1.65) 0.74 (0.45-1.22) 0.87 (0.55-1.37) 0.63 (0.37-1.06)
65+ tahun 0.47 (0.22-0.99) 0.45 (0.22- 0.40 (0.19- 0.40 (0.18-
0.95)* 0.87)* 0.88)*
Ras/etnis
(Putih Non-Hispanik)
Hitam Non-Hispanik 1.15 (0.78-1.69) 1.27 (0.84-1.80) 1.14 (0.77-1.69) 1.29 (0.89-1.87)
Hispanik 0.89 (0.57-1.40) 0.98 (0.61-1.57) 0.91 (0.57-1.45) 1.03 (0.64-1.65)
Asia Amerika 2.46 (0.98-6.19) 1.78 (0.58-5.47) 2.42 (0.96-6.16) 2.05 (0.63-6.65)
Indian Amerika 0.84 (0.40-1.75) 0.92 (0.45-1.91) 0.79 (0.37-1.70) 0.81 (0.37-1.78)
Laki-laki 1.27 (0.92-1.73) 1.23 (0.84-1.80) 1.36 (0.99-1.87) 1.51 (1.03-
2.21)*
Lahir di Amerika Serikat 0.78 (0.44-1.39) 1.37 (0.66-2.85) 0.84 (0.46-1.56) 1.42 (0.68-2.96)
Orientasi seksual
(Heteroseksual)
Gay/lesbian/biseksual 2.00 (1.25- 1.63 (0.99-2.69) 2.04 (1.29- 1.72 (1.02-
3.20)** 3.21)** 2.91)*
Tidak tahu/tidak yakin 0.55 (0.19-1.59) 1.76 (0.72-4.29) 0.54 (0.19-1.52) 1.76 (0.73-4.25)
Keluarga saat kecil mendapat 0.93 (0.66-1.30) 1.06 (0.76-1.47) 0.96 (0.69-1.35) 1.06 (0.78-4.25)
tunjangan sosial
Tidak ada gelar sarjana 1.29 (0.81-2.06) 1.35 (0.86-2.10) 1.29 (0.80-2.08) 1.33 (0.85-2.06)
Jumlah PBMK
(0)
1 0.77 (0.41-1.52) 1.01 (0.49-2.08)
2 1.40 (0.83-2.38) 1.56 (0.74-3.30)
3 0.99 (0.68-1.69) 1.03 (0.52-2.05)
4+ 1.72 (1.13- 3.04 (1.65-
2.62)* 5.61)***
Kekerasan psikologis 1.18 (0.79-1.76) 1.28 (0.89-1.84)
Kekerasan fisik 1.35 (0.87-2.07) 1.13 (0.78-1.63)
Kekerasan seksual 1.49 (1.11- 2.13 (1.47-
1.99)** 3.11)***
Penelantaran emosional 1.13 (0.79-1.63) 1.32 (0.94-1.85)
Penelantaran fisik 1.02 (0.67-1.56) 1.10 (0.74-1.63)
Menyaksikan kekerasan 1.40 (0.99-1.99) 1.09 (0.77-1.54)
dalam rumah tangga
Penyalahgunaan zat pada 0.97 (0.69-1.37) 1.41 (0.95-2.11)
orang tua/orang dewasa lain
Gangguan mental pada orang 0.95 (0.65-1.41) 1.16 (0.86-1.57)
tua/orang dewasa lain
Pemenjaraan pada orang 0.79 (0.54-1.16) 0.97 (0.65-1.44)
tua/orang dewasa lain
Perceraian orang tua 0.79 (0.55-1.14) 0.82 (0.57-1.18)
Desain df, F, p 113 (34.80) = 113 (46,68) =
3.28, p < 0.001 4.36, p < 0.001
Keterangan:
*** p < 0.001.
** p < 0.01.
* p < 0.05.
21

Tabel 5. Hubungan antara Jumlah PBMK dan Usia saat Percobaan Bunuh Diri: Hasil Regresi
Linier.
Usia saat Percobaan Usia saat Percobaan Terkini
Pertama (N = 1936) (N = 694)
B (SE) B (SE)
Usia 0.33 (0.02)*** 0.54 (0.04)***
Ras/etnis
(Putih Non-Hispanik)
Hitam Non-Hispanik -0.76 (0.56) 1.93 (1.00)
Hispanik 0.62 (0.59) 1.48 (0.99)
Asia Amerika 1.39 (1.50) 2.83 (1.96)
Indian Amerika -0.38 (1.56) -2.35 (2.01)
Laki-laki 2.19 (0.49)*** 2.03 (0.88)*
Lahir di Amerika Serikat -1.22 (0.84) 0.32 (1.37)
Orientasi seksual
(Heteroseksual)
Gay/lesbian/biseksual -0.47 (0.67) -1.96 (0.88)*
Tidak tahu/tidak yakin -1.33 (1.20) 1.43 (1.91)
Keluarga saat kecil mendapat -0.48 (0.67) -0.69 (0.79)
tunjangan sosial
Tidak ada gelar sarjana 0.94 (0.82) 2.40 (1.61)
Jumlah PBMK
(0)
1 -0.68 (0.93) 0.36 (1.60)
2 -0.81 (0.93) 0.28 (1.41)
3 -2.47 (1.03)* -1.29 (1.74)
4+ -3.73 (0.82)*** 0.16 (1.20)
Keterangan:
Usia saat percobaan pertama: Desain df = 113 ; F (15, 99) = 30.17; p < 0.001; R2 = 0.256.
Usia saat percobaan terkini: Desain df = 113 ; F (15, 99) = 24.41; p < 0.001; R2 = 0.449.
*** p < 0.001.
* p < 0.05.

Anda mungkin juga menyukai