Anda di halaman 1dari 10

a.

Judul : Metode Bunuh Diri pada Anak dan Remaja

b. Abstrak :

Ada perbedaan yang mencolok tentang metode bunuh diri antar


negara. Tujuan dari makalah adalah menganalisis dan
menggambarkan metode bunuh diri di kalangan anak dan remaja
yang berumur 10-19 tahun di negara yang berbeda. Data bunuh diri
dengan kode ICD-10 X mengambil dari Database kematian dari WHO
dan data populasi dari World Bank. Dengan total 101 negara atau
wilayah, data setidaknya selama 5 tahun yaitu pada tahun 2000-
2009. Analisis cluster dengan metode bunuh diri dilakukan untuk
negara / wilayah dengan setidaknya 10 kasus bunuh diri secara
terpisah berdasarkan jenis kelamin (74 untuk pria dan 71 untuk
wanita) pada tahun 2000-2009. Metode bunuh diri yang paling
sering adalah menggantung, diikuti oleh keracunan oleh pestisida
untuk wanita dan senjata api untuk pria. Analisis cluster setiap
negara memiliki kesamaan yaitu metode bunuh diri berdasarkan
identifikasi jenis kelamin menjadi 4 kluster untuk kedua jenis
kelamin. Gantung diri dan keracunan oleh pestisida mendefinisikan
kluster negara / wilayah dengan pola bunuh diri mereka di masa
muda untuk kedua jenis kelamin. selain itu, pencampuran metode
dan terjun dari ketinggian biasa dilakukan oleh wanita dan
pencampuran 2 metode biasa dilakukan oleh laki-laki Sejumlah
kesamaan geografis juga diamati. Secara keseluruhan, pola metode
bunuh diri pada anak-anak dan remaja mencerminkan kematiannya,
bersedia dan menerima untuk melakukan bunuh diri berarti memiliki
kesamaan untuk pola spesifik negara di semua umur. pembatasan
adalah preventif awal yang baik dalam potensi bunuh diri di setaip
negara. hal yang terpenting juga untuk mempertimbangkan aspek
kognitif

1
a. Judul : Aspek Bunuh diri pada anak-anak dan remaja dalam
kesehatan masyarakat.

b.Abstrak :

Bunuh diri pada anak-anak dan remaja merupakan masalah yang


kompleks dan merusak bagi keluarga dan masyarakat baik nasional
maupun internasional. Ulasan ini mempertimbangkan berbagai aspek
fenomena yang terjadi termasuk epidemiologi, faktor risiko, faktor
protektif, isu-isu pencegahan, dan manajemen. Faktor risiko: yang
telah ditinjau termasuk karakteristik pribadi, psikopatologi dari
mereka melakukan bunuh diri, riwayat percobaan bunuh diri
sebelumnya, orientasi seksual, faktor keluarga, dan akses ke sarana
bunuh diri yang membahayakan (ketersediaan pistol di rumah),
sehingga mumbuat anak ataupun remaja menggunakannya sebagai
metode bunuh diri. Faktor pelindung: termasuk dukungan sosial
dan agama. Prinsip pencegahan yang telah dipertimbangkan
pemerintah termasuk program berbasis sekolah, strategi
skrining/penjaringan di sekolah untuk mengidentifikasi remaja
dengan depresi, pelatihan keterampilan untuk memecahkan masalah,
pelatihan Gatekeeper, program berbasis masyarakat, dan program
kesehatan. Pengelolaan: mencakup Manajemen prinsip-prinsip yang
terlibat dalam manajemen sebelum dan sesudah menyakiti diri dan
terapy penyelesaian masalah. Hal yang perlu dipertimbangkan juga
adalah terapi keluarga yang ditujukan untuk masalah-masalah
tertentu seperti depresi, intimidasi, penyalahgunaan zat, dan lain-
lain. Seorang Dokter juga harus secara aktif terlibat dengan
komunitas mereka untuk mengidentifikasi masalah serta membantu
dalam pencegahan bunuh diri pada anak dan remaja.

2
a. Judul : Hubungan Perbedaan Usia dengan Kejadian Bunuh Diri Pada
Remaja dengan dewasa dengan depresi

b. Abstrak:

Penelitian ini membandingkan kejadian bunuh diri antara usia remaja


dan dewasa yang sama sama mengalami depresi. Total jumlah
sampel sebanyak 1003 pasien dambil dari 18 rumah sakit pemerintah
di korea, dengan tingkat depresi sedang sampai berat (nilai Hamilton
Depressing Rating Scale [HDRS] ≥ 14). Sebanyak 103 orang (10,3 %)
masuk kategori remaja (umur ≤25 th) dan 900 orang (89,7 %) masuk
kategori dewasa (usia ≥25 tahun). Faktor faktor yang berhubungan
dengan ide bunuh diri dibandingkan antara dua kelompok tersebut.
Tanpa memperhatikan tingkat keparahan dari depresi yang dialami,
kelompok remaja secara signifikan tercatat memiliki ide bunuh diri,
melakukan percobaan bunuh diri dan riwayat melakukan percobaan
bunuh diri lebih banyak daripada kelompok dewasa. Berbeda dengan
kelompok usia dewasa, subjek pada kelompok remaja lebih
dipengaruhi oleh riwayat mereka dalam melakukan percobaan bunuh
diri dan tingkat depresinya. Demikian juga dengan peningkatan
percobaan bunuh diri pada remaja yang depresi lebih banyak
daripada kelompok dewasa, tapi kejadian bunuh diri tidak
berhubungan dengan tingkat keparahan dari depresi yang dialami.
Dari data ini dapat disimpulkan bahwa perhatian lebih harus
diberikan pada remaja dengan depresi yang ringan atau sedang.

3
a. Judul : Kepercayaan emosianal rendah terhadap ibu
berhubungan dengan meningkatnya percobaan bunuh diri
pada pasien remaja dengan tanda dan gejala depresi

b. Abstrak:

Kepercayaan emosional dikonseptualisasikan sebagai keyakinan


individu bahwa orang lain tidak penting dari pengungkapan pribadi
dan akan menjaga kerahasiaan mereka. Dengan demikian, remaja
yang memegang kepercayaan emosional yang tinggi pada orang
tua mereka cenderung untuk mengungkapkan pikiran yang
mengganggu (misalnya, yang berkaitan dengan depresi atau bunuh
diri), dan pada gilirannya menerima dukungan emosional serta
bantuan praktisi dalam mengelola pikiran-pikiran ini, dengan
demikian mengurangi risiko upaya bunuh diri. Untuk saat ini,
kepercayaan emosional belum diteliti dalam konteks depresi dan
usaha bunuh diri; tujuan yang luas dari penelitian ini adalah untuk
menguji hubungan ini. Tiga ratus dan dua puluh satu remaja yang
didata diukur kepercayaan emosional ibu, tanda dan gejala depresi,
serta upaya bunuh diri. Analisis regresi Binomial negatif
menunjukkan bahwa kepercayaan emosional remaja pada ibu
memoderasi hubungan antara gejala depresi dan upaya bunuh diri.
Saat kepercayaan emosional pada ibu rendah atau sedang, gejala
depresi secara positif terkait dengan upaya bunuh diri, tetapi, ketika
kepercayaan emosional pada ibu tinggi, tidak ada hubungan yang
signifikan antara gejala depresi dan upaya bunuh diri. Sebaliknya
remaja yang mengalami gejala depresi tinggi yang memiliki

4
kepercayaan emosional yang rendah pada ibu dilaporkan memiliki
jumlah upaya bunuh diri yang tertinggi, mungkin karena
kepercayaan rendah mereka telah menghalangi pengungkapan diri
dan, dengan demikian, bunuh diri dan pikiran depresi tidak dapat
diselesaikan dengan diskusi dan dukungan ibu. Hasil menunjukkan
bahwa intervensi mempromosikan kepercayaan emosional remaja
pada ibu mereka mungkin efektif dalam mengurangi risiko upaya
bunuh diri untuk remaja dengan gangguan kejiwaan, terutama
depresi.

Kata kunci: depresi, bunuh diri, kepercayaan, ibu, remaja

a. Judul : Bunuh Diri Remaja dan Testosterone

b. Abstrak:

Bunuh diri total lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
Insiden tersebut meningkat secara dramatis pada masa remaja.
Satu hipotesis biologis menjelaskan bahwa peningkatan frekuensi
bunuh diri pada pria adalah karena hormon testosteron pria
memediasi sebagian peningkatan yang diamati dalam frekuensi
bunuh diri di kalangan pria. Ini adalah tujuan dari komunikasi ini
untuk meninjau literatur yang relevan dan untuk menggambarkan
mekanisme biologis yang diduga untuk asosiasi ini. Secara khusus,
kami mengusulkan bahwa gangguan yang disebabkan oleh
tingginya kadar testosteron pada remaja dalam sistem regulasi
emosional berkontribusi pada temuan ini. Di sini, kami
menggambarkan sistem saraf ini dan efek spesifik testosteron pada
sistem. Kami menyimpulkan dengan diskusi tentang implikasi klinis
dan aplikasi dengan tujuan merangsang penelitian lebih lanjut.
Kata kunci: agresi; anhedonia; regulasi emosi; impulsif; kesehatan
mental pria; bunuh diri; testosteron.

5
a. Judul : Bunuh diri di pediatri: epidemiologi, risiko faktor,
tanda peringatan dan peran dokter anak dalam mendeteksi
mereka
b. Abstrak:
Data epidemiologis menunjukkan bahwa bunuh diri jarang terjadi
pada usia anak-anak, tetapi menjadi masalah yang sangat serius di
kalangan remaja. Beberapa faktor penyebab bunuh diri telah
diidentifikasi yaitu karena adanya penyakit kejiwaan, keinginan
bunuh diri, faktor keluarga, penyalahgunaan zat, pelecehan seksual
dan fisik, serta gangguan identitas gender atau intimidasi. Dokter
anak memiliki peran utama dalam mencari faktor-faktor risiko
tersebut, dengan mengenali dan bertindak secara sinergis
kemungkinan dapat mencegah dan menghilangkan perilaku bunuh
diri. Dokter anak juga harus bisa mengidentifikasi "tanda-tanda
peringatan" bunuh diri karena kehadiran mereka diperlukan untuk
menindaklanjuti kasus bunuh diri yang dapat terjadi dalam
beberapa jam atau hari.
Topik lain yang sedang diperdebatkan adalah penggunaan obat
antidepresan merupakan faktor penyebab bunuh diri pada usia
anak-anak. Akhir-akhir ini Food and Drug Administration
mengenalkan pengertian "kotak hitam" pada antidepresan yang
6
menyebabkan terjadinya bunuh diri di kalangan remaja
pengkonsumsi antidepresan, dengan memberikan peringatan bahwa
ketika memulai terapi atau saat menyesuaikan dosis risiko bunuh
diri lebih tinggi.
Kata kunci: Bunuh diri, Faktor risiko, Faktor pelindung, Tanda
peringatan, Obat antidepresif

a. Judul : Prevalensi, distribusi, dan faktor-faktor terkait upaya


bunuh diri pada remajamuda: Data berbasis sekolah dari 40
negara berpenghasilan rendah dan menengah
b. Abstrak:
Upaya bunuh diri adalah prediktor kematian yang diketahui paling
penting dengan bunuh diri. Tujuan dari Studi ini untuk memeriksa
prevalensi, distribusi, dan faktor-faktor terkait upaya bunuh diri
diantara remaja muda di 40 negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kami menggunakan data dari Survei Kesehatan Pelajar
Berbasis Sekolah Global (2009–2013) dan sebuah studi yang
representatif secara nasional di Tiongkok (2010), yang merupakan
survei berbasis sekolah terhadap siswa yang berusia terutama 12–
18 tahun yang menilai perilaku kesehatan menggunakan anonim,
terstandar, dan dilaporkan sendiri dari daftar pertanyaan. Kami
menghitung prevalensi upaya bunuh diri pada remaja muda dari 40
negara berpenghasilan rendah dan menengah menggunakan survei.
Model logistik bertingkat digunakan untuk memperkirakan

7
hubungan antara upaya bunuh diri dan faktor risiko potensial,
menyesuaikan untuk jenis kelamin, usia, sekolah dan tahun survei.
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata 12 bulan prevalensi upaya
bunuh diri adalah 17,2%, mulai dari 6,7% di Malaysia hingga 61,2%
di Malaysia Samoa Prevalensi keseluruhan upaya bunuh diri lebih
tinggi untuk anak perempuan dari pada anak laki-laki (18,2% vs
16,2%, P <0,05). Di antara upaya bunuh diri, proporsi upaya bunuh
diri dengan rencana lebih tinggi untuk anak perempuan dari pada
anak laki-laki (62,7% vs 53,2%, P <0,05). Baik prevalensi upaya
bunuh diri dan proporsi upaya bunuh diri dengan rencana
meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor-faktor terkait dengan
upaya bunuh diri termasuk status sosial ekonomi yang buruk,
riwayat intimidasi, kesepian dan kecemasan, penggunaan tembakau
dan alkohol, dan hubungan keluarga dan sosial yang lemah. Sebagai
kesimpulan, upaya bunuh diri sering dilakukan di kalangan remaja
muda yang berpenghasilan rendah dan negara-negara
berpenghasilan menengah. Anak perempuan dan remaja yang lebih
tua cenderung melakukan upaya bunuh diri. Data menunjukkan
perlunya memperkuat intervensi pencegahan bunuh diri dan
program pencegahan untuk remaja muda di negara berpenghasilan
rendah dan menengah.

a. Judul : Konsep Diri Pada Pelaku Percobaan Bunuh Diri Pria


Usia Dewasa Muda Di Bali

b. Abstrak:

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena bunuh diri di Indonesia


semakin mengkhawatirkan. Indonesia sebagai negara yang
menganut budaya kolektivitas, juga memiliki angka kasus bunuh diri
cukup tinggi. WHO memperkirakan tahun 2020 angka bunuh diri di
Indonesia dapat mencapai 2,4 persen dari 100.000 jiwa apabila
tidak mendapat perhatian serius dari berbagai pihak (Mardani,
2012). Provinsi Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang
memiliki angka kasus bunuh diri cukup tinggi selain Daerah
8
Istimewa Yogyakarta (Hawari, 2010). Sebagian besar kasus bunuh
diri di Bali dilakukan oleh individu pria terutama pada usia dewasa
muda (Lesmana, 2008). Bunuh diri dan percobaan bunuh diri
merupakan salah satu bentuk tindakan menyakiti diri sendiri yang
muncul akibat adanya berbagai konflik intrapsikis yang dimiliki oleh
individu tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi munculnya
suatu perilaku termasuk perilaku bunuh diri dan percobaan bunuh
diri adalah konsep diri. Konsep diri merupakan persepsi pandangan
individu mengenai dirinya sendiri, persepsi mengenai lingkungan
sosial (individu lainnya), dan persepsi tentang pandangan orang lain
terhadap dirinya. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui konsep diri apa yang dimiliki pelaku percobaan bunuh
diri pria usia dewasa muda di Bali. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan desain fenomenologi. Responden
penelitian ini sebanyak 5 orang pelaku percobaan bunuh diri pria
usia dewasa muda di Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat 5 komponen konsep diri pada pelaku percobaan bunuh diri
pria usia dewasa muda di Bali, namun komponen konsep diri yang
dimiliki tidak sepenuhnya positif. Meskipun terdapat komponen diri
yang menunjukkan evaluasi diri/harga diri/penerimaan diri yang
positif, namun sebagian besar menunjukkan ciri-ciri konsep diri yang
negatif, terutama komponen diri sosial dan pribadi yang dimiliki
responden. Adapun beberapa faktor yang memengaruhi konsep diri
pelaku percobaan bunuh diri pria usia dewasa muda di Bali yaitu
faktor pendidikan, ekonomi, genetik, pembelajaran sosial, dan
budaya. Kata kunci : Konsep Diri, Percobaan Bunuh Diri, Dewasa
Muda, Bali

a. Judul : Kesepian Dan Keinginan Melukai Diri Sendiri Remaja

b. Abstrak:

Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena bunuh diri semakin


meningkat di Indonesia. Perilaku tersebut mungkin berawal dari
9
perilaku melukai diri sendiri. Perilaku melukai diri sendiri pun
berawal dari keinginan untuk melakukan perilaku itu, yang dijadikan
sebagai cara untuk mengatasi masalah. Terdapat beberapa alasan
mengapa melukai diri tersebut sampai dipikirkan, baik alasan
internal ataupun eksternal, dan salah satunya adalah kesepian.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menjelaskan hubungan
antara kesepian dengan keinginan melukai diri sendiri –pemikiran
yang dimiliki oleh remaja terkait dengan melukai dirinya. Dengan
menggunakan accidental sampling, jumlah subyek penelitian adalah
316 remaja laki-laki dan perempuan diambil dari sebuah SMK di
Balikpapan, Kalimantan Timur. Instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ESLI (Emotional-Social Loneliness Inventory)
dan NSSI Ideation Questionnaire. Hasil menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sangat signifikan diantara kedua variabel (sig =
0.000) dengan angka korelasi (r) = 0.274. Katakunci: kesepian,
keinginan melukai diri, melukai diri

10

Anda mungkin juga menyukai