Anda di halaman 1dari 3

Bunuh diri adalah masalah kesehatan dalam masyarakat yang serius yang mempengaruhi banyak anak

dan remaja. Bunuh diri menjadi penyebab kematian ketiga didunia pada remaja antata usia 10 dan 24
tahun. Sedangkan di Indonesia menurut data WHO tahun 2016, angka bunuh diri Indonesia tahun 2012
sebesar 4,3 persen dan tahun 2016 naik jadi 5,2 persen.

Penyebab dan faktor bunuh diri pada anak dan remaja beraneka ragam. Yaitu faktor individual,
gangguan psikiatri seperti depresi, bipolar juga substance abuse. Selain itu genetik dan upaya
bunuh diri sebelumnya juga mempengaruhi orang bunuh diri.

Faktor lainnya adalah keluarga, adanya riwayat depresi atau bunuh diri dalam keluarga,
perceraian, juga perselisihan keluarga. Faktor berikutnya adalah lingkungan sosial, hubungan
buruk dengan teman atau keluarga, isolasi sosial, sosial ekonomi rendah, berita bunuh diri di
media, pajanan anggota keluraga yang bunuh diri. Faktor lainnya adalah stressor kehidupan,
yaitu kematian orang tua, pelecehan fisik atau seksual, penganiayaan, dan perisakan.

Kasus bunuh diri pada anak dan remaja merupakan kasus yang paling sering terjadi akhir-akhir ini.
Seorang pakar psikologi mengatakan bahwa, usia anak dan remaja merupakan usia yang ideal untuk
bunuh diri, dan kasus yang terbanyak dilakukan berada pada usia ini. Kasus bunuh diri pada anak dan
remaja ini dikarenakan ketidakmampuan menyesuaikan diri dan mengembang tugas-tugas
perkembangan pada siklus usianya tersebut. Di tambah hal-hal lain, yang mempengaruhi pola pikir anak
dan remaja.

Faktor Penyebab Bunuh Diri

Beberapa faktor yang diasosiasikan dengan peningkatan resiko bunuh diri diantara
anak dan remaja:

1. Gender. Anak perempuan memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk melakukan
usaha bunuh diri. Namum anak laki-laki cenderung lebih berhasil melakukannya,
mungkin mereka lebih memilih cara-cara yang mematikan.
2. Usia. Mereka yang berada pada usia remaja akhir atau dewasa awal (15-24
tahun) beresiko lebih besar dibandingkan anak dan remaja awal.
3. Geografi. Remaja yang tinggal di pemukiman yang kurang padat memiliki resiko
lebih besar untuk bunuh diri.
4. Ras. Tingkat bunuh diri pada remaja Afrika Amerika, Asia Amerika, dan Hispanik
Amerika sekitar 30%-60% lebih rendah dari pada remaja kulit putih non Hispanik.
5. Depresi dan Keputusasan.
6. Perilaku bunuh diri sebelumnya. Seperempat dari remaja yang melakukan
percobaan bunuh diri sudah pernah mencoba sebelumnya. Lebih dari 80%
remaja yang bunuh diri sudah pernah membicarakan hal tersebut sebelumnya.
Sejarah bunuh diri dalam keluarga meningkatkan resiko bunuh diri pada remaja.
7. Masalah-masalah keluarga. 75% remaja melakukan bunuh diri karena adanya
masalah dalam keluarga.
8. Psychotic Illness. Bunuh diri di dorong oleh bayangan atau dorongan aneh yang
muncul dalam jiwanya sebagai akibat dari terganggunya kesehatan mental.
9. Kejadian-kejadian yang menimbulkan stres. Misalnya saja, putus cinta dengan
pacar, kehamilan di luar nikah, masalah di sekolah.
10. Penyalahgunaan obat.
11. Penularan sosial. Remaja dapat meromantisasi bunuh diri sebagai suatu aksi
kepahlawanan yang menantang.

Penanganan Perilaku Bunuh Diri

Dalam menangani perilaku (perilaku yang rentang) bunuh diri, perlu penanganan
yang sistematis, agar tidak terjadi kasus tersebut, minimal untuk menghindari kasus
serupa.

Melakukan Identifikasi

 Gangguan angguan mental/gejala-gejala


 Situasi psikososial yang menekan
 Pola-pola maladaptif yang menetap dari pikiran, emosi dan perilaku, terutama
yang berkaitan dengan cara menghadapi masalah

Obat-Obatan:

 Psikosis: atipikal neoroleptik


 Depresi: antidepresan antidepresan-SSRI yg aman

Psikoterapi
 Fokus pada skill building & problem problem-solving
 Terapi perilaku dan kognitif (CBT)

Dukungan sosial

Sikap suportif dan bila perlu tempat tinggal sementara yang aman, memberi
kesempatan mempunyai ruang/waktu pribadi untuk memulihkan strategi coping,
mendapatkan perspektif yang menguntungkan, dan melihat pilihan-pilihan yang ada
selain bunuh diri.

Dukungan masyarakat dan lingkungan sosial sangat penting dala mengurangi stress
bunuh diri. dukungan itu seperti penguatan mental dan spiritual, pendidikan,
pemberdayaan anak dan remaja yang rentang dalam fungsi-fungsi sosial dan
dukungan-dukungan lainnnya. Dukungan sosial yang sehat terutama keluarga dan
masyarakat akan mengurangi resiko bunuh diri pada anak dan remaja.

Perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa anak memiliki hubungan yang erat. Bahasa
mempunyai peranan yang sangat penting terhadap proses berpikir anak. Dengan bahasa anak dapat
lebih mudah memahami suatu informasi maupun kemampuan yang baru.

Anda mungkin juga menyukai